SIC ENGI
E NE
REVISI : 01
PT
T. MADHA
ANI TALATTAH NUSA
ANTARA
OPE
ERATIONA
AL TRAIN
NING DEPA
ARTMENT
2013
3
PENDAHULUAN i
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan
kemampuan kepada kami, sehingga buku pegangan mechanic & electrician untuk Basic Engine
bisa tersusun.
Harapan kami semoga buku ini bisa bermanfaat bagi mechanic & electrician dalam mengikuti
training Basic Engine dan memudahkan dalam memahami cara perawatan Engine yang benar
sesuai dengan prosedur serta peraturan keselamatan kerja. Dengan demikian bisa diaplikasikan
dengan baik setelah berada di lapangan nanti.
Seperti pepatah mengatakan,”Tiada Gading Yang Tak Retak”, dengan kerendahan hati maka
kami menyadari bahwa buku ini masih kurang sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca, demi kesempurnaan buku pegangan di waktu
yang akan datang.
Juni 2013
Darminto
Training Department
PENDAHULUAN ii
TRAINING PROFILE
Training Title
Basic Engine
Training prerequisites
Sebagai persyaratan untuk mengikuti training Basic Engine Mekanik atau Electrician
PT. MADHANI TALATAH NUSANTARA.
Training duration
36 Hours –4 Days
90 % Inclass - Discussion
10 % Practice
Training Outcome
PENDAHULUAN iii
Training passed
PENDAHULUAN iv
SEVEN HABITS
( 7 KEBIASAAN BAIK )
1. PROAKTIF.
Jadilah seseorang yang bersifat Proaktif.
Kerjakan sesuatu melalui inisiatif, motivasi yang tinggi, kemauan yang timbul dari diri
sendiri.
Orang yang reaaktif biasanya baru bertindak setelah ada sesuatu yang menggangu dia,
seperti ditanya, disuruh, diminta dan sebagainya.
6. SYNERGI.
Membiasakan diri untuk bekerja sama secara aktif dengan partner agar ada
kesimbangan didalamnya. Kemauan dan usaha untu kerjasama ini akan menghasilkan
suatu hubungan atau kelompok yang mempunyai Synergi yang tinggi.
PENDAHULUAN v
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................................ i
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Training Profile ................................................................................................................ ii
Seven Habit ...................................................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................................................... v
PENDAHULUAN vi
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-1
A. PR
RINSIP MO
OTOR DIES
SEL DAN B
BENSIN.
1. Motor Diesel.
Udara yanng terhisap ke dalam ruuang bakar dikompresi sehingga m mencapai tekanan dann
tempertur yang tinggi. Bahan baakar ( fuel ) diinjeksikaan dan dikabbutkan ke dalam
d ruangg
bakar. Sehhingga terjad
di pembakaaran sesaat setelah
s terjaadi pencamppuran dengaan udara.
2. Motor Beensin.
Gbr. I - 2.P
Prinsip kerjaa motor ben
nsin.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETAHUAN DASAR 1-2
PENGETAHUAN DASAR 1-3
Kesimpulan : Empat kali langkah piston atau dua kali putaran crank shaft,
menghasilkan satu kali pembakaran.
PENGETAHUAN DASAR 1-4
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-5
Gbr.
G I - 5.Priinsip kerja motor
m 2 lang
gkah.
a. Langkkah piston ke
k atas ( Uppward strokee ).
Pistonn bergerak ke
k atas darii TMB men nuju TMA, campuran uudara dan bahan
b bakarr
masihh mengalir ke
k dalam sillinder melalui saluran (scavengingg passage). Sebaliknyaa
gas hasil
h pembaakaran secaara terus menerus
m dikkeluarkan saampai lubaang exhaustt
tertutuup. Saat lu
ubang exhaaust ditutupp oelh geraakan pistonn yang men nuju TMA,,
campuuran udara dan bahann bakar dittekan, sehin ngga tekanaan dan tem
mperaturnyaa
naik. Pada saat itu, lubang intake terbbuka pada akhir
a langkkah kompresi sehinggaa
udaraa segar terhisap masuk kke dalam crrank case.
b. Langkkah Piston ke
k bawah ( D Downward stroke ).
Camppuran udaraa dan bahann bakar yan ng termamp patkan dibeeri percikann bunga apii
dari busi yang g menyebaakan terjad dinya pemb bakaran seehingga tek kanan dann
tempeeratur diruanng bakar naaik. Dan pisston terdoro
ong kearah ttitik mati bawah. Padaa
akhir langkah piston,
p lubaang exhaustt terbuka dand gas hassil pembak karan mulaii
keluarr, yang diiikuti oleh ppembakaran n scavenging passagee, sehinggaa campurann
bahann bakar dan udara yangg berada di crank
c case masuk
m ke daalam silindeer.
Kesimpulaan : dua ka
ali langkah ppiston atau
u satu kali putaran
p craank shaft
menghhasilkan sattu kali tena
aga.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETAHUAN DASAR 1-6
Dibandingkan dengan motor bensin, diesel engine mempunyai keuntungan dan kerugian.
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-7
D. RU
UANG PEM
MBAKARA
AN.
Ruaang pembakkaran adalaah ruangan yang diling gkupi oleh permukaann bawah silinder head,,
perrmukaan ataas silinder block dan peermukaan attas piston, saat piston bberada di titik mati atass
(TMMA). Ada bermacam-m
b macam tipee ruang bakkar sesuai dengan
d benttuk ruang bakar,
b letakk
valvve intake, exhaust daan busi deengan tujuaan agar dip peroleh theermal efficiiency yangg
makksimal. Um mumnya, kllasifikasi bberikut ini disesuaikan n dengan leetak intake valve dann
exhhaust valve.
3. F - head type.
t
Intake dann exhaust valve
v masinng - maing g dipasang pada
p silindder head dan pada sisii
silinder bllock. Tipe inni adalah gaabungan ( perpaduan
p ) dari tipe ovver head vallve dan tipee
side valvee. Bentuk ru uang bakar agak mirip p dengan tip
pe side valvve. Bagiman napun juga,,
mekanism me gerakan valve lebihh komplek dibanding
d dengan
d tipee side valvee. Sehinggaa
tipe ini jarrang digunaakan.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETAHUAN DASAR 1-8
4. T - head type.
Intake dan exhaust valve masing - masing dipasang secara terpisah di sisi dari silinder
block. Tipe ini memudahkan udara masuk dan keluar. Sebaliknya, diperlukan waktu
yang lebih lama untuk meratakan pembakaran dan pendinginan permukaan juga lebih
besar sehingga efisiensi panas (thermal efficiency) lebih buruk. Karena itu, ruang bakar
tipe ini sangat jarang digunakan.
Bentuk ruang bakar pada motor diesel sangat menetukan terhadap kemampuan mesin, sebab
itu ruang bakar direncanakan sedemikian rupa agar secepatnya campuran udara dan bahan
bakar menjadi homogen dan mudah terbakar sekaligus. Berikut ini diterangkan tipe ruang
bakar yang digunakan pada mesin diesel.
1. Tipe ruang bakar langsung (direct combustion chamber).
2. Tipe ruang bakar tambahan (Auxiliary combustion chamber).
a. Ruang bakar muka (Pre combustion chamber).
b. Ruang bakar pusar (Swirl combustion chamber).
Keuntungan :
~ Efisiensi panas lebih tinggi dan pemakaian bahan bakar lebih hemat karena bentuk
ruang bakar yang sederhana.
~ Start dapat dilakukan dengan mudah pada waktu mesin dingin tanpa menggunakan
alat pemanas.
~ Cocok untuk mesin - mesin besar ( high power ) karena konstruksi dari kepala
silinder sederhana dan kerugian kecil.
~ Temperatur gas buang relatif lebih rendah.
PENGETAHUAN DASAR 1-9
Kerugian :
~ Sangat peka terhadap mutu bahan bakar dan membutuhkan mutu bahan bakar yang
baik.
~ Membutuhkan tekanan injeksi yang lebih tinggi.
~ Sering terjadi gangguan pada nozzle dan umur nozzle lebih pendek karena
menggunakan multiple hole nozzle ( nozzle lubang banyak ).
~ Dibandingkan dengan jenis ruang bakar tambahan, turbulensi lebih lemah, jadi
sukar untuk kecepatan tinggi.
Kerugian :
1. Biaya pembuatan lebih mahal sebab perencanaan silinder head lebih rumit.
2. Membutuhkan motor starter yang besar. Kemampuan start lebih buruk, karena
itu harus menggunakan alat pemanas.
3. Pemakaian bahan bakar boros.
PENGETAHUAN DASAR 1-10
Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah, ruang bakar model pusar (swirl
chamber) berbentuk bundar. Piston memempatkan udara, sehingga udara tersebut
masuk ke dalam ruang bakar pusar dan membuat aliran turbulensi. Bahan bakar
diinjeksikan ke dalam udara turbulensi dan terbakar didalam ruang bakar pusar.
Tetapi sebagian bahan bakar yang belum terbakar masuk ke dalam ruang bakar
utama melaluii saluran untuk selanjutnya terbakar seluruhnya bakar utama.
Keuntungan :
1. Dapat menghasilkan putaran tinggi karena turbulensinya yang sangat
baik pada saat kompresi.
2. Gangguan pada nozzle berkurang karena menggunakan nozzle tipe pin.
3. Putaran mesin lebih tingggi dan operasinya lambat, menyebabkan jenis
ini cocok untuk automobil.
Kerugian :
1. Konstruksi silinder head rumit.
2. Efisiensi panas dan pemakaian bahan bakar lebih boros dibandingkan dengan
tipe ruang bakar langsung.
3. Detonasi lebih besar pada kecepatan rendah.
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-11
F. FIR
RING ORD
DER, TABL
LE SQUEN
NCE DAN VALVE
V TIMING PAD
DA MOTO
OR
DIE
ESEL.
1. Firing Orrder.
Contoh :
Engine deengan 4 silin
nder, memppunyai firinng order ( F.O ) = 1 - 2 - 4 - 3, maka
m prosess
pembakaran dimulai dari
d silinderr No.1, dilaanjutkan silin
nder No.2, N
No.4 dan No.3.
N
2. Table Squ
uence.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-12
C
Cy1.1 Power ust
Exhau In
ntake Compresi
C
Cy1.2 Compresi Poweer Ex
xhaust Intake
C
Cy1.3 Exhaust Intak
ke Co
ompresi Power
C
Cy1.4 Intake Comprresi Power
P Exhaust
0ºº 180º 360º 540ºº 720º
7
O ) = 1 - 3 - 4 - 2.
Firingg order ( F.O
C
Cy1.1 Power Exhau
ust In
ntake Compresi
C
Cy1.2 Compresi Poweer Ex
xhaust Intake
C
Cy1.3 Exhaust Intak
ke Co
ompresi Power
C
Cy1.4 Intake Comprresi Power
P Exhaust
0ºº 180º 360º 540ºº 720º
7
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETAHUAN DASAR 1-13
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-14
3. Valve Tim
ming.
FO = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.
G
Gbr. I - 12. Valve
V timin
ng.
Fungsi ovver lapping adalah untuuk mengadaakan pembillasan gas beekas di dalaam silinder..
Hal ini terj
rjadi pada saaat exhaust valve belum
m tertutup dan
d intake vvalve sudah terbuka.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-15
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-16
Kesimpulaan :
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETAHUAN DASAR 1-17
Jumlah energi panas yang terkandung dalam di udara ( gas ). Pada kondisi normal, setiap gas
( udara ), panas atau dingin, mempunyai jumlah energi panas yang dapat diukur. Udara yang
terjebak di dalam silinder, jika dikompresi maka volume ruangan akan berkurang.
Pengurangan volume ini menyebabkan perubahan 2 kondisi.
Misalkan : Udara yang terjebak di dalam silinder ditekan dengan kecepatan piston yang
sangat pelan.
Pada kondisi tersebut temperatur udara di dalam silinder relatif tetap (constant) karena panas
yang terjadi merambat melalui dinding silinder. Pada kondisi ini juga, tekannanya naik, tapi
kenaikannya sesuai (proportional) dengan besarnya compression ratio. Hal ini disebut
isothermal (temperatur konstan).
Jika udara yang terjebak di dalam silinder, dikompresi dengan kecepatan tinggi, maka tidak
ada kesempatan bagi panas yang timbul (terkandung dalam udara yang terkompresi) untuk
merambat melalui dinding silinder, dengan jumlah besar. Sehingga temperatur naik dengan
tiba - tiba. Dan akibatnya tekanan naik lebih tinggi dari tekanan yang dihasilkan oleh
isothermal compression. Kondisi ini disebut dengan adiabatic compression
PENGETAHUAN DASAR 1-18
PENGETAHUAN DASAR 1-19
Udara adalah merupakan gabungan dari molukel - molekul oksigen, nitrogen dan
elemen lainya. Yang memiliki 21% oksigen (O2) dan 79% nitrogen (N). Molukel-
molekul tersebut dapat dilukiskan berbentuk bola yag tidak dapat dilihat, karena
ukurannya sangat kecil. Jutaan molekul yang terkandung di udara, selalu bergerak ke
segala arah dan bertumbukan satu sama dengan lainnya. Kecepatan gerak molukel ini
sangat dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperaturnya, maka semakin cepat
gerak molukel tersebut.
2. Kerugian Mekanis.
Panas yang hilang untuk menggerakan alat - alat tambahan seperti pompa air, pompa oli
dan kerugian mekanis, besarnya antara 5 -6 %.
3. Pumping Loss.
Pada saat torak bergerak turun, kevakuman terjadi di dalam silinder untuk memasukan
udara dan hal ini merupakan suatu kerugian. Hal seperti ini juga terjadi pada langkah
buang dan kompresi. Kerugian ini disebut pumping loss, besarnya sekitar 3 %.
PENGETTAHUAN
N DASAR 1-20
Gammbar diatass menggamb barkan tekaanan didalaam silinder yang dihasiilkan dengaan merubahh
tim
ming injeksii di 3 posisi. Timing injeksi baahan bakar ini sangat penting. Pelaksanaan
P n
pennyetelan timming injeksii menjadi ppercuma (w walaupun tim
mingnya suudah tidak tepat lagi),,
kalaau hal - hal dibawah in
ni terjadi:
Coupling pompap injek
ksi sudah ruusak (tidak standar).
Timer didalam pompaa injeksi tiddak berfungssi.
Hasil overrhoule engin ne tidak baiik.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PENGETAHUAN DASAR 1-21
4. Kebocoran Udara.
Jika udara yang masuk kedalam silinder bocor saat dikompresi maka terjadi pembakaran
tidak sempurna.
Kebocoran tersebut dapat disebabkan oleh :
Kebocoran karena keausan silinder liner den piston ring.
Kedudukan intake den exhaust valve tidak rapat.
Valve clearance tidak standar.
Silinder head deformasi dan gasket rusak.
PENGETAHUAN DASAR 1-22
menjadi kebiru-biruan. Jika oil yang terbakar hanya sebagian dari jumlah oil yang
masuk ke ruang bakar, maka yang sebagian lagi bercampur dengan gas buang dan
membasahi saluran exhaust.
Jumlah oil yang berlebihan tersebut disebabkan oleh kebocoran dari :
Valve stem intake den exhaust.
Turbo charger.
Ring piston dan liner.
J. DIESEL KNOCKING.
PENGETAHUAN DASAR 1-23
PENGETAHUAN DASAR 1-24
2. Detonasi.
Jika waktu pembakaran tunda (delay period) terlalu panjang, maka jumlah campuran
yang dapat terbakar pada saat perambatan api (period of abrupt combustion) terlalu
banyak. Sehingga menyebabkan kenaikan tekanan didalam silinder sangat tinggi, hal ini
akan mengakibatkan timbulnya bunyi dan getaran. Peristiwa diatas sering disebut diesel
knocking.
Untuk mencegah terjadinya diesel knocking, perlu dicegah kenaikan tekanan tiba-tiba,
yaitu dengan membuat campuran yang mudah terbakar pada temperatur yang rendah,
memperpendek waktu pembakaran tunda.
Berikut ini care untuk mengatasi detonasi :
1. Menggunakan bahan bakar dengan angka cetana yang tinggi.
2. Menaikan temperatur udara dan tekanan pada saat awal injeksi.
3. Mengurangi jumlah injeksi pada saat awal injeksi.
4. Menaikan temperatur pada ruang bakar.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-1
3 4
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-2
1. Cylinder Head.
Struktur dari cylinder head tergantung pada metode pembakaran. Bentuk dari cylinder
head dan lain - lainnya sehingga kondisi tersebut menyebabkan perbedaan struktur dari
cylinder head antara lain seperti dibawah ini :
a. Direct injection type dan pre combustion type.
b. Two valve system dan four valve system.
c. Sectional type dan solid type.
d. Injection nozzle type dan injection type.
Gbr.II - 1. Cylinder head direct injection two Gbr.II - 2. Cylinder head pre combustion
valve, solid, nozzle type. chamber two valve, solid, nozzle type.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-3
b. Two valve type cylinder head dan four valve type cylinder head.
Two valve cylinder head, hanya mempunyai satu intake valve dan satu exhaust
valve. Untuk four valve type cylinder head mempunyai dua intake vaklve dan dua
exhaust valve.
Dalam langkah pemasukan, udara segar harus masuk sebanyak mungkin dalam
waktu tertentu untuk memperbaiki campuran udara dengan bahan bakar yang
diinjeksikan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas intake dan exhaust valve
harus dibuat besar bila memungkinkan tempatnya dan tidak melewati batas lubang
cylinder.
Tempat valve yang sempit atau ruangan tdak cukup, dapat menambah efektive
penempatan dengan membuat empat buah valve atau dua valve intake dan dua valve
exhaust.
Four valve type, walaupun menambah biaya dibanding Two Valve Type disebutkan
struktur yang lebih rumit, tetapi jumlah udara yang dimasukkan lebih banyak dan
memperbaiki percampuran bahan bakar.
Solid type cylinder head adalah suatu istilah dari cylinder head, bila satu cylinder
head digunakan untuk menutupi seluruh bagian atas cylinder block, sedangkan
sectional cylinder head satu istilah bila satu cylinder head hanya menutupi satu atau
lebih bagian atas dari cylinder block (atau cylinder head yang terpisah).
Sectional type cylinder head adalahlebih kecil efeknya terhadap internal stress atau
thermal stress, mudah dalam pengencangan bolt mounting dengan sama rata dan
memudahkan untuk memperbaiki, tetapi cylinder head ini biayanya lebih mahal
karena membutuhkan pemisahan rocker arm sahft dan cover arm shaft.
Dari ciri yang disebut diatas menyebabkan sectional type cylinder head cocok
dipasang pada engine yang bertekanan besar. Sedangkan engine kecil cukup
dipasang cylinder head solid type.
Sectional type cylinder head juga dapat digunakan engine yang berbeda jumlah
cylinder yang ukuran head yang sama.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-4
Gbr.II - 3. Cylinder head direct direct Gbr.II - 4. Cylinder head injection four
injection four sectional, nozzle type. valve sectional, injector type.
Injector nozzle valve menyemprotkan bahan bakar dengan pressure tinggi yang
dipompakan oleh injection pump.
Injector adalah hak tunggal dari cummin dengan memanfaatkan pergerakan vertikal
plunger untuk menghasilkan tekanan fuel yang sangat tinggi dan menyemprotkan
langsung ke dalam cylinder.
Injector membutuhkan mechanism penggerak plunger dihubungkan dengan putaran
cam shaft dengan pergerakkan vertikal plunger di dalam cylinder head. Cylinder
head type injector konstruksinya lebih rumit dibanding dengan cylinder head type
injection nozzle.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-5
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-6
Dengan demikian cylinder head harus dilengkapi dengan mechanism yang komplet
dan mempunyai kekuatan yang tinggi dan tahan terhadap panas yang tinggi. Untuk
itu perlu dilakukan bermacam - macam test danpengukuran pada cylinder head.
Dibawah ini digambarkan lokasi head yang harus diperiksa dan diukur.
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-7
Dan dibawah
d ini terdapat daata - data peengukuran untuk
u cylindder head eng
gine
6 D 125 series daan 170 - 1 sseries.
6 D 125.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-8
170 - 1 SER
RIES
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-9
a. Valve.
Terbuka dan tertutupnya valve secara teratur untuk memasukkan udara ke dalam
cylinder dan membuang gas bekas pembakaran keluar. Pergerakan valve diambil
dari putaran camshaft yang dirubah menjadi gerakan vertikal melalui push rod
ditransfer melalui rocker arm dan diteruskan ke valve.
Valve juga sebagai permukaan ruang pembakar sehingga selalu menerima beban
panas yang tinggi dari pergerakan vertikal yang berulang - ulang dengan demikian
valve harus dibuat dari material yang special dan tahan panas.
b. Valve Guide.
Valve guide sebagai penuntun pergerakan valve secara sliding antara permukaan
stem dan valve guide dengan gerakan vertikal dan juga sebagai pengontrol
pelumasan pada valve stem. Dengan demikian dibutuhkan celah yang tepat antara
stem dan guide, sehingga tidak terjadi kebocoran udara dan oli ke dalam air intake
dan exhaust gas. Valve guide dan valve harus dibuat dari bahan yang tahan panas
dan dikerjakan dengan teliti.
Juga valve guide dirancang untuk mudah dapat dilepas bila melakukan penggantian
dan perbaikan celah antara stem dan guide valve.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-10
Dan dibawah ini terdapat data-data pengukuran valve dan valve guide untuk engine
6D125 series dan 170- 1 series.
6D125 Series
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-11
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-12
6D125 S
Series
6D170-1 Series
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-13
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-14
6D170-1 Series
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-15
Valve insert adalah suatu ring yang tahan terhadap panas dan benturan yang
dipasang diantara permukaan valve yang bersentuhan dengan cylinder head.
Permukaan valve yang bersentuhan dengan cylinder head selalu menerima benturan
dan berdekatan dengan gas panas yang tinggi sehingga valve seat harus
diperhitungkan tahan panas, kuat dan tidak mudah aus terutama pada bagian
exhaust valve.
Bila terjadi kerusakan pada valve insert dengan mudah dilepas dan diganti tanpa
mengganti cylinder head.
Valve insert yang dipakai pada engine Komatsu.
3. Valve Spring.
Valve spring mengangkat valve sampai valve merapat pada valve seat apabila valve
sedang menutup. Valve spring juga bekerja mengembalikan rocker arm, push rod dan
tappet atau cam follower secara keseluruhan ke posisi normal dengan cepat.
Push rod dan tappet atau cam follower selama operasi menimbulkan inertia yang
menyebabkan valve jamping pada saat engine putaran tinggi dan akan terjadi keausan
dan cacat dan dapat juga terjadi benturan valve dengan piston.
Valve spring bila mengeluarkan daya kerja yang besar dan mendapat beban yang
berulang - ulang akan membuat material spring mengeluarkan tenaga yang besar dan
mempercapat melemahnya kekuatan spring ini, juga bisa disebabkan jika natural
frekwensi dari valve spring sama dengan kelipatan kecepatan putar dari camshaft,
sehingga valve spring akan bergetar lebih kuat karena terjadinya resonanci frekwensi.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-16
Gambar dibawah ini sebagai gambaran valve spring yang bergetar. Spring coil akan
berosilasi kearah axial dari gulungan spring. Puncak osilasi yang terbesar terdapat di
bagian tengah spring tetapi jarak coil bisa hampir tidak berubah pada kedua ujung spring
kemudian bila terjadi stress yang besar pada spring, jarak coil akan berubah karena
disebabkan getaran pada spring coil .
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-17
Diagrram gerakan
n piston dann valve.
Valvee jumping.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-18
Valvee bouncing.
Bouncing bisa terjadi karenaa adanya gaaya inertia pada valve mmechanism sehingga
terjaddi benturan pada
p valve sseat berulan
ng - ulang pada saat vallve menutupp, ini bisa
merussak valve seeating atau bbenturan - benturan
b vallve pada pisston dan meenurunkan
powerr engine.
Cylinder head
h gasket berfungsi ssebagai peny yekat gas peembakar daan air pendin ngin dan
oil pelumaas yang berssikulasi antaara cylinderr head dan cylinder
c bloock
Cylinder head
h gasket tidak hanyaa terhadap pressure
p ting
ggi dan tahaan terhadap panas
tetapi jugaa tahan terhaadap oil dann air. Juga ketebalan
k gaasket dalamm waktu terteentu dapat
mempertaahankannya ketebalannyya setelah bolt b pengikaat dikencanggkan ( jika ketebalan
k
gasket berrubah akan membuat
m keekencangan n bolt pengik
kat berubahh ).
Kebocorann air, gas daan oil bisa teerjadi tidak hanya boco or keluar tettapi dapat bocor ke
dalam enggine.
Cylinder head
h gasket bisa dibuatt dari asbesttos sand wiccked kemuddian dilapisii dengan
plate baja atau bisa diibuat dengaan hanya sattu plate bajaa saja pada llubang air, lubang
l oil
dan lubangg cylinder dilapisi
d suattu bahan pen nyekat (direeinforce denngan tembag ga atau
kawat bajaa).
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-19
Combustion chamber engine diesel lebih rumit dibanding dengan gasolin engine.
Bentuk dari combustion cahmber sangat menentukan terhadap kemampuan suatu engine.
Dengan demikian bentuk ruangan dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat percampuran
udara dan bahan bakar homogen dan mudah terbakar seluruhnya. Ada beberapa type dari
combustion chamber yang umum dipakai pada engine diesel :
1. Direct combustion chamber.
2. Auxiliary combustion chamber.
Pre combustion chamber.
Swirl combustion chamber.
Air cell combustion chamber.
1. Precombustion Chamber.
Pada engine yang dilengkapi pre combustion chamber adalah suatu komponen
untuk tempat penyalaan pertama dan kemudian tekanan penyalaan pertama
digunakan untukmenyemburkan gas pembakar bersamaan dengan BB yang masih
tersisa masuk ke dalam cylinder, untuk membantu pembakaran dalam cylinder
(ruang bakar utama). Sehingga bisa terjadi pembakaran yang sempurna untuk
seluruh bahan bakar yang diinjeksikan dengan menunda pembakaran dalam ruang
utama.
Urutan kerja pembakaran adalah pertama bahan bakar diinjeksikan ke pre
combustion chamber dan kemudian temperatur udara kompresi membakar sebagian
bahan bakar sesuai perbandingan jumlah udaranya di dalam pre combustion
chamber, selanjutnya gas pembakaran pertama di dalam pre combustion
dipancarkan ke dalam ruang pembakar utama (dalam cylinder) dengan kecepatan
tinggi, bersamaan dengan bahan bakar yang belum terbakar. Kemudian pancaran
gas dan bahan bakar di dalam cylinder bercampur dengan udara bersih yang ada
dalam cylinder dan terjadi lagi pembakaran dengan udara bersih yang ada dalam
cylinder dan terjadi lagi pembakaran dengan cepat seperti ledakan di ruang bakar
utama.
Pre combustion chamber diklasifikasikan dalam dua type.
1. Pre combustion chamber yang langsung bersatu dengan cylinder head atau
(united type).
2. Pre combustion chamber yang terpisah dan dapat dibuka pasang dari cylinder
head (built in type).
Besarnya ruang di dalam pre combustion chamber tidak lebih besar dari 50% ruang
sisa dan luas lubang penghubung ke ruang cylinder lebih kurang 0,3 - 0,7% dari
penampang melintang cylinder. Pada umumnya lubang penghubung berdiameter
lebih kurang 3 - 4 mm dan jumlahnya lebih kurang 3 - 4 lubang.
Keuntungan dan kerugiannya lihat pada bab I.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-20
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-21
2. Glow plug.
Dengan dilengkapi pre combustion chamber pada engine akan menambah ruang
kompresi udara dan menurunkan temperatur kompresi. Dengan demikian engine yang
menggunakan pre combustion chamber akan menemui kesulitan saat menghidupkan
engine dalam keadaan dingin.
Untuk itu glow plug harus dipasang pada setiap pre combustion chamber berupa
pemanas listrik yang digunakan pada saat menghidupkan engine di waktu dingin.
Komatsu engine pada umumnya menggunakan glow plug type sheated yang terdiri dari
heater coil dan isolation filter.
Glow plug dipasang secara pararel dan heater signal akan menyala terus bila salah satu
glow plug terputus untuk melakukan pemeriksaan glow plug harus dilepas dan ditest
satu persatu untuk mengetahui hubungan singkat atau terputus.
C. SWIRL CHAMBER.
Prinsip kerja dari swirl chamber sama dengan pre combustion chamber hanya terdapat
perbedaan pada bentuk chamber yang berbentuk bundar. Dan pada saat kompresi terjadi
turbulensi udara dalam swirl chamber, sehingga percampuran udara dan bahan bakar
lebih baik. Besarnya ruang swirl chamber tidak kurang dari 50% volume sisa dan
besarnya lubang penghubung lebih kurang 1 - 3,5% dari luas penampang melintang
cylinder dan umumnya jumlah lubang penghubung hanya satu.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-22
Seluruh rocker arm terpasang dirocker arm shaft diatas cylinder head dan kemudian
dihubungkan dengan push rod serta dihubungkan juga dengan valve intake dan exhaust.
Pergerakan vertikal dari push rod yang mengikuti gerak putar cam shaft, ditransfer
melalui rocker arm ke valve stem dengan arah yang berlawanan.
Kerenggangan antara rocker arm dan valve stem harus ada untuk mengatasi pemuaian
dari mechanism penggerak. Sehingga mencegah terbukanya valve (akibat
memanjangnya mechanism penggerak).
Penyetelan valve clearance dilakukan dengan mengendorkan lock nut dan memasukkan
feeler gauge yang tebalnya sesuai ukuran standard antara rocker arm dan valve stem dan
putar screw bolt untuk menyusaikan kerenggangan.
Untuk penyetelan yang model empat valve, stel kerenggangan antara rocker arm dengan
cross head.
Kerenggangan valve yang terbaik tergantung panjang dan bentuk dari push rod dan
rocker arm.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-23
Oil dari cylinder block mengalir melalui lubang tembusan yang ada pada cylinder dan
rocker arm bracket kemudian masuk ke rocker arm shaft dan melumasi seluruh rocker
arm.
Lubang oil yang terdapat pada rocker arm adalah untuk mengalirkan sebagian oil dari
rocker arm shaft ke valve stem, valve guide dan bushing.
Bila mengganti / memasang bushing rocker arm harus diproses dengan pas sambil
meluruskan lubang pelumas pada rocker arm dengan bushing diremer untuk
menyesuaikan ukuran bushing dan shaft.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-24
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-25
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-26
Cylinder block sebagai pemegang atau kedudukan komponen utama yang bergerak seperti
piston, connecting rod, crank shaft, cam shaft dan lain - lainnya. Cylinder block baru bisa
dikatakan engine bila dikombinasikankan dengan cylinder head pada bagian atas block dan
oil pan pada bagian bawah block, timing gear, gear case, fly wheel dan housing pada bagian
belakang block.
Saluran oil pelumas dan saluran air pendingin juga dilengkapi di dalam cylinder block.
Cylinder liner terpasang di dalam lubang cylinder block sebagai penuntun pergerakan piston.
Hampir seluruh cylinder liner dikelilingi air pendingin.
Cylinder liner diklasifikasikan dalam dua type :
1. Wet type (langsung didinginkan dengan air).
2. Dry type (tidak langsung didinginkan dengan air).
Wet type liner, efesiensi pendinginan lebih tinggi dibanding dengan dry type liner. Dan wet
type lebih banyak dipakai pada diesel engine.
1. Cylinder block.
2. Cylinder liner.
3. Piston.
4. Connecting rod.
5. Crankshaft
6. Fuel pump gear.
7. Idle gear.
8. Crank gear.
9. Cam gear.
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-27
E. CY
YLINDER LINER
L
Cylinder liner sebag gai komponnen dari com mbustion chamber dann sering beerhubungann
dengan teekanan tinggi. Juga seering mengalami bebaan gesek yaang tinggi disebabkann
gerak naikk turun pisto
on.
Selain kuuat dan kuk kuh cylindeer liner harrus tahan terhadap tem mperatur tiinggi, tidakk
mudah auss mampu menerima
m gaaya yang bessar dari pistton.
Cylinder liner harus berukuraan yang pas dengan piston daan ring piston untukk
menguranngi hambatan n gesekan yyang terjadi antara pistoon, ring pistton dan lineer.
Selanjutnyya yang diibutuhkan liner, mem mpunyai kemampuan menyerap panas dann
dengan ceepat mentraansfer selurruh panas darid permuk kaan dalamm ke permu ukaaan luarr
liner. Dan tahan terhaadp karat paada permukaaan yang beerhubungan dengan air pendingin.
Keuntungan dipasang gnya liner ppada block k tidak perlu u lagi cylinnder block dibuat darii
bahan special yang diibutuhkan liiner.
Memperbeesar liner sampai oveersize pertaama adalah h tidak diananjurkan, kaarena tidakk
diperlukann mesin special treatmeent untuk memperbaiki
m i permukaannyang sudah h rusak.
Untuk menjamin efisiensi pendinngin yang tiinggi, keteb balan liner leebih kurang g 5 - 10mm.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-28
terhadap temperatur yang bervariasi. Disamping itu ring seal tahan terhadap oil dan air
yang selalu berhubungan dengan liner serta tahan terhadap tekanan yang disebabkan
oleh naik / turunnya piston.
Dengan demikian dibutuhkan ring seal yang berbeda material dan bentuknya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut diatas.
Keuntungan dipasangnya liner pada block tidak perlu lagi cylinder block dibuat dari
bahan special yang dibutuhkan liner.
1. Clevis seal.
2. O-ring ( Nitrile rubber ).
3. O-ring ( Silicon rubber ).
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-29
Dibawah ini terdapat gambar liner, cylinder block dan data - data pengukuran untuk
engine 6D 125 dan 170 - 1 series.
170 - 1 SERIES
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-30
Cylinder Liner.
6D 125 SERIES
Cylinder Block.
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-31
60 125 SERIES
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-32
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-33
Crank shaft bersama dengan connecting rod merubah gerakan naik / turun piston yang
disebabkan dari hasil tekanan pembakaran dalam cylinder menjadi gerakan putar pada
output shaft.
Crankshaft adalah shaft yang dibentuk khusus untuk mentransfer penuh tenaga engine
yang akan dikeluarkan, sambil melakukan pengubahan gerak naik turun piston menjadi
putar. Crankshaft dirancang dengan sangat hati - hati untuk mendapatkan kekuatan yang
seharusnya.
Untuk crankshaft engine dengan beban sedang, crankshaft didukung dua main journal
pada setiap dua piston. Sedangkan crankshaft engine dengan beban berat, crankshaftnya
didukung dengan dua main journal pada setiap satu piston.
Jumlah main journal pada crankshaft sama dengan jumlah piston di tambah satu.
Crankshaft duduk dicylinder block dan dipegang oleh main cap.
Main journal dan pin journal (crank pin). Selalu menerima beban maximal dan
bervariasi dengan gesekan kecepatan tinggi. Dengan demikian crankshaft membutuhkan
tenaga yang kuat dan mempunyai ketahanan terhadap gesekan. Kebanyakan crankshaft
dibuat dari besi tempa dengan carbon tinggi dan pengerasan dengan chrome ditambah
molybdenum. Permukaan journal dikeraskan dengan induksi frekwensi tinggi.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-34
Cylinder Block.
170 - 1 SERIES
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-35
Main bearing dan connecting rod terpasang dengan pas pada masing - masing main
journal dan crank pin journal.
Bearing adalah yang mendukung langsung pada bagian yang bergesekan dari crankshaft
dan selalu menerima tekanan pada permukaannya dan gesekan dengan kecepatan tinggi.
Disamping harus mantap kedudukannya bearing harus memiliki kekuatan yang besar
dan dapat menyesuaikan ( atau bahan yang lebih lunak dan lebih dahulu lelah ).
Oil groove pada permukaan bearing tujuannya membawa oil ke seluruh permukaan
bearing dan membuat pergerakan atau gesekan menjadi lembut. Juga sebagai
penampung oil pada saat engine mati untuk menjaga persentuhan yang baik pada
permukaan shaft. Untuk menjaga kehalusan crankshaft bearing harus dibuat lebih lunak
tetapi kuat dan permukaan dapat menyesuaikan, dengan demikian bearing dibuat dari
material yang berbeda untuk memenuhi persyaratan diatas dan bearing ada yang terdiri
dari dua jenis material dan tiga jenis material.
Kelmet.
Kelmet adalah lebih kuat daripada white bearing dalam ketahanan dan digunakan
untuk kecepatan tinggi dan engine kelas berat dengan komposisi alloy 70% Cn
dan 30% Db.
1. Shaft.
2. Bearing. (base metal).
3. Back bearing.
4. Lining (Intermediate layer)
5. Overlay. (Surface layer).
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-36
Tabel main
m bearing
g dan conneecting rod untuk
u enginee Komatsu.
3. Fungsi Th
hrust Beariing.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-37
Thrust bearing tidak boleh menerima beban yang berat sebagaimana yang diterima main
bearing dan connecting rod bearing. Karena thrust bearing dibuat dengan bahan yang
sama dengan bearing automobile engine.
1. Cylinder block.
2. Connecting rod.
3. Crankshaft.
4. Main bearing.
5. Connecting rod bearing
6. Main cap.
7. Connecting rod cap
8. Plug.
a. Oil pelumas disupply dari lubricating pump dengan tekanan melalui main gallary di
dalam cylinder block dan langsung dibagi melalui crankshaft journal.
b. Main bearing bagian atas dilengkapi lubang yang sejajar dengan lubang oil yang
ada di block dan berhubungan juga dengan oil groove main bearing juga masuk ke
lubang yang ada di crankshaft main journal dan mengalir ke crank pin journal.
c. Crankshaft dilengkapi dengan lubang oil yang berhubungan main journal dengan
crank pin journal, kemudian oil dari oil groove main bearing juga masuk ke lubang
yang ada di crankshaft main journal dan mengalir ke crank pin journal.
d. Connecting rod bearing juga dilengkapi oil groove untuk meratakan pelumasan
pada permukaan bearing dan memudahkan oil mengalir ke lubang oil pada upper
bearing con rod yang berhubungan dengan lubang pelumas pada bushing con rod
dan pin piston.
Lubang oil pada crank shaft dibor melalui sisi luar dari counterwieght di bagian
crank pin journal tembus sampai ke titik tengah main journal. Kemudian di
tengah - tengah sisi main journal dan crank pin journal di bor sampai bertemu
dengan lubang pertama dan tembus ke sisi sebelahnya.
Ujung lubang pada sisi counter weight ditutup dengan plug dan berfungsi
sebagai filter debu atau gram halus yang dibawa oleh oil, dengan cara
melemparkan kotoran dengan gaya sentrifugal mengumpul di ujung lubang.
Bila memasang main bearing, lubang pelumas harus lurus dengan lubang
pelumas pada cylinder block dan juga sejajarkan sisinya untuk mencegah
berubahnya ukuran bearing ( mengecil ).
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-38
Bearing adalah bantalan yang lembut untuk crankshaft sehingga tidak merusak
permukaan journal akibat gesekan antara crankshaft dan bearing dan mudah melakukan
penggantian bila terjadi keausan bearing.
Bila permukaan journal crankshaft mengalami keausan setelah engine lama beroperasi,
crankshaft dapat dipakai lagi dengan memperkecil journal crankshaft (undersize) dan
mengganti bearing yang lebih tebal yang sesuai dengan ukuran journal crankshaft
setelah dikecilkan.
Tujuan dasar dari undersize crankshaft untuk mencapai kerenggangan antara crankshaft
dengan bearing (oil clearance) sesuai ketentuan pabrik pembuatnya.
Standard undersize bearing pada umunya 0,25 mm, 0,50 mm, 0,75mm dan 1,00mm
(0,01”, 0,02”, 0,03” dan 0,04”).
1. Cylinder block.
2. Housing (Flywheel housing)
3. Seal (Rear seal).
4. Wear ring.
5. Main bearing.
6. Crankshaft.
Crankshaft sebagai part utama yang menerima tenaga penggerak dari piston yang duduk
dan terbungkus di dalam block. Dan kedua ujung crankshaft muncul keluar dari block
untuk mentransfer tenaga ke bagian luar, di kedua ujung shaft dipasang penyekat yang
menempel pada bagian dalam block.
Penyekat (seal) selalu menerima gesekan yang berat disebabkan putaran tinggi dari
crankshaft dan daya cengkram seal lip yang cukup kuat untuk mempertahankan
penyekatan tetap baik.
Permukaan shaft yang kotor akan merusak seal lip dan membuat oil engine bocor.
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-39
7. Balance Crankshaft
C t.
Crankshafft adalah meengubah gerrak naik turrun menjadi gerak putarar, sehingga mengalamii
gaya sentrrifugal yangg besar padda crank piin, karena titik
t senter crank pin tidak samaa
dengan tiitik senter crankshaft ft. Selain itu
i crank pin seringg mengalam mi tekanann
pembakaran dari pisto on.
Untuk mengatasi
m gaya
g sentri fugal, cran
nkshaft dillengkapi coounter weight untukk
menimbullkan gaya eksentrik ppada cranksshaft, sehin ngga dapat menghilan ngkan gayaa
sentrifugaal yang terjjadi pada ccrank pin. Selain itu counter w weight juga membantuu
melancarkkan mengub bah gerak naaik turun menjadi
m geraak putar dann efektivitass crankshaftt
menjadi bertambah.
1. C = Shaft
2. P = Crank Pin
in.
3. F = Combusttion Pressurre.
4. W = Counterr weight.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-40
Crankshaft selalu menerima gaya puntir pada saat tekanan pembakaran yang dihasilkan
di dalam cylinder diteruskan ke crankshaft. Dalam keadaan demikian reaksi gaya dan
kekakuan crankshaft menyebabkan bergetarnya crankshaft.
Jika terjadi getaran resonan antara getaran crankshaft dan getaran pembakaran akan
membangkitkan getaran yang lebih kuat dan bisa mengganggu gerakan crankshaft.
Dipasangnya vibration damper, antara lain rubber damper dan viscous damper yang
menggunakan silicon oil high viscosity. Damper rubber atau viscous memafaatkan
inertia dari pemberatnya dan inertia dari crankshaft untuk mengimbang getaran vibrasi
atau perbedaan kecepatan dari crankshaft (inertia mempererat/merubah gaya puntir
menjadi gaya gesekan).
A. Rubber damper
1. Crankshaft.
2. Elastic rubber.
3. Hub
B. Viscous damper.
4. Damper case
5. Inertia ring
4. Silicon oil
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-41
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-42
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-43
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-44
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-45
c. Mengggerinding Permukaan
P T
Thrust Bearring Crankshaft.
Tidakk harus sam
ma pemotonngan permu ukaan thrusst bearing crankshaft depan dann
belakang.
Jika permukaan
p thrust
t bearinng crankshaaft telah dipotong pastikkan end ply
y crankshaftt
masukk dalam standard overhhaul.
d. Mengggerinding Pin
P Journal.
Grindding seluruh
h pin journall dengan uk
kuran yang sama.
s
Bila menggerind
m ing (finishinng) dengan grinding 0.007 - 0.0088 mm.
170 seeries.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-46
e. Memperbaiki lebar bidang dari main journal dan pin journal dengan grinding.
Bila memperbaiki permukaan main journal dan pin journal batas ketebalannya yang
digrinding harus minimum.
Lebar crank pin journal.
Jika memotong satu sisi saja : Standard 72 + 0.075 mm
Limit 74.500 mm
G. CAMSHAFT
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-47
Camshaft terdiri dari cam gear sebagai penggerak, journal yang didukung oleh bushing
dan cam sebagai pengontrol terbuka dan tertutupnya valve. Jadi camshaft berfungsi
untuk membuka dan menutup valve intake dan valve exhaust sesuai waktu pemasukan
udara, kompresi udara, expansi dan langkah pembuangan.
Pada cummin engine cam shaftnya dilengkapi dengan injector cam untuk langsung ke
crankshaft gear atau melalui idler gear.
Kecepatan putar dari cam shaft sudah diset setengah putaran crankshaft dengan
demikian terbuka dan tertutupnya intake / exhaust valve serta injector bahan bakar
hanya terjadi satu kali pada setiap dua kali putaran crank shaft.
Camshaft dirangkum di dalam cylinder block dan didukung oleh bushing yang duduk
dengan pas pada journal. Dengan adanya bushing memudahkan perbaikan oil clearance
camshaft journal.
Thurst bearing dipasang diantara cam gear dan journal nomor satu untuk melicinkan
gerakan shaft bila ada beban axial yang sering terjadi pada cam shaft.
3. Lubrication Camshaft.
Oil dari pump dialirkan dengan tekanan melalui cylinder block atau main gallery
kemudian masuk ke cam shaft melalui lubang bushing journal.
Bila mengganti bushing harus meluruskan kembali lubang yang ada pada cylinder block
dengan lubang yang ada di bushing dan hindarkan terjadinya bushing mengecil.
4. Lokasi Camshaft.
Camshaft dapat ditempatkan pada cylinder block atau pada cylinder head dan dilengkapi
pengubah putaran dari crankshaft ke cam shaft (gear).
Type dari camshaft yang putaran camnya dihubungkan ke valve melalui tappet, push rod
dan rocker arm, akan terjadi inertia pada mechanism perantara dan membuat valve sulit
mengikuti kecepatan putar cam.
Untuk menjamin berhasilnya kerja valve pada putaran tinggi, mengecilkan jarak antara
cam dengan valve. Dengan cara menemptakan camshaft pada cylinder head atau type
OHC (Overhead Cam) dan menempatkan camshaft diatas cylinder block atau type HC
(Hight Cam).
Pada umumnya pada kendaraan sport memakai type OHC dan DOHC (Double
Overhead Cam) dihubungkan dengan rantai atau belt sebagai penggeraknya.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-48
5. Valve Timing.
Gbr.II - 27. Lokasi camshaft.
Valve timing yang digambarkan diatas menunjukkan waktu terbaik yang dihasilkan oleh
sudut crankshaft sesuai posisi piston yang mana terjadi valve intake dan exhaust terbuka
atau tertutup.
Pembangkitan aliran udara pada saluran intake dan exhaust harus diperhitungkan untuk
mengurangi hambatan terutama pada saluran intake. Juga untuk valve intake / exhaust
ditentukan waktu yang tepat saat terbuka dan tertutupnya. Sehingga menjamin
efektivitas pembakaran fuel.
Pada umumnya valve timing diset seperti dibawah ini :
Intake valve awal terbuka pada 10º - 40º sebelum titik mati atas (BTDC).
Exhaust valve awal terbuka pada 40º - 70º sebelum titik mati bawah (BBDC).
Intake valve tertutup pada 20º - 50º sesudah titik mati bawah (ABDC).
Exhaust valve tertutup pada 10º - 4º sesudah titik mati atas (ATDC).
Untuk mendapatkan valve timing yang paling baik adalah dengan melakukan pengujian
berbagai kondisi baik dalam putaran engine, waktu penyemprotan bahan bakar serta
konstruksi dari valvenya. Juga diperhatikan apakah engine tersebut memakai
turbocharge atau tidak.
Di dalam daerah overlap terjadi kedua valve intake dan exhaust masih terbuka.
Kesalahan pemasangan timing gear atau penyetelan valve akan membuat bekerjanya
valve tidak pada waktu yang tepat. Juga kerusakan timing gear, cam atau tappet dan
kebekokan pada camshaft atau push rod akan merubah valve timing yang terbaik.
Injection bahan bakar untuk engine ditentukan oleh cam follower sedangkan untuk
engine lainnya injeksi bahan bakar ditentukan oleh injection pump.
Injection timing yang digambar diatas menunjukkan waktu yang terbaik dari injection
plunger yang disesuaikan dengan sudut crankshaft yang mana bahan bakar diinjeksikan
dari injector. Pergerakan plunger dikontrol oleh camshaft dan timing gear.
Fungsi dari injection plunger untuk membuka dan menutup saluran bahan bakar
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-49
diinjector dan menginjeksikan bahan bakar ke ruang bakar dengan waktu yang tepat
sehingga terjadi pembakaran bahan bakar yang efisien.
Awal dan akhir bekerjanya injeksi diset pada 60º sebelum titik mati atas (BTDC) dan
pada 20º setelah titik mati atas (ATDC). Walaupun injection timing sudah yang terbaik
kita tentukan pada sudut crankshaftnya. Suatu engine masih bergantung pada beberapa
kondisi seperti kecepatan putar engine, Valve timing, konstruksi dari valve system dan
kondisi udara atau atmosfir.
Tappet dan push rod digabung dengan cam shaft, rocker arm dan valve disebut valve
mechanism.
Putaran camshaft dirubah melalui cam menjadi gerakan vertikal pada tappet yang selalu
bersentuhan dengan cam.
Push rod yang digunakan dibuat dari besi batang yang kosong untuk mentransfer gerak
vertikal dari tappet ke rocker arm.
Tappet dan push rod kedua - duanya diangkat oleh cam dan turunnya dengan tenaga
spring. Pergerakan tappet dan push rod sesuai dengan permukaan cam lift. Pada
umumnya cam lift kurang lebih 10 mm.
Tappet dan push rod selalu bergerak vertikal berulang - ulang dengan kecepatan tinggi,
menaikkan inertia membuat keduanya seolah - olah menjadi ringan, sehingga mungkin
perlu mengurangi gaya, benturan, jumping dan suara sekecil mungkin.
Komponen dari valve mechanism selalu mendapat gaya tumbukan pada saat akan
menemukan kembali hubungan mereka dan tetap mengikuti titik ke titik atau garis ke
garis persentuhan.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-50
Dengan demikian bila memeriksa valve mechanism, setiap bentuk permukaan yang
bersentuhan diperiksa dengan penuh setiap lekukannya.
Valve mechanism untuk cummins engine memakai cam follower pengganti tappet yang
digunakan pada engine biasa.
Tappet dari titik ke titik bersentuan dengan cam sedangkan cam follower dari garis ke
garis persentuhannya dengan cam. Sehingga cam follower lebih baik mendapat beban
berat dibanding tappet.
Cummins engine adalah four valve type. Setiap cam menggerakkan dua valve dibantu
dengan cross head untuk membuka atau menutup valve. Juga dengan mechanism yang
sama dengan valve mechanism, digunakan untuk mengontrol injeksi bahan bakar.
Dengan demikian beban setiap cam selalu lebih besar dibanding dengan engine yang
valve mechanism menggunakan tappet. Cummins type V engine, tidak memakai cam
follower mechanism tetapi menggunakan roller yang duduk dibawah setiap tappet.
Sehingga persentuhan dari garis ke garis pada permukaan cam dapat dipertahankan
antara roller dan cam.
Struktur dan fungsi dari cam follower dan push rod serta komponen lainnya sama
dengan engine yang menggunakan tappet dan push rod lainnya.
Disebelah terdapat gambar dan data - data pengukuran cam shaft dan cam follower.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-51
Data- data pengukuran cam shaft dan cam follower sebagai berikut:
6D125 SERIES
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-52
170 SERIES
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-53
H. CA
AM FOLLOWER.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-54
I. PU
USH ROD.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-55
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-56
J. TIMING GEAR
Timing gear secara umum diartikan suatu gigi penghubung yang dilengkapi untuk
mentransfer putaran crankshaft ke perlengkapan engine dan lain - lainnya yang
membutuhkan tenaga putar. Jumlah gigi dan susunannya bergantung dari engine model.
Timing gear terdiri dari beberapa gigi penggerak yang berputar bersama shaft yang
langsung berhubungan dengan masing - masing shaft penggerak dan beberapa idler gear
yang dipasang hanya untuk merubah arah putaran atau untuk mentransfer tenaga putaran
ke gigi selanjutnya.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-57
Struktur utama dari timing gear adalah cam gear, injection pump gear, accesory gear
(cummins), oil pump driving gear, balancer shaft gear dan crank pulley gear.
Setiap idler gear dipegang dengan shaft yang duduk diam pada cylinder block dan
bushing dipress padat pada gear untuk melembutkan gesekan yang terjadi diantara shaft
dan gear.
Thrust plate dipasang pada cam gear. Balancer shaft dan idler gear yang sering
mendapat beban axial.
2. Timing Mark.
Timing gear dan injection pump driving gear menentukan valve timing dan injection
timing. Untuk memudahkan diset sudut crankshaft pada posisi piston top dan crankshaft
gear, idler gear dan gigi penggerak lainnya disearahkan tandanya (timing marks).
Crankshaft gear, idler gear dan balancer shaft gear juga mempunyai timing marks
(tanda) yang digunakan untuk memposisikan arah yang berlawanan antara shaft kiri dan
kanan sesuai dengan beban esentriknya. Jika timing mark tidak tepat ini adalah suatu
kelalaian, jadi bila memasang timing gear, perhatikan benar - benar valve timing,
injection timing dan fungsi balance shaft. Karena tidak hanya menyebabkan gagalnya
mencapai performance engine, tetapi bisa menyebabkan masalah pada engine.
Putaran timing gear :
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-58
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-59
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-60
1. Piston.
2. Top ring.
3. Second ring.
4. Oil ring.
5. Piston ring.
6. Snap ring.
7. Connecting rod bushing.
8. Connecting rod.
9. Connecting rod bearing.
10. Connecting rod bearing.
11. Crankshaft.
12. Connecting rod cap.
Piston dan connecting rod adalah dikombinasikan dengan crankshaft sebagai komponen
utama yang bergerak dalam engine. Piston digerakkan oleh tekanan pembakaran yang
dihasilkan di dalam cylinder dan gerakan vertikal dari piston dirubah melalui connecting
rod menjadi gerak putar pada crank shaft.
Bagian atas dari piston sebagai combustion chamber yang bekerja berfungsi untuk
mencegah kebocoran udara dan gas pembakaran.
Bagian ujung atas dari con rod dihubungkan pada piston melalui pin piston dan bekerja
secara vertikal. Sedangkan bagian ujung bawah con rod dihubungkan dengan crankshaft
dipegang dengan con rod cap dan bekerja merubah gerakan putar.
Hubungan setiap ujung - ujung con rod bekerja dengan beban gesek yang sangat besar.
Untuk meredam gesekan yang begitu keras, pada bagian upper end (small boss) con rod
yang akan dihubungkan ke pin piston dipasang bushing yang dipress padat. Sedangkan
pada bagian lower end (large boss) con rod yang akan dihubungkan ke crankshaft
dipasang bearing yang dibuat sama bahannya dengan main bearing.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-61
2. Piston.
Piston adalah yang langsung berhubungan dengan gas pembakar dan menerima
beban berat yang disebabkan tekanan pembakaran dan bergerak dengan kecepatan
tinggi yang berulang - ulang. Selanjutnya piston menahan udara kompresi dan rapat
dengan cylinder liner maka menderita beban gesek yang keras selama dalam
pergerakan yang cepat.
Piston tidak tahan dengan kondisi kerja yang berat sehingga mempengaruhi umur
engine.
Piston harus memiliki syarat - syarat dibawah ini :
1. Memiliki kemampuan tahan terhadap panas dan mengendalikan panas.
2. Memiliki berat yang sedang (tidak menghasilkan inertia yang besar pada
kecepatan tinggi).
3. Memiliki pemuaian yang kecil dari akibat panas.
4. Memiliki kestabilan yang tinggi (faktor kelelahan material besar) tidak
mudah aus dan mempunyai kekuatan yang besar.
Untuk memenuhi kebutuhan diatas, piston dibuat dari allumunium alloy terdiri dari
Silikon (Si), Nickel (Ni), Copper (Cu) dan lain - lainnya.
Pada umumya yang terbanyak dipakai material piston terdiri dari nickel
allumunium alloy called Lo-ex, yang direncakan dengan spesifik gravity rendah
(diatas 27), tahan terhadap panas yag tinggi dan menyalurkan dengan cepat.
Bagian atas dari piston bekerja sama dengan cylinder head dan cylinder liner
sebagai combustion chamber. Untuk memperbaiki percampuran udara masuk
dengan bahan bakar, dibuat bermacam bentuk permukaan kepala piston.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-62
Memilih permukaan piston top tergantung dari sistem pembakaran type dari nozzle,
sudut penyemprotan bahan bakar dan sistem lainnya. Bermacam-macam bentuk
kepala piston yang dipakai pada Komatsu engine seperti dibawah ini :
Piston dihubungkan dengan connecting rod melalui pin piston untuk mentransfer
tenaga, dan ketebalan sisi dalam piston ditambah untuk menambah kekuatan pada
sisi samping tempat kedudukan pin piston. Sehubungan dengan itu, crosssection
dari piston dibuat dalam bentuk elliptical yang mana pada arah pin piston
diameternmya lebih kecil dibanding dengan diameter yang tegak lurus dengan pin
piston. Kenaikan temperatur (300º - 350 ºC pada top piston dan lebih kurang 150
ºC pada bagian tengah piston), cross section yang berbentuk elliptical akan tercapai
menjadi benar - benar bulat (berdiameter sama). Juga pada kepala piston yang
mengecil diameternya, akan menjadi sama besar akibat pemuaian dan perbedaan
temperatur antara atas dan bawah piston.
Oleh sebab itu bila mengukur diameter piston, arah dan posisinya disesuaikan
dengan spesifikasi pada maintenance standard.
Jika piston overheat, akan terjadi pemuaian yang berlebihan pada piston dan terjadi
carbonization pada oil pelumas kemudian menyebabkan macet dan melekatnya
permukaan yang bergesekan dan keretakan atau terbakar pada kepala piston.
Dengan demikian panas yang diterima piston dari gas pembakaran harus secepatnya
disebarkan.
Penyerapan panas dari allumunium alloy pada piston tiga kali lebih tinggi dibanding
cast iron.. Pemindahan panas ke permukaan liner dan oil pelumas melalui sisi
bawah dari piston.
Dengan bentuk, beraneka ragan yang dirancang pada piston, tidak hanya menambah
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-63
kekuatan, tetapi juga untuk meningkatkan penyebaran panas. Bentuk dari cross
section piston disebut thermal flow type yang direncanakan sebagai penghantar
panas yang tinggi.
Permukaan luar dari piston tidak banyak efeknya terhadap kekuatan piston tetapi
sangat penting sebagai ujung - ujung penghantar panas dan pelumasan.
e. Piston cooling.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-64
o
Temperature in each section ( C)
Type of engine Cooling system Material
A B C D
Direct combustion chamber Water-cooled Alumunium alloy 330 ~ 360 200 ~ 220 140 ~ 160 110 ~ 130
Direct combustion chamber Water-cooled Cast iron 400 ~ 440 340 ~ 380 150 ~ 170 110 ~ 140
Air Chamber Water-cooled Alumunium alloy 330 ~ 380 220 ~ 270 140 ~ 160 110 ~ 130
Precombustion chamber Water-cooled Alumunium alloy 360 ~ 440 230 ~ 310 150 ~ 200 110 ~ 130
3. Piston Pin.
1. Piston.
2. Piston pin.
3. Snap ring.
4. Connecting rod bushing.
5. Connecting rod.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-65
Piston pin selalu bekerja berat dan menerima beban yang berulang - ulang yang
disebabkan tekanan pembakaran di dalam cylinder dan inertia menggerakkan
piston. Permukaan pin piston bergesekan dengan tekanan yang besar pada piston
dan bushing con rod. Dengan demikian pin harus mempunyai kekuatan bengkok
yang besar dan tidak mudah aus. Untuk itu memenuhi kebutuhan tersebut piston pin
dibuat dari baja special dengan carbon rendah yang memiliki kekerasan tinggi dan
permukaannya diperkeras dengan induction quenching atau carbonizing.
Piston dan piston pin sering beradu berulang - ulang dengan masing komponen
harus dicegah berubahnya clearance, sehingga pelumasan pin tetap bekerja efektif.
Juga perlu dipertimbangkan clearance tidak berubah aiibat perubahan temperatur.
Karena adanya perbedaan (pemuaian akibat panas pada piston 1.5 kali lebih besar
dari pin piston). Oleh sebab itu bila memasang pin piston sebaiknya dipanaskan
terlebih dahulu.
4. Ring Piston.
Fungsi dari piston ring adalah menahan tekanan gas kompresi di dalam cylinder,
menjaga ketebalan oil film pada dinding cylinder dan mentransfer panas dari piston
ke cylinder liner. Ring bagian atas disebut ring kompresi yang bekerja mencegah
kebocoran gas kompresi. Dan ring bagian bawah disebut ring oil yang bekerja
menjaga oil film. Bertambah tekanan gas kompresi akan mempercepat keausan ring
piston dan mengurangi tenaga engine. Serta menambah besar oil konsumsi.
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-66
b. Charactivities piston
p ring.
Pistonn ring seriing meneriima temperratur tinggii dan tekaanan, gesek kan dengann
keceppatan tinggi dan hentakkan yang dissebabkan geerakan recipprocating daari piston.
Untukk mengatasi kondisi yyang demikiian piston ring r dibuat dari speciaal cast ironn
yang memiliki
m keetahanan terrhadap panaas yang ting
ggi.
Selanj
njutnya untu uk menambbah ketahan nan terhadaap gesekan,, pada umu umnya ringg
pistonn dilapisi deengan chrom
me platina pada
p lingkaran luarnya.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-67
PIS
STON, PIST
TON RING
G AND PIST
TON PIN.
1700 - 3SERIE
ES.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-68
6D 125 – 1 SE
ERIES
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-69
5. Connecting rod.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-70
Bolt connecting rod melayani untuk merapatkan con rod cap yang menghubungkan
connecting rod dengan crankshaft. Bolt selalu menderita beban tegangan tinggi
yang berulang - ulang yag disebabkan inertia dari piston dan connecting rod,
ditambah beban tegangan yang untuk merapatkan cap.
Untuk dapat menahan kondisi beban yang demikian bolt con rod dibuat sama
dengan bolt cylinder head dan main bearing bolt. Untuk menjamin kekuatan bolt,
selama pengencangan bolt harus diberi tanda sampai kekencangan yang diinginkan
sehingga diperoleh tightening torque yang baik. Dan bila terdapat cacat pada bolt
dan kerusakan berat akan membuat tidak tercapainya tightening bolt yang baik.
Connecting rod assembly bergerak reciprocating dengan kecepatan tinggi sehingga
bila tidak tepat beratnya akan berpengaruh besar pada engine balancer. Berat
connecting rod assembly harus dipelihara tetap pada spesifik tolarace dan
perbedaan berat antara connecting rod satu dengan lainnya di dalam engine tidak
boleh melebihi batas yang diizinkan.
CONNECTING ROD.
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-71
CO
ONNECTIN
NG ROD.
6D
D 125 – 1 SERIES.
S
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-72
6D 170 – 3 SERIES
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-73
L. FLYWHEEL
1. Flywheel.
Fly wheel terpasang di belakang crankshaft yang diikat dengan bolt untuk mentransfer
putaran engine ke power train atau lainnya. Awalnya engine power dihasilkan hanya di
dalam combustion strock pada masing - masing cylinder, yang menyebabkan
terjadinya torque yang bervariasi pada crankshaft dan ditrasnfer ke fly wheel.
Dengan adanya inertia yang besar pada flywheel, torque yang tidak sama diterima dari
crankshaft akan menjadi hampir sama dan rata pada putaran fly wheel atau dengan
inertia putar dari fly wheel dapat mengisi kekosongan gerak putar dari crankshaft.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-74
2. Ring gear.
Ring gear terpasang melingkar pada lingkaran luar dari flywheel yang digunakan
apabila engine diputar oleh starting motor untuk memutar engine.
Fly wheel housing terpasang di bagian belakang cylinder block menyekat engine bagian
dalam daya dengan komponen luar dan melindungi putaran dari fly wheel.
Bracket bagian belakang engine terpasang pada fly wheel housing atau dicetak menjadi
satu dengan housing yang digunakan untuk mounting engine ke chasis.
4. Rear seal.
Rear seal terpasang pada fly wheel housing yang bekerja menyekat komponen yang
bergerak pada crankshaft (lihat pada crankshaft oil seal dan wear ring).
Ada dua jenis rear seal, single lip type seal dan double lip type seal.
Sebaiknya menggunakan double lip seal, tetapi hati - hati dalam pemasangannya jangan
sampai lipnya terlipat keluar mengakibatkan oil bocor dan lip menjadi rusak. Sebaiknya
selama dalam pengetesan engine menggubnakan single lip type seal dan setelah selesai
test diganti double lip type seal.
Disebelah terdapat gambar fly wheel dan data - data pengukurannya untuk engine
6D125 dan 6D170 Series.
KON
NSTRUKSI KOMPO
ONEN UT
TAMA 2-75
FLYWHEEL AND
D FLYWHE
EEL HOUSING.
6D125 – 1 SERIES
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-76
Konsentrasi beban eksentrik pada crankshaft menimbulkan gaya sentrifugal pada saat
berputar dan membangkitkan vibrasi.
Amplitude dari vibrasi semakin besar yang menghasilkan secondary vibrasi jika
frekwensi vibrasi yang terjadi sama dengan frekwensi pembakaran.
(Vibrasi yang dihasilkan bisa dua kali lebih besar dari putaran crankshaft bila engine
empat cylinder).
Untuk meredam secondary vibrasi dapat dilakukan dua cara. Pertama menggunakan
peredam vibrasi di bagian dalam engine dan lainnya peredam vibrasi di bagian luar
engine (bagian dari mounting engine).
Balancer shaft salah satu komponen yang digunakan dari peredam di dalam engine.
Balancer shaft ada dua buah yang ditempatkan sejajar di kanan dan kiri crankshaft dan
berputar dua kali lebih besar dari putaran crankshaft.
Banyak engine kendaraan menggunakan sejenis balancer shaft, untuk menghaluskan
suara engine.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-77
M. BALANCER SHAFT.
Balancer shaft terdiri dari dua shaft yang dipasang di bagian sisi bawah dari cylinder
block yang didukung beberapa bushing.
Tenaga penggerak dari balancer shaft diambil dari crank shaft gear melalui idler gear
diteruskan ke balancer gear.
Balancer shaft bearing selalu mendapatkan beban gesek yang eksentrik dari shaft dan
berputar dua kali lebih besar dari crankshaft, dengan demikian harus ditambah daya
tahan terhadap gesekan dengan induction quenching.
Perhatikan jangan sampai salah pemasangan shaft kanan atau shat kiri dan jangan kupa
meluruskan tanda pada gear shaft jika terjadi kesalahan akan memperbesar vibrasi
engine.
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA 2-78
PTO (power take off) gear dilengkapi untuk mengambil langsung tenaga putar dari
engine yang menggerakkan perlengkapan tambahan atau peralatan kerja unit
PTO gear ditempatkan di dalam flywheel housing di bagian belakang engine.
Perlengkapan utama yang digerakkan PTO adalah hydraulic pump, steering pump dan
transmission pump.
Pengambilan langsung tenaga putar dari engine, untuk menggerakkan perlengkapan
kerja unit disebut RPCU (Rear mounted Power Control Unit).
Di dalam PTO system, putaran crankshaft gear dipindahkan melalui idler gear dan drive
gear PTO masing-masing duduk pada drive shaft.
Pelumasan PTO gear mengambil sebagian dari aliran oil di dalam transmission atau
torque converter circuit yang dialirkan melalui pipa ke bagian atas flywheel housing dan
kemudian dibagi - bagi lagi melalui pipa kecil ke masing - masing PTO gear.
Jika terpaksa menghidupkan engine dengan waktu lama sewaktu melakukan testing
engine tanpa pelumasan PTO, sebaiknya PTO system dilepas (atau dilepas PTO idler
gear).
ENG
GINE SYSSTEM 3-1
A. FU
UEL SYSTE
EM.
Gambaran Um
mum Sistem
m Bahan B
Bakar (Outlline of Fuell System)
Dieesel Enginee dapat beroperasi karrena adanyaa pembakarran bahan bbakar di daalam ruangg
bakkar. Hasil pembakaran
p n tersebut m menghasilkaan panas yaang digunakkan untuk mendorongg
pistton ke bawaah dan padaa akhirnya dapat meng ghasilkan gaaya putar ppada crankshhaft. Bahann
bakkar pada diesel
d enginne diinjekssikan deng gan tekanan n yang cuukup tinggii, sehinggaa
mennghasilkan partikel-parrtikel bahann bakar yang g sangat lem
mbut dan deengan cepatt bercampurr
denngan udara yang
y sudah dikompresiikan hinggaa mencapai temperatur tertentu.. Bahan
B bakarr
terssebut diinjekksikan padaa waktu, tekkanan, dan jumlah
j yang tepat. Prooses tersebu
ut dilakukann
seppenuhnya oleh sistem bahan bakar pada engine.
Gam mbaran um mum dari sisstem bahann bakar pad da diesel engine ditunjuukkan deng gan gambarr
berrikut ini.
G
Gambaran umum sisteem bahan bakar
b (in-liine injectioon pump)
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-2
valve (pada beberapa model ada yang megunakan dua buah overvlow valve sekaligus).
Bahan bakar dikompres oleh pompa injeksi dan diinjeksikan ke dalam ruang bakar pada
tekanan 80-300 kg/cm2 melalui pipa nozzle, nozzle holder dan injection nozzle.
Komponen timer yang terletak di bagian depan dari pompa injeksi berfungsi untk
mengatur waktu penginjeksian bahan bakar ke dalam ruang bakar sesuai dengan kecepatan
putar engine. Governor yang terletak di bagian belakang dari pompa injeksi
berfungsi untuk menstabilkan kecepatan putar engine dengan cara mengontrol jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar.
Pada umumnya jumlah bahan bakar yang dikirim oleh feed pump lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan oleh pompa injeksi, kelebihan
bakar tersebut akan dikembalikan lagi ke tanki bahan bakar melalui saringan bahan bakar.
Pompa injeksi bahan bakar (Fuel Injection Pump) berfungsi untuk mensuplai bahan
bakar ke ruang bakar melalui nozzle dengan tekanan tinggi (max 300 kg/cm2). Bahan
bakar yang diinjeksikan dengan tekanan tinggi tersebut akan membentuk kabut
dengan partikel-partikel bahan bakar yang sangat halus sehingga mudah bercampur
dengan udara.
L
Lokasi pompa injeksi bahan bakar
ENGINE SYSTEM 3-3
Pompa bahan bakar yang umum digunakan pada diesel engine putaran tinggi untuk
automobile dan mesin-mesin konstruksi adalah tipe jerk pump system. Jerk berarti
bergerak ke atas. Hal ini dikarenakan pompa ini menggunakan plunger yang bergerak ke
atas pada saat memompa bahan bakar ke ruang bakar engine. Jerk pump system dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
In‐line type
Distributor
type
Central type
V‐type
Jerk pump
Parallel type
system
Single type
Separate type
Unit Injector
ENG
GINE SYSSTEM 3-4
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-5
B
Berikut ini kode
k modell untuk pom
mpa injeksi tipe
t in-line (Bosch typee)
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-6
Forced
d fuel feedin
ng unit of p
pump (mod
del A) Pump
P elem
ment (modeel A)
Forced
d fuel feedin
ng unit of p
pump (mod
del P) Pump
P elem
ment (modeel P)
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-7
ENGINE SYSTEM 3-8
Bagian atas plunger (lead) terdapat suatu alur yang dinamakan dengan helical
groove atau control groove yang berfungsi untuk mengatur banyaknya jumlah
bahan bakar yang akan disuplai ke ruang bakar engine. Macam-macam dari bentuk
alur yang terdapat pada kepala plunger ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa masing-masing tipe plunger memilki bentuk
kepala plunger yang berbeda-beda.
Kepala plunger atau lead dibagi menjadi dua tipe, yaitu right lead plunger dan left
lead plunger.
Pada right lead plunger, ketika plunger tersebut digerakkan ke kanan (searah jarum
jam) (jika dilihat dari bawah plunger), jumlah bahan bakar yang disuplai akan
meningkat. Pada left lead plunger, ketika plunger tersebut digerakkan ke kiri
(berlawanan dengan arah jarum jam) jika dilihat dari bawah, maka suplai bahan bakar
akan meningkat.
Huruf R (right lead) dan huruf L (left lead) diukir pada bagian plunger sehingga kedua
tipe plunger tersebut dapat diidentifikasi.
Kepala plunger pada model B yang ditunjukkan pada gambar di atas mempunyai
bentuk alur yang dinamakan dengan spiral control groove. Sedangkan pada model A
dan P dinamakan straight groove.
ENG
GINE SYSSTEM 3-9
Bahan bakar
b mulaii diinjeksikaan ketika plunger
p bergerak naik dan menutup dengann
sempurnna lubang inlet port pada plun nger barrell (lihat gaambar padaa poin c)..
penginjeeksian bahan n bakar beraakhir ketikaa kepala plu
unger berhubbungan den ngan lubangg
outlet poort (lihat gam
mbar pada poin d). Paada pompa injeksi moodel A hany ya memilkii
satu buaah lubang sajas yang diigunakan sebagai tem mpat keluar dan masuk knya bahann
bakar (innlet port dand outlet pport). Jarak k pergerak kan plungeer selama melakukann
proses pengiriman
p bahan bakkar ini disebbut sebagai langkah efeektif (efectivee stroke).
Jumlah bahan
b bakaar yang diinnjeksikan (setiap perg gerakan plunnger) akan meningkatt
atau mennurun jika terjadi
t peruubahan padaa besarnya langkah effektif plunger tersebut..
Langkahh efektif diitentukan ooleh posisi relativ anttara plungeer dan barrrel, dimanaa
plunger barrel
b akan dalam posiisi tetap semmentara plunnger akan beergerak naik k-turun dann
berputar.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-10
Fungsi dan
d cara kerjja delivery vvalve
Fungsi utama
u dari delivery vaalve adalah untuk men ncegah aliraan balik dan n mengaturr
tekanan sisa bahan bakar. Kettika plungerr pada pom mpa injeksi telah menccapai posisii
titik matti atas, makka proses ppenginjeksiaan bahan baakar telah bberakhir. Jiika plungerr
dan pipaa nozzle (piipa dengan tekanan tiinggi) dihu ubungkan seecara langssung, makaa
bahan bakar
b yangg terdapat ddi dalam pipa p nozzlee akan terhhisap ke arah pompaa
injeksi pada
p saat plunger beergerak turu un. Jika hall ini terjadii maka akan n berakibatt
terjadinyya keterlammbatan pengginjeksian bahan b bak
kar (akan terdapat jeda waktuu
yang cuukup lama antara saaat dimulain nya pengiriman bahann bakar oleh plungerr
dengan saat dimu ulainya pennginjeksian bahan bak kar oleh nozzzle) pada saat sikluss
berikutnyya. Untuk mencegah hal ini, maka m dipasanglang deelivary valv ve diantaraa
plunger dengan pipa nozzle. Delivery valve akan n memutusskan hubun ngan antaraa
plunger dengan pip pa nozzle ppada saat proses
p pengginjeksian bbahan bakaar berakhir,,
untuk meenghentikan n seluruhnyya aliran balik dari pipaa.
Deliveryy valve jugaa berfungsii untuk mencegah adaanya tekanaan sisa pada pipa saatt
penginjeeksian berak khir. Tekannan sisa yan ng terdapat pada pipa nozzle jika dibiarkann
akan berrakibat bahaan bakar yaang diijeksiikan oleh nozzlen tidakk akan berhhenti dalam
m
waktu yangy tepat (terjadi kketerlambataan waktu berakhirnya ya penginjeeksian olehh
nozzle). Kejadian ini akan menimbulk kan tetesann (dribblinng) bahan bakar dann
terjadinyya penginjek ksian keduaa (secodary injection). Untuk menncegah hal ini, deliveryy
valve akkan mengatu ur tekanan ssisa pada piipa nozzle pada
p level yyang tepat dengan
d caraa
menarik//menghisap bahan bakkar tersebu ut. Proses penginjeksia
p an bahan bakar
b akann
berakhir pada saat retraction piston men nutup lubanng pada vaalve seat. Berakhirnya
B a
penginjeeksian bahaan bakar m merupakan awal dari proses peenarikan baahan bakarr
(retractioon). Pada proses
p retraaction inilaah terjadiny
ya penurunaan tekanan pada pipaa
nozzle, sehingga
s prroses penettesan bahan n bakar (drribling) dann penginjek ksian keduaa
(secondaary injection n) dapat diccegah. Pro oses bekerjanya deliveery valve dapat dilihatt
pada gam mbar beriku ut ini.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-11
Camshaft pada pompa injeksi bahan bakar digerakkan oleh roda gigi penggerak pada
engine. Pada diesel engine 4 langkah, besarnya kecepatan putar camshaft pada
pompa bahan bakar ½ putaran crankshaft pada engine. Pada diesel engine 2 langkah,
besarnya kecepatan putar camsahft pada pompa bahan bakar sama dengan putarn
crankshaft pada engine. Sebuah camshaft memilki beberapa cam sesuai dengan
jumlah silinder pada engine. Sejumlah cam pada camshaft disusun berdasarkan urutan
pembakaran pada silinder. Plunger pada pompa injeksi bahan bakar akan bergerak
naik-turun oleh adanya perputarn dari camshaft ini.
Berikut ini ditunjukkan berbagai macam bentuk cam yang digunakan pada sebuah
camshaft. Penggunaan bentuk cam disesuaikan dengan spesifikasi sebuah engine.
ENGINE SYSTEM 3-12
Governor
Fungsi Governor
Meskipun akselerator dipertahankan pada posisi yang sama, engine tidak dapat menjaga
putarannya dalam kondisi idling (tanpa beban) tanpa dikontrol oleh governor. Governor
berfungsi untuk:
Menjaga kecepatan putaran engine pada saat kondisi idling (low speed control
function)
Menjaga kecepatan maksimum engine (high speed control function)
Menjaga kecepatan engine yang disesuaikan dengan beban (intermediate speed
control function)
Klasifikasi Governor
Limit speed
governor
Classification by All‐speed
usage governor
Dual ‐purpose
governor
Limit speed
control
Governor Mechanical
governor
All speed control
Pneumatic
All speed control
governor
Clasification
operating
Combined
principle
governor
Hydraulic
All speed control
governor
Electric governor All Speed control
Klasifikasi governor
ENGINE SYSTEM 3-13
Mechanical governor
Mechanical governor dibagi menjadi dua tipe yaitu, limit speed control dan all speed
control. Tipe ini menggunakan
gaya sentrifugal dari dua buah
pemberat untuk mengerakkan
control rack yang mengatur jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke
ruang bakar.
Di samping ini ditunjukkan
gambar prinsip kerja dari sebuah
mechanical governor. Jika dua
buah pemberat diikatkan ke sebuah
poros dan poros tersebut diputar,
maka pemberat tersebut akan
berusaha untuk bergerak ke luar
(sesuai dengan anak panah). Gaya
ini disebut dengan gaya sentrifugal.
Gaya sentrifugal akan meningkat seiring dengan meningkatnya putaran poros dan
begitu pula sebaliknya. Ketika pemberat bergerak keluar hal ini mengakibatkan titik
B terdorong ke arah kanan melawan gaya pegas. Pergerakan titik B akan
berhenti jika sudah terjadi kesetimbangan antara gaya sentrifugal dan gaya
pegas. Titik B dihubungkan dengan control rack pada pompa injeksi bahan bakar.
Jadi ketika titi B bergerak akan menggerakkan control rack, control rack akan
mengatur banyaknya jumlah bahan bakar yang diinjeksikan.
ENGINE SYSTEM 3-14
Pneumatic governor
Pneumaric governor merupakan tipe all speed governor, dimana governor ini
mengontrol kecepatan putar engine dari kecepatan rendah hingga kecepatan tinggi.
Cara kerja dari pneumatic governor ini menerapkan teori Bernoulli: “ketika udara
mengalir dan melewati sebuah pipa dengan kecepatan dan tekanan yang tetap,
kecepatannya akan meningkat dan tekanannya akan menurun bilamana udara
tersebut melewati sebuah pipa yang berdiameter kecil.
Di samping ini ditunjukkan gambar dari
prinsip kerja pneumatic governor. Pada
pneumatic governor memiliki sebuah
venturi unit yang dipasang pada inlet
manifold dan governor unit yang
dipasang pada bagian belakang pompa
injeksi bahan bakar. Antara venturi unit
dan governor unit keduanya
dihubungkan oleh sebuah pipa
berlubang.
Pada saat negative pressure di chamber
meningkat (karena aliran udara pada
venturi unit meningkat), maka control
rack akan bergerak ke kiri yang
menyebabkan berkurangnya jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke
ruang bakar. Sebaliknya, jika negative
pressure di chamber menurun (karena
aliran udara pada venturi unit
menurun), maka control rack akan
bergerak ke kanan dan menyebabkan
suplai bahan bakar yang diinjeksikan menurun. Dengan kata lain, governor
beroperasi guna menjaga control rack selalu dalam posisi tetap (untuk menjaga
kecepatan putar engine selalu konstan) dengan cara mengatur keseimbangan antara
negative pressure dan ketegangan pegas.
Combined governor
Governor tipe ini merupakan gabungan anatara mekanikal governor dan pneumatic
governor. Pada kecepatan putaran engine rendah dan sedang dikontrol oleh
pneumatic governor, dan pada saat kecepatan putar engine maksimum dikontrol oleh
mekanikal governor.
Hydraulic governor
Pada governor tipe ini, pengontrolan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan
diatur oleh tekanan hidrolik.
Electronic governor
Electronic governor dilengkapi dengan sebuah microcomputer yang berfungsi untuk
mengatur seberapa besar pergerakan dari control rack. Di dalam governor unit
terdapat sebuah DC liniear motor yang berfungsi untuk mengatur besarnya
pergerakkan dari control rack.
ENG
GINE SYSSTEM 3-15
Berikutt ini kode model unntuk govern nor. Kode model ini sesuai den
ngan namee
plate yang
y tertera pada rumahh governor.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-16
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-17
Pada kurva (A) ditunjukkan hubungan antara posisi control rack dengan kecepatan
atau diistilahkan dengan kurva karakteristik pengontrolan, dimana pada kurva
tersebut ditunjukkan bahwa pada saat putaran engine masih rendah, bahan bakar
yang diijeksikan oleh pompa injeksi akan besar dan pada suatu titik kecepatan
tertentu, bahan bakar yang diinjeksikan akan mualai menurun. Jika kecepatan putaran
engine pada titik tersebut masih mengalami peningkatan, maka jumlah bahan bakar
yang diijeksikanpun juga akan mengalami penurunan sampai tidak ada bahan bakar
yang diinjeksikan sama sekali (engine berhenti).
Pada kurva (A) hanya ditampilkan satu garis kurva saja, tetapi bagaimanapun juga
pada prakteknya tidak demikian. Semua kombinasi garis akan dimungkinkan terjadi
pada saat engine tersebut dioperasikan, seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Merubah besarnya gaya penekanan pada governor spring. Besarnya gaya
penekanan yang dihasilkan dari governor spring dapat dirubah dengan cara merubah
posisi dari control lever (B) dan menempatkannya pada posisi tertentu. Jika kita
menggerakkan control lever ke arah kiri (searah dengan arah jarum jam), maka
besarnya gaya penekanan pada governor spring akan meningkat, demikian juga
sebaliknya jika kita gerakkan control lever ke arah kanan, besarnya gaya penekanan
pada governor spring akan menurun.
Pada saat control lever digerakkan ke arah kanan, maka gaya yang dibutuhkan oleh
flyweight untuk menekan shifter ke arah kanan akan besar. Semakin ke kanan,
flyweight akan berusaha dengan gaya yang sangat besar pula untuk mendorong shifter.
Karakteristik pengontrolan seperti ini dapat ditunjukkan pada kurva (B). Pada saat kita
melakukan variasi perpindahan posisi control lever, maka akan didapatkan juga
berbagai variasi pengontrolan untuk masing-masing kecepatan. Karakteristik
pengontrolan seperti ini dinamakan dengan all speed governor characteristic.
Menggerakkan bagian bawah dari floating lever ke arah kiri dan kanan. Floating
lever yang dihubungkan dengan shifter pada governor dapat digerakkan ke arah kiri
maupun ke arah kanan dengan cara mengoperasikan load control lever (C) dengan
menggunakan accelerator pedal. Pergerakkan dari floating lever akan merubah posisi
dari control rack, dan jumlah penginjeksian bahan bakar akan berubah juga.
Pada saat load control lever digerakkan ke arah kanan (searah jarum jam), maka
floating lever akan bergerak ke arah kiri dan control rack akan bergerak untuk
mengurangi jumlah bahan bakar yang diinjeksikan. Demikian juga sebaliknya, jika
control load lever digerakkan ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam), maka
floating lever akan bergerak ke arah kiri dan menarik control rack ke posisi
pengurangan bahan bakar. Karakteristik pengontrolan seperti ini ditunjukkan pada
kurva (C). Karakteristik pengontrolan yang ditunjukkan pada kurva (C) dinamakan
dengan limit speed governor characteristic.
ENGINE SYSTEM 3-18
bulldozer, wheel loader, hydraulic excavator, generator set, dan lain-lain. Di bawah
ini ditunjukkan gambar potongan sebuah mecahnical governor tipe RSUV.
ENGINE SYSTEM 3-19
Pada gambar yang ditunjukkan di halaman sebelumnya, putaran dari camsahft pada
pompa injeksi diteruskan ke gear shaft pada governor melalui mekanisme roda gigi
untuk meningkatkan kecepatan putarnya (step-up). Di dalam governor terdapat dua
buah flyweight yang diikatkan ke gear shaft. Selain itu juga terdapat sebuah roller
yang dihubungkan ke kedua buah flyweight tersebut dengan menggunakan perantara
dua buah poros. Roller tersebut
akan bersentuhan dengan guide
bush pada bagian ujungnya. Guide
bush akan berputar bersama-sama
dengan flyweight dan juga dapat
bergerak dalam arah aksial.
Guide lever, pada bagian atasnya
diikatkan ke rumah governor
(governor case) dengan meng-
gunakan sebuah pin, dan pada
bagian bawahnya diikatkan ke
shifter. Shifter disatukan dengan
bush, dimana diantara keduanya
dipasang sebuah bantalan, sehingga
guide bush dapat berputar dengan
bebas pada shifter.
Floating lever (ditunjukkan pada
gambar di samping), bagian
tengahnya diikat dengan meng-
gunakan sebuah pin pada guide
lever, pada bagian bawah
diikatkan ke rumah governor dan
bagian atasnya diikatkan dengan
control rack dengan perantara
sebuah link. Bagian atas dari
floating lever diikatkan ke start spring, dimana start spring akan selalu mendorong
bagian atas dari floating lever ke arah penginjeksian bahan bakar maksimum.
Seperti halnya guide lever, pada bagian atas dari tension lever diikatkan dengan
menggunakan sebuah pin ke rumah governor. Bagian atas dari main spring (governor
spring) diikatkan ke swivel lever dan bagian bawahnya diikatkan ke bagian tengan
dari tension lever. Swivel lever menyatu dengan control lever dan dapat bergerak
dalam arah menyudut. Idling sub spring diikatkan ke bagian belakang dari governor
dan berfungsi untuk menstabilkan putaran idling. Full load stopper berfungsi untuk
membatasi pergerakkan dari control rack ke arah penginjeksian bahan bakar
maksimum.
ENGINE SYSTEM 3-20
Engine starting
Pada governor tipe ini, pada saat
akan menghidupkan engine, control
lever harus diposisikan ke posisi
START. Posisi control lever yang
seperti ini akan menyebabkan
swivel lever terdorong ke kiri,
sehingga governor spring akan
meregang penuh. Meregangnya
governor spring mengakibatkan
tension lever bergerak/tertarik ke
arah kiri sampai bagian bawahnya
menyentuh full load stopper.
Kemudian shifter akan bergerak
ke arah kiri, dan control rack akan
terdorong oleh floating lever ke
arah peningkatan jumlah bahan
bakar yang diijeksikan, sehingga
engine akan mudah untuk
dihidupkan. Pada posisi seperti ini
akan terdapat celah (clearance)
antara tension lever dan shifter. Celah ini berfungsi untuk mengantisipasi kelebihan
jumlah injeksi bahan bakar. Pada saat terjadi kelebihan penginjeksian bahan bakar,
karena adanya celah tersebut, maka control rack dapat bergerak ke arah minimum
injeksi atau ke posisi idling.
Engine idling
Jika control lever dikembalikan
ke posisi IDLING stelah engine
hidup, maka ketegangan governor
spring akan berkurang, dan
menyebabkan fly weight
mengembang pada saat putaran
rendah. Kemudian shifter akan
bergerak ke kanan mendorong
tension lever sampai menyentuh
idling sub spring. Bergeraknya
tension lever mengakibatkan
floating lever juga bergerak ke arah
kanan dan membawa control rack
ke arah posisi idling. Pada saat
rpm meningkat, fly weight akan
mengembang dan tension lever
terdorong ke kanan, pada saat ini
idling sub spring akan bekerja
untuk menjaga rpm idling
samapai terjadi keseimbangan
antara ketegangan idling sub spring dengan gaya yang ditimbulkan oleh fly weight.
ENGINE SYSTEM 3-21
ENG
GINE SYSSTEM 3-22
Stoppingg
Pada saat control lever dipoosisikan
ke STO OP, govern nor springg akan
bebas, begitu
b pulaa dengan ttension
lever. Swwivel leverr memilki sebuah
tonjolan (protussion), seehingga
apabila control lev ver diarahkkan ke
posisi STOP dan swivel lever
bergerakk ke arah kanan, toonjolan
pada swwivel lever akan menndorong
guide levver ke arah
h kanan, akiibatnya
control rack
r akan bergerak
b kee posisi
STOP melalui
m perrantaraan ffloating
lever.
P
Perlengkapaan pada mechanical goovernor
Torque sppring
Engine yang digunakaan pada
kendaraaan ringaan akan m mengalami
pembebaanan yang bervariassi, kadang
engine teersebut men ndapatkan bbeban berat
dan kaddang mendaapatkan bebban ringan
(lebih sering
s dalaam kondissi berbean
ringan). Kondisi in ni sangat beerbeda jika
dibandinngkan den ngan engiine yang
digunakaan pada meesin-mesin kkonstruksi.
Engine yang digu unakan padda mesin-
mesin konstruksi umumnyya selalu
bekerja dalam kon ndisi berbebban tinggi
dan jugaa sering terrjadi adanyaa kenaikan
beban yaang secara tiba-tiba.
Pada saaat sebuah h engine mendapat
kenaikann beban seecara tiba-ttiba, maka
engine teersebut akaan secara ccepat meng galami stalll (engine m
mati karenaa kelebihann
beban), hal ini dikaarenakan opperator tidakk memilki cukup
c waktu
tu untuk meemindahkann
posisi gigi transmisii guna menaaikkan torsii output.
Bagaimaana caranyaa untuk m mencegah halh tersebu ut? salah ssatu cara yang
y dapatt
digunakaan adalah dengan
d mennggunakan sebuah torq que spring. Sebuah torrque springg
berfungssi untuk meeningkatkann jumlah baahan bakar yang diinjeeksikan, sem mentara ituu
control rack
r bergeraak secara pperlahan-lah
han sehingg ga engine dapat berttahan padaa
saat menndapatkan beban berleebih secara tiba-tiba.
t
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-23
Mari kitta asumsikaan bahwa ccontrol leveer pada pom mpa injeksii dalam posisi
p tetap
(poin B pada grafik di bawahh) dan tiba-tiba engine yang diggunakan meendapatkan
beban beesar secara tiba-tiba. Jiika governo or yang digu unakan padda sistem baahan bakar
engine teersebut tidaak dilengkappi dengan sebuah torrque springg, maka co ontrol rack
akan beergerak sejjauh B-D (control raack akan bergerak kke arah peenambahan
jumlah bahan bak kar) dan keecepatan pu utaran engine-nya akaan turun, seeperti yang
ditunjukkkan pada grafik
g di bawwah. Pada kondisi ini, besarnya penurunan kecepatan
adalah sejauh P1. JikaJ governnor yang diigunakan paada sistem bahan bakaar tersebut
dilengkaapi dengan adanya sebbuah torquee spring, maka m controol rack akan n bergerak
sejauh B-C
B dan keceepatan engiine-nya akan n turun sejaauh P2.
Pergerakkkan contrrol rack ppada kedu ua buah kondisi
k di atas (anttara yang
menggunnakan torqu ue spring ddan tanpa to orque spring) adalah ssama, yaitu u sejauh S.
Perbedaaannya hany ya terletak pada kecepattan reduksin nya.
Jika beban yang ditterima olehh engine san ngat kecil pada
p saat diioperasikan pada poin
B, maka kecepatan putar enginne akan men ningkat dan n governor aakan beropeerasi tanpa
menggunnakan torqu ue spring. Coontrol rack akan bergerrak sejauh B B-A.
Jika enggine dioperrasikan padda poin B dan tiba--tiba menddapatkan beeban yang
cukup tiinggi dan melebihi
m kaapasitas engine, makaa beban terrsebut akan n membuat
kecepataan engine ak kan menuruun dengan cepat
c (P1) dan
d governoor akan dengan segera
menggerrakkan conttrol rack kee arah penaambahan baahan bakarr. Keadaan seperti itu
akan meembuat opeerator kenddaraan tidak k memilki kesempatann untuk menurunkan
m
kecepataan gigi transsmisi guna mmeningkatk kan torsi outtputnya.
Jika govvernor dilen ngkapi denggan adanya torque sprring, maka pada keadaaan seperti
di atas, control racck akan tidaak dapat bergerak den ngan cepat untuk men ningkatkan
jumlah bahan
b bakar yang diinnjeksikan. Kondisi
K sep
perti ini dissebabkan olleh adanya
rekasi daari torque spring pada governor. Control
C racck akan berggerak secarra bertahap
dari B ke
k C dan torrsi engine aakan menin ngkat. Kecepatannya akkan berkuraang sejauh
P2. Konndisi seperrti ini akaan memberrikan cuku up waktu bbuat operaator untuk
menurunnkan kecepaatan gigi traansmisi, seh hingga dapaat dihindarii terjadinyaa stall pada
engine.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-24
Angleich device
Pada umunya, jumlah udara yang dihisap ke dalam silinder pada engine (volume
efficiency) akan mengalami penurunan pada saat engine tersebut mengalami
peningkatan kecepatan, hal ini disebabkan karena adanya kenaikkan hambatan
dan faktor lainnya. Dengan alasan seperti itu, maka jumlah bahan bakar yang
diijeksikan ke dalam ruang bakar harus dikurangi secara proporsional untuk
menghasilkan pembakaran yang sempurna (sehingga tidak dihasilkan asap hitam pada
gas buang).
Di sisi lain, untuk memenuhi daya guna yang dibutuhkan oleh engine, jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan harus ditingkatkan pada saat putaran tinggi untuk dapat
dihasilkan daya guna yang tinggi. Dan jumlah bahan bakar yang diijeksikan harus
dikurangi pada saat putaran engine rendah untuk mengatasi timbulnya gas buang
warna hitam.
Untuk mengatasi hal ini maka digunakanlah komponen yang disebut dengan
angleich spring. Komponen ini akan secara otomatis mengatur jumlah bahan bakar
yang diijeksikan sesuai dengan kecepatan engine.
ENGINE SYSTEM 3-25
Boost compensator
Sebuah engine yang dilengkapi dengan turbocharger cenderung memilki boost
pressure (tekanan udara masuk) yang rendah pada saat kecepatan engine rendah.
Boost pressure akan meningkat pada saat kecepatan engine miningkat. Dengan alasan
ini, jumlah maksimum bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar dapat
dikontrol dengan menggunakan boost pressure. Perlengkapan yang digunakan
dinamakan dengan boost compensator.
Sebuah contoh dari boost compensator ditunjukkan dalam gambar berikut ini.
Pada saat kecepatan engine meningkat, boost pressure pada intake manifold akan
meningkat (volume udara yang masuk ke dalam silinder juga akan meningkat)
dengan adanya turbocharger. Ketika boost preesure melawan gaya dari spring yang
terdapat pada diafragma di dalam boost compensator, diafragma dan push rod akan
didorong dan menyebabkan control rod/rack bergerak ke arah peningkatan
penginjeksian bahan bakar (yang disesuaikan dengan meningkatnya volume yang
masuk di dalam silinder). Dengan demikian penginjeksian bahan bakar akan
meningkat sesuai dengan kebutuhan engine dan akan meningkatkan tenaga engine.
ENGINE SYSTEM 3-26
Di atas ditinjukkan struktur dari sebuah electronic governor. Copper plate yang terdapat
di dalam governor berfungsi sebagai sensor posisi dari control rod yang akan
memberikan sinyal balik ke control unit. Sensor ini untuk memastikan bahwa
ENGINE SYSTEM 3-27
pergerakkan dari control rod sudah sesuai dengan besarnya sinyal yang diberikan oleh
control unit ke linear DC motor.
Linear DC motor dilengkapi dengan unit magnet yang berfungsi untuk mensuplai
medan magnet, pole unit, dan rangkaian lilitan (coil assembly) yang menghasilkan gerak
naik/turun.
Prinsip kerja dari linear DC motor menggunakan prinsip dasar kaidah “tangan
kanan Fleming”. Ketika arus dialirkan ke lilitan (coil) dengan arah A, gaya magnet akan
ditimbulkan dengan arah C. ketika arus yang dialirkan ke lilitan (coil) dengan arah B,
gaya magnet akan ditimbulkan dengan arah D. Dengan alasan tersebut, maka arah dan
besarnya pergerakkan dari coil assembly dapat diatur dengan cara mengontor arah dan
besarnya arus yang dialirkan ke lilitan (coil).
Linear DC motor
ENG
GINE SYSSTEM 3-28
DDi dalam fuuel feed pummp terdapat saluran inleet, saluran outlet
o (delivvery) dan delivery
ccheck valvee, piston, pu
ush rod yangg digerakkaan oleh sebuuah camshafft pada fuel feed
ppump, dan sebuah
s ming pump yyang digunaakan untuk memompa bahan bakaar selama
prim
eengine dalaam keadaan tidak diopeerasikan.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-29
Proses bekerjanya fuel feed pump ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Pada gamabar
ditunjukkan bahwa bekerjanya fuel feed pump terdiri dari tiga proses, yaitu:
Proses pengiriman bahan bakar ke pompa injeksi.
Proses pengambilan bahan bakar dari tanki bahan bakar dan pensuplaian bahan bakar
ke pompa injeksi.
Proses idling
Pada gambar di atas, gambar sebelah kiri menunjukkan proses pengiriman bahan bakar
ke pompa injeksi oleh feed pump. Pada saat sedang berlangsung proses pengiriman
bahan bakar dari fuel feed pump ke pompa injeksi, pus rod akan tertekan ke bawah oleh
dorongan camshaft. Pergerakkan push rod ke bawah akan menekan piston ke bawah,
sehingga bahan bakar yang sebelumnya sudah terdapat di bagian bawah piston akan
tertekan menuju pompa bahan bakar dan bagian atas dari piston melalui check valve
pada sisi delivery.
Pada gambar yang terletak di bagian tengah merupakan gambar proses pengambilan
bahan bakar dari tanki bahan bakar dan sekaligus pengiriman bahan bakar ke pompa
injeksi. Pada kondisi ini, push rod dan piston akan bergerak ke atas akibat dorongan oleh
spring yang terdapat di bagian bawah piston (pergerakkan push rod mengikuti bentuk
cam pada camshaft). Pergerakkan piston ke atas akan menyebabkan terjadinya
kevakuman pada sisi bawah piston, sehingga bahan bakar yang terdapat di tanki bahan
bakar akan terhisap masuk melalui sisi inlet. Selain itu, bahan bakar yang sebelumnya
sudah terdapat pada sisi atas piston akan tertekan dan masuk ke pompa bahan bakar tanpa
melalui check valve.
Pada saat tekanan tinggi terjadi di pompa injeksi, bahan bakar akan menekan piston ke
bawah, sehingga push rod akan bebas bergerak tanpa mempengaruhi pergerakkan dari
piston (seperti ditunjukkan pada gambar sebelah kanan).
ENG
GINE SYSSTEM 3-30
Meechanical Automatic
A Timer
T
Pada kurvva (1) ditu unjukkan kaasus diman na saat injeksi terlalu awal dimaana tekanann
dan tempeeratur pada waktu itu m masih rendaah. Hal ini menyebabkkan waktu tertundanya
t a
pembakarran (ignitio on lag) terrlalu lamaa. Pembakaaran terjaddi terlalu awal, dann
berakibat terjadinya tekanan ttinggi secaara tiba-tiba. Tekanann tinggi yang y terjadii
secara tibba-tiba terseebut menyebbabkan turu unnya effisiensi terma mal dan daaya engine..
Pada kuurva (2) ditunjukkaan kasus dimana pembakaran p n terjadi deengan baik,,
sehingga akan mengh hasilkan daaya dan efissiensi termaal yang tingggi pada enngine. Padaa
kurva (3) ditunjuk kkan terjaddinya keterlambatan pembakaraan, meskip pun waktuu
pembakaran tundany ya (ignitionn lag) pendek, tetapii pembakarran terjadi pada saatt
piston suddah bergeraak turun. hhal ini akaan berakibaat menurunn nnya perforrma engine..
Pada kurvva (4) ditun njukkan ka sus terjadin
nya waktu penginjeksi
p iaan bahan bakar padaa
posisi pistton tepat beerada di Tittik Mati Ataas (TMA). Hal
H ini beraarti pembak karan terjadii
terlalu lam
mbat.
Guna mennjaga agar waktu pem mbakaran tu undanya (ig gnition lag)) selalu dallam kondisii
optimal, maka
m pada sistem bahhan bakar dilengkapi dengan seb ebuah komp ponen yangg
disebut Mechanical
M automaticc timer. Mechanical
M automatic
a ttimer berfu
ungsi untukk
merubah sudut pen nginjeksian bahan bak kar. Mechaanical autoomatic timeer biasanyaa
digunakann pada pom mpa injeksi bahan bak kar tipe in-liine. Kompoonen ini dip pasang padaa
bagian deppan dari pom mpa injeksii bahan bakaar.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-31
Struktur dan
d cara kerjja mechaniccal automatic timer
Sebuah timmer spring dipasang ddiantara flaange leg (B B) dan flyw weight holdder pin (A)..
kondisi tim
mer spring ditentukan sesuai deng gan karakterristik dari ssudut pengaajuan waktuu
penginjeksian bahan bakar advvanced ang gle yang disebut
d denngan istilahh advancedd
angle (peenyetelan beban
b dapaat diatur dengan
d men
nggunakan shim) dan n diikatkann
diantara (B
B) dan (A).
Lengkunggan (curvatture) yangg terdapat pada flyw weight dibeentuk sesu uai dengann
advanced angle yang dibutuhkann oleh engin ne.
Advancedd angle dari timer sudaah ditentukaan, jadi keku uatan springg, kekuatan
n penggerakk
dari pomppa injeksi, dan gaya senntrifugal darri flyweight sudan diseiimbangkan.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-32
Pada gambar di atas, flyweight akan mengembang ke luar dikarenakan oleh adanya
gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal pada flyweight akan semakin besar manakala
kecepatan putar engine semakin tinggi.
Pada konstruksi mechanical automatic timer yang telah ditunjukkan pada gambar
sebelumnya diketeahui bahwa komponen flange legs (B) tidak dapat bergerak sebab
komponen ini merupakan satu kesatuan dengan driving flange. Pada saat putaran
engine tinggi, flyweight mengembang mengikuti bentuk lengkungan dari flange leg (B)
dan melawan kekuatan dari spring timer. Dikarenakan flange leg (B) tidak dapat
bergerak, maka flweight holder pin (A) yang dihubungkan dengan camshaft pompa
bahan bakar akan bergerak ke sisi flange leg (B), yaitu searah dengan putaran camshaft
pompa bahan bakar. Dan pada saat yang bersamaa camshaft berputar.
Dengan kata lain, pada saat kecepatan putar engine meningkat, putaran camshaft akan
dimajukan dengan menggunakan gaya yang dihasilkan oleh penekanan spring.
Injection nozzle merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah sistem bahan
bakar yang berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar ke dalam ruang bakar engine,
dalam bentuk butiran-butiran bahan bakar yang sangat lembut.
Ukuran partikel bahan bakar yang disemprotkan/diinjeksikan oleh injection nozzle dan
bagaimana partikel-partikel tersebut bercampur dengan udara mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap sebuah pembakaran dan akan menentukan performa dari
engine.
Injection nozzle terpasang dengan tetap (fixed) pada nozzle holder, dimana Nozzle
holder terpasang pada cylinder head (ruang bakar).
Injection nozzle yang digunakan pada diesel engine putaran tinggi dioperasikan
secara otomatis dengan menggunakan tekanan hidrolik.
ENGINE SYSTEM 3-33
Tipe nozzle dan besarnya tekanan yang digunakan bergantung pada bentuk dari ruang
bakarnya. Berikut ini klasifikasi dari injection nozzle.
Open type
(not used)
Mechanical
Nozzle type (not Hole type (Multiple
Closed type used) hole type) (used for
(Closed valve) direct injection type
type) combustion chamber)
Automatic
Pintle type
type
Pin type (Single hole
type) (used for devide Throttle type
combustion chamber) (develop by
improving the pinttle
type to decrease
diesel knock
Dari klasifikasi injection nozzle di atas, tipe hole dan tipe throttle merupakan tipe nozzle
yang paling luas digunakan pada diesel engine putaran tinggi.
Injection nozzle dengan tipe tertutup (closed type) mengirimkan bahan bakar antara
delivery valve (pada pompa injeksi bahan bakar) dan nozzle valve. Ketika tekanan
bahan bakar mencapai level tertentu, maka valve akan segera membuka dan injeksi
bahan bakar dimulai. Valve akan segera menutup kembali ketika proses penginjeksian
bahan bakar telah selesai.
Injection nozzle terdiri dari sebuah nozzle body dan sebuah needle valve. Nozzle
terbuat dari material tertentu yang dirancang untuk tahan terhadap tekanan dan
temperatur tinggi. Selain itu juga dibuat dengan kepresisian yang cukup tinggi.
Antara injection nozzle dengan tipe lubang (hole type) dan tipe pin pada dasarnya
memiliki prinsip kerja yang sama, perbedaannya hanya terletak pada bentuk
pengkabutan bahan bakar yang nantinya dihasilkan.
ENG
GINE SYSSTEM 3-34
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-35
Nozzle hoolder
Nozzle hoolder berfuungsi untuk memegang g nozzle daan menentuukan posisii serta arahh
daripada nozzle. No ozzle holdeer ini merrupakan tem
mpat berteemunya an ntara bahann
bakar dann mengaturr tekanan ddimulainya penginjeksiian (valve terbuka) paada nozzle..
nozzle daan Nozzle ditekan ooleh nozzle spring melalui pushh rod. Tek kanan awall
penginjekksian bahann bakar diaatur oleh besarnya ketegangan
k dari nozzzle spring..
Besarnya ketegangaan dari nozzzle springg dapat diattur dengan menggunaakan sekrupp
penyetel (adjusting
( sccrew) atau sshim.
Nozzlee holder (m
multipleholee type) Nozzle
N holdder (pin typ
pe)
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-36
Bahan bakar yang digunakan pada diesel engine kadang mengandung material-material
asing yang tidak diinginkan, seperti debu, kotoran, air dan lain-lain yang dapat
mengganggu sistem bahan bakar.
Material-material asing tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum tersebut
mengalir ke dalam pompa injeksi bahan bakar. bahan bakar Material-material asing seperti
debu, pasir, air dan lain-lain dapat menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen
yang bergerak (sliding parts) pada pompa injeksi bahan bakar dan pada injection
nozzle. Air yang terkandung di dalam bahan bakar juga dapat mengakibatkan terjadinya
karat pada komponen.
Filter bahan bakar terdiri atas case dan elemen penyaring (filter element). Elemen
penyaring yang umum digunakan berbahan kertas.
Ketika terjadi kebuntuan pada filter bahan bakar, maka tekanan bahan bakar di filter akan
tinggi. Hal ini akan menyebabkan overflow valve bekerja (bahan bakar mendorong ke atas
ball valve) dan sebagian dari bahan bakar dikembalikan ke tanki bahan bakar. Ketika
udara bercampur dengan bahan bakar, udara dibuang ke tanki bahan bakar melalui
overflow valve.
Fuel filter
ENGINE SYSTEM 3-37
Beberapa keuntungan yang terdapat pada diesel engine, diantaranya adalah kualitas bahan
bakar yang digunakan dan konsumsi bahan bakarnya lebih rendah dibandingkan dengan
gasoline engine. Dengan kata lain diesel engine lebih ekonomis.
Meskipun demikian bukan berarti kita dapat menggunakan bahan bakar dengan kualitas
yang jelek. Bahan bakar yang digunakan pada diesel engine kecepatan tinggi untuk
automobile dan lain- lain harus beberapa persyaratan sehingga daya guna engine selalu
dapat dipertahankan dan akan memperpanjang umur komponen pompa injeksi bahan
bakarnya.
Bahan bakar yang digunakan pada diesel engine harus memenuhi beberapa persyaratan
sebagai berikut:
Kekentalan (viscosity)
Kekentalan bahan bakar merupakan salah satu faktor penting yang harus
dipertimbangkan. Jika bahan bakar yang kita gunakan pad diesel engine terlalu
kental, maka bahan bakr tersebut tidak akan dapat mengalir dengan cukup lancar di
dalam saluran bahan bakar. Dengan lasan tersebut, kerja dari pompa injeksi akan
tidak maksimal, efisiensinya akan rendah. Selain itu, ketika bahan bakar tersebut
diinjeksikan, partikel-partikel yang terbentuk akan berukuran besar sehingga akan
menyebabkan terjadinya pembakaran yang tidak sempurna.
Lain halnya jika bahan bakar yang digunakan tersebut kekentalannya terlalu rendah,
hal ini akan menyebabkan pompa injeksi bahan bakar dan injection nozzle tidak
dapat terlumasi dengan cukup baik. Tentunya hal ini akan menyebabkan terjadinya
abrasi pada kedua komponen dan pada akhirnya memperpendek umurnya.
Kekentalan bahan bakar yang sesuai berkisar antara 1,8-4,0 centi-stokes.
ENGINE SYSTEM 3-38
Ash content
Ash (abu,jelaga = Indonesia) yang terkandung di dalam bahan bakar sangat tidak
diinginkan sebab dapat merusak komponen pada sistem bahan bakar. Jika bahan
bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar mengandung banayak abu, abu
tersebut akan tertinggal di dalam silinder dan menyebabkan terjadinya abrasi pada
komponen tersebut.
Cetane number
“Cetane number” mengindikasikan kemampuan penyalaan dari bahan bakar, dimana hal
ini merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan diesel knock (diesel
knock sudah dijelaskan pada modul diesel engine 1).
Diesel knock dapat dikurangi dengan cara menggunakan bahan bakar yang memilki
cetane number tinggi. Dengan kata lain, cetane number mengindikasikan seberapa
besar kemampuannya bahan bakar untuk menanggulangi terjadinya diesel knock.
Semakin besar cetane number pada bahan bakar berarti semakin tinggi pula
kemampuannya mengatasi terjadinya diesel knock dan semakin mudah bahan bakar
ENGINE SYSTEM 3-39
tersebut menyala.
Cetane number pada bahan bakar didapatkan dengan cara membandingkan antara bahan
bakar yang akan diuji dengan bahan bakar referensi. Bahan bakar referensi dibuat dengan
mencampurkan dua bahan, yaitu normal cetane (C16H34) yang memilki karakteristik
sangat mudah terbakar (cetane number = 100) dan alpha methyl naphthalene (C10H7CH3)
yang memilki karakteristik kemampuan penyalaannya rendah (cetane number = 0). Jika
pada saat dilakukan uji coba ternyata antara bahan bakar yang diuji dan bahan bakar
referensi yang memilki campuran 45% normal cetane dan 55% alpha methyl
naphthalene, mempunyai karakteristik yang sama, maka dapat dikatakan bahwa bahan
bakar uji coba tersebut memilki cetane number sebesar 45.
Pada umumnya cetane number yang digunakan tergantung dari kecepatan putar engine.
Berikut ini adalah nilai dari cetane number yang disesuaikan dengan kecepatan putar
engine:
- Putaran tinggi (1500 rpm ke atas) menggunakan cetane number: 45 atau diatasnya.
- Putaran sedang (1000 rpm ke atas) menggunakan cetane number: 40 atau diatasnya.
- Putaran rendah (500 rpm ke atas) menggunakan cetane number : 30 atau diatasnya.
Bahan bakar dengan cetane number yang terlalu kecil akan berpengaruh terhadap daya
guna engine, yaitu:
- Pembakarannya tidak dapat berlangsung dengan lancar dan engien akan bekerja
dengan kasar.
- Diesel knock akan mudah terjadi, timbul suara yang tidak normal pada engine.
- Selama terjadi knocking, akan terjadi penurunan tenaga. Selain itu komponen-
komponen engine akan mudah rusak akaibat overheating.
ENG
GINE SYSSTEM 3-40
Gambaran Umum Sisteem Pemasu ukan Udara a dan Pem mbuangan G Gas (Outlin ne of
Intake & Exh haust System)
Sisttem saluraan pemasuk kan udara dan pemb buangan gas
g (intake & exhau ust system))
merrupakan salah satu sisstem pada diesel engiine yang bekerja untuuk menyalu urkan udaraa
seggar/bersih kee dalam ruaang bakar enngine dan mengeluarka
m an gas hasill pembakaraan ke udaraa
bebbas. Sistem ini memiliki beberapaa komponeen utama, seperti: s pree cleaner, air
a cleaner,,
intaake & exxhaust man nifold, muufller. Selaiin itu jugaa terdapat komponen n-komponenn
pennunjang, sepperti: turbo charge, afteer cooler, du
ust indicatorr, dan lain-llain.
Berrikut ini ditunjukkan
d gambarann umum dari d sebuah
h sistem ppemasukan udara dann
pemmbuangan gas:
g
Padda saat pistoon bergerakk ke bawahh guna melaakukan lang gkah hisap (intake stroke), udaraa
massuk kedalam m ruang bakkar dengan tterlebih dah
hulu disaring oleh pre ccleaner dan air cleaner..
Unttuk menam mbah jumlahh udara yangg masuk kee ruang bak kar, maka paada sistem pemasukann
udaara dan pemmbuangan gas dilengkaapi dengan turbocharg ger dan afttercooler.
Turrbocharger berfungsi untuk mem mompa udaara, sedang gkan aftercoooler berfu ungsi untukk
menndinginkan udara agarr kerapatannnya bertamb bah.
Settelah terjadii pembakaraan di dalam
m ruang bak kar, maka akkan timbul gas hasil pembakaran..
Gass hasil pemmbakaran terrsebut dikelluarkan ke udara
u bebass melalui saaluran pembbuangan gass
intaake manifolld) dan muff
ffler.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-41
Airr Cleaner
Airr cleaner berrfungsi sebaagai alat pem
mbersih ud
dara, sehing
gga debu, paasir dan kottoran yangg
berrukuran sangat kecil
k daapat
dipisahkan teerlebih daahulu sebellum
massuk ke ruaang bakar. Kotoran, ddebu
dann pasir yaang ada di atmoosfir
merrupakan suubstansi kerras yang ak akan
mennyebabkan kerusakan pada silinnder
dann piston paada engine dimana ddebu
kerras tersebutt terhisap bersama-saama
denngan udara.
Bebberapa variiasi tipe daari air cleaaner
terssedia yang disesuaaikan denngan
konndisi dan fungsinya
f masing-masi
m ing.
Terrdapat berrbagai maccam tipe air
cleaaner, diantaaranya sebagai berikuut :
Dryy type, Viscous type, Oil bath tyype,
Cycclone type, dan Combin nation type .
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-42
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-43
PPre cleanerr tipe ini meemiliki berbbagai macaam variasi/tipe, dimanaa salah satu
unya adalahh
ttipe multi-ccyclone pree cleaner wwith dust discharge.
d Pre
P cleaner tipe ini dii dalamnyaa
tterdiri daari beberaapa kompoonen
ppemutar uddara (cyclon ne). Saat uudara
aakan masuuk ke dalam m ruang bbakar
aakan diputaar oleh kommponen terseebut.
UUdara yanng diputar tersebut akan
mmengakibattkan kotoraan-kotoran yyang
aada akan terlempar ke luar dan
ttertampung di bagian bawah darip ipada
ppre cleaner. Pre cleaner dihubunggkan
ddengan mufffler melalu ui sebuah pipa
ppenghisap, jadi padaa saat enngine
mmengeluarkkan gas buang b meelalui
mmuffler, debbu-debu tersebut akann
iikut keluar bersama gaas buang.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-44
C
Combinatioon type air cleaner
c
Turrbochargerr
F
Fungsi dan klasifikasi superchargiing
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-45
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-46
S
Struktur turrbocharger
S
Struktur darri sebuah tu
urbocharger terdiri dari beberapa komponen
k uutama, yaitu
u:
- Compressor unit (impeller), berfungsi untuk mem masukkan ddan menek kan udara
dari airr cleaner kee ruang bakaar.
- Turbinee unit (turrbine wheeel), berfung gsi untuk merubah
m ennergi dari gas buangg
menjaddi energi puttar.
- Center housing unit, u berfunngsi untukk mendukun ng turbine shaft yan ng berputarr
dengann kecepatan tinggi (sekiitar 100,0000 rpm).
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-47
Sebuah turbocharge dapat membangkitkan daya guna engine yang cukup besar. Dengan
adanya turbocharge, maka jumlah penginjeksian bahan bakar ke ruang bakar dapat
ditingkatkan yang disesuaikan dengan jumlah udara yang disuplai ke silinder.
Ketika kecepatan putaran engine rendah, tekanan udara masuk rendah akaibatnya
kenaikan daya guna engine-nya kecil dibandingkan dengan engine yang tidak dilengkapi
dengan turbocharge. Kenaikan daya guna engine yang kecil tersebut diakibatkan karena
pada saat suplai udara rendah, jumlah bahan bakar yang dapat diinjeksikan juga rendah.
Jika jumlah suplai bahan bakar tetap dipertahankan seperti pada kondisi kecepatan
menengah atau tinggi, maka akan terjadi pembakaran yang tidak sempurna dan
menghasilkan asap hitam pada gas buang. Berikut ini ditunjukkan karakteristik torsi pada
engine yang menggunakan turbocharge.
After Cooler
Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa after cooler berfungsi untuk mendinginkan
udara yang akan masuk ke dalam ruang bakar.
Kepadatan udara akan meningkat manakala temperaturnya rendah. Pada saat kepadatan
udara mengalami peningkatan, maka akan semakin banyak udara yang dapat dimasukkan
ke dalam ruang bakar pada engine, hal ini tentunya akan meningkatkan daya guna engine
tersebut. pendinginan udara guna meningkatkan kepadatannya dapat dilakukan
dengan penambahan komponen after cooler pada engine.
ENG
GINE SYSSTEM 3-48
PProses penddinginan ud
dara dapat ddilakukan deengan dua macam
m cara,, yaitu: udara
ddidinginkann dengan ud
dara dan udaara didingin
nkan dengann air.
E
Efek penggunaan after cooler
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-49
P
Perhitungannnya dapat dilihat
d padaa keterangan
n di bawah ini.
S
Struktur aftter cooler
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-50
Pip
pa Saluran Masuk dan
n Pipa Salu
uran Buang
g (Intake & Exhaust M
Manifold)
P
Pipa salurann masuk (in
ntake manifoold)
P
Pipa salurann buang (exhaust maniffold)
Exh
haust Brak
ke
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-51
Dust Indicatoor
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-52
Muffler
Gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran pada ruang bakar engine memilki
temperatur 600-800oC dan tekanan yang tinggi sekitar 3-5 kg/cm2. Jika gas buang dengan
tekanan yang tinggi tersebut langsung dibuang ke udara luar, maka gas akan langsung
mengembang dan menyebabkan timbulnya ledakan. Muffler dipasang guna mencegah hal
tersebut.
Muffler merupakan saluran untuk melepas gas buang hasil pembakaran ke lingkungan luar.
Selain itu, muffler berfungsi sebagai peredam suara, menghilangkan percikan api dan
menurunkan temperatur gas buang.
ENG
GINE SYSSTEM 3-53
Gambaran Um
mum Sistem
m Pelumassan (Outline of Lubriccation Systeem)
Jum
mlah oli yaang harus disuplai olleh pompa oli ke ko omponen-koomponen en ngine yangg
mem mbutuhkan pelumasan n hampir ttidak pernaah berubah h tanpa meenghiraukan n besarnyaa
bebban dan keccepatan, tetaapi sebaliknnya jumlah oli yang disuplai pompmpa oli akann meningkatt
ketiika terjaddi peningkaatan kecep atan engin ne dan akaan mengalaami penuru unan ketikaa
keccepatan engiine menuru un. Disisi laiin pompa oli harus mensuplai oli dengan kap pasitas yangg
cukkup untuk menjaga
m tek
kanan oli ttersebut, meskipun
m paada saat puutaran engiine rendah..
Berrbagai maacam cara telah diilakukan untuk u menngatasi perermasalahan n tersebut,,
dianntaranya addalah dengan mengguunakan cut off valve pada p pistonn cooling oil jet (pistonn
coooling nozzlee). Cut off valve
v tidak akan memb buka jika teekanan olinyya di bawahh 2 kg/cm2.
Kettika tekanaan olinya kurang, m maka piston n cooling oil jet akkan berhen nti bekerjaa
menndingingkann piston, seehingga tekkanan olinyaa tidak akan n bertambahh turun kettika putarann
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-54
Pom
mpa oli
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-55
Pen
nyaring oli (Oil Filter)
F
Full flow tyype filter eleement
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-56
B
Bypass typee filter elem
ment
Oill Cooler
Kettika oli paada engine temperatuurnya meng galami peniingkatan hhingga meleebihi batass
atassnya, oil film akan mengalami
m ppenipisan. Hal
H ini akan merusak komponen n-komponenn
enggine yang bergesekan
b . Untuk m mencegah keejadian terssebut makaa pada sebu uah enginee
dileengkapi denngan adanyaa oil cooler.
Terrdapat dua macam
m tipe dari oil coooler, yaitu:
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-57
Reggulator valvve & berfungsi untuk m mengatur besarnya tekanan pada siistem pelum
masan
2
(sekkitar 3-4.5 kg/cm
k ). Oiil jet berfunngsi untuk mendingink
kan bagaian
n bawah da
ari piston.
Struuktur regulator valve dan
d oil jet dditunjukkan berikut ini.
Funngsi Keteraangan
Lapiasan tipis oli yan
ng terbentukk pada permmukaan kom mponen
(oil film) akan menceegah terjadiinya abrasi ddengan caraa
Sebagaii pelumas menguranngi gesekan n pada komp ponen yang saling
bersingunngan.
Oli pelum
mas pada engine akan menyerap
m paanas yang
Sebagai pendingin dihasilkann dari gesek
kan dua ben
nda yang salling bersing
ggungan
dan dari pproses pembbakaran.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-58
Oil film yang terbentuk diantara celah piston ring, piston dan
Sebagai penyekat silinder kan mencegah terjadinya kebocoran kompresi dan gas
buang.
Sebagai pencegah Oil film yang terbentuk pada permukaan komponen akan
kotoran mencegah terjadinya korosi dan oksidasi.
Ketika oli pelumas yang digunakan pada engine harus memenuhi berbagai macam fungsi
seperti yang telah ditunjukkan di atas, berbagai macam bahan tambah (additive)
seperti oxidation inhibitor, extreme pressure agent, defoaming agent, dan lain-lain harus
ditambahkan pada bahan dasar oli (base oil) untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut.
bahan dasar oli yang digunakan sebagai pelumas mencapai 90% sedangkan selebihnya
adalah bahan tambah.
Berikut ini berbagai macam bahan tambah (additive) yang ditambahankan pada bahan
dasar pelumas untuk memperbaiki sifat pelumas.
Anti wear / Extreme Mencegah gesekan & keausan bagian mesin yang dalam
pressure konsisi
Menekan titik beku pelumas agar mudah mengalir pada suhu
Pour Point depressant rendah.
Friction Modifier Meningkatkan tingkat kelicinan dari film pelumas
ENGINE SYSTEM 3-59
ENGINE SYSTEM 3-60
Daya guna oli pelumas pada engine lam-kelamaan akan menurun untuk alasan sebagai
berikut:
Dengan alasan tersebut, maka oli harus dilakukan penggantian secara berkala
yang disesuaikan dengan kondisi pengoperasian engine dan lama penggunaan.
ENG
GINE SYSSTEM 3-61
D. Sisttem Pendin
nginan (Coo
oling Systeem)
mpa Air (W
Pom Water Pump)
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-62
Rad
diator
Raddiator berfuungsi sebaggai pendinggin air pad da engine, air radiatorr didingink kan dengann
banntuan udara luar. Radiaator core terrdiri atas pip
pa (tubes) dan
d sirip-sirrip (fin). Daalam hal inii
terddapat dua macam
m tipe dari
d susunann pipa dan sirip-sirip,
s yaitu:
y
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-63
Tek
kanan Padaa Sistem Peendingin
Sisttem pendinngin pada automotive engine biassanya bertekanan yangg diatur oleeh radiator
capp (pressure regulating
r cap).
c Hal inii memilki beeberapa keu
untungan, anntara lain:
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-64
Pem
misah Antaara Udara dan
d Air (W
Water Separrator/Wateer Sediment
nter)
Theermostat
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-65
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-66
Corrrosion Resistor
Corrrosion resistor berfungsi untukk mencegah h terjadinyaa endapan dan karat pada
saluuran pendinnginan engin
ne yang dappat menyebaabkan tersum
mbatnya salluran pendingin.
Kettika sebuahh engine dioperasikan pada daeraah yang memiliki tem mperatur din ngin, makaa
padda air penndinginnya harus dic ampur den ngan bahan n anti bekku (antifreeeze) untukk
mennurunkan tiitik beku airr pendingin tersebut.
Antti beku (anntifreeze) teerbuat dari variasi bah han tambah h, seperti zaat anti karaat, ethylenee
glycol. Grafik di bawah in ni menunjukkkan hubun ngan antara titik beku ddan titik did
dih dari antii
bekku (antifreezze) dengan kandungann utama berrupa ethylene glycol. Pada grafik k di bawahh
ini ditunjukkann dua buah h grafik, grrafik sebelah kanan menunjukkkan hubungan antaraa
konnsentrasi antireeze (d dimana kanddungan utam manya adalah ethylenee glycol) dan titik bekuu
padda air pendingin. Grafik k sebelah kkiri menunjuukkan hubu ungan anataara rasio peencampurann
(airr pendinginn dan antifreeeze), titik beku, dan titik
t didih.
Kettika pada sistem
s penddingin digunnakan anti beku, mak ka hal ini aakan menyeebabkan airr
penndingin akann sangat mudah
m untukk mengalam mi kebocoran, untuk ituu pemeriksaaan kondisii
hosses, pipa, daan salauran--saluran air ppendingin lainnya
l haruus secara rut
utin dilakukaan.
Meeskipun di dalam an ntifreeze suudah terdap pat zat an nti karat, zzat ini ak kan kurangg
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-67
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-68
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-69
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-70
Pada tabel di bawah ditunjukkan mengenai klasifikasi dari starting motor berdasarkan
mekanisme enganged dan disengaged-nya. Pada saat ini tipe pinion shift paling
banyak digunakan untuk kendaraan-kendaraan dengan menggunakan diesel engine
putaran tinggi (high speed diesel engine).
ENG
GINE SYSSTEM 3-71
S
Struktur dann cara kerjaa starting mootor
B
Berikut ini ditunjukkan n struktur daari sebuah starting
s mottor.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-72
Plunger akan tertarik masuk, dan membuat pinion akan keluar dengan adanya shift
lever. Pada saat ini, pinion akan menyatu (engaged) dengan ring gear pada flywheel
sebab armature sudah berputar dengan putaran yang sangat pelan. Main contactor (B,M)
pada magnetic switch menutup dan arus yang sangat besar akan mengalir dari battery ke
motor (d). hal ini akan menyebabkan armature berputar dengan kecepatan tinggi dan
memutar ring gear, kemudian menghidupkan engine. Pada saat itu, shunt coil akan
menjaga main contactor tetap dalam kondisi menutup dan plunger akan terus tertarik ke
dalam.
Ketika kunci kontak (key switch diposisikan OFF, starter relay akan terbuka, akibatnya
arus yang menuju ke shunt coil akan diputus. Plunger akan tertarik ke luar, kembali ke
posisinya semula oleh adanya return spring. Pada kondisi seperti ini, pinion akan terputus
hubungannya (disengaged) dengan ring gear.
Overrunning clutch
Pada saat starting motor dioperasikan, pinion akan menggerakkan/memutar ring gear
pada flywheel sampai engine hidup. Ketika engine sudah hidup, maka ring gear secara
tomatis akan berbutar (tanpa bantuan pinion). Kecepatan putar reang gear suatu
ketika dapat melebihi kecepatan pinion pada starting motor (pada saat terjadi
overrun), sehingga kejadiannya bukan lagi pinion memutar ring gear tetapi reang gear
ENG
GINE SYSSTEM 3-73
mmemutar pinion.
p Jikaa hal itu teerjadi dapaat menyebaabkan startiing motor mengalamii
kkerusakan, maka untu uk menceggahnya pada starting motor
m dilenngkapi deng
gan adanyaa
ooverrunningg clutch.
OOverrunninng clutch terrsedia dalam
m berbagai macam
m tipe,, diantaranyya:
- Roller cllutch
Pada saats startin
ng motor
dioperasikan, cluttch outer
akan beerputar seaarah jarum
jam dan memutar pinionp gear
(melalui roller). Sedangkan
pada saaat terjadii overrun,
pinion akan berputar lebih
cepat dibandingka
d an dengan
clutch outer.
o Hal ini akan
menyebaabkan rollerr menekan
spring dan terben ntuk jarak
antara roller
r deng
gan bagian
dalam dari cluttch outer,
sehinggaa pinion tidak dapat m memutar cluttch outer (sstarting mottor tidak daapat diputarr
oleh ringg gear).
- Multiplee disk (plate) clutch
Pada tippe ini, torssi disalurkaan melalui
gaya daari clutch yang terrbuat dari
material berbedaa. Ketikaa terjadi
kelebihan torsi, kerusakan
k ppada shaft
dapat dihhindari karrena, pada ssaat terjadi
kelebihan torsi duaa buah clutcch tersebut
akan mennagalami sllip.
Pada saat s pinio
on (clutcch outer)
digerakkkan oleh eng gine pada saaat terjadi
overrunnning. Clutch h inner akaan bergerak
dengan arah yang g berlawannan (sesuai
dengan arah spliine). Hal ini akan
menyebaabkan hub bungan anttara kedua
buah plaate terputus, sehingga pputaran dari
engine tiidak dapat diteruskan ke starting
motor.
- Dentil (rratchet)clutcch
Pada tippe ini torsi disalurkaan dengan cara
menekann dua buah h susunan ggigi (gigi geergaji
A dan B).
B Ketika terjadi
t overrrunning, giigi A
akan beergerak sesuai anak panah akibat a
tertekan oleh pemb berat yang bergerak keluar
k
karena gaya
g sentrifu
ugal.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-74
Staarting Aids
GGlow plug
GGlow plug berfungsi sebagai pem manas
aawal pada diesel engine yang
mmenggunakkan ruang adanya bakar
ttipe terpissah (divid ded combbustion
cchamber).
GGlow p
plug berrfungsi untuk
mmeningkatkkan temperatur pada ruang
bbakar, sehiingga pada saat tempperatur
uudara diluuar cukup rendah, eengine
ddapat dihiduupkan.
GGlow plug terdiri darri beberapaa tipe,
yyaitu: coil type, sheaathed type,, dan
ssuper quickk heating typpe.
SSheathed type
t memmbutuhkan lebih
bbanyak waktu
w uk memanaaskan
untu
rruang bakarr dibanding gkan dengann coil
ttype, nam mun tipe ini meemilki
kketahanan yang lebih h baik, sehhingga
llebih banyaak digunakan. Super quick
hheating tyype terbau ut dari bbahan
kkeramik (ssilicon nitride) dan kkawat
ttungsten yang
y biasaanya digunnakan
ppada kendarraan-kendarraan penum mpang.
E
Electric air heater
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-75
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENG
GINE SYSSTEM 3-76
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-77
ENG
GINE SYSSTEM 3-78
Ketika tegangan output rrendah paada saat putaran p enngine rend dah, makaa
kemgannetan pada lilitan (coiil) (M) akaan kecil, sehingga konntaktor 1 daan 2 masihh
terhubuung dan arus akan disupplai ke field
d coil.
Ketika output tegaangan meninngkat pada saat putarn n engine tingggi, maka kemagnetan
k n
yang dihasilkan
d pad
p lilitan (M) sudah h mampu untuku memuutus hubun ngan antaraa
kontakttor 1 dan 2 (kontaktor 2 dan 3 maasih terbukaa). Dalam kkondisi sepeerti ini, aruss
dialirkaan ke field coil melaluui hambatann (R), sehinngga arus yyang ke fielld coil akann
berkuraang dan tegaangan outpuut- nya akann turun.
Ketika output tegaangannya m meningkat cukup
c tingg
gi, maka liliitan (M) akkan mampuu
membaangkitkan kemagnetan
k yang cukuup besar, seehingga koontaktor 1 dand 2 akann
terbukaa dan kontaaktor 2 dann 3 akan teertutup. Dallam kondissi seperti in ni arus darii
alternattor akan lan
ngsung diallirkan ke grround (E), tanpa
t melallui field coiil, sehinggaa
output teganganny ya akan dropp.
Kondissi seperti dii atas akan terjadi beru
ulang-ulang g sesuai denngan kondisi tegangann
outputnnya. Kontak ktor akan meembuka dan n menutup sekitar
s 30-2200 kali tiap
p menit.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
ENGINE SYSTEM 3-79
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-1
A. Pen
nyetelan Ceelah Valve (Valve Cleearance)
Proosedur Pen
nyetelan Ceelah Valve U
Untuk Eng
gine 6 Silind
der (In-Linne Engine)
Berrikut ini dijeelaskan men ngenai pros edur penyettelan celah valve untukk engine den
ngan 6
silinnder.
B Buka penuttup cylinderr head
P Putar crankkshaft pada arah normaal (searah jaarum jam jika dilihat ddari depan engine)
e dann
pposisikan silinder
s No
o. 1ke possisi
kkompresi (ppiston padaa posisi Tiitik
MMati Atas)). Sementaara itu am mati
ppergerakkann valve pad da silinder N
No.
66. Luruskaan pointer (3) denggan
ttanda TOP P 1.6 paada vibratiion
ddamper (2)..
Pada saat s piston silinder N No.
1 menddekati posiisi Titik M Mati
Atas (pada saaat langkkah
kompreesi), valve pada silindder
No. 6 akan bersiap unttuk
bergeraak (membuk ka).
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-2
Proosedur Pen
nyetelan Ceelah Valve U
Untuk Eng
gine 12 Silin
nder (V-Enngine)
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-3
LLakukan penyetelan
p celah valvve
((intake vallve & exh haust valvve)
ppada silinnder R1 dengand caara
mmengendorkkan lock nut (6) daan
aadjusment screw (5)), masukkaan
ffeeler gaugee (A) (deengan ukuraan
kketebalan sesuai dengaan
sspesifikasi) diantara crosshead
c (44)
ddan rockerr arm (3)). Kemudiaan
ssetel celahh valve dengan
d caara
mmemutar addjusment screw samppai
mmencapai celah yang g diinginkaan
((feeler gauuge dapat digerakkaan
ddengan ringgan).
Setelah diiperoleh ceelah valvee
yyang sesuuai dengan n standar,,
kkencangkann kembali lock nutt
uuntuk m
mengunci adjusmentt
sscrew. Penngencangan n lock nutt
ssesuai deengan to
orsi yangg
ttercantum di
d dalam sho op manual.
LLakukan prosedur
p yang
y samaa
uuntuk silindder- silinder yang lainn
ssesuai dengan firing order-nya,,
yyaitu: R1--L1-R5-L5--R3-L3-R6--
LL6-R2-L2-R R4-L4.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-4
B. Pem
meriksaan dan Penyetelan Wakttu Penginjeeksian Bah
han Bakar
- M
Metode ”M
MATCH MAARK ALIGMMENT”, dan
n
- M
Metode ”DE
ELIVERY VALVE”.
V
Pem
meriksaan dan Peny yetelan W
Waktu Pengginjeksian Bahan Baakar deng
gan Meng--
gun
nakan Metoode ”Match
h Mark Aliigment”
PPosisikan piston
p silind
der No.1 padda
pposisi TOPP (luruskan tanda 11.6
TTOP padaa vibration n dampeer)
ddengan carra yang sam ma pada saaat
mmelakukan penyetelan celah valvee.
PPutar crankkshaft sejaauh 30o– 440o
ddengan arahh yang berlaawanan.
LLuruskan tanda gaaris ”wakktu
ppenginjeksiian” yang terdapat padda
ccrankshaft damper (1) dengaan
ppointer (2)) dengan cara memuttar
ccrankshaft secara peerlahan-lahaan
ppada arah putaran
p normmal.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-5
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-6
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PEMERIKSAAN DAN PEYETELAN 4-7
Pengukuran tekanan oli pelumasan pada engine dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur
sebagai berikut.
PEMERIKSAAN DAN PEYETELAN 4-8
Pengukuran tekanan kompresi dilakukan pada saat kondisi engine dalam keadaan panas
(40o-60o C). Prosedur pengukurannya dapat dilakukan sebagai berikut.
PEMERIKSAAN DAN PEYETELAN 4-9
PEMERIKSAAN DAN PEYETELAN 4-10
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-11
F. Pen
ngukuran Tekanan
T Blow-By
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-12
G. Pen
ngukuran Warna
W Gass Buang
NNaikkan temmperatur airr pendinginn hingga mencapai temp peratur kerj a engine.
PPasang kerttas ke dalam
m tool G1.
MMasukkan exhaust gass suction poort ke dalamm pipa gas buang. Secarra tiba-tiba naikkan
pputaran enggine dan dallam waktu yyang bersam
maan tarik handle
h pada tool G1.
LLepas kertaas dan bandiingkan denggan skala yaang tersediaa.
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION
PEM
MERIKSA
AAN DAN
N PEYETE
ELAN 4-13
H. Pen
ngukuran Tekanan
T In
njection Noozzle
PT MADH
HANI TALATAHH NUSANTARA Basic Engine
e
MECHANICAL TRAINING
G SECTION