Anda di halaman 1dari 4

III.

LANDASAN TEORI

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi ridge alveolar. Gingiva
terdiri dari 3 bagian yakni marginal gingiva, attached gingiva, dan interdental papilla. Gingiva normal
akan tampak berwarna merah muda, konturnya halus dan mengisi setiap ruang interdental sehingga
pada baggian interdental akan tampak meruncing seperti kerah baju, teksturnya pada bagian margin
halus/licin, pada bagianattached stippling, dan konsistensi kenyal (Manson dan Elley, 1993).Warna
gingiva bervariasi tergantung dari jumlah pigmen melanin pada epithelium,derajat keratinisasi
epithelium dan vaskularisasinya serta sifat fibrosa dari jaringan ikat di bawahnya. Pada bangsa Kaukasia
pigmentasi umumnya minimal, pada bangsa Afrika atauAsia daerah pigmentasi kecoklatan atau hitam
kebiruan terlihat menutupi sebagian besar gingival. Pada bangsa Mediterania kadang-kadang terlihat
adanya bercak pigmentasi. Hal inilah yang sering disebut Physiological pigmentation atau pigmentasi
fisiologis yang dimanifestasikan sebagai multifokal atau pigmentasi melanin yang difus dengan jumlah
yang beragam dalam suatu kelompok etnik tertentu. Hiperpigmentasi gingiva secara klinis ditandai
dengan adanya pewarnaan coklat gelaphingga hitam pada gingiva. Gingiva merupakan jaringan intraoral
yang paling sering terjadi pigmentasi. Dalam penelitian Cicek (2003) diketahui bahwa pigmentasi
umumnya disebabkan oleh 5 pigmen utama yaitu: melanin, melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobindan
karoten, selain itu pigmen lainnya bilirubin dan besi.Melanin, adalah pigmen coklat,merupakan pigmen
alami yang ada dan mengkontribusi pigmen endogen gingiva yangmenjadi titik paling predominan dari
mukosa yang ada. Melanin merupakan suatu polimer tidak larut yang memiliki berat molekul tinggi dan
biasanya terikat dengan protein. Pigmenmelanin adalah suatu hasil dari granula melanin yang diproduksi
oleh melanoblast yang berada antara sel epitelial pada lapisan basal dari epitelium gingival.Secara
mikroskopis,melanoblast secara normal ada di lapisan basal pada lamina propria. Pemeriksaan histologis
hiperpigmentasi akan menunjukkan adanya penimbunan granule melanin pada stratum basal dan
lapisan epitel berpindah menjadi suatu keratinosit.

Faktor penyebab hiperpigmentasi gingiva kemudian dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan asal


paparannya yakni pigmentasi endogen dan eksogen. Kondisi dari pigmentasi endogen antara lain pada
penyakit Addison, sindroma peutz-Jeghers,hiperfungsi kelenjar hipofisis, juga dialami semasa kehamilan.
Kondisi dari pigmentasieksogen antara lain paparan logam berat seperti emas, bismuth, merkuri, perak,
timah,timbal, dan rokok (Burket, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Miller (1998) menyatakan bahwa
merokok dapat merangsang melanosit mukosa oral untuk memproduksi melaninsecara eksesif, sehingga
menciptakan patch pigmentasi coklat di atas mukosa gingival atau bukal diantara 5-22% perokok.
Jumlah dan intensitas melanosis pada rongga mulut bergantung kepada dosis, dan penghentian
merokok tampaknya menghilangkan kondisi inisepenuhnya. Dalam suatu penelitian Lessan, dkk tahun
2010 diketahui ternyata tidak hanya peroko aktif saja yang dapat terjadi hiperpigmentasi gingiva,
perokok pasif pun juga dapatterinduksi untuk hiperpigmentasi gingiva.Pigmentasi ini bisa terjadi secara
normal, misalnya karena faktor genetik. Namunderajat pigmentasi dipengaruhi oleh stimulasi mekanik,
fisik dan kimia. Tipe pigmentasi inisimetris dan tetap, dan keadaan ini tidak mempengaruhi bentuk
normal gusi. Pigmentasidapat terjadi pada semua ras dan berbagai umur dan juga tidak mempunyai
perbedaandengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Terdapat hubungan yang positif antara
pigmentasi gusi dengan warna kulit. Ditinjau dari faktor genetik, orang kulit hitam lebihmemiliki
kemungkinan pigmentasi pada gusi. Meski jumlah melanosit pada tiap ras tidak jauh berbeda, namun
pigmentasi ditentukan oleh jumlah melanosit yang aktif.Pada hiperpigmentasi gingiva baik dari
pigmentasi eksogen maupun endogen secaraklinis tampak sama yakni berupa warna mulai dari coklat,
biru hitam hingga hitam, namun densitas deposisi pigmentasi pada pigmentasi endogen tergantung dari
tingkat keparahandari gangguan metabolisme yang mempengaruhi produksi melanin, sedangkan pada
pigmentasi eksogen tergantung pada frekuensi paparan. Konsistensi maupun tekstur gingiva sebagian
besar sama yakni tampak halus/ licin, namun pada beberapa kasus seperti pada penyakit Addison akan
ada tendensi untuk terjadi di jaringan parut.Terdapat beberapa temuan klinis/ sistemik yang menyertai
keadaan hiperpigmentasigingiva sebagai contoh pada penyakit Addison biasanya ada gejala sistemik
seperti lemah,mual, muntah, disertai dengan tekanan darah rendah; pigmentasi karena paparan logam
biasanya juga disertai dengan ikterus, gangguan gastrointestinal, ada rasa logam di mulut,rasa panas
terbakar pada jaringan mulutnya, gejala keracunan (Burket, 1994). Namundemikian, tidak semua kasus
hiperpigmentasi harus menunjukkan gejala klinis sistemik/lokal yang sama. Oleh karena itu, dalam
langkah untuk mendiagnosis suatu temuan klinisyang mengarah pada hiperpigmentasi gingiva perlu
dilakukan antara lain anamnesa yangmendalam dan holistik mulai dari :1.Keluhan utama pasien seperti
apa dan pada bagian mana yang dikeluhkan,2.Riwayat perjalanan penyakit mencakup sejak kapan
muncul, faktor apa yang sekiranyayang menyebabkan atau pasien setelah konsumsi apa pada saat tiba-
tiba muncul atau pasien pasca melakukan kegiatan apa, dimanakah pertama kali muncul dan bagaimana
penampakan saat pertama kali muncul, apakah pernah ada rasa sakit/ perih, apakah pernah warna
gingivanya tidak berwarna kehitaman setelah pertama kali muncultersebut, apakah warna gingivanya
semakin lama semakin menghitam atau dari awalmuncul warna tetap seperti itu, apakah sudah pernah
diperiksa dan diberi perawatan, dll.3.Riwayat keluarga, apakah anggota keluarga yang lain ada
mengalami hal yang sama,apakah orang tua adalah seorang perokok aktif (sebagai salah satu
kemungkinan faktor penyebab),dll.4.Kehidupan sosial, bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal
pasien, apa kegiatanyang biasa dilakukan pasien sehari-hari (menanyakan kemungkinan terkena
paparaneksogen)5.Pemeriksaan sistemik mencakup pemeriksaan laboratorium darah, serta
histologis.Pemeriksaan laboratorium darah biasanya digunakan untuk menegaskan apakah
adakandungan misalnya logam pada darah pasien? seberapa besar persentase kandunganlogam
tersebut dalam plasma darah? apakah ada gangguan sistemik contoh gangguandarah, gangguan
endokrin; sedangkan pemeriksaan histologis akan melihat secara lebih jelas mikroskopis dari biopsi
jaringan yang terkena paparan sehingga dapat diketahui paparan apa yang mengenai jaringan.

Secara klinis pigmentasi melanin pada gusi tidak menggangu masalah kesehatan, tetapikeluhan gusi
berwarna hitam atau coklat mengganggu penampilan terutama jika pewarnaangusi ini terlihat ketika
berbicara atau tersenyum. Berdasarkan penelitian Mokeem (2006) sertaHumagain (2009) menyatakan
bahwa perawatan hiperpigmentasi gusi terdiri dari berbagaimacam cara dan metode yaitu :
gingivektomi, gingivektomi dengan

free gingival autografting

electrosurgery, cryosurgery

, bahan kimia seperti fenol90%, tehnik abrasi dengan bor diamond,

Nd: Yag Laser

dan CO

2
laser.

Perawatan hiperpigmentasi tersebut memilikikelebihan dan kekurangan antara lain:

1.

Gingivektomi

: dapat dilakukan untuk perawatan hiperpigmentasi gingiva tetapi prosedure ini dilakukan untuk pasien
yang mengalami resorbsi tulang alveolar.

Tindakan ini juga menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa sakit yang berlebih juga penyembuhan luka
lebih lama

2.

Bedah konvensional

: mengambil secara bedah untuk deepitelisasi. Pada perawatandengan bedah konvensional ada yang
dengan gingival abrasi disertai denganmenggunakan bur abrasi dan ada juga dengan menggunakan
metode

scrapping

ataumenggosok gingiva dengan scalpel tersebut. Penyembuhan jaringan akan sedikit lebihlama sekitar
12 minggu.

3.

Penggunaan bahan kimia

: dengan menggunakan

fenol90%,

memiliki efek negatif dapat menimbulkan rasa panas dan sakit pada jaringan lunak mulut.

4.

Electro surgery

: keuntungannya adalah untuk eksisi jaringan lunak yang memilikivaskularisasi tinggi dapat memberikan
efek hemostatis. namun jika panas yangdigunakan terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan
lunak dan jaringan periodontal jika digunakan di dekat tulang.

5.

Laser

. Penggunaan laser mencipakan cara yang paling efektif dan efisien karena tidak menimbulkan efek
samping seperti perdarahan, infeksi dan rasa sakit pasca bedah.Semua macam teknik untuk
penatalaksanaan hiperpigmentasi gingiva tersebut memilikitujuan yang sama yakni menciptakan suatu
depigmentasi gingiva, sehingga dapatmencapai pengkoreksian terutama faktor estetiknya. Berdasarkan
penelitian dari Hariyantidan Lastianny tahun 2008 menyatakan bahwa depigmentasi gingiva dengan
metodescrapping memberikan hasil yang lebih optimal dan setelah 1 bulan sudah menunjukkan
penyembuhan total dari gingiva.

IV.KESIMPULAN

Pada kasus yang saya temukan, sebaiknya dilakukan beberapa pemeriksaan penunjanguntuk
mengetahui secara pasti etiologi kasusnya. Intervensi atau paparan dari lingkungankerja ayah pasien,
dan pasien sebagai perokok pasif memberikan pertimbangan dalammencari etiologi kasus. Pasien juga
sudah dijelaskan tentang beberapa pilihan tindakan perawatan namun pasien serta orang tua pasien
tidak ingin dilakukan apapun. oleh karen itu pasien hanya diberi Dental Health Education (DHE)
mengenai faktor-faktor penyebab dan bahaya paparan atau faktor eksogen yang dapat memperparah
kondisi yang ada sekarang.

V.DAFTAR PUSTAKA

1.Mokeem, SA. 2006. Management of Gingival Huperpigmentation by SurgicalAbrasion- Report of Three


cases. Saudi Dental Journal Vol 18 (3): 162-166.

2.Hartanti, P.L. Sri. 2008. Perawatan Hiperpigmentasi Gingiva dengan MetodeScrapping. Majalah
Kedokteran Gigi Vol. 15 (2): 141-144.3.Humagain, dkk. 2009. Gingival Depigmentation: A Case Report
with Review of Literature. Journal of Nepal Dental Association Vol. 10 No. 1 : 53-56.4.Lessan, dkk. 2010.
Relationship Between Passive Smoking And Pigmentation. Journalof Dentistry, Tehran University of
Medical Sciences Vol 7 No. 3:119-123.5.Cicek. 2003. The Normal and pathological Pigmentation of Oral
Mucous Membrane: AReview. Journal of Contemporary Denta Practice Vol.4 No. 3.6.Burket. 1994. Ilmu
Penyakit Mulut Diagnosis dan Terapi. Jakarta : Banguntapa Aksara.7.Langlais, Miller. 1998. Atlas
Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta:Hipokrates.8.Manson J.D, Elley. 1993. Buku Ajar
Periodonsi. Jakarta: Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai