Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau
lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 :
572).
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi
dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710).
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi
bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal
tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering
bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan
tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah
bronkus dan sekitar alveoli.

B. Anatomi dan fisiologi


C. Anatomi
Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-organ persarafan tersebut dibedakan menjadi
bagian dimana udara mengalir yaitu rongga hidung, pharynx, larynx, trachea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan
pertukaran gas-gas antara udara dan darah.
Satu bagian saluran udara yang terletak di kepala yaitu:
a. Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari
1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara paranalis yang masuk kedalam rongga-rongga hidung dan
juga lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan airmata kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung
2) Parinx (Tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai persambungannya dengan esophagus
pada ketinggian tulang rawan krikid maka leteknya dibelakang hidung (naso farinx), dibelakang mulut (oro larinx), dan
dbelakang farinx (farinx laryngeal).

b. Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari


1) Larinx (tenggorokan) terletak di depan bag. Terendah pharin yang memisahkan dari kolumna veterbra, berjalan dari
farine-farine sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya.
2) Trachea (batang tenggorokan) yang kurang lebih 9cm panjangnya trachea berjalan dari larinx sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang mejadi dua bronchus (bronchi).
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua tranchea pada ketinggian kira-kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea yang dilapis oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kri tidak
simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lebih lancip.
Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga
terbentuk saluran udara paten yang muda masuk kedalam cabang bronchus kanan. Kalau udara setelah jalan, maka tidak
dapat masuk dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir
vertical maka lebih memasukan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih
mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan ukarena arahnya vertical. Cabang utama bronchus kanan dan kiri
bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus menerus
sampai cabang terkecil yang di namakan bronchiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveolus. Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh
cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua saluran udara dibawah
bronhiolus teraminals disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai pengantar udara ketempat
pertukaran gas paru-paru. Diluar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru,
tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari dan bronchiolus respiratorius, yang kadang-kadang memiliki kantung udara
kecil atau alvedi yang berasal dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus
alveolus terminalis merupakan sifat struktur akhir paru-par.

5
4) Paru-paru merupakan organ elastic berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga torak atau dada. Kedua paru-paru
saling terpisah oleh mediasinum central yang mengandung jantung pembulu-pembulu darah besar. Setiap paru-paru
mempunyai apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronbialis, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe masuk pada
setiap paru-paru kiri dan dibagi tiga lopus oleh visula interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior
dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, dan 5 buah segmen pada lobus inferior. Paru-paru kana mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, 2 buah segmen pada lobusmedialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen tini masih
terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-cabang banyak
sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara
0,2-0,3mm. Letak paru-paru dirongga dada dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua: 1.)
Pleura Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru; 2.) Pleura Parietal
yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
1. Fisiologi
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-
paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil lewat mulut dan hidung pada waktu bernafas yang oksigen masuk melalui trakea
sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari darah oksigen
menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan seluruh tubuh. Empat proses
berhubungan dengan Pernapasan Pulmoner atau Pernapasan Eksterna:
1. Ventilasi Pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbon dioksida dari seluruh tubuh
masuk ke paru-paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
Pernapasan Jaringan atau Pernapasan Interna
Darah yang menjenuhkan hemoglobinya dengan oksigen (oxihemoglobin). Mengintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai
kapiler, dimana darah bergerak sanagat lambat. Sel jaringan memunut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi yaitu karbon dioksida.
a.) Daya Muat Udara oleh Paru-paru
Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini kira-kira 500
ml adalah udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup masuk dan dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang
b.) Pengendalian Pernafasan

6
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor a.)Kimiawi dan b.)Pengendalian oleh Saraf. Adanya
faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medulla oblongata yang bila dirangsang mengeluarkan
implus yang disalurkan melalui saraf spinalis ke otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis).
Pengendalian oleh Saraf
Pusat otomatik dalam medulla oblongata mengalirkan implus eferen ke otot pernapasan., melalui radiks saraf servialis
diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus. Implus ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis yang
kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara Kimia
Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi: frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Karbon
dioksida adalah produksi asam dari metabolism dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim
implus saraf yang bekerja atas otot pernapasan.
c.) Kecepatan Pernafasan
Pada wanita lebih tinggi daripada pria. Kalau bernapas secara normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan
kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-Ekspirasi-Istitirahat. Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terrbalik dan
urutannya menjadi: inspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit:
Bayi baru lahir………………………………………………………..30-40
Dua belas bulan………………………………………………………….30
Dari Dua sampai Lima tahun……………………………………………24
Orang dewasa………………………………………………………..10-20
d.) Gerakan Pernafasan
Ada dua gerakan saat terjadi sewaktu pernafasan: a.) Inspirasi dan b.) Ekspirasi.
Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan
rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum yang ditimbulkan oleh kontraksi otot
interkostalis meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastic mengembang
untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostalis externa diberi peran
sebagai otot tambahan hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengedoran otot dank arena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat
elastic paru-paru itu.gerakan ini adalah proses pasif. Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan
bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alae nasi
(cuping hidung) dapat kembang-kempis.
e.) Kecepatan Tubuh Akan Oksigen
Dalam keadaan termasuk yang telah disebut oksigen dapat diatur menurut keperluan. Orang tergantung pada oksigen untuk
hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila seorang anak menudungi kepala dan mukanya dengan
kantong plastik dan mejadi lemas. Tetapi bila penyediaan oksigen hanya berkurang, maka pasien menjadi kacau pikiran akan
menderita anoxia serebralis. Hal ini terjadi pada orang yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, di
dalam tank dan ruang ketel uap. Oksigen yang ada, mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen untuk pernapasan
atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, maka mereka akan meninggal karena anoxemia atau disingkat anoxia. Istilah
lainnya ialah hypoxemia atau hipoksia. (Evelyn C. Pearce, 2002)

D. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
(Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1.) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2.) Virus : Legionella pneumoniae
3.) Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4.) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5.) Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi
aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis crani, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 :
572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)

E. Pathofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus,
Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.

7
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan
terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan
gambaran sebagai berikut :
6.) Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli,
peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
7.) Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami
mal absorbs dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

F. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap
awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk
produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
(Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh
eksudat).
(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)

G. Penatalaksanaan Medis
1. Oksigen 2 liter/menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transpor muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
(Arief Mansjoer,2000)

H. Pengkajian Fokus
1. Fokus Pengkajian
Usia pneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian
terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 bulan.
2. Keluhan Utama : sesak nafas
3. Riwayat Penyakit
a. Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta suhu badan lebih rendah
daripada pneumonia bakteri.

b. Pneumonia Stafilokokus (bakteri)


Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga seminggu, kondisi suhu tubuh
tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan
dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai wheezing (pada Bronchopneumonia).
5. Pengkajian Fisik
b. Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takhipnea, dispnea, sianosis sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen,
batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik nafas pada pneumonia berat, tarikan
dinding dada akan tampak jelas.
c. Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit
dan nadi mengalami peningkatan.
d. Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.
e. Auskultasi : Pada anak pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi
pada sisi yang resolusi, pernafasan bronchial, bronkhofoni, kadang-kadang terdenar bising gesek pleura.

6. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Bayi


Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat di
ukur.
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan
belajar.
Tumbuh Kembang Usia Bayi

8
Fisik : Berat badan 2 kali berat badan lahir (4-5 bulan), Berat badan 3 kali Berat badan lahir (10-12 bulan), Gigi mulai tumbuh
usia 6-7 bulan, Ngeces terjadi karena belum ada koordinasi menelan saliva.
Motorik :
2-3 bulan tengkurap mengangkat kepala, dada ditahan dengan tangan, memasukkan tangan ke mulut.
4-5 bulan reflek primitive mulai hilang, meraih benda dengan tangan.
6-7 bulan memindahkan benda dari tangan satu ke tangan ke tangan yang lain, senang memasukkan kaki mulut.
8-9 bulan sudah bias duduk sendiri, koordinasi tangan ke mulut lebih sering, belajar merangkak, mengambil dengan jari.
10-12 bulan belajar berjalan dengan bantuan, bisa main ci luk ba
Sensorik :
2-3 bulan bias mengikuti sinar ke tepi, mendengarkan suara.
4-5 bulan sudah mengenal orang, akomodasi mata +.
6-7 bulan stranger anxiety.
8-9 bulan tertarik dengan benda yang kecil.
10-12 sudah bias membedakan bentuk
Sosialisasi :
2-3 bulan mulai tertawa pada seseorang, senag tertawa keras
4-5 bulan sudah bias mengeluakan suara tak senang bila mainnya diambil orang lain
6-7 bulan sudah bias menyebutkan m…m…m, cepat menangis cepat tertawa, stranger anxiety
8-9 bulan memeluk orang yang dicintai, mengulang kata-kata tapi belum berarti
10-12 bulan senang lingkungan yang dikenal, takut lingkungan yang asing sudah tahu namanya, mengerti perintah sederhana,
bias meyebut da...da, ma..ma

I. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina,
2001 : 684)

b.Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis
dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2 Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
(Barbara C, Long, 1996 : 435)
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat.
(Sandra M, Nettina, 2001)

J. Komplikasi
Komplikasi dari BronchoPneumoni adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya
mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh
rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(Whaley Wong,2000)

9
J. Pathways

Bakteri Staphylococcus aureus


Bakteri Haemofilus influenza

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Kuman terbawa di Infeksi Saluran Pernafasan Bawah


bronkus saluran pencernaan

Dilatasi Edema antara


Peningkatan
Proses peradangan Infeksi saluran pencernaan pembuluh darah suhu kaplier dan alveoli

Eksudat plasma
Akumulasi sekret Peningkatan flora masuk alveoli Septikimia Iritasi PMN
di bronkus normal dalam usus eritrosit pecah

Peningkatan Peningkatan
Bersihan jalan Mukus bronkus Gangguan difuasi metabolisme Edema paru
nafas tidak meningkat peristaltik usus dalam plasma
efektif
Bau mulut tidak Mal absorbsi Evaporasi Pengerasan
Gangguan dinding paru
sedap pertukaran gas meningkat

Anoreksia Diare Suplai O2


menurun
Intake kurang
Gangguan
keseimbangan Hipoksia
Nutrisi kurang dari cairan dan elektrolit
kebutuhan Hiperventilasi Metabolisme
anaerob meningkat

Dispneu
Akumulasi asam
laktat
Retraksi dada/
nafas cuping
Fatigue
hidung

Gangguan pola Intoleransi


nafas Aktivitas

1.) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi
sputum. (Doenges, 1999 : 166)
2.) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen
darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)
3.) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177)
4.) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
(Doenges, 1999 : 172)
5.) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,
anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)
6.) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari. (Doenges, 1999 : 170)

10
1. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum
Tujuan :
a. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas
b. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
2. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
3. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a.) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronchi.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius
b.) Kaji atau pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi.
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau
adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi.

c.) Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas.
d.) Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara
e.) Observasi karakteristik batuk, bantu tindakan untuk memperbaiki ke efektifan upaya batuk.
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah
setelah perkusi dada.
f.) Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.

2. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.
Tujuan :
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.

Hasil yang diharapkan :


1.) Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
2.) Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi :
a.) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan
Rasional: Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b.) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis.
Rasional: Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam atau menggigil dan terjadi
hipoksemia.
c.) Kaji status mental
Rasional: Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia.
d.) Awasi frekuensi jantung atau irama
Rasional: Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam atau dehidrasi.
e.) Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil.
Rasional: Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi
seluler.

f.) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif
Rasional: Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki
ventilasi.
g.) Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi
Rasional: Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

3. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Tujuan:

11
Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih
Intervensi :
1.) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi
dada terbatas.
2.) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.
Rasional: Bunyi nafas menurun atau tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.

3.) Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.


Rasional: Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4.) Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional: Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.
5.) Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.
Rasional: Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
6.) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
7.) Berikan humidifikasi tambahan
Rasional: Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan
pembersihan.
8.) Bantu fisioterapi dada, postural drainage
Rasional: Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.

4. Diagnosa : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan
oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Hasil yang diharapkan :
a. Intake dan output yang adekuat
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Tugor kulit baik
Intervensi :
1.) Kaji perubahan tanda vital, contoh: peningkatan suhu, takikardi, hipotensi.
Rasional: Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sistemik
2.) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional: Indikator langsung keadekuatan masukan cairan
3.) Catat laporan mual atau muntah.
Rasional: Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
4.) Pantau masukan dan haluaran urine.
Rasional: Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian
5.) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional: Memperbaiki ststus kesehatan

5. Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi yang terpenuhi secara adekuat.
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan peningkatan nafsu makan
b. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
c. Bissing usus dalam batas normal
Intervensi :
1.) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah.
Rasional: Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2.) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut.
Rasional: Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
3.) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini

12
4.) Auskultasi bunyi usus, observasi atau palpasi distensi abdomen.
Rasional: Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara
dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal
5.) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya
respon terhadap terapi

6. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari.
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1.) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional: Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

2.) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.
Rasional: Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
3.) Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.
Rasional: Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik
4.) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional: Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
(Marilyn E. Doenges, 1999)

13

Anda mungkin juga menyukai