Anda di halaman 1dari 8

CARA MEMILIH TOPIK PENELITIAN MASALAH HINGGA

PERTANYAAN PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian, hal yang paling krusial untuk memulai penelitian adalah bagaimana
menentukan topik penelitian agar menarik untuk dikaji dan tetap fokus. Bukan hanya topik
penelitian, tetapi kelanjutan dari itu yaitu dari topik penelitian tersebut hingga menimbulkan
pertanyaan penelitian.

Bagi peneliti pemula, hal semacam ini cukup membuat kesulitan. Oleh karena itu, dalam artikel ini
akan dibahas mengenai permasalahan tersebut. Semoga saja memberikan manfaat kepada anda.
Kita bisa menganalogikan bahwa dalam membangun sebuah penelitian sama halnya seperti
membangun sebuah bangunan. Ketika akan membangun sebuah bangunan, developer perlu
berpikir, bangunan apa yang akan ia dirikan.

Setelah itu, ia perlu berpikir lagi bagaimana rencana atau desain untuk membuatnya, bagaimana
langkah demi langkah yang harus ditempuh, apa saja yang diperlukan untuk membangunnya, dan
poin terpenting adalah bangunan tersebut akan signifikan atau berfungsi sebagai apa.

Sama halnya dengan membangun penelitian, agar penelitian berjalan secara komprehensif, peneliti
harus mempersiapkan dan menentukan topik penelitian yang akan diteliti agar tidak melebar
cakupan penelitiannya. Setelah menentukan topik penelitian, peneliti harus memikirkan kembali
kerangka penelitian, alur apa saja yang harus dilalui, metodologi yang digunakan, analisis yang
dipakai, hingga berhasil merumuskan sebuah hasil penelitian.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam artikel ini fokus pembahasannya mengenai
bagaimana cara menentukan topik penelitian yang menarik, mempersempit ruang lingkup penelitian
yang akan diteliti, lalu mempertanyakannya dalam wujud pertanyaan penelitian. Untuk membantu
menjawab permasalahan penelitian dan menemukan titik sampai sejauh mana penelitian tersebut
signifikan untuk diteliti.

Setelah mengetahui hakikat penelitian, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam artikel Pengertian
Penelitian, Karakteristik, dan Manfaat Penelitian. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan
terlebih dahulu topik penelitian.

Terdapat kendala yang dihadapi bagi peneliti pemula terutama mengenai bagaimana cara
menentukan topik penelitian. Karena hal itu sangat menyita waktu, begitu banyak pilihan topik yang
sesuai minat, tetapi dengan sedikitnya waktu yang ada untuk mengambil keputusan topik mana yang
akan diambil.

CARA MENENTUKAN TOPIK PENELITIAN


Cara menentukan topik penelitian secara teori menurut Booth (2008), menentukan topik dapat
berangkat dari sebuah minat. Lebih lanjut, Booth (2008) mengatakan bahwa topik riset adalah
ketertarikan spesifik yang cukup bagi peneliti untuk menelaahnya lebih jauh dan menjadi ahli dalam
bidang yang diteliti.

Bukan berarti peneliti sudah mengetahui banyak dari apa yang diteliti tersebut atau peneliti harus
tahu banyak, tetapi yang perlu diejawantahkan adalah peneliti ingin tahu banyak tentang apa yang
akan ia teliti. Maka kata kuncinya adalah, mulailah penelitian dari hal yang sesuai dengan minat.

Sebagai langkah awal bagi penelitian umum dan pemula, buatlah daftar minat yang ingin peneliti
dalami atau daftar topik yang relevan dengan bidang tertentu yang sesuai dengan minat. Pilih satu
atau dua minat yang paling menarik. Untuk fokuskan minat ke dalam sebuah topik, dapat melakukan
diskusi dengan teman atau dosen untuk memperluas ide.

Hal lain untuk mendapatkan ide, dapat diperoleh dengan membaca literatur dari sumber yang
terpercaya dan tentunya bersifat ilmiah dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, bibliografi atau
ensiklopedi, index, ataupun artikel di google scholar.

Selain itu juga, penentuan topik penelitian bisa berangkat dari permasalahan yang terjadi disekitar
kita. Terutama pada wilayah kajian yang berhubungan dengan budaya, sosial, ekonomi, atau
mungkin saja penentuan topik tersebut untuk membuktikan suatu teori tertentu yang sebenarnya di
lapangan belum tentu demikian.

Misalnya saja topiknya adalah “hubungan desentralisasi dengan peningkatan ekonomi daerah”.
Topik ini merupakan suatu topik yang ingin membuktikan suatu teori bahwa apakah hubungan
desentralisasi dengan peningkatan ekonomi daerah ada ataukah tidak.

Lakukan pendekatan tersebut terhadap topik yang dipilih agar topik menjadi lebih jelas dan sempit
ruang lingkupnya. Bagi penelitian yang sudah advanced, peneliti sudah berpikir selangkah lebih maju
dalam menentukan sebuah topik penelitian. Yakni dengan melihat ketertarikan peneliti lain
terhadap isu-isu yang berkembang, kemudian menyaring isu terbaru pada database perpustakaan
atau jurnal-jurnal online.

Selain itu, para peneliti tersebut telah mencari literatur-literatur yang ada untuk diinvestigasi lebih
lanjut dan menyimpan referensi yang sesuai dengan minat. Pastikan perpustakaan mempunyai
referensi yang relevan dan sumber-sumber yang diperoleh dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan.

Resiko terbesar dari menentukan sebuah topik ialah jika topik yang ditentukan masih terlalu luas.
Sebuah topik mungkin terlalu luas jika dinyatakan dalam empat atau lima kata, seperti ‘Pemukiman
Liar di Jakarta’.

Penyebab topik ini menjadi luas adalah salah satunya dari ruang lingkup wilayah yang tidak spesifik.
Mengingat permukiman liar dan kumuh di Jakarta cukup banyak dan beragam.

Topik yang masih luas tersebut dapat mengintimidasi peneliti dalam mencari literatur, dapat
menyebabkan literatur yang harus dibaca terlalu banyak sekalipun sumber yang tersedia terbatas.
Sehingga menyulitkan peneliti dalam memperoleh literatur yang sesuai dengan arah keinginan
penelitian. Jadi, topik penelitian perlu dipersempit, dapat dengan cara menambahkan frase, sebagai
contoh, ‘Proses Formatif Permukiman Liar di Jakarta Pusat’.

Oleh karena itu, penyempitan topik juga dapat mempertimbangkan dengan mempersempit wilayah
penelitian, studi kasus, atau kurun waktu penelitian. Seperti ‘Proses Formatif Permukiman Liar di
Jakarta Pusat: Studi Kasus Sepanjang Bantaran Rel KA dan Bantaran Sungai Ciliwung’.

Pada awalnya mungkin topik fokus tersebut terlihat sempit sehingga susah untuk dikembangkan
dalam alur penelitiannya, tetapi sejatinya justru lebih kaya dalam pembahasan ketika sudah diteliti.
Namun, perlu diingat bahwa jangan mempersempit topik terlalu berlebihan yang dapat menyulitkan
peneliti untuk memperoleh data. Setelah mengerti bagaimana cara menentukan topik penelitian,
maka selanjutnya yang dilakukan adalah membuat pertanyaan penelitian.

CARA MERUMUSKAN PERTANYAAN PENELITIAN


Setelah dibahas mengenai cara menentukan topik penelitian di atas, terkadang masih terdapat
kekeliruan yaitu begitu memiliki topik yang fokus, banyak peneliti pemula yang melakukan
kesalahan. Seperti misalnya menuliskan seluruh sumber yang ditemukan pada sebuah topik dan
membuat catatan pada semua bacaan yang sudah dibaca. Hal tersebut akan menyulitkan peneliti
untuk merumuskan pertanyaan penelitian yang spesifik.

Jika pertanyaan penelitian kurang spesifik, maka penelitian tidak akan mendapatkan jawaban yang
memuaskan karena peneliti sukar dalam memilih dari seluruh data yang telah ditemukan yang
sebenarnya relevan kepada jawabannya. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti harus membuat
formulasi pertanyaan untuk menseleksi dan memilih data mana saja yang diperlukan dengan
membuat formula 5W + 1H (Who, What, Where, When, Why + How).

Pertanyaan penelitian tidak harus dimulai dengan sesuatu yang besar yang mampu membuat semua
orang merasa tertarik, tetapi dapat cukup dengan pertanyaan kecil namun membuat peneliti merasa
tergelitik untuk menggali permasalahan lebih mendalam dan menemukan sesuatu hal yang baru
(Booth, 2008).

Memulai dari hal sederhana ini, dapat membantu peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian
yang diharapkan dapat mendorong peneliti untuk menemukan jawaban. Saat merumuskan
pertanyaan penelitian, hendaknya memikirkan pula gambaran dari jawaban penelitian. Di mana
berkaitan dengan konstruksi teoritis yang peneliti gunakan untuk menafsirkan data dalam proses
interpretasi dan pengajuan pertanyaan.

Menurut Herod, A. dan Kathleen CP. (2010), terdapat tiga pandangan berbeda tentang hal ini.
Pertama, beberapa pendekatan penelitian (seperti: positivisme) berpendapat bahwa penelitian
dapat dan harus theory-neutral; yaitu, bagaimana peneliti mengajukan pertanyaan dan memahami
apa yang ditemukan dari hasil penelitian seharusnya tidak terpengaruh oleh kerangka teoritis yang
peneliti adopsi.

Pandangan kedua ialah beraliran theory-determined, yang mana bagaimana peneliti mengajukan
pertanyaan dan memahami apa yang ditemukan dari hasil penelitian ditentukan oleh kerangka
teoritis yang peneliti adopsi. Pandangan ketiga, ialah theory-laden, yang berpandangan bahwa
meskipun bagaimana peneliti mengajukan pertanyaan dan memahami apa yang ditemukan dibentuk
oleh konsep teoretis, jawaban penelitian tidak ditentukan oleh konsep tersebut.

Setelah merumuskan pertanyaan penelitian, peneliti harus menelaah kembali apakah pertanyaan
yang telah disusun adalah sebuah pertanyaan yang layak dipertanyakan, di luar kepentingan peneliti
sendiri. Untuk itu, perlu dicari apa signifikansi atau manfaat dari penelitian yang akan dilakukan.

Dengan menjabarkan lebih lanjut, mulai dari topik apa yang diambil, kemudian alasan mengapa
merumuskan pertanyaan penelitian yang sudah ditetapkan, sehingga harapannya dapat menjawab
apa pentingnya penelitian dilihat dari keputusan topik dan pertanyaan penelitian yang diambil.

Signifikansi penelitian tidak hanya tentang rasa keingintahuan dan sudut pandang peneliti sendiri,
tetapi juga mempertimbangkan sudut pandang dari pembaca. Peneliti harus mengajukan sebuah
permasalahan yang menarik pembaca dan butuh untuk ditemukannya solusi terhadap permasalahan
penelitian tersebut. Topik penelitian merupakan fokus bahasan dan pewarna substansi penelitian
yang akan dilakukan.

Berkaitan dengan sisi akademis, penentuan topik hendaknya mempertimbangkan beberapa poin
agar penelitian mempunyai nilai akademis yang berarti, baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun
sumbangan untuk pembangunan, antara lain:

1. Aktualitas; yang mana apakah topik penelitian tersebut merupakan isu yang sedang
berkembang saat ini atau justru isu yang telah banyak dikaji dan diteliti. Telah banyak
penelitian serupa telah diungkapkan, menjadikan suatu penelitian tersebut tidak menarik dan
dirasa tidak signifikan penemuannya karena mirip dengan penelitian lainnya. Alasan kedua ialah
telah lamanya suatu topik pernah diungkapkan, sehingga pembahasannya pada masa sekarang
menjadi tidak relevan.
2. Originalitas; keaslian dari sebuah penelitian termasuk dalam etika enelitian ilmiah. Originalitas
suatu penelitian dapat dilihat dari segi metodologis, wilayah, dan kurun waktu yang dijadikan
sebagai objek penelitian.
3. Sumbangan untuk ilmu pengetahuan; suatu penelitian dapat dianggap sebagai sarana untuk
berbagi ilmu dan diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu
pengetahuan.
4. Sumbangan untuk pembangunan; tidak hanya bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, akan tetapi
suatu penelitian dapat disusun berdasarkan kepekaan terhadap lingkungan dan diharapkan
hasilnya pragmatis terhadap permasalahan pembangunan.

2. Teknik Atau Cara Identifikasi Masalah

Masalah merupakan suatu kendala atau persoalan yang harus diselesaikan, dengan kata lain
masalah adalah suatu kesenjangan antara kenyataan (realita) dengan suatu yang diharapkan dengan
baik (ideal), agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Untuk itu, sebelum dapat
menyelesaikan sebuah masalah atau persoalan tersebut maka terlebih dahulu kita harus melakukan
suatu Identifikasi Masalah.

Identifikasi Masalah adalah suatu tahapan proses merumuskan masalah untuk mengenali
masalah yang ingin diselesaikan. Salah salah satu cara untuk memudahkan seseorang mengungkapkan
atau menyatakan identifikasi masalah dengan baik adalah dengan mengetahui secara jelas masalah
yang dihadapi. Ada beberapa cara identifikasi masalah yaitu dengan mengetahui jenis masalah yang
dihadapi. Jenis-jenis masalah yang biasanya kita temui tersebut bisa disebabkan oleh manusia sendiri,
masalah yang disebabkan oleh cara, teknik atau struktur kerja yang kurang baik maupun masalah yang
disebabkan oleh fenomena yang terjadi. Adapun supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-
benar tepat, kita dapat mengetahuinya dengan mengenali beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang
biasanya menunjukan bahwa sesuatu hal itu termasuk sebuah masalah yaitu misalnya bersifat
menarik, sesuatu hal yang baru, dan merupakan sesuatu hal yang penting.

Berkaitan dengan perencanaan khususnya perencanaan wilayah dan kota, kenyataan bahwa
tiap wilayah atau daerah memiliki potensi yang berbeda baik ditinjau dari sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia dan lain sebagainya, maka sebelum perencanaan terhadap sebuah wilayah atau
daerah dilakukan, diperlukan pendekatan wilayah yang berbeda-beda bagi tiap daerah. Oleh karena
itu tahap Identifikasi Masalahsangat berperan penting dalam proses perencanaan sebelum
melakukan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan
disepakati bersama dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.

Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah:

1. Bacaan. Sumber bacaan bisa dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-hasil
penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentu saja
mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan tema penelitian
bersangkutan. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang telah
teridentifikasi karena ada berbagai keterbatasan peneliti atau ruang lingkup penelitian itu. Hal ini
menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum
terpecahkan. Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan
sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan
gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan
yang berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.
2. Pertemuan Ilmiah. Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah,
seperti seminar, konferensi nasional dan internasional diskusi. Lokakarya, simposium dan
sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah seperti itu akan muncul berbagai permasalahan yang
memerlukan jawaban melalui penelitian.
3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas). Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas
cenderung menjadi figure publik yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu
yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang
otoritas di sini dapat mencakup aspek formal dan non formal.
4. Observasi (pengamatan). Pengamatan yang dilakukan seseorang peneliti tentang sesuatu yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka
waktu yang cukup lama, terstruktur atau tidak terstruktur, itu dapat melahirkan suatu masalah.
Contoh: Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku
peserta didiknya dalam proses belajar mengajar.
5. Wawancara dan Angket. Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual
di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu.
Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan apa
sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai
studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga
untuk menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6. Pengalaman. Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua
pengalaman yang dimiliki seseorang (peneliti) itu selalu positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya.
Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang (kelompok) lain, dapat
dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
7. Intuisi. Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian tersebut
muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.

Ketujuh faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu pokok permasalahan
penelitian, dan itu dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu masalah. Jadi, untuk
mengindentifikasi masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber bacaan yang memungkinkan lahir
masalah-masalah penelitian seperti di atas. Sumber-sumber keilmuan yang membawa masalah-masalah
tersebut dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu
sumber saja.

Setelah masalah-masalah penelitian dapat diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan peneliti
masalah-masalah yang akan diangkat dalam suatu rancangan penelitian. Untuk memilih dan menentukan
masalah yang layak untuk diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang tertata baik

RUMUSAN MASALAH

Suatu rumusan masalah itu ditandai dengan pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun dalam bentuk
kalimat tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya penelitian akan
dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji/dicari tahu oleh si peneliti.

Masalah yang dipilih haruslah menampilkan “researchable”, dalam artian bahwa suatu masalah itu dapat
diselidiki secara ilmiah. Masalah tersebut perlu dirumuskan secara jelas agar dengan demikian perumusan
masalahnya jelas. Peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel atau faktor-faktor apa saja
yang akan diukur, dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan
rumusan masalah yang jelas akan dapat dijadikan penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini
sesuai dengan pandangan yang dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa
salah satu karakteristik formulasi pertanyaan penelitian yang baik, yaitu pertanyaan penelitian harus
clear. Artinya pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat yang jelas, tidak
membingungkan. Dengan pertanyaan yang jelas akan mudah mengidentifikasi variabel-variabel atau
faktor-faktor apa yang ada dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan berikutnya memudahkan dalam
mendefenisikan konsep atau variabel dalam pertanyaan penelitian. Dalam memberikan defenisi
konseptual atau variable tersebut dapat dengan cara-cara: (1) constitutive definition, yakni dengan
pendekatan kamus (dictionary approach); (2), contoh atau by example; dan (3) operational definition,
yakni mendefenisikan istilah, konsep atau variabel penelitian secara spesifik, terinci dan operasional.

Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna. Masalah perlu dirumuskan dengan singkat
dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan
dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
2. Rumusan masalah hendaknya ditungkan dalam bentuk kalimat tanya. Masalah akan lebih tepat
disajikan apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, bukan pernyataan.
3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit. Artinya, dengan rumusan masalah yang jelas
dan kongkrit itu akan memungkinkan peneliti secara eksplisit terarah untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa diselidiki,
bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya, dan apa tujuan yang diharapkan.
4. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional. Sifat operasional dari rumusan masalah akan
memungkinkan peneliti memahami variabel-variabel atau konsep-konsep dan sub-subnya yang
ada dalam penelitian dan bagaimana peneliti dapat mengukurnya.
5. Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang memungkinkannya
pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam
masalah penelitian tersebut.
6. Perumusan masalah haruslah dibatasi ruang-lingkupnya sehingga itu memungkinkan penarikan
simpulan yang jelas dan tegas. Kalau itu disertai rumusan masalah yang bersifat umum,
hendaknya disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional.

3. KETERBATASAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH (HAMBATAN)

Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruang lingkup masalah yang terlalu
luas atau lebar sehingga penelitian itu lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar
pembahasannya tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevansi sehingga penelitian itu
bisa lebih fokus untuk dilakukan. Berdasarkan sekian banyak masalah tersebut dipilihlah satu atau dua
masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti (lazim disebut dengan batasan masalah,
limitation). Batasan masalah, dengan demikian, adalah pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa
masalah yang sudah teridentifikasi.

BATASAN MASALAH itu dalam arti kata lain sebenarnya menegaskan atau memperjelas apa yang menjadi
masalah. Dengan kata lain, upaya merumuskan pengertian dan menegaskan batasan dengan dukungan
data hasil penelitian pendahuluan seperti apa “sosok” masalah tersebut. Misalnya, jika yang dipilih itu
mengenai “prestasi kerja karyawan yang rendah” dipaparlah (dideskripsikanlah) “kerendahan” prestasi
kerja itu seperti apa (misalnya kehadiran kerja seberapa rendah, keseriusan kerja seberapa rendah,
kuantitas hasil kerja seberapa rendah, kualitas kerja seberapa rendah).

Batasan masalah dapat pula dipahami sebagai batasan pengertian masalah, yaitu penegasan secara
operasional (definisi operasional) masalah tersebut yang akan memudahkan untuk melakukan penelitian
(pengumpulan data) tentangnya. Misalnya, dalam contoh di atas, prestasi kerja mengandung aspek
kehadiran kerja (ketepatan waktu kerja), keseriusan atau kesungguhan kerja (benar-benar melakukan
kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan buang-buang waktu, banyak menganggur), kuantitas hasil
kerja (banyaknya karya yang dihasilkan berbanding waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja
(kerapihan, kecermatan dan sebagainya dari hasil karya).
Pilihan makna yang mana yang akan diikuti sebenarnya itu tidak masalah. Idealnya adalah bahwa: (1)
membatasi (memilih satu atau dua) masalah yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari yang sudah
teridentifikasi); (2) menegaskan pengertiannya; dan (3) memaparkan data yang memberikan gambaran lebih
rinci mengenai “sosoknya.”. Umpamanya: jika masalah itu berupa “prestasi kerja karyawan yang rendah” (yang
dipilih dari, misalnya: kreativitas kerja yang rendah, kemampuan berinisiasi yang rendah, kerja sama
(kolegialitas) yang rendah, loyalitas yang rendah, dan lainnya), maka yang akan diteliti (dipilih, dibatasi) tentu
mengenai kerendahan prestasi kerja karyawan, bukan mengenai faktor penyebab rendahnya prestasi kerja
karyawan, atau upaya memotivasi karyawan. Jika yang jadi masalah itu kekurangan fasilitas (sarana prasarana)
pendidikan, maka yang disebutkan (dituliskan) adalah bahwa yang akan diteliti (dipilih, dibatasi) adalah
masalah kekurangan fasilitas, bukan pengelolaan fasilitas. Kekurangan fasilitas dan pengelolaan fasilitas
merupakan dua hal yang berbeda [Ada masalah apa juga dengan pengelolaan fasilitas? “Pengelolaan fasilitas”
bukan masalah, itu topik atau tema! Lain jika “salah kelola fasilitas” atau “ketidakefektivan pengelolaan
fasilitas”]

Anda mungkin juga menyukai