ABSTRACT
The objective of the study was to analyze the risk factors for anemia among pregnant women in
Indonesia. The study design was a cross-sectional study. All of data used in this study was from Basic
Health Research 2013, Ministry of Health. The data collected include age, education, birth number,
parity, pregnancy spacing, antenatal care, and nutritional status (chronic energy deficiency). The
number of subjects was 452 pregnant women. The chi-square test was applied to analyze correlation on
dependent and independent variable. Logistic regression was applied to analyze determinants of anemia
in pregnant women. The results showed that there were 38.1% pregnant women in Indonesia who had
anemia (Hb<11 g/dl). The prevalence of pregnant women with anemia in rural and urban were 37.9%
and 38.2% respectively. Bivariate analysis showed that age, education, birth number, parity, pregnancy
spacing, and antenatal care were not significantly associated with anemia. Main determinant of anemia
in pregnant women was nutritional status (chronic energy deficiency; OR=1.975; 95%CI:1.279-3.049).
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko anemia ibu hamil di Indonesia. Penelitian
menggunakan desain cross-sectional dari hasil Riskesdas 2013 meliputi usia, pendidikan, jumlah
kelahiran, frekuensi kehamilan, jarak kehamilan, pemeriksaan selama kehamilan, dan status gizi
berdasarkan pengukuran LILA. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 452 orang ibu hamil.
Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen,
sedangkan analisis regresi logistik berganda digunakan untuk menganalisis determinan anemia ibu
hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38,2% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia (Hb<11 g/
dl). Prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia di perdesaan sebesar 37,9% dan di perkotaan sebesar
38,2%. Uji chi-square menunjukkan bahwa usia, pendidikan, jumlah kelahiran, frekuensi kehamilan,
jarak kehamilan dan antenal care tidak berhubungan dengan anemia. Faktor risiko utama anemia ibu
hamil di Indonesia adalah status gizi (Kurang Energi Kronis/KEK); OR=1,975; 95%CI:1,279-3,049).
Anemia bukan hanya berdampak pada ibu, frekuensi kehamilan, dan antenatal care (ANC)
bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita dikumpulkan melalui wawancara menggunakan
defisiensi zat besi atau anemia kemungkinan be- kuesioner rumahtangga (RKD13.RT) dan kue-
sar mempunyai cadangan zat besi yang sedikit sioner individu (RKD13.IND). Data status KEK
atau tidak mempunyai persediaan sama sekali di diukur dengan menggunakan LILA, sedangkan
dalam tubuhnya walaupun tidak menderita ane- datar kadar Hb dalam darah diukur menggunakan
mia. Hal ini dapat menyebabkan gangguan fungsi alat Hemocue.
kognitif saat remaja dan dewasa (McCann et al.
2007; Kar et al. 2008). Scholl (2005) menyatakan Pengolahan dan analisis data
bahwa kekurangan zat besi yang berat pada ibu Kategori data penelitian terdiri atas variabel
hamil dapat mengakibatkan penurunan cadang- dependen (kejadian anemia pada ibu hamil) dan
an zat besi pada janin dan bayi yang dilahirkan, variabel independen (usia, tingkat pendidikan,
yang merupakan predisposisi untuk mengalami status gizi kurang energi kronis, frekuensi
anemia defisiensi zat besi pada masa bayi. kehamilan, jarak kehamilan, konsumsi tablet besi,
Penelitian faktor risiko anemia di Indone- dan ANC). Usia ibu hamil dikelompokkan pada
sia sejauh ini banyak dilakukan namun pada ska- dua kategori yaitu risiko tinggi (usia <20 dan
la kecil, oleh karenanya perlu diteliti dalam skala >35 tahun) dan risiko rendah (usia 20-35 tahun).
yang lebih besar dengan menggunakan data Ris- Tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi
kesdas tahun 2013. Berdasarkan latar belakang di risiko tinggi (≤SMP) dan risiko rendah (>SMP).
atas, maka tujuan penelitian adalah menganalisis Status gizi dikategorikan menjadi KEK (LILA
faktor risiko pada ibu hamil di Indonesia baik di <23,5 cm) dan normal (LILA ≥23,5 cm).
perdesaan maupun di perkotaan. Frekuensi kehamilan dikategorikan menjadi
risiko tinggi >3 orang dan risiko rendah ≤3 orang.
METODE Jarak kehamilan dikategorikan menjadi risiko
tinggi ≤2 tahun dan risiko rendah >2 tahun.
Desain, tempat, dan waktu Konsumsi tablet besi dikategorikan menjadi
Data yang digunakan pada penelitian risiko tinggi (konsumsi <30 tablet pada semester
ini adalah data sekunder dengan menggunakan 1, <60 tablet pada semester 2 dan <90 tablet pada
data Riskesdas 2013, sehingga desain penelitian semester 3) dan risiko rendah (konsumsi ≥30
mengacu desain penelitian Riskesdas 2013 yaitu tablet pada semester 1, ≥60 tablet pada semester
cross-sectional. Subjek mewakili 33 provinsi 2 dan ≥90 tablet pada semester 3). Pemeriksaan
yang tersebar di 441 kabupaten/kota di seluruh kehamilan (ANC) dikategorikan menjadi
provinsi di Indonesia. Pengolahan dan analisis risiko tinggi (pemeriksaan <1 pada semester 1
lanjut data dilakukan pada bulan Oktober-De- dan 2 serta <2 kali pada semester 3) dan risiko
sember 2014 di Kampus IPB Darmaga Bogor, rendah (pemeriksaan ≥1 pada semester 1 dan
Jawa Barat. 2 serta ≥2 kali pada semester 3). Status anemia
dikategorikan menjadi anemia (Hb <11 g/dl) dan
Jumlah dan cara pengambilan subjek normal (Hb ≥11 g/dl). Pengolahan dan analisis
Subjek rumah tangga dalam Riskesdas data dilakukan secara statistik deskriptif dan
2013 dipilih berdasarkan listing Sensus Pen- inferensia menggunakan Microsoft Excel 2007
duduk (SP) 2010. Proses pemilihan rumah tang- dan SPSS for Windows versi 19.0.
ga dilakukan BPS dengan memilih Blok Sensus Uji Mann Whitney digunakan untuk
(BS) untuk Riskesdas 2013 berdasarkan sampling menganalisis perbedaan prevalensi anemia di
frame SP 2010. Dari 1.027.763 total subjek di- perkotaan dan perdesaan dengan skala data ordi-
peroleh ibu hamil sebanyak 7.664 orang, namun nal. Analisis hubungan antara dua peubah meng-
yang ada data kadar Hb nya hanya 503 orang ibu gunakan uji chi-square. Faktor risiko anemia ibu
hamil. Setelah melalui data cleaning, jumlah sub- hamil, dianalisis dengan regresi logistik bergan-
jek ibu hamil dengan data lengkap berjumlah 452 da. Peubah yang dimasukkan pada model adalah
orang, sisanya 51 orang dikeluarkan karena data semua peubah baik yang berhubungan signifikan
tidak lengkap. maupun tidak signifikan terhadap kejadian ane-
mia ibu hamil berdasarkan analisis chi-square,
Jenis dan cara pengumpulan data dengan asumsi bahwa peubah yang tidak signifi-
Pengumpulan data dilakukan melalui kan akan ada pengaruhnya setelah berinteraksi
wawancara dan pengukuran oleh Tim Riskes- dengan peubah lain dalam analisis regresi logis-
das dari Balitbangkes Kementerian Kesehatan tik berganda. Analisis regresi logistik merupakan
RI. Data usia ibu, pendidikan, jarak kehamilan, salah satu cara analisis untuk menghilangkan
adanya pengaruh peubah perancu. Metode yang 20-35 tahun. Bila wanita hamil dengan umur <20
digunakan adalah backward, yang akan secara tahun, maka asupan zat besi akan menjadi ter-
otomatis mengeluarkan peubah dengan p wald bagi antara pertumbuhan biologisnya dan janin
terbesar, sehingga akan diperoleh model yang yang dikandungnya. Wanita yang hamil >35
terbaik. Model yang digunakan sebagai berikut. tahun, akan mengalami fungsi faal tubuh tidak
optimal, karena sudah masuk masa awal dege-
neratif. Oleh karenanya, hamil pada usia <20 ta-
hun dan >35 tahun merupakan kehamilan yang
Keterangan : berisiko yang dapat menyebabkan anemia juga
F = Fungsi kumulatif dapat berdampak pada keguguran (abortus), bayi
β0 - β1 = Koefisien regresi lahir dengan berat badan yang rendah (BBLR),
KEK = Status gizi kurang energi kronis dan persalinan yang tidak lancar (komplikasi
ANC = Antenatal care (pemeriksaan kehamilan) persalinan). Faktor usia merupakan faktor yang
FKH = Frekuensi kehamilan perlu diperhatikan bagi seorang wanita untuk
JKH = Jarak kehamilan
KFE = Konsumsi tablet besi hamil (Depkes RI 2005). Dairo dan Lawoyin
TPK = Tingkat pendidikan (2004) menyatakan bahwa usia ibu antara 20-
USI = Usia ibu 29 tahun (p=0,011) memiliki risiko yang rendah
mengalami anemia saat hamil. Hubungan usia
HASIL DAN PEMBAHASAN ibu hamil dengan status anemia dapat dilihat
pada Tabel 2.
Prevalensi anemia ibu hamil di perdesaan dan Baik di perdesaan maupun di perkotaan
perkotaan terdapat kecenderungan proporsi anemia ibu
Prevalensi anemia pada ibu hamil di In- yang hamil pada usia <20 tahun dan >35 tahun
donesia masih tergolong tinggi yaitu 38,1% dan lebih tinggi dibanding pada ibu yang hamil pada
termasuk pada kondisi masalah kesehatan ma- usia 20-35 tahun (Tabel 2). Namun berdasarkan
syarakat (WHO 2001). Hasil penelitian menun- uji chi-square, hubungan ini tidak signifikan baik
jukkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil di di perdesaan (OR=1,495; 95%CI: 0,820-2,727)
perkotaan (38,2%) cenderung lebih tinggi dari- maupun perkotaan (OR=0,854; 95%CI:0,446-
pada perdesaan (37,9%). Prevalensi ini lebih 1,634). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
tinggi dibandingkan hasil Riskesdas 2013, dima- penelitian Adam et al. (2005) yang menunjukkan
na proporsi anemia pada ibu hamil di perkotaan bahwa usia dan paritas tidak signifikan berhubun-
sebesar 36,4% dan di perdesaan sebesar 37,8%. gan dengan anemia, atau menurut Ononge et al.
Namun berdasarkan uji Mann Whitney perbe- (2014) bahwa usia ibu memiliki hubungan yang
daan tersebut tidak signifikan (Tabel 1). Hal ini lemah dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
diduga karena di perdesaan sebagian besar pen- Tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendi-
duduknya termasuk ekonomi menengah ke bawah dikan sangat berpengaruh terhadap perubahan
seperti hasil penelitian yang dilakukan Malhotra sikap dan perilaku hidup sehat. Pendidikan ibu
et al. (2004) menyebutkan bahwa sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penentu status gizi,
rendah berhubungan dengan prevalensi anemia dan mortalitas ibu, bayi, dan anak (Bencaiova
tinggi. et al. 2012). Sebaran ibu hamil berdasarkan sta-
tus anemia dan tingkat pendidikan ibu disajikan
Hubungan karakteristik ibu hamil dengan dalam Tabel 3.
anemia pada ibu hamil Baik di perdesaan maupun di
Usia ibu. Kesiapan alat reproduksi wanita perdesaan+perkotaan terdapat kecenderungan
untuk hamil berhubungan dengan usia ibu hamil. proporsi anemia pada ibu yang pendidikan-
Usia yang terbaik untuk hamil adalah pada usia nya ≤SMP (risiko tinggi) lebih tinggi dibanding
Tabel 1. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia di perdesaan dan perkotaan
Tabel 2. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan usia ibu
Status anemia
Total
Usia ibu Anemia Tidak anemia p OR
n % n % n %
Perdesaan
<20 dan >35 tahun 27 45,0 33 55,0 60 26,8 1,495
(0,820-2,727)
20-35 tahun 58 35,4 106 64,6 164 73,2 >0,05
Total 85 37,9 139 62,1 224 100,0
Perkotaan
<20 dan >35 tahun 18 35,3 33 64,7 51 22,4 0,854
20-35 tahun 69 39,0 108 61,0 177 77,6 >0,05 (0,446-1,634)
Total 87 38,2 141 61,8 228 100,0
Perdesaan+Perkotaan
<20 dan >35 tahun 45 40,5 66 59,5 111 24,6 1,149
20-35 tahun 127 37,2 214 62,8 341 75,4 >0,05 (0,741-1,780)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100,0
Keterangan: signifikan p<0,05
Tabel 3. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan tingkat pendidikan ibu
Status anemia
Total
Tingkat pendidikan ibu Anemia Tidak anemia p OR
n % n % n %
Perdesaan
≤ SMP 70 40,5 103 59,5 173 77,2 1,631
>SMP 15 29,4 36 70,6 51 22,8 >0,05 (0,831-3,202)
Total 85 37,9 139 62,1 224 100,0
Perkotaan
≤ SMP 36 36,0 64 64,0 100 43,9 0,849
(0,495-1,458)
>SMP 51 39,8 77 60,2 128 56,1 >0,05
Total 87 38,2 141 61,8 228 100,0
Perdesaan+Perkotaan
≤ SMP 106 38,8 167 61,2 273 60,4 1,087
>SMP 66 36,9 113 63,1 179 39,6 >0,05 (0,736-1,604)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100,0
Keterangan: signifikan p<0,05
proporsi anemia pada ibu yang pendidikannya seorang ibu mengalami kehilangan zat besi, se-
≥SMA (risiko rendah). Namun berdasarkan ha- hingga perlu diperhatikan frekuensi kehamilan
sil penelitian, hubungan ini tidak signifikan baik serta jarak kehamilannya. Hal ini dimaksud-
di perdesaan (OR=1,631; 95%CI:0,831-3,202), kan untuk mengembalikan cadangan zat besi
maupun di perdesaan+perkotaan (OR=1,087; ke tingkat normal, dengan syarat bahwa selama
95%CI:0,736-1,604) (Tabel 3). Kondisi yang ber- masa tenggang waktu tersebut ibu dalam kondisi
beda terlihat dari hasil penelitian Jin et al. (2010) kesehatan dan mutu makanan baik (Allen 2000).
yang menyebutkan bahwa prevalensi anemia Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan
lebih tinggi pada ibu yang berpendidikan rendah. frekuensi hamil dapat dilihat pada Tabel 4.
Frekuensi hamil. Cadangan besi akan Di perdesaan maupun di perdesaan+perkotaan
berkurang selama kehamilan, semakin tinggi terdapat kecenderungan proporsi anemia pada
frekuensi kehamilan maka semakin banyak ibu hamil yang frekuensi kehamilannya >3 kali
146 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2016
Faktor risiko anemia ibu hamil di Indonesia
Tabel 4. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan frekuensi hamil
Status anemia
Total
Frekuensi hamil Anemia Tidak anemia p OR
n % n % n %
Perdesaan
>3 kali 19 48,7 20 51,3 39 17,4 1,713
≤3 kali 66 35,7 119 64,3 185 82,6 >0,05 (0,854-3,436)
Total 85 37,9 139 62,1 224 100,0
Perkotaan
>3 kali 11 32,4 23 67,6 34 14,9 0,743
≤3 kali 76 39,2 118 60,8 194 85,1 >0,05 (0,342-1,610)
Total 87 38,2 141 61,8 228 100,0
Perdesaan+Perkotaan
>3 kali 30 41,1 43 58,9 73 16,2 1,164
≤3 kali 142 37,5 237 62,5 379 83,8 >0,05 (0,699-1,940)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100,0
Keterangan: signifikan p<0,05
Tabel 5. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan jarak kehamilan
Status anemia
Total
Jarak Kehamilan Anemia Tidak anemia p OR
n % n % n %
Perdesaan
Risiko tinggi (< 2 tahun) 12 37,5 20 62,5 32 14,3 0,978
Risiko rendah (≥2 tahun) 73 38,0 119 62,0 192 85,7 >0,05 (0,452-2,118)
Total 85 37,9 139 62,1 224 100
Perkotaan
Risiko tinggi (< 2 tahun) 14 36,8 24 63,2 38 16,7 0,935
(0,455-1,923)
Risiko rendah (≥2 tahun) 73 38,4 117 61,6 190 83,3 >0,05
Total 87 38,2 141 61,8 228 100
Perdesaan+Perkotaan
Risiko tinggi (< 2 tahun) 26 37,1 44 62,9 70 15,5 0,955
Risiko rendah (≥2 tahun) 146 38,2 236 61,8 382 84,5 >0,05 (0,564-1,618)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100
Keterangan: signifikan p<0,05
Tabel 6. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK)
Status anemia
Total
Status Gizi Anemia Tidak anemia p OR
n % n % n %
Perdesaan
KEK 28 43,1 37 56,9 65 29,0 1,354
Normal 57 35,8 102 64,2 159 71,0 >0,05 (0,752-2,439)
Total 85 37,9 139 62,1 224 100,0
Perkotaan
KEK 28 60,9 18 39,1 46 20,2 3,243*
Normal 59 32,4 123 67,6 182 79,8 <0,05 (1,662-6,328)
Total 87 38,2 141 61,8 228 100,0
Perdesaan+Perkotaan
KEK 56 50,5 55 49,5 111 24,6 2,27*
Normal 116 34,0 225 66,0 341 75,4 <0,05 (1,51-3,44)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100,0
Keterangan: signifikan p<0,05
sebesar 3,243 kali dibanding ibu hamil tidak untuk meningkatkan massa sel darah merah
KEK (OR=3,243; 95%CI:1,662-6,328), sedang- serta ekspansi volume plasma untuk pertum-
kan di perdesaan+perkotaan sebesar 2,27 kali buhan janin (Scholl 2005). Selain itu, zat besi
(OR=2,27; 95%CI=1,51-3,44). Hasil ini sejalan juga dibutuhkan untuk membentuk hemoglo-
dengan hasil penelitian Aminin et al. (2014) yang bin di dalam sel darah merah ibu dan janin. Se-
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh keku- lama kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat
rangan energi kronik (KEK) terhadap kejadian sebanyak 30% dibanding tidak hamil. Oleh kare-
anemia pada ibu hamil. na itu, ibu hamil harus mendapatkan tambahan
zat besi berupa suplementasi zat besi (Moench-
Frekuensi konsumsi tablet besi Pfanner et al. 2005). Di Indonesia, rekomen-
Selama kehamilan terjadi peningkatan dasi konsumsi suplemen besi adalah 60 mg besi
yang signifikan terhadap kebutuhan zat besi elemental dan 0,25 mg asam folat per hari atau 1
148 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2016
Faktor risiko anemia ibu hamil di Indonesia
tablet per hari yang dikonsumsi paling sedikit 90 konsentrasi hemoglobin pada ibu hamil (p<0,05).
tablet selama kehamilan (MCAI 2015). Sebaran Penelitian Alem et al. (2013) juga menunjuk-
ibu hamil berdasarkan status anemia dan frekuen- kan bahwa konsumsi suplemen besi merupakan
si konsumsi tablet besi disajikan dalam Tabel 7. faktor protektif terjadinya anemia (OR=0,140;
Ibu hamil yang mengonsumsi tablet besi 95%CI:0,051-0,383).
rendah memiliki risiko lebih rendah untuk meng-
alami anemia dibandingkan yang mengonsumsi Frekuensi kunjungan Antenatal Care
tablet besinya tinggi (Tabel 7). Kondisi ini se- Antenatal care adalah salah satu cara yang
suai dengan penelitian yang dilakukan Morsy dipercaya untuk mengurangi kematian ibu hamil
dan Alhady (2014) yang menunjukkan bahwa (WHO 2001), sehingga akses ibu terhadap pelay-
ibu hamil yang konsumsi zat besinya cukup anan antenatal menjadi prioritas baik di negara
tetap mengalami anemia. Hal ini kemungkinan maju maupun berkembang (NCCWCH 2008;
disebabkan adanya kebiasaan konsumsi tablet Idowu et al. 2005; Obse et al. 2013). Salah satu
besi dibarengi dengan inhibitor pada ibu hamil masalah yang sering menyertai kehamilan dan
yang mengonsumsi tablet besi tinggi. Seperti dapat menjadi faktor penyulit pada saat melahir-
yang diungkapkan oleh Zijp et al. (2000) bahwa kan adalah anemia. Ibu hamil yang mengalami
konsumsi sumber zat besi bersamaan dengan anemia memungkinkan terjadinya partus prema-
konsumsi teh menyebabkan terhambatnya 60% ture, perdarahan pada saat melahirkan, melahir-
penyerapan asupan zat besi. Namun kejadian ini kan bayi dengan berat badan rendah, serta dapat
tidak signifikan pada ibu hamil baik di perkota- meningkatkan kematian perinatal (Allen 2000).
an (OR=0,976; 95%CI:0,527-1,807) maupun di Dengan melakukan pemeriksaan secara teratur
perdesaan+perkotaan (OR=0,721; 95%CI:0,461- hal seperti ini dapat diketahui dan diatasi sedini
1,128). Hasil penelitian ini sejalan dengan pene- mungkin.
litian Khambalia et al. (2009) yang menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan antenatal
bahwa suplementasi besi pada ibu hamil tidak care tidak berhubungan dengan kejadian anemia
menurunkan anemia dan meningkatkan status baik di perdesaan (OR=1,583; 95%CI:0,886-
besi, namun pada wanita yang tidak hamil ber- 2,827), perkotaan (OR=1,101; 95%CI:0,565-
laku sebaliknya. Selain itu Cogswell et al. (2003) 2,146) maupun di perdesaan+perkotaan
menyatakan bahwa suplementasi besi tidak ber- (OR=1,345; 95%CI:0,872-2.073) (Tabel 8). Ha-
pengaruh secara signifikan terhadap prevalensi sil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
anemia. Jufar dan Zewde (2014) yang menunjukkan bah-
Hal yang berbeda ditunjukkan dalam pene- wa antenatal care merupakan faktor protektif,
litian Menon et al. (2014); Aikawa et al. (2006); sehingga masih perlu peningkatan kualitas pela-
Aikawa et al. (2008) yang menunjukkan bahwa yanan (Ikeanyi & Ibrahim 2015).
konsumsi tablet besi berkorelasi positif dengan
Tabel 7. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan konsumsi tablet besi
Status anemia
Total
Konsumsi tablet besi Anemia Tidak anemia p OR
n % n % n %
Perdesaan
Risiko tinggi 62 34,6 117 65,4 179 79,9 0,507
Risiko rendah 23 51,1 22 48,9 45 20,1 >0,05 (0,262-0,981)
Total 85 37,9 139 62,1 224 100,0
Perkotaan
Risiko tinggi 65 38,0 106 62,0 171 75,0 0,976
Risiko rendah 22 38,6 35 61,4 57 25,0 >0,05 (0,527-1,807)
Total 87 38,2 141 61,8 228 100,0
Perdesaan+Perkotaan
Risiko tinggi 127 36,3 223 63,7 350 77,4 0,721
Risiko rendah 45 44,1 57 55,9 102 22,6 >0,05 (0,461-1,128)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100,0
Keterangan: signifikan p<0,05
J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2016 149
Tanziha dkk.
Tabel 8. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan antenatal care
Status anemia
Total
Antenatal care Anemia Tidak anemia p OR
n % n % n %
Perdesaan
Risiko tinggi 31 45,6 37 54,4 68 30,4 >0,05 1,583
(0,886-2,827)
Risiko rendah 54 34,6 102 65,4 156 69,6
Total 85 37,9 139 62,1 224 100
Perkotaan
Risiko tinggi 18 40,0 27 60,0 45 19,7 >0,05 1,101
(0,565-2,146)
Risiko rendah 69 37,7 114 62,3 183 80,3
Total 87 38,2 141 61,8 228 100
Perdesaan+Perkotaan
Risiko tinggi 49 43,4 64 56,6 113 25,0 >0,05 1,345
Risiko rendah 123 36,3 216 63,7 339 75,0 (0,872-2,073)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100
Keterangan: signifikan p<0,05