Anda di halaman 1dari 1

Kasus pelanggaran UU Perlindungan konsumen di bidang pangan.

Kasus tersebut adalah


tentang masalah penyalahgunaan zat-zat berbahaya pada produk pangan ataupun bahan yang
diperbolehkan untuk digunakan tetapi penggunaannya oleh sang pelaku usaha dalam produk
pangan melebihi batas yang telah ditentukan. Zat-zat yang berbahaya diantaranya formalin,
boraks, rhodamin – B, Metanil Yellow dan lain sebagainya. Jika zat-zat ini masuk ke dalam tubuh
konsumen, maka akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh dalam jangka panjang karena
zat-zat tersebut telah terakumulasi dalam tubuh.
Iya terdapat karena Produsen telah melanggar apa yg tercatat dalam kemasan dan label
tidak sesuai dengan apa yang terkandung. Dan justru membahayakan kesehatan mereka di
kemudian hari. Kasus ini jelas telah melanggar UU Perlindungan konsumen. Di dalam UU
Perlindungan Konsumen Pasal 4 point ke 3 disebutkan salah satu hak konsumen yaitu “hak atas
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa”.
Wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya
yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam
kontrak yang bersangkutan.
Bentuk Pertaggungjawabannya sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang No.8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen yaitu :

Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan.”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi.”

Anda mungkin juga menyukai