Anda di halaman 1dari 56

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat,

karunia, dan hidayahnya kepada penulis. Dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

ini. Makalah ini dibuat dan disesuaikan dengan kurikulum D-IV Kebidanan yang ada di silabus

Asuhan Kebidanan Komunitas semester VIII, sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat

baca mahasiswa serta dapat memotivasi untuk mempelajari makalah ini lebih lanjut.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Asuhan

Kebidanan Komunitas serta kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah.

Penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat, serta menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca.

Kediri ,29 Maret 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................. ii

Daftar Isi ...................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................................……..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Partus Lama .............................................................................................................6

2.2 Penatalaksaan Partus Lama .....................................................................................................18

2.3 Pengertian Vakum Ekstraksi ...................................................................................................21

2.4 Cara kerja Vakum Ekstraksi .................................................................................................. 25

2.5 Pengertian Forsep ....................................................................................................... ……...26

2.6 Cara kerja Forsep ................................................................................................................... 27

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................34

3.2 Saran ...................................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa risiko dan

merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Sebagian ibu hamil akan menghadapi

kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya

ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya.

Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan pasca persalinan, uri tertinggal, partus tak

maju/partus lama serta infeksi.

Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang penting, bila

tidak ditanggulangi akan menyebabkan angka kematian ibu yang tinggi. Kematian seorang ibu

dalam proses reproduksi merupakan tragedi yang mencemaskan. Keberadaan seorang ibu

merupakan tonggak untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu

merupakan suatu bencana bagi keluarganya. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini dapat

dipastikan sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat maupun angkatan kerja.

Kematian ibu menurut penyebab dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.

Penyebab kematian ibu langsung yaitu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, masa nifas dan

penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Penyebab kematian ibu tidak langsung yaitu

akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang

berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, penyakit

kardiovaskuler, terlambat mendapat dan mencapai pelayanan kesehatan. Secara global 80%

kematian ibu tergolong penyebab kematian ibu langsung yaitu perdarahan (25%) biasanya
perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet

(8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab lain (7%).

Partus tak maju sering terjadi akibat terlalu banyak anak, partus pada usia dini atau lanjut,

jarak persalinan terlalu rapat, kehamilan pertama yang dikaitkan terjadinya CPD (Chepalo Pelvis

Disproporsi), tinggi badan < 150 cm, ukuran panggul yang kecil, riwayat persalinan jelek dan

petugas kesehatan tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet yang menyebabkan tingginya

risiko kematian bayi. Penyebab utama lahir mati adalah gangguan persalinan (25%), partus tak

maju (19%), masalah kesehatan ibu menjelang persalinan (13%) dan malpresentasi (12%). Partus

tak maju akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi

atonia uteri yang dapat mengakibatkan pendarahan postpartum.

Menurut Depkes tahun 2004, ibu partus tak maju yang rawat inap di Rumah Sakit di

Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050 persalinan dan CFR ibu akibat

partus tak maju 0,7%.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa pengertian dari Partus Lama ?

2. Bagaimana penatalaksanaan pada Partus Lama ?

3. Apa pengertian dari Vakum Ekstraksi ?

4. Bagaimana cara kerja Vakum Ekstraksi?

5. Apa pengertian dari Forsep ?

6. Bagaimana cara kerja Forsep ?


1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari Partus Lama.

2. Mengetahui penatalaksanaan pada Partus Lama.

3. Mengetahui Pengertian dari Vakum Ekstraksi.

4. Mengetahui cara kerja dari Vakum Ekstraksi.

5. Mengetahui pengertian dari Forsep.

6. Mengetahui Cara Kerja Forsep.


BAB II

PEMBAHASAN

Partus lama adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan

persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering terjadi apabila terdapat disproporsi

antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Partus lama dapat terjadi akibat beberapa kelainan

tertentu yang melibatkan serviks, uterus, janin, tulang panggul ibu, atau obstruksi lain dijalan

lahir. Kelainan-kelainan ini secara mekanistis dibagi menjadi tiga kategori yaitu kelainan

kekuatan (power), kelainan yang melibatkan janin (passenger), kelainan jalan lahir (passage).

2.1 PARTUS LAMA

2.1.1. Pengertian Partus lama

Tentang istilah partus lama, ada juga yang menybutkan dengan partus kasep dan

partus terlantar.

Persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir, yang dapat terjadi

karena pemanjangan kala I dan Kala II

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam, yang dimulai dari

tanda-tanda persalinan.

Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam

atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin

AB., 2002 : h 184).

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigradiva,

dan lebih dari 18 jam pada multigradiva. (Mochtar, 1998 : h 348)


Sedangkan pada persalinan dan kelahiran normal yaitu proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

2.1.2. Angka Kejadian

Saat ini distosia adalah indikasi yang paling sering untuk seksio sesarea primer. Gifford

dkk melaporkan bahwa tidak majunya persalinan merupakan alsan bagi 68% seksio sesarea non

elektif pada presentasi kepala. Pada tahun 1990, 12% wanita Amerika didiagnosa mengalami

hambatan dalam persalinan sehingga janin harus dikeluarkan perabdominam, dan angkaini

meningkat sebesar 7%. Di Amerika diperkirakan 50-60% diantara semua seksio sesarea

disebabkan oleh tidak adanya kemajuan dalam persalinan.

2.1.3. Etiologi

Menurut Saifudin AB, (2007: h 185) Pada prinsipnya persalinan lama dapat

disebabkan oleh :

a. His tidak efisien (in adekuat)

Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara

manual sifat-sifat his dengan palpasi atau menggunakan bantuan CTG. HIS yang tidak

normal dalam dalam kekurangan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir

yang yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat dilatasi sehingga persalinan

mengalami hambatan atau kemacetan.


His dikatakan kurang baik kuat jika:

 Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his.

 Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi.

 Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara dua his.

Menurut WHO his dikatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang-kurangnya

tiga kali dalam kurun waktu 10 menit dan masing-masing lamanya lebih dari 40 detik

b. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)

Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi bokong, dahi, wajah,

atau letak lintang). Malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan

oksiput sebagai titik referansi. Janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi

kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet

c. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)

Panggul sempit atau disporporsi sefalopelvik terjadi karena bayi terlalu besar dan pelvic kecil

sehingga menyebabkan partus macet.

Faktor lain (Predisposisi) :

a. Paritas dan Interval kelahiran (Fraser MD, 2009 : 432)

b. Ketuban Pecah Dini

Pada ketuban pecah dini bisa menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama

dari keadaan normal, dan dapat menyebabkan infeksi. Infeksi adalah bahaya yang serius

yang mengancam ibu dan janinnya, bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion

dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis

pada ibu dan janin. (Wiknjosastro, 2007 : h )


KPD pada usia kehamilan yang lebih dini biasanya disertai oleh periode laten

yang lebih panjang. Pada kehamilan aterm periode laten 24 jam pada 90% pasien.

2.1.4. Gejala Klinik Partus Lama

Adapun gejala klinik dari Partus Lama adalah :

a. Pada ibu :

 Gelisah

 Letih

 Suhu badan meningkat

 Berkeringat

 Nadi cepat

 Pernafasan cepat

 Meteorismus

 Didaerah sering dijumpai bandle ring, oedema vulva, oedema serviks, cairan ketuban

berbau terdapat mekoneum.

 Pemeriksaan lokal vulva-vagina :

Edema vulva, Cairan ketuban berbau, Cairan ketuban bercampur mekonium

 Pemeriksaan dalam : Edema serviks, Bagian terendah sulit didorong ke atas, Terdapat

kaput pada bagian terendah, Keadaan janin dalam rahim, Asfiksia sampai terjadi

kematian

Akhir dari persalinan lama adalah : Ruftur uteri imminen, Kematian karena

perdarahan, dan infeksi.


b. Pada Janin :

 Djj cepat, hebat, tidak teratur bahkan negative.

 Air ketuban terdapat mekoneum kental kehijau-hijauan, cairan berbau

 Caput succedenium yang besar

 Moulage kepala yang hebat

 Kematian janin dalam kandungan

 Kematian janin intrapartal

2.1.5. Diagnosa Klinik

Diagnosis kelainan partus lama :

Tanda dan gejala klinis Diagnosis


Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari 3 Belum inpartu, fase labor
cm) tidak didapatkan kontraksi uterus

pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 Fase laten memanjang


jam inpartu
pembukaan serviks tidak melewati garis waspada Fase aktif memanjang :
partograf
- Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari -3 Inersia uteri
kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik
- Secondary arrest of dilatation atau arrest of
descent - Disporporsi sefalopelvik
- Secondary arrest of dilatation dan bagian terendah
dengan caput terdapat moulase hebat, edema serviks,
- Obstruksi
tanda rupture uteri immenens, fetal dan maternal
distress
- Kelainan presentasi (selain vertex)
- Malpresentasi

Pembukaan serviks lengakap, ibu ingin kala II lama (prolonged, mengedan, tetapi tidak ada
kemajuan second stage)

Untuk mendiagnosa faktor pada jalan lahir, seperti karena adanya kelainan panggul,

dapat ditegakkan atas pemeriksaan radiologis seperti pelvimetri radiologi, CT Scan, MRI

(Magnetic resonance imaging). Dengan melakukan pemeriksaan radiologis, akan didapatkan

kriteria diagnosis mengenai ukuran panggul.

Kriteria diagnosisnya sebagai berikut :

a. Kesempitan pintu atas panggul:

 Panggul sempit relatif: jika konjugata vera > 8,5 – 10 cm

 Panggul sempit absolut: jika konjugata vera < 8,5 cm

b. Kesempitan panggul tengah:

Kalau jumlah diameter interspinarum dan diametersagitalis posterior pelvis mencapai < 13,5

cm dan diameter interspinarum <10 cm, dinding panggul konvergen, dan sakrum lurus atau

konveks.3

c. Kesempitan pintu bawah panggul:

d. Bila arkus pubis <900, atau sudut lancip.

Sedangkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis faktor janin dapat menggunakan

ultrasonografi.
2.1.6. Analisi Grafik Persalinan

Friedeman menguraikan suatu analisis grafik persalinan yang menghubungkan

lamanya persalinan dengan kecepatan pembukaan cervix, pada kertas grafik ,dilatasi cervix

dalam centimeter di tepatkan pada sumbu ordinat dan waktunya pada obscis. Dengan

menghubungkan titik-titik persilangan terbentuk suatu kurva sigmid. Kecepatan pembukaan

cervix, sebagaimana diprlihatkan oleh lereng kurva di uraikan dalam centimete per jam.

Kala I persalinan (sejak dimulainya persalinan hingga pembukaan lengkap) di bagi

menjadi 2 priode, yaitu fase laten dan fase aktif. Dengan meneliti rangkaian kasus dalam jumlah

besar, friedman mendapatkan angka-angka untuk lamanya berbagai fase. Batas-batas normal

sebelah atas menunjukkan waktu terlama sejak proses persalinan dimulai dan berakhir sacara

normal. Akan tetapi, pada kasus-kasus dengan persalinan lambat atau tanpa kemajuan ( seperti

terlihat oleh rendahnya kecepatan dilatasi cervix), penyelidikan harus dilakukan jauh sebelum

waktu maksimum di capai.

Periode laten

Fase ini dimulai bersama-sama dimulainnya persalinan dan berlangsung sampai permulaaan

dan cervix melunak serta menepis. Lereng kurva hampir mendatar ,dilatasi cervix kira-kira hanya

0,35 cm per jam. Pada akhir fase laten, servix membuka sekitar 3 jam,mengalami pendataran

dengan baik dan melunak.

Pada primigravida,lama rata-rata fase laten adalah 8,6 jam, dengan batas normal sebelah atas

pada 20 jam (tabel 1). Untuk multipara angka-angkanya adalah 5,3 dan 14 jam. Terdapat variasi

yang luas pada angka-angka ini, dan priode laten yang lama tidak berarti bahwa fase aktifnya

akan abnormal.
Periode aktif

Periode aktif berlangsung sejak akhir fase laten hingga pembukaan lengkap. Kurva berubah

dari lereng fase laten yang hampir horizontal menjadi kemiringan yang hampir vertikar. Dengan

dicapainya kala dua, kurva tersebut mendatar kembali. Persalinan yang efektif dimulai sejak fase

aktif , yaitu priode dilatasi yang mantap dan cepat.

Tabel 1. Waktu pada fase-fase persalinan


Primigravida multipara
Rata-rata uppernormal rata-rata uppernormal
Fase laten 8,6 jam 20 jam 5,3 jam 14 jam
Fase aktif 5,8 jam 12 jam 2,5 jam 6 jam
Kala 1 13,3 jam 28,5 jam 7,5 jam 20 jam
Kala 2 57 menit 2,5 jam 18 menit 50 menit
Dilatsi cervix
Rate selama fase akif kurang 1,2/jam kurang 1,5 cm/jam adalah
Adalah abnormal abnormal
Pada primigravida dalam rangkaian kasus friedeman,lama rata-rata fase aktif adalah 5,8

jam dan batas atas normal setelah atasnya adalah 12 jam. Kecepatan dilatasi cervix yang kurang

dari 1,2 hingga 6,8 per jam. Kecepatan di bawah 1,2 cm per jam adalah kecepatan di bawah

normal dan menunjukkan adanya persalinan disfungsional.

Pada multipara lama rata-rata fase aktif adalah 2,5 jam, dengan batas normal sebelah atas

pada 6 jam. Kecepatan dilatasi cervix yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan

abnormal.

Pada primigrapida lama maksimal kala 1 persalinan yang nolmal fase laten dan aktif

digabungkan adalah 28,5 jam (rata-rata 13,3),dengan kala dua maksimum pada 2,5 jam (rata-rata

57 menit). Pada multipara, angka-angka tersebut adalah 20 jam (rata-rata 7,5 menit). Untuk kala

satu dan 50 menit (rata-rata 18 menit) untuk kala dua.


2.1.7. Klasifikasi Persalinan Lama

a. Fase laten yang memanjang

Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada multipara

merupakan keadaan abnormal (Hakimi, 2010).

Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :

 Cervix belum matang pada awal persalinan

 Posisi janin abnormal

 Disproporsi fetopelvik

 Persalinan disfungsional

 Pemberian sedatif yang berlebihan.

Cervik yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan kebanyakan cervix

akan membuka secara normal begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih

dari 20 jam, banyak pasien mencapai dilatasi cervix yang normal ketika fase aktif dimulai.

Meskipun fase laten itu menjemukan, tetapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau pun anak

(Hakimi, 2010).

Faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah anestesia regional atau

sedasi yang berlebihan, keadaan servik yang buruk (missal tebal, tidak mengalami pendataran,

atau tidak membuka), dan persalinan palsu. Friedman mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi

oksitosin sama efktif dan aman dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan (Saifudin,

2009).

b. Fase Aktif Memanjang Pada Primigravida

Pada primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal.

Yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi cervix. Laju yang
kurang dari 1.2 cm per jam membuktikan adanya abnormalitas dan harus menimbulkan

kewaspadaan dokter yang akan menolong persalinan tersebut.

c. Pemanjangan fase aktif menyertai :

 Malposisi janin

 Disproporsi fetopelvik

 Penggunaaan sedatif dan analgesik secara sembrono

 Ketuban pecah sebelum mulainya persalinan. Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran

dengan forceps-tengah, sectio caesarea dan cedera atau kematian janin.

Berikut ini ciri – ciri partus lama multipara :

 Insidennya kurang dari 1 persen

 Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida dengan partus lama.

 Jumlah bayi besar bermakna

 Malpresentasi menimbulkan permasalahan

 Prolapsus funiculi merupakan komplikasi perdarahan postpartum berbahaya.

 Perdarahan postpartum berbahaya.

 Ruptur uteri terjadi pada grande multipara.

 Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam

 Ekstraksi forceps – tengah lebih sering dilakukan.

 Angka section caesarea tinggi sekitar 25 persen (Hakimi, 2010).

d. Penurunan Bagian Terendah

Begitu penurunan yang aktif dimulai pada akhir kala satu persalinan, proses ini harus terus

berlangsung sepanjang perjalanan kala dua. Gangguan pada penurunan merupakan ancaman dan
menunjukan adanya suatu permasalahan yang serius. Diagnosis didasarkan kepada petunjuk

tidak adanya perubahan stasiun bagian terrendah janin selama waktu setidaknya 2 jam.

Disproporsi cephalopelvik dan abnominal ketja uterus sering tampak setelah terjadi kemacetan

penurunan. Section caesarea, forceps tengah, rotasi dengan forceps dan forceps yang gagal

acapkali dijumpai menyertai masalah ini. Pada tindakan melahirkan pervaginam yang sulit,

trauma maternal dan fetal sering terjadi.

e. Persalinan lama dalam kala dua

Tahap ini berawal saat pembukaan servik telah lengakap dan berakhir dengan keluarnya janin.

Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara, tetapi angka itu

juga sangat bervariasi. Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan perineum nya sudah

melebar, 2 atau 3 kali setelah mengejan pembukaan lengkap mungkin cukup untuk

mengeluarkan janin. Sebaliknya pada seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar, atau

dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anestesi regional atau sedasi yang berat, maka kala II akan

sangat dapat memanjang. Selain itu kala II dapat mengakibatkan banyak gerakan pokok yang

penting agar janin dapat melewati jalan lahir.

2.1.8. Komplikasi

Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin. Diantaranya:

a. Bagi Ibu

Persalinan lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya cedera

terus meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan: resiko tersebut naik dengan cepat

setelah 24 jam. Terdapat kelainan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi,

kelelahan, dan syok. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk

bahaya bagi ibu.


 Infeksi intrapartum

Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama

bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan desisdua

serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia, sepsis dan pneumonia pada janin akibat

aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.

 Ruptur uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama,

terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka yang dengan riwayat seksio sesarea.

Apabila disproporsi antara kepala janin dan dan panggul sedemikin besar sehingga kepala tidak

engaged dan tidak terjadi penurunan, sehingga segmen bawah uterus menjadi sangat teregang

yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.

 Cincin retraksi patologis

Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe yang paling sering adalah

cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen

bawah uterus, cincin ini sebagai sustu identasi abdomen dan menandakan ancaman akan

rupturnya segmen bawah uterus.

 Pembentukan fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk

jangka waktu lama, maka bagian jalan lahir yang terletak diantaranya akan mengalami tekanan

yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi sehingga dapat terjadi nekrosis yang akan jelas

dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula.


 Cedera otot dasar panggul

Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubungnya merupakan konsekuensi

yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginum terutama apabila persalinannya sulit.

b. Bahaya bagi janin

 Kaput Suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar di

bagian bawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan

diagnostik yang serius. Kaput dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri

belum cakap, dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara prematur dan

tidak bijak untuk melakukan ekstraksi forcep biasanya kaput suksedaneum bahkan yang besar

sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.

 Molase pada Kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih di

sutura besar, suatu proses yang di sebut molase (molding moulage). Biasanya batas median

tulang parietal yang berkontak dengan promontorium tumpang tindih dengan tulang di

sebelahnya.’ hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang oksipital terdorong

kebawah tulang parietal.

2.1.9. Penatalaksanaan Persalinan Lama

Adapun penatalaksanaan persalinan lama adalah :

1) Penatalaksanaan persalinan lama menurut (Depkes, 2007). :

 Seksio sesar pada panggul sempit, makrosomia, letak lintang, atau disproparsi fetopelvik.
 Koreksi yang kemudian dilanjutkan dengan akselerasi kala 2 (ekstraksi vakum atau cunam) atau

seksio sesar pada kasus malpresentasi atau asinklitismus.

 Maneuver skrup atau penekanan bahu secara eksternal untuk distosia bahu.

 Pacu kontraksi apabila inersia uteri bukan disebabkan oleh disproparsi.

 Rehidasi adan pemberian kalori untuk restorasi ibu yang mengalami kelelahan

2) Tindakan suportif

 Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya dan

menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.

 Intake cairan setidaknya 2.500 ml perhari. Pada semua partus lama, intake cairan sebanyak ini

dipertahankan melalui pemberian infus cairan glukosa. Dehidrasi dengan tanda adanya aceton

dalam urine, harus dicegah.

 Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik. Makanan ini

akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena itu,

pada persalinan yang berlangsung lama dipasang infus untuk pemberian kalori.

 Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rektum yang penuh

bisa saja menimbulkan perasaan tidak enak dan merintangi kemajuan persalinan tetapi juga

menyebabkan organ tersebut lebih mudah cedera disbanding dalam keadaan kosong.

 Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan harus diistirahatkan dengan pemberian

sedative dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini

harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu

kontraksi dan membahayakan bayinya.


 Pemeriksaan rektal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuaensi sekecil mungkin.

Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap tindakan harus

dilakukan dengan maksud yang jelas.

 Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukan adanya kemjuan dan kelahiran diperkirakan terjadi

dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, terapi sufortif

diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara spontan (Hakimi, 2010).

 Fase laten memanjang

Pertama-tama faktor-faktor mekanis harus disingkirkan. Terapi selanjutnya

tergantung pada kondisi cervix.

- Cervix matang : mendatar, lunak dan pembukaan 2.5 hingga 3.0 cm:

Amniotomi, Oxcyticin

- Cervix belum matang: terapinya sufortif. Pasien diberikan makanan bergizi, ditenangakan

pikirannya dan diberi obat-obatan untuk tidur. Sesudah itu akan terjadi salah satu diantara

kemungkinan ini : Persalinan berhenti (menunjukan false labor) dan pasien dipulangkan, Pasien

akan mengalami persalinan yang efisien dan cervix berdilatasi, Tipe persalinan yang semula

terjadi kembali. Dalam keadaan ini stimulasi dengan oxytosin sering mendorang terjadinya

proses persalinan yang baik begitu cervix menjadi matang, ketuban dapat dipecahkan (Hakimi,

2010).
2.2 PARTUS DENGAN VAKUM EKSTRAKSI

2.2.1. Pengertian Ekstraksi Vakum

Ekstraksi vacuum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi

tenaga negative (vakum) pada kepalanya. Alat yang umumnya digunakan adalah vacum

ekstraktor dari malmstrom. Prinsip dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum

(tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian akan timbul caput secara

artifisial dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Pengaturan tekanan harus diturunkan

secara perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya

perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum.

2.2.2. Alat-alat Ekstraksi Vacum

a. Mangkok (cup)

Mangkok ini dibuat untuk membuat caput succedaneum buatan sehingga mangkuk dapat

mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang

terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastik

kurang traumatis dibanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya berdiameter 4 cm

sampai dengan 6 cm. pada punggung mangkuk terdapat:

 Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik

 Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung

 Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction ) Pada

vakum bagian depan terdapat logam/ plastik yang berlubang untuk menghisap cairan atau

udara.
b. Rantai Penghubung

Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk dengan pemegang.

c. Pipa Penghubung

Terbuat dari pipa karet atau plastik lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan negatif. Pipa

penghubung berfungsi penghubung tekanan negatif mangkuk dengan botol.

d. Botol

Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang mungkin ikut

tersedot (air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll). Pada botol ini terdapat tutup

yang mempunyai tiga saluran:

 Saluran manometer

 Saluran menuju ke mangkuk

 Saluran menuju ke pompa penghisap

e. Pompa penghisap

Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik

2.2.3. Teknik Tindakan Ekstraksi Vacum

a) Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ). Sekitar

vulva ditutup dengan kain steril

b) Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk dengan tonjolan

petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya dipakai mangkuk

dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.


c) Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan -0,2 kg

/cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari pembuatan tekanan negatif

yang bertahap ini supaya caput succedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik.

d) Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir atau kulit

ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.

e) Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok pudendal untuk

kemudian dilakukan episiotomi.

f) Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan dengan

cara menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibu jari dan jari telunjuk serta jari

tanan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat pada kepala janin. Selama

ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan

dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan

berangsur-angsur dinaikan ( keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan

negatif dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk kemudian dilepas.

Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara

aktif.

2.2.4. Keuntungan Tindakan Ekstraksi Vacum

a) Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian

mengurangi frekuensi SC.

b) Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat dipasang di belakang kepala,

samping kepala ataupun dahi.


c) Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui

jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.

d) Cup dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm,

untuk mempercepat pembukaan, untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga

kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan

cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari

kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.

e) Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi

kepala ( misal pada letak dahi ).

2.2.5. Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum

Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup

sampai dapat ditarik relatif lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai

apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress (

gawat janin ) alatnya relatif lebih mahal dibanding dengan forcep biasa.

2.2.6. Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum

a) Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar

b) Penurunan tekanan harus berangsur-angsur

c) Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam

d) Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan

e) Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)

f) Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi


g) Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature

2.2.7. Syarat Tindakan Ekstraksi Vakum

a. Pembukaan 7 cm atau lebih

b. Kepala di Hodge II-III

c. Tidak ada disproporsi kepala panggul

d. Konsistensi kepala normal

e. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan

2.2.8. Indikasi

Kala II lama dengan presentasi belakang kepala / vertex (pemantaun patograf).

Biasanya kepala tidal lahir karena lemahnya ekspulsi, inersia uteri dan malposisi.

2.2.9. Kontraindikasi

a. Letak muka (kerusakan pada mata)

b. Kepala menyusul

c. bayi premature (tarikan tidak boleh keras)

d. Gawat janin

2.2.10. Kegagalan

Ekstraksi vacum dianggap gagal jika:

a) Kepala tidak turun pada tarikan.

b) Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit.
c) Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.

Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan. Jangan lanjutkan

jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.

2.2.11. Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum

a) Terhadap Ibu

1. Trauma persalinan : Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan

cup, Robekan perineum yang lebih luas

2. Perdarahan : Robekan jalan lahir, Atonia uteri

3. Infeksi

b) Terhadap Anak

1. Luka-luka pada kulit kepala

2. Cephal haematoma

3. Caput succedaneum

4. Perdarahan atau kerusakan otak

5. Asfiksia

6. Trauma langsung pada bagian janin tempat cup vakum

2.3 PARTUS DENGAN FORSEP

2.3.1. Pengertian

Forceps digunakan untuk menolong persalinan bayi dengan presentasi verteks, dapat

digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan posisi kepala bayi pada jalan lahir pada

saat daun forceps dipasang. Tindakan forceps rendah (forceps pintu bawah panggul) adalah
tindakan pemasangan forceps setelah kepala bayi mencapai dasar perineum, sutura sagitalis

berada pada diameter anteroposterior dan kepala bayi tampak diintroitus vagina.

Tindakan forceps tengah (midforseps) adalah tindakan pemasangan porceps sebelum

kriteria untuk porceps rendah dipenuhi, tetapi setelah engagement kepala bayi terjadi.

Adanya engagement biasanya dapat dibuktikan secara klinis oleh penurunan bagian terendah

kepala sampai atau dibawah spina iskiadika dan pintu atas panggul biasanya lebih besar dari

pada ajarak dan pintu atas panggul biasanya lebih besar daripada jarak diameter biparietal

dengan bagian kepala bayi yang paling bawah.(Menurut sumber dari buku Obstetri

Williams).

Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala

pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps.

Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin.

Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan

berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan. (Menurut sumber dari buku Pelayangan

Kesehatan Maternatal & Neonatal)

2.3.2. Klasifikasi Ekstrasi Forcep

Pada tahun 1988, ACOG mengeluarkan klasifikasi ekstraksi forsep, yaitu :

1. Outlet Forsep

 Skalp terlihat pada introitus tanpa memisahkan labia

 Kepala bayi telah mencapai dasar panggul

 Sutura sagitalis pada posisi anteroposterior atau ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau

belakang

 Kepala bayi pada perineum


 Rotasi tidak melebihi 45 derajat

2. Low Forsep

 Kepala pada station > +2, namun tidak pada dasar panggul

 Rotasi kurang dari 45 derajat (ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau kiri/kanan belakang

atau belakang)

 Rotasi lebih dari 45 derajat

3. Midforsep : Station diatas +2 namun kepala engaged

4. High : Tidak dimasukkan kedalam klasifikasi

2.3.3. Tujuan Persalinan Ekstraksi Forcep

Menurut Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:

1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan

2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan depan

atau sekali-kali. Ubun-ubun melintang kiri dan kanan atau ubun-ubun kiri atau kanan

belakang menjadi ubun- ubun depan ( dibawah symphisis pubis)

3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala

2.3.4 Indikasi

Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah

1. Indikasi ibu

 Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah

setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.

 Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya

partus sudah berlangsung lama.


 Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.

 Eklamsi yang mengancam

 Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV, pembukaan cervix lengkap, ketuban

sudah pecah atau 2jam mengedan janin belum lahir juga.

 Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal Ibu dengan

decompensasi kordis, ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat

(Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial.

 Partus tidak maju-maju

 Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.

2. Indikasi janin Gawat janin

Tanda-tanda gawat janin antara lain :

 Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur

 DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan

tidak teratur

 Adanya mekonium (pada janin letak kepala) Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak

masih baik.

2.3.5 Kontra indikasi

Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi:

1) Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagisehingga kepala sulit

dipegang oleh forceps

2) Anencephalus

3) Adanya disproporsi cepalo pelvik.

4) Kepala masih tinggi


5) Pembukaan belum lengkap

6) Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.

7) Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih

2.3.6 Syarat Dilakukan Ekstraksi Forcep

Keputusan untuk melakukan ekstaksi forsep sama pentingnya dibandingkan dengan

keputusan untuk seksio sesarea. Terdapat persyaratan minimum untuk ekstraksi forsep, yaitu:

1. Kepala janin engaged

2. Selaput ketuban telah pecah

3. Pembukaan lengkap

4. Anak hidup termasuk keadaan gawat janin

5. Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H IV atau dasar panggul)

6. Kontraksi baik

7. Ibu tidak gelisah atau kooperatif

8. Posisi janin diketahui dengan pasti

9. Panggul telah dinilai adekuat

10. Terdapat anestesi yang sesuai

11. Operator mempunyai ketrampilan dan pengetahuan mengenai peralatan

12. Adanya kemauan untuk membatalkan tindakan bila ekstraksi forsep tidak lancar

13. Informed consent baik oral meskipun lebih baik tertulis


2.3.7 JENIS TINDAKAN

Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan beberapa macam

tindakan ekstraksi forceps, antara lain:

1) Forceps rendah

Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum,

forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.

2) Forceps tengah

Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah

adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila

aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul .

Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum.

3) Forceps tinggi

Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah

diganti dengan seksio cesaria.

2.3.8 TEKNIK EKSTRAKSI FORCEP

Pasien diposisikan dalam posisi litotomi dengan tungkai fleksi dan abduksi. Vulva

dan perineum diberikan solusi antiseptik yang cukup. Kandung kemih dinilai, bila perlu

dikosongkan. Pemeriksaan dalam dilakukan lagi, untuk meyakinkan bahwa semua syarat

forsep telah terpenuhi.

Tujuan aplikasi forsep adalah untuk mencakup kepala secara simetris. Bilah

forsep harus terpasang secara simetris pada sisi kepala bayi dan melewati malar

eminensia. Setelah forsep terpasang, harus dilakukan pemeriksaan ulang apakah aplikasi

telah tepat sebelum dilakukan traksi atau rotasi.


Penilaian untuk aplikasi forsep yang tepat adalah :

 Sutura sagitalis tegak lurus dengan plana forsep

 Ubun-ubun kecil berada satu jari diatas dari plana forsep, dan mempunyai jarak yang

sama dari kedua sisi bilah

 Jika bilah yang dipakai merupakan yang fenstrated, fensetrasi hanya satu jari didepan

dari kepala bayi

2.3.9 KOMPLIKASI

Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut

a. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:

 Perdarahan

Dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir

yang meliputi rupture uteri, rupture cervix, robekan forniks, kolpoforeksis,

robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.

 Infeksi

Terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat

menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat

memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan

pemeriksaan dalam.

b. Komplikasi segera pada bayi

 Asfiksia

Karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi rangsangan pernafasan

menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang

menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital
di medula oblongata atau trauma langsung jaringan otak. Infeksi oleh karena

infeksi pada ibu menjalar ke bayi

 Trauma

Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang

kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata,

telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan

fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta

hematoma pada daerah tertekan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah : Ditinjau dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa Partus lama merupakan persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan

dalam persalinan, kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan

bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai dibidang hodge III atau lebih rendah dinilai

dari ada atau tidaknya putaran paksi dalam.

Penyebab dari persalinan lama dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu: Persalinan lama

karena kekutan – kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, seperti: kelainan his, kekuatan

mengejan kurang kuat, adanya kelainan letak atau fisik janin, adanya kelinan pada jalan lahir.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas penilaian faktor-faktor penyebab partus lama dan atas

dasar pemeriksaan radiologis.

Komplikasi yang dapat ditimbulkan partus lama bisa berupa infeksi intra partum, ruptur uteri,

cincin retraksi patologis, pembentukan fistula, cedera otot dasar panggul,kaput suksedaneum dan

moulase kepala janin.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu Kami

sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi sempurnanya

makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Llewellyn-jones, Derek. 2001. Dasar dasar Obsetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.

Oxorn, Harry. dkk. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :
ANDI.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Cunningham, dkk. 2009. Obsetri Williams Edisi 23 Vol 1. Jakarta : EGC
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar belakang

B i d a n d a l a m p e l a y a n a n k e b i d a n a n m e m p u n ya i p e r a n a n p e n t i n g

d a l a m menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi

asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang

tanggung jawab terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial. Di tengah masyarakat, bidan

juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat

t e r h a d a p p o l a h i d u p d a n g a ya h i d u p y a n g t i d a k s e h a t . J a d i t i d a k

h a n ya m e m b e r i asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga dan

masyarakat. Oleh karena itu, bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar

dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibat dalam pelayanannya

dengan baik dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Manajemen kebidanan merupakan proses bekerja melalui anggota staf kebidanan

untuk memberikan asuhan kebidanan secara professional.!uangan atau bangsal


sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang

memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan k i a t n y a s e c a r a

optimal. namun perlu disadari, tanpa adanya tata kelola

y a n g memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari

semua pihak,maka pelayanan kebidanan professional hanyalah akan menjadi teori

semata. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis

sistematis.O l e h k a r e n a i t u m a n a j e m e n k e b i d a n a n m e r u p a k a n a l u r p i k i r

b a g i s e o r a n g b i d a n dalam memberikan arah kerangka dalam menangani

kasus yang menjadi tanggung jawabnya.Manajemen kebidanan mempunyai

peran penting dalam menunjang kerjaseorang bidan agar bidan dapat melakukan

pelayanan dengan baik kepada kliennya.

Dalam membuat managem en kebidanan perlu dibuat

p e r e n c a n a a n . P e r e n c a n a a n adalah memutuskan hal-hal yang akan dan tidak akan

kita lakukan pada menit, jam,atau hari mendatang serta bagaimana melakukan

hal itu. perencanaan merupakan jembatan antara dimana kita saat ini dengan

dimana kita saat mendatang p e r e n c a n a a n D a l a m p e l a ya n a n k e b i d a n a n

adalah suatu proses m e m p e r s i a p k a n &secara sistematisakan dilakukan

kegiatan tersebut.

Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam

menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan

kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang tanggung

jawab terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial. Di tengah masyarakat, bidan juga

berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat


terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan

pada individu tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena itu, bidan harus

mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur

yang terlibat dalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menurunkan angka

kematian ibu dan anak.

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh

karenaitu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam

memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang bidan

agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya. Oleh karena itu,

kami menyusun makalah ini dengan judul “ Perencanan Manajemen Pelayanan

Kebidanan“ selain sebagai tugas kelompok juga dapat dijadikan referensi bagi pembaca.

B. Tujuan Pengorganisasian Bangsal Kebidanan

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.

2. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.

3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.

4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motifasi dan kerja

staf.

5. Membuat berkembang secara dinamis.

C. Rumusan masalah

1. Pengertian manajemen pelayanan kebidanan?

2. Perencanaan dalam manajemen kebidanan?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Pelayanan Kebidanan

Dalam pelayanan kebidanan manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan

kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan

kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan

mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat

kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula

ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan

pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam

rangka pemecahan masalah dari klien tersebut.

Manajemen kebidanan adalah proses pertolongan yang dilakukan seseorang yang

berprofesi sebagai bidan secara sistematis untuk membantu menyelesaikan persoalan kesehatan

seorang pasien dengan tepat. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk

pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)

Teori Manajemen Kebidanan Menurut Ibnu Syamsi fungsi manajemen terdiri dari :

1. Fungsi perencanaan

2. Fungsi mengatur pelaksanaan

3. Pengorganisasian (organizing )

4. Penyiapan tenaga ( staffing)

5. Pengarahan (directing)

6. Pengkordinasian (coordinating)

7. Permintaan laporan ( reporting )

8. Fungsi pengendalian (controlling )

9. Fungsi pengembangan (development )

Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan

dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum

perempuan khususnya ibu dan anak-anak.


Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya.

Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi:

1. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab

bidan.

2. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara

bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.

3. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jwab layanan oleh

bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun

pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan

lainnya seperti rujukan.

B. Perencanaan Dalam Pelayanan Kebidanan

Adalah suatu proses mempersiapkan secara sistimatis kegiatan yang akan dilaksanakan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Untuk membuat perencanaan kita harus mengetahui si-a-bi-di-ba

 Si ( siapa yg akan membuatnya )

 A ( apa yg hrs direncanakan )

 Bi ( bila dilaksanakan )

 Di ( dimana tpt pelaksanaan )

 Ba ( bagai mana hasilnya )

Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari administrasi

kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:


1. INPUT,

input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat melaksanakan

pekerjaan manajemen. Input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi

dari menejemen termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan

sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.

Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan

.Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga ,dana dan sarana .Secara umum di

sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas.tidak sesuai standar yang

ditetapkan ,serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan ,maka sulitlah

diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan .

Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat, input ada 3

macam, yaitu:

a) Sumber (resources)

Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan

barang atau jasa. Sumber (resources) dibagi 3 macam:

1) Sumber tenaga (labour resources) dibedakan atas:

Tenaga ahli (skilled): dokter, bidan, perawat

Tenaga tidak ahli (unskilled): pesuruh, penjaga

2) Sumber modal (capital resources), dibedakan menjadi:

Modal bergerak (working capital): uang, giro

Modal tidak bergerak (fixed capital): bangunan, tanah, sarana kesehatan.

3) Sumber alamiah (natural resources) adalah segala sesuatu yang terdapat

di alam, yang tidak termasuk sumber tenaga dan sumber modal.


b) Tatacara (prosedures)

Tatacara (procedures): adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan

yang dimiliki dan yang diterapkan.

c) Kesanggupan (capacity)

Kesanggupan (capacity): adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga

pelaksana.

Menurut Koontz input manajemen ada 4, yaitu Man, Capacity, Managerial, dan

Technology. Untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan, macam input ada 4M,

yaitu Man, Money, Material, Method. Sedangkan untuk organisasi yang mencari

keuntungan, macam input ada 6M, yaitu Man, Money, Material, Method, Machinery,

Market.

2. PROSES

Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya,

proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan

proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan dilakukan.

Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam, yakni tindakan medis dan

tindakan non medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai

dengan standar yang di tetapkan, maka sulitlah di harapkan bermutunya pelayanan

kesehatan.

3. OUTPUT
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen

kesehatan, output dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau

output adalah hasil pelaksanaan kegiatan.

Output Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan

Penampilan daat di bedakan atas dua macam. Pertama, penampilan aspek medis

pelayanan kesehatan. Kedua, penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan. Secara

umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah

di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan

kesehatan yang bermutu.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan

kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan

kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

2. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut

membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan

tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya

bervariasi dengan kondisi klien.

3. Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur, yaitu: input, proses dan

output.
Bidan dalam p e l a ya n a n kebidanan m e m p u n ya i peranan penting

d a l a m menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi

asuhankebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang

tanggung jawab terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial. Di tengah masyarakat, bidan

juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku

masyarakatt e r h a d a p p o l a h i d u p d a n g a ya h i d u p ya n g t i d a k s e h a t . J a d i t i d a k

h a n ya m e m b e r i asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat.

Oleh karena itu, bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat

mengorganisasikansemua unsur unsur yang terlibat dalam pel ayanannya dengan baik

dalam rangkamenurunkan angka kematian ibu dan anak. Manajemen kebidanan merupakan

proses bekerja melalui anggota staf kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan

se ara professional.!uangan atau bangsal sebagai salah satu unit terke il pelayanan

kesehatanmerupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan

ilmu dank i a t n y a s e ara optimal. "amun perlu disadari, tanpa adanya

t a t a k e l o l a y a n g memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran

aktif dari semua pihak,maka pelayanan kebidanan professional hanyalah akan menjadi teori

semata. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis.O l e h

karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang

b i d a n dalam memberikan arah#kerangka dalam menang ani kasus yang menjadi

tanggung jawabnya.Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam

menunjang kerjaseorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada

kliennya.D a l a m m e m b u a t m a n a g e m e n k e b i d a n a n p e r l u d i b u a t p e r e n anaan.

$eren a n a a n adalah memutuskan hal-hal yang akan dan tidak akan kita lakukan pada menit,
jam,atau hari mendatang serta bagaimana melakukan hal itu. $eren anaan

merupakan jembatan antara dimana kita saat ini dengan dimana kita saat

mendatang.$ e r e n a n a a n D a l a m $ e l a ya n a n % e b i d a n a n a d a l a h s u a t u p r o s e s

mempersiapkan&

s e a r a s i s t i m a t i s k e g i a t a n ya n g a k a n d i l a k s a n a k a n u n t u k m e n a p a i s u a t u
t u j u a n tertentu..
1.2.Rumusan Masalah
&.'.&.Bagaimana Definisi $eren anaan(&.'.'.Bagaimana Dasar $eren anaan
(&.'.).Bagaimana *ungsi $eren anaan(&.'.+. pakah Manfaat
$eren anaan(&.'. . pa saja Dasar $eren anaan(&.'. .Bagaimana klasifikasi
peren anaan(&.'./.Bagaimana konsep dari $O (&.'.0. pa Definisi dari
$eren anaan Bangsal(&.'.1. pa saja peren anaan dalam manajemen pelayanan
kebidanan(&.'.&2. pa saja ma am 3ma am peren anaan
bangsal(&.'.&&.Bagaimana tugas peren anaan bangsal berdasarkan
jabatan(&.'.&'.Bagaimana ontoh peren anaan bangsal(
1.3.Tujuan Penul san
&.).&.Menjelaskan Definisi $eren anaan& . ) . ' . M e n j e l a s k a n D a s a r
$eren anaan &.).).Menjelaskan *ungsi
$eren anaan&.).+.Menjelaskan Manfaat
$ e r e n a n a a n &.). .Menjelaskan Dasar-Dasar
$eren anaan&.). .Menjelaskan %lasifikasi
$eren anaan& . ) . / . M e n j e l a s k a n k o n s e p d a r i $ O &.).0.Menjelaskan
D e f i n i s i D a r i $ e r e n a n a a n B a n g s a l &.).1.Menjelaskan $eren anaan Dalam
Manajemen $elayanan %ebidanan&.).&2.Menjelaskan Ma am 3Ma am
$eren anaan Bangsal&.).&&.Menjelaskan 4ugas $eren anaan Bangsal Berdasarkan
Jabatan&.).&'.Menjelaskan Bagaimana 5ontoh $eren anaan Bangsal
BAB 2TIN!AUAN PU"TA#A2.1 #$nse% Peren&anaan
'.&.& Definisi $eren anaan$eren anaan terjadi disemua tipe kegiatan. $eren anaan adalah
proses dasar d i m a n a m a n a j e m e n m e m u t u s k a n t u j u a n d a n a r a m e n a p a i n ya .
$ e r b e d a a n pelaksanaan adalah hasil tipe dan tingkat peren anaan yang berbeda
pula.$ e r e n a n a a n d a l a m o r g a n i s a s i a d a l a h e s e n s i a l , k a r e n a d a l a m
k e n ya t a a n n y
KONTRASEPSI DARURAT

1. Pengertian .

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan
segera setelah hubungan seksual. Hal ini sering disebut “Kontrasepsi pascasanggama” atau
“morning after pil” atau “morning after treatment”. Istilah “kontrasepsi sekunder” atau
“kontrasepsi darurat” asalnya untuk menepis anggapan obat tersebut harus segera
dipakai/digunakan setelah hubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan harinya dan
bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

(http://www.kontrasepsidarurat.com/pil-kondar.html)

1. Manfaat

Manfaat dari penggunaan kontrasepsi darurat antara lain :

1. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan


2. Bukan sebagai pil penggugur kandungan
3. Cara kerja Kondar adalah “fisiologis”, sehingga tidak mempengaruhi kesuburan dan
siklus haid yang akan datang
4. Efek samping ringan dan berlangsung singkat
5. Tidak ada pengaruh buruk di kemudian hari pada organ sistem reproduksi dan
organtubuh lainnya. (Hanafi, 2004)

1. Indikasi

Untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Bila terjadi kesalahan dalam pemakaian
kontrasepsi seperti :

1. Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi, seperti :


2. Kondom bocor, lepas atau salah penggunaannya
3. Diaphragma pecah atau robek atau dilepas terlalu cepat
4. Kegagalan sanggama terputus
5. Salah hitung masa subur
6. Alat kontrasepsi dalam rahim (Spiral/IUD) ekspulsi
7. Lupa minum pil KB lebih dari 2 hari berturut-turut
8. Terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB 1 bulan.
9. Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB 3 bulan.

(Saifuddin, 2011).

2. Wanita korban perkosaan kurang dari 72 jam

Pil kontrasepsi darurat (pil kondar) adalah pil kontrasepsi yang diambil pasca-coitus untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Cara kerja pil ini adalah dengan mengubah
endometrium sehingga tidak memungkinkan implantasi hasil pembuahan, mencegah atau
menunda ovulasi dan mengganggu pergerakan telur di tuba fallopi.

Pembuahan (konsepsi) biasanya tidak terjadi segera setelah berhubungan seks tetapi hingga
beberapa hari kemudian. Selama waktu antara senggama dan pembuahan, sperma berjalan
melalui tuba falopi untuk bertemu dengan telur. Akibatnya, mengambil pil kontrasepsi darurat
segera setelah hubungan seks tanpa kondom belum terlalu terlambat untuk mencegah kehamilan.

3. Tidak menggunakan kontrasepsi, baik karena alasan medis maupun belum bersedia, tetapi
ingin mencegah kehamilan.

4. Wanita yang tidak sedang memakai kontrasepsi apapun, karena tugas suaminya yang sering
bepergian dalam jangka waktu lama

1. Kontra Indikasi

Hamil atau disangka hamil

1. Jenis Kontrasepsi Darurat

1. Mekanik

Satu-satunya Kondar mekanik adalah IUD yang mengandung tembaga (misalnya: CUT 380A).
Jika dipasang dalam waktu “kurang dari 7 hari” setelah senggama, cara ini mampu mencegah
kehamilan.dan selanjutnya dapat dipakai terus untuk mencegah kehamilan hingga 10 tahun
lamanya, atau sesuai waktu yang dikehendakinya. Hanya saja harganya lebih mahal dan
sebaiknya dipasang oleh ahlinya (dokter umum, atau dokter spesialis kebidanan atau bidan).

Cara kerja kontrasepsi darurat dengan insersi IUD

1. IUD berbentuk inert seperti Lippes Loop menimbulkan reaksi benda asing dengan terjadi
migrasi dari leukosit, limfosit dan makrofag. Pemadatan lapisan endometrium
menyebabkan gangguan nidasi hasil konsepsi, sehingga tidak terjadi kehamilan.
2. IUD yang mengandung Cupper, segara setalah insersi di samping
menimbulkanpemadatan endometrium, melepaskan ion Cu dengan konsentrasi tinggi.
Konsentrasi 2,5 X 10 mol/L bersifat blastosidal atau membunuhnya sehingga kehamilan
tidak terjadi.
3. Konsentrasi yang lebih tinggi bersifat embriotoksik sehingga kehamilan tidak terjadi.

(http://.www.medicastore.com/oc/pilkbplus.htm)

2. Medik

Paling sedikit ada 5 cara pemberian Kondar yang telah diteliti secara luas. Masing-masing
bersifat hormonal dan saat ini diterapkan secara oral. Sekalipun pemberian pervaginal dalam
tahap penelitian, namun kepustakaan yang telah dipublikasikan masih terbatas pada pemberian
per oral.

1. Lima cara tersebut adalah : Pil KB Kombinasi (mis: Microgynon), Pil Progestin (mis :
mini pil), Pil Estrogen (mis: Premarin), Mifepristone (mis : RU-486), Danazol (mis :
Danocrine).
2. Cara kerja :

1) Merubah endometrium sehingga tidak memungkinkan implantasi hasil pembuahan

2) Mencegah ovulasi / menunda ovulasi

3) Mengganggu pergerakan saluran telur (tuba fallopi)

1. Cara pemberian :

1) Pil kombinasi

Pil KB biasa yang berisi kombinasi antara estrogen (ethynilestradiol) dan prgogesteron
(levonorgestrel atau dl-norgestrel) metode ini dikenal sebagai “metode yuzpe” dan telah dieliti
dan dipakai secara luas sejak pertengahan tahun 1970an.

a) Untuk pil dosis tinggi yang berisi ethynilestradiol 50 mg dan lovenorgestrel 250 mg (atau
dl-norgestrel 500 mg) : 2 pil harus diminum maksimal 72 jam setelah hubungan seksual tanpa
perlindungan diikuti dengan 2 buah pil 12 jam kemudian (neogynon)

b) Untuk pil yang berisi ethynilestradinol 30 mg dan levonorgestrel 150 mg atau (dl-
norgestrel 300 mg) : 4 buah pil harus diminum maksimal 72 jam setelah hubungan seksual tanpa
perlindungan diikuti 4 pil 12 jam kemudian (microgynon)

Mekanieme kerja:

Khasiat kontrasepsi suatu pil kombinasi berdasarkan hambatan ovulasi, dimana secara sinergis
estrogen dan gestagenbekerja dengan mekanisme umpan balik terhadap poroshipotalamus-
hipofise sehingga tejadi hambatan sekresigonadotropin-releasing hormon (GnRH) dengan akibat
tidakterjadi pelepasan FSH dan LH.

Dengan tidak adanya FSHmaka tidak terjadi maturasi folikel yang berakibat juga tidakadanya
produksi estrogen oleh folikel dalam ovarium sehinggatidak terjadi pengeluaran LH. Akibat
kurangnya FSH dan tidakadanya peningkatan kadar LH pada tengah-tengah siklus
haidmenyebabkan gangguan dari ovulasi.

Selain itu, estrogen dalam dosis tinggi dapat mempercepatperjalanan ovum dan gangguan
proliferasi endometrium sehinggamengganggu implantasi ovum yang sudah dibuahi.

Pengaruh gestagen dalam pil kombinasi adalah memperkuat daya kerja estrogen dalam
menghambat ovulasiakan tetapi gestagen sendiri dalam dosis yang tinggi juga dapatmenghambat
ovulasi. Khasiat lain dari gestagen adalah memperkental lendir serviks sehingga menghalangi
penetrasispermatosoon masuk ke dalam uterus, mempengaruhiendometrium sehingga
mengganggu implantasi ovum yang telahdibuahi dan mengganggu motilitas tuba

2) Pil Progestin

Pil kb yang hanya mengandung hormone progestin dalam dosis rendah (mini pil)

Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Mengandung 0,75 levonorgestrel dengan
cara pemakaiannnya yaitu:

Dosis pertama diminum daam kurang dari 72 jam minum 1 pil

Dilanjutkan dengan dosis kedua diminum 1 pil dari 12 jam setelah dosis awal.

Pil ini dapat mengurangi risiko kehamilan sebesar 88% (sebanyak 12 orang hamil dari 100 orang
yang memakai pil ini dalam satu tahun). Pil ini lebih cenderung memiliki efek samping lebih
ringan dibandingkan dengan pil kombinasi seperti mual, muntah, sakit kepala, pusing, nyeri
payudara, perdarahan uterus yang tidak teratur dan rasa lelah.

Mekanisme kerja:

a) Mengentalkan lender serviks, endometrium, dan tuba fallopi, sehingga mengurangi


kemampuan bergerak spermatozoa untuk mencapai ovum, sehingga tidak mungkin terjadi
konsepsi.

b) Pada endometrium, terjadi perubahan sehingga kurang memberikan peluang untuk terjadinya
nidasi.

3) Pil Estrogen : 2×10 mg dalam waktu 3 hari pasca senggama selama 5 hari.

Komponen estrogen dosis tinggi atau derivatnya menghindari konsepsi dengan jalan:
a) Estrogen dosis tinggi mengubah lapisan dalam rahim (endometrium) tetap dalam keadaan
fase proliferasi, sehingga tidak memungkinkan nidasi dari hasil konsepsi.

b) Dengan peristaltic tuba yang meningkat, spermatozoa tidak mungkin dapat mencapai ovum
untuk melakukan konsepsi.

c) Dalam fase proliferasi endometrium tidak dapat menimbulkan suasana kapasitasi sempurna
sehingga mengurangi kemampuan konsepsi spermatozoa.

4) Mifepristone (RU 486) : 1×600 mg dalam waktu 3 hari pasca seenggama

Metode ini dapat mencegah kehamilan dengan menghambat produksi progesteron dan
menghambat terjadinya implantasi. Mifepristone efektive sampai dengan 17 hari post
koitus.Mifepristone hanya tersedia di Cina, Vietnam dan Rusia dan pil generasi baru yang
mengandung asetat ulipristal, yang tersedia dengan resep di Amerika Serikat dengan
merek ella dan di Eropa dengan merek ellaOne.

5) Pil Danazol : 2×4 tablet dalam waktu 3 hari pasca senggama, (dosis pertama 1×4 tablet
diulang 1×4 tablet 12 jam kemudian setelah dosis Pertama).

(http://.www.medicastore.com/oc/pilkbplus.htm)

1. Kelebihan
2. Tidak menyebabkan keguguran

Pil hormon yang mengandung estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan darurat
saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor. Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali
sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.Pil Kondar
tidak bermanfaat bila diminum setelah terlambat haid. Pil Kondar tidak dapat mennggugurkan
kehamilan. Jika setelah minum pil Kondar ternyata anda hamil. Maka kehamilan akan tetap
normal.

2. Dapat mencegah kehamilan tidak di inginkan

Cara kerja kondar ini adalah menghambat ovulasi artinya sel telur tidak akan dihasilkan,
merubah siklus menstruasi, menurunkan ovulasi. Mengiritasi dinding uterus, sehingga jika kedua
metode diatas tidak berhasil dan telah terjadi ovulasi maka zigot akan mati sebelum zigot terebut
menempeldi dinding uterus

3. Mencegah aborsi
Kandungan dari kondar yang relative aman sepertipil kontrasepsi darurat (pil kondar) yang
diambil pasca-coitus untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Cara kerja pil ini adalah
dengan mengubah endometrium sehingga tidak memungkinkan implantasi hasil pembuahan,
mencegah atau menunda ovulasi dan mengganggu pergerakan telur di tuba fallopi

4. Tidak menimbulkan cacat bawaan bila diketahui ibu hamil

Kandungan didalam kondar yang aman tidak akan menimbulkan cacat bawaan jika diketahui ibu
hamil seperti pil kombinasi yang mengandung hormone progesterone dan estrogen yang aman
untuk dikonsumsi

5. Efektif bekerja dengan cepat, mudah relative murah untuk pemakaian jangka pendek

Pembuahan (konsepsi) biasanya tidak terjadi segera setelah berhubungan seks tetapi hingga
beberapa hari kemudian. Selama waktu antara senggama dan pembuahan, sperma berjalan
melalui tuba falopi untuk bertemu dengan telur. Akibatnya, mengambil pil kontrasepsi darurat
segera setelah hubungan seks tanpa kondom belum terlalu terlambat untuk mencegah kehamilan.

(http://www.kontrasepsidarurat.com/pil-kondar.html)

1. Kekurangan
2. Tidak dapat dipakai secara permanent

Untuk kontrasepsi darurat pil tidak dapat digunakan secara permanent lain halnya dengan IUD
yang dapat digunakan selama 10 tahun

2. Harus dengan resep dokter

kontrasepsi darurat pil tidak bisa dibeli tanpa resep dokter maupun bidan

3. Tidak semua apotek tersedia


4. Tidak efektif setelah 3 x 24 jam untuk pil kontrasepsidarurat

Cara kerja pil ini adalah dengan mengubah endometrium sehingga tidak memungkinkan
implantasi hasil pembuahan, mencegah atau menunda ovulasi dan mengganggu pergerakan telur
di tuba fallopi. Pembuahan (konsepsi) biasanya tidak terjadi segera setelah berhubungan seks
tetapi hingga beberapa hari kemudian. Selama waktu antara senggama dan pembuahan, sperma
berjalan melalui tuba falopi untuk bertemu dengan telur. Akibatnya, mengambil pil kontrasepsi
darurat segera setelah hubungan seks tanpa kondom belum terlalu terlambat untuk mencegah
kehamilan.
(http://www.kontrasepsidarurat.com/pkpk.html)

1. Efek samping dan cara penanganannya


2. Mual : terjadi pada sekitar 50% klien yang memakai pil kontrasepsi kombinasi, namun
tidak akan berlangsung lebih dari 24 jam. Pada klien yang memakai pil hanya-progestin
mual hanya terjadi pada 20% klien.

Cara penanganan : pil diminum bersama dengan makanan atau pada saat akan tidur dapat
mengurangi mual. Pemakaian obat anti muntah sebelumnya juga akan menurunkan mual.
Pemakaian anti mual setelah rasa mual mulai muncul tidak akan efektif.

1. Muntah : efek samping muntah dapat terjadi pada sekitar 20% perempuan yang memakai
pil kombinasi dan hanya 5% pada pemakai pil hanya-progestin.

Cara penanganan : jika klien muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil ini, klien harus
minum pil lagi. Tetapi klien tidak boleh minum pil lebih dari dosis yang dianjurkan, karena
kelebihan dosis ini tidak akan membuat metode ini lebih efektif malah bisa meningkatkan rasa
mual. Pada kasus muntah berat, pengulangan pemberian dosis mungkin dapat diberikan lewat
vagina.

1. Perdarahan per vaginam yang tidak teratur : beberapa perempuan mungkin mengalami
bercak darah (spotting) setelah minum pil ini. Kebanyakan perempuan akan mendapatkan
menstrusi berikutnya tepat waktu atau sedikit lebih cepat.

Cara penanganan : jika menstrusi terlambat sampai satu minggu, perlu dilakukan tes kehamilan.

1. Efek samping laintermasuk: payudara terasa keras, sakit kepala, pusing dan lemah.
Umumnya efek samping ini tidak berlangsung sampai 24 jam.

Cara penanganan : Aspirin atau obat penghilang rasa sakit yang dapat diperoleh tanpa resep
dapat dipakai untuk menghilangkan rasa tidak enak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai