Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324686366

PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI TAMBAHAN FILLER


PADA CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS)

Article · December 2003

CITATIONS READS

0 269

2 authors, including:

Waluyo Nuswantoro
Universitas Palangka Raya
14 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

BIAYA KONSTRUKSI View project

STUDI KOMPARATIF BIAYA KONSTRUKSI JALAN ANTARA YANG MENGGUNAKAN LAPIS PONDASI AGREGAT TERHADAP SOIL CEMENT View project

All content following this page was uploaded by Waluyo Nuswantoro on 24 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Waluyo Nuswantoro, et al, Penggunaan Abu Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Tambahan Filler pada HRS
_______________________________________________________________________________________

PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI


TAMBAHAN FILLER PADA CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS
HOT ROLLED SHEET (HRS)

Oleh : Waluyo Nuswantoro, Desriantomy 1 , Edwin 2

Abstraksi
Filler merupakan salah batu bahan penyusun yang harus ada dalam
campuran aspal panas. Biasanya dalam agregat kasar dan agregat halus sudah
terdapat kandungan filler, namun kadar filler tersebut belum memenuhi
persyaratan, sehingga perlu adanya penambahan filler.
Abu cangkang kelapa sawit merupakan limbah pembakaran cangkang
kelapa sawit di dalam tungku perebusan kelapa sawit atau yang disebut Boiler.
Hasil penelitian PT. Sucofindo Jakarta, menunjukkan bahwa abu cangkang kelapa
sawit mengandung unsur silika yang cukup besar, sehingga abu cangkang kelapa
sawit ini akan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia bila terhirup melalui
pernapasan, oleh karena itu perlu dipikirkan cara pemanfaatannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah abu
cangkang kelapa sawit memenuhi persyaratan apabila digunakan sebagai
tambahan filler pada campuran aspal panas jenis Hot Rolled Sheet (HRS) dan
untuk mengetahui pengaruh penggunaan abu cangkang kelapa sawit apabila
kadarnya dalam campuran divariasikan.
Pemeriksaan sifat fisik agregat dan pengujian campuran dilakukan di
Laboratorium Jalan Raya Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Palangkaraya. Perancangan campuran menggunakan metode Asphalt
Institute. Dari hasil pengujian komposisi campuran yang paling optimum adalah
batu pecah (Tangkiling) 33 %, abu batu (Tangkiling) 26,5 %, Pasir (Tangkiling) 36
% dan abu cangkang kelapa sawit 4,5 %, dengan kadar aspal optimum 7,59 %.
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan abu cangkang kelapa sawit
terhadap campuran, kadar abu sawit dibuat 5 (lima) variasi (3,5 – 7,5 %) dengan
interval 1 %. Stabilitas tertinggi terjadi pada kadar abu cangkang kelapa sawit
6,5 % (1497,689 kg) dan stabilitas terendah pada kadar abu cangkang kelapa sawit
4,5 % (688,852 kg). Dari kelima variasi yang dilakukan kadar abu cangkang
kelapa sawit yang memenuhi persyaratan stabilitas untuk campuran HRS adalah
pada kadar abu cangkang kelapa sawit 3,5 – 5,5 %.

Kata kunci: Hot Rolled Sheet, Filler, Abu Cangkang Kelapa Sawit

PENDAHULUAN
Perkerasan jalan raya merupakan bidang raya dengan menggunakan sistem
sentuh antara beban kendaraan melalui perkerasan lentur, biasanya terdiri dari
roda dengan jalan raya melalui lapis lapis aus/permukaan, lapis pondasi
permukaan. Konstruksi perkerasan jalan atas/bawah serta lapisan tanah dasar.

1 Ir. Waluyo Nuswantoro., MT, Ir. Desriantomy, MT adalah dosen pada Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya
2 Edwin, ST adalah alumnus Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

_____________________________________________________________________
75
J URNAL
REKAYASA RANCANG BANGUN, Volume 4 Nomor 2, Desember 2003: 75-82
______________________________________________________________________________

Pada perkerasan lentur umumnya 2. Untuk mengetahui pengaruh abu


yang digunakan adalah campuran aspal cangkang kelapa sawit sebagai filler
panas, dalam hal penggunaan campuran pada campuran aspal panas jenis Hot
aspal panas, pemilihan material yang sesuai Rolled Sheet (HRS).
menjadi syarat utama dalam membentuk
campuran aspal panas sebagai lapis BATASAN PENELITIAN
perkerasan, yang meliputi persyaratan fisis,
1. Penelitian ini dibatasi pada aspal
kimia serta mudah diperoleh dan tersedia
campuran panas jenis HRS atau yang
dalam jumlah yang cukup. Filler adalah
setara dengan Lapis Tipis Aspal Beton
salah satu unsur atau bahan yang harus ada
(Lataston) spesifikasi Bina Marga
dalam campuran aspal panas. Biasanya
12/PT/B/1983.
dalam agregat kasar dan agregat halus
2. Penelitian ini bersifat uji laboratorium.
sudah terdapat kandungan filler, namun
3. Aspal yang digunakan adalah aspal
kadar filler tersebut tidak mencukupi sesuai
keras penetrasi 80/100.
dengan persyaratan, sehingga perlu adanya
4. Agregat kasar dan agregat halus yang
penambahan filler. Untuk mengatasi
dipakai adalah berasal dari Kecamatan
kekurangan kadar filler tersebut biasanya
Bukit Batu Tangkiling.
digunakan semen atau kapur, namun di
5. Bahan pengisi (filler) yang digunakan
beberapa daerah di Indonesia kadang tidak
adalah abu cangkang kelapa sawit yang
mudah untuk mendapatkan semen dan
berasal dari hasil pembakaran pada PT.
harganya pun relatif semakin mahal.
Musirawas Citra Harpindo, yang terletak
Di sisi lain Provinsi Kalimantan
di Desa Asam Baru Kabupaten
Tengah merupakan Provinsi yang
Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan
mempunyai lahan perkebunan kelapa sawit
Tengah.
yang cukup luas, khususnya pada
6. Sifat dan komposisi kimia abu cangkang
Kabupaten Kotawaringin Barat dan
kelapa sawit tidak diteliti secara
Kabupaten Kotawaringin Timur. Untuk
langsung, karena menggunakan data
memanfaatkan hasil produksi dari
sekunder.
perkebunan kelapa sawit tersebut maka
7. Perancangan campuran menggunakan
dibuat pabrik pengolahan minyak kelapa
metode Asphalt Institute.
sawit. Pada proses pembuatan minyak
8. Spesifikasi yang menjadi acuan dalam
kelapa sawit, akan menghasilkan abu yang
penelitian ini adalah menggunakan
merupakan hasil pembakaran cangkang
spesifikasi standar yang ditetapkan oleh
kelapa sawit di dalam tungku perebusan
Bina Marga.
yang di sebut boiler. Abu dari hasil
pembakaran cangkang kelapa sawit ini
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
kemudian menjadi limbah pabrik, yang
Penelitian dilaksanakan pada bulan
belum dimanfaatkan. Karena itu maka
Oktober 2003 di Laboratorium Jalan Raya
penelitian ini mencoba untuk meneliti
Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya.
pengaruh penggunaan abu cangkang kelapa
sawit sebagai filler pada campuran aspal METODE PENELITIAN
panas jenis Hot Rolled Sheet (HRS). Metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimen. Material yang
TUJUAN PENELITIAN
akan digunakan dalam penelitian ini
1. Untuk mengetahui persentase abu
diperiksa terlebih dahulu di laboratorium
cangkang kelapa sawit yang optimal
untuk memperoleh karakteristik dari
guna memperoleh campuran aspal panas
material tersebut. Data yang dihasilkan di
yang dapat diaplikasikan pada jalan
laboratorium akan digunakan untuk
raya.
perancangan campuran, selanjutnya dibuat
__________________________________________________________________
76
Waluyo Nuswantoro, et al, Penggunaan Abu Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Tambahan Filler pada HRS
_______________________________________________________________________________________

benda uji (briket) untuk dilakukan test Hasil pemeriksaan gradasi dapat
Marshall sehingga dapat diketahui dilihat pada tabel 1 berikut ini :
karakteristik campuran tersebut.
Penelitian ini terdiri tahapan-
tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan bahan dan alat.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Gradasi
Bahan terdiri dari batu pecah, abu batu,
pasir, abu cangkang kelapa sawit sebagai Ukuran
Persen Lolos
Saringan
tambahan filler dan aspal penetrasi
80/100. Inch
Batu Abu
Pasir
Abu
Alat terdiri dari saringan, penguji abrasi Pecah Batu Sawit
(keausan), penguji berat jenis, pengering # 1” 100 100 100 100

agregat (oven), pengukur suhu, # 3/4” 97,45 100 100 100


pencampur pemisah agregat dan penguji # 1/2” 100
43,41 100 100
sampel (benda uji).
# 3/8” 8,04 100 100 100
b. Pemeriksaan sifat-sifat agregat meliputi
pengujian berat jenis dan penyerapan, No. 4 4,52 94,42 100 100

gradasi, keausan dan kadar lempung. No. 8 2,37 77,32 99,97 100
c. Penentuan proporsi terhadap total
No. 30 1,40 34,67 40,31 100
agregat dengan menggunakan cara
diagonal, meliputi proporsi batu pecah No. 100 0,52 10,46 9,85 100

sebagai agregat kasar, penentuan No. 200 0,08 3,68 4,25 100
proporsi abu batu dan pasir sebagai
Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium (2003)
agregat halus dan penentuan proporsi
abu cangkang kelapa sawit sebagai Pemeriksaan sifat fisik agregat yang lain
tambahan filler. yaitu pemeriksaan berat jenis, penyerapan,
d. Variasi kadar abu cangkang kelapa sawit abrasi, sand equivalent disajikan dalam tabel 2.
sebagai filler (3,5 % – 7,5 %) dengan Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Agregat
interval 1 % dan variasi kadar aspal (7 %
Batu Abu Abu
– 9 %) dengan interval 0,5 %. Jenis Pemeriksaan
Pecah Batu
Pasir
Sawit
e. Penyiapan benda uji meliputi Berat Jenis (gr/cm3) 2,579 2,464 2,594 2,013
pemanasan, pencampuran, pemadatan Berat Jenis (SSD)
2,595 2,512 2,613 -
mengikuti prosedur pengujian campuran (gr/cm3)

PC – 0201 – 76. Berat Jenis Semu


2,622 2,587 2,644 -
(gr/cm3)
f. Pengujian benda uji dengan alat
Penyerapan (%) 0,634 1,924 0,727 -
Marshall. Keausan (%) 25,61 - - -
g. Analisis data hasil test Marshall. Sand Equivalent (%) - - 88,84 -
h. Menarik kesimpulan hasil penelitian. Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium (2003)
Dari hasil pengujian yang telah
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan, secara umum agregat dan filler yang
Pengujian Sifat Fisik Agregat akan digunakan memenuhi persyaratan untuk
Pengujian sifat-sifat fisik campuran bahan penyusun campuran aspal panas jenis
terdiri dari pengujian berat jenis dan Hot Rolled Sheet (HRS).
penyerapan agregat kasar dan agregat
halus, pengujian gradasi agregat, pengujian HASIL PENGUJIAN MARSHALL
kadar lempung dan pengujian abrasi Dalam penelitian ini untuk setiap variasi
agregat kasar. dibuat masing-masing 3 benda uji. Pembuatan

_____________________________________________________________________
77
J URNAL
REKAYASA RANCANG BANGUN, Volume 4 Nomor 2, Desember 2003: 75-82
______________________________________________________________________________

benda uji mengikuti prosedur pada Manual 8,50 2,218 1497,689 1,967 7,466 3,526 82,025
Pemeriksaan Bahan Jalan PC-0201-76. Jumlah
tumbukan yang digunakan adalah 2  75 kali 9,00 2,212 1427,314 2,067 6,771 3,300 83,597
tumbukan dengan asumsi jalan dipergunakan
untuk lalu-lintas sedang, beban berat (jalan luar Spek. - 450 – 850 2 – 4 1 – 4 4 – 6 75 – 85
kota). Sumber : Pemeriksaan Laboratorium (2003)
Sebelum pengujian dengan alat
Marshall dilakukan, benda uji direndam Tabel 5. Hasil Pengujian Marshall Variasi III
terlebih dahulu dan bak berisi air panas (Abu Cangkang Kelapa Sawit 5,5 %)
(water bath) dengan temperatur 60 C
selama 30 – 40 menit. Parameter Marshall

Hasil pengujian Marshall untuk Kadar


Aspal Hasil Rongga Rongga
setiap variasi filler, dari variasi I (kadar (%) Berat Isi Stabilitas Flow Bagi dlm Terisi
filler 7,5 %) sampai variasi V (kadar filler (Gr/cm3) (Kg) (mm) Marshall Camp. Aspal
(KN/mm) (%) (%)
3,5 %) dapat dilihat pada tabel 3 sampai
tabel 7 berikut ini. 7,00 2,225 807,434 1,867 4,241 4,953 72,970

7,50 2,226 839,774 1,883 4,372 4,568 76,431


Tabel 3. Hasil Pengujian Marshall Variasi I
(Abu Cangkang Kelapa Sawit 7,5 %)
8,00 2,228 845,330 2,100 3,947 4,155 79,9741

Parameter Marshall 8,50 2,227 846,326 2,133 3,917 3,869 82,645


Kadar
Aspal Hasil Rongga Rongga 9,00 2,224 843,340 2,233 3,702 3,698 84,806
(%) Berat Isi Stabilitas Flow Bagi dlm Terisi
(Gr/cm3) (Kg) (mm) Marshall Camp. Aspal
(KN/mm) (%) (%) Spek. - 450 – 850 2–4 1–4 4–6 75 – 85

7,00 2,253 1324,632 1,767 7,351 3,324 80,359 Sumber : Pemeriksaan Laboratorium (2003)

7,50 2,242 1362,156 1,683 7,933 3,309 81,324 Tabel 6. Hasil Pengujian Marshall Variasi IV
(Abu Cangkang Kelapa Sawit 4,5 %)
8,00 2,242 1358,466 1,767 7,539 2,783 84,688
Parameter Marshall

8,50 2,232 1370,241 1,867 7,197 2,701 85,990 Kadar


Aspal Hasil Rongga Rongga
(%) Berat Isi Stabilitas Flow Bagi dlm Terisi
9,00 2,222 1356,061 2,067 6,433 2,670 86,806 (Gr/cm3) (Kg) (mm) Marshall Camp. Aspal
(KN/mm) (%) (%)

Spek. - 450 – 850 2 – 4 1–4 4–6 75 – 85 7,00 2,227 688,852 2,567 2,631 5,095 72,970

Sumber : Pemeriksaan Laboratorium (2003)


7,50 2,217 724,758 2,500 2,842 5,025 76,431
Tabel 4. Hasil Pengujian Marshall Variasi II
(Abu Cangkang Kelapa Sawit 6,5 %) 8,00 2,208 780,152 2,700 2,833 4,926 79,9741

Parameter Marshall 8,50 2,217 792,922 2,833 2,744 4,027 82,645


Kadar Hasil Rongga Rongga
Aspal Berat Isi Stabilitas Flow Bagi dlm Terisi 9,00 2,217 786,122 3,033 2,541 3,526 84,806
(%) (Gr/cm3) (Kg) (mm) Marshall Camp. Aspal
(KN/mm) (%) (%)
Spek. - 450 – 850 2–4 1–4 4–6 75 – 85
7,00 2,233 1308,867 1,700 7,548 4,403 75,447
Sumber : Pemeriksaan Laboratorium (2003)
7,50 2,232 1392,127 1,700 8,028 3,960 78,350

8,00 2,221 1441,604 1,800 7,852 3,905 79,496

__________________________________________________________________
78
Waluyo Nuswantoro, et al, Penggunaan Abu Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Tambahan Filler pada HRS
_______________________________________________________________________________________

Tabel 7. Hasil Pengujian Marshall Variasi V maksimal pada setiap parameter yang
(Abu Cangkang Kelapa Sawit 3,5 %) ditetapkan.
Parameter Marshall Sehingga proporsi campuran terbaik
Kadar dengan menggunakan abu cangkang
Aspal Hasil Rongga Rongga
(%) Berat Isi Stabilitas Flow Bagi dlm Terisi kelapa sawit sebagai filler adalah variasi IV
(Gr/cm3) (Kg) (mm) Marshall Camp.
(KN/mm) (%)
Aspal
(%)
dengan proporsi : batu pecah 33 %, abu
batu 26,5 %, pasir 36 %, abu cangkang
7,00 2,208 719,534 2,600 2,713 6,150 72,970
kelapa sawit 4,5 % dan kadar aspal
7,50 2,222 723,266 2,533 2,799 5,043 76,431
optimum 8,210 %. Perlu diperhatikan
bahwa proporsi campuran tersebut adalah
8,00 2,220 748,060 2,650 2,768 4,627 79,9741 persentase terhadap berat total agregat.
Hubungan Stabilitas dengan Variasi Filler dan
8,50 2,221 768,874 2,767 2,725 4,082 82,645 Aspal
Stabilitas lapisan perkerasan jalan
9,00 2,213 772,440 2,833 2,673 3,905 84,806
adalah kemampuan lapisan perkerasan
Spek. - 450 – 850 2–4 1–4 4–6 75 – 85 menerima beban lalu-lintas tanpa terjadi
perubahan bentuk tetap seperti gelombang,
Sumber : Pemeriksaan Laboratorium (2003)
alur ataupun bleeding. Kestabilan yang
PEMBAHASAN tinggi menyebabkan lapisan perkerasan
Dari kelima variasi yang telah dilakukan, menjadi kaku dan cepat mengalami retak.
terlihat bahwa variasi I dan II (kadar filler Untuk lapis aspal panas jenis HRS
7,5 % dan 6,5 %), tidak ada yang memenuhi stabilitas yang disyaratkan oleh Bina Marga
persyaratan untuk campuran HRS pada adalah 450 – 850 kg. Dalam penelitian ini
kadar aspal 7 – 9 %. Sehingga variasi I dan penggunaan filler abu cangkang kelapa
II tidak dihitung (tidak ada) kadar aspal sawit yang memenuhi syarat adalah pada
optimumnya. kadar filler 3,5 % - 5,5 %, dengan nilai
Untuk variasi III (filler 5,5 %) nilai stabilitas antara 719,523 – 846,326 Kg. Pada
kadar aspal optimum adalah 7,7822 % kadar filler 6,5 % - 7,5 %, stabilitas
terhadap total agregat atau 7,2203 % campuran melebihi spesifikasi HRS yang
terhadap total campuran. Kadar aspal ditetapkan, nilai stabilitas pada kadar filler
optimum pada variasi III ini tidak 6,5 – 7,5 % antara 1308,867 – 1497,689 Kg.
memenuhi syarat untuk campuran HRS Gambar 1 menunjukkan bahwa
yang ditetapkan oleh Bina Marga yaitu > dengan adanya penambahan kadar filler
7,3 % terhadap total campuran. dalam campuran akan meningkatkan
Untuk variasi IV kadar optimum stabilitas campuran, hal terjadi karena
adalah 8,210 % terhadap total agregat atau dengan adanya penambahan kadar filler
7,59 % terhadap total campuran dan dalam campuran akan memperkecil rongga
Variasi V (filler 3,5 %) nilai kadar aspal antar butiran (Void Mineral Aggregate,
optimum adalah 8,215 % terhadap total VMA), sehingga campuran menjadi padat,
agregat atau 7,591 % terhadap total dan membutuhkan kadar aspal yang tinggi
campuran. untuk mengikat agregat dalam campuran
Dari keseluruhan hasil pemeriksaan karena luas permukaan agregat yang besar.
yang telah dilakukan dapat disimpulkan Pada kadar abu cangkang kelapa sawit 6,5
proporsi agregat dan aspal dalam %, kenaikan stabilitas sangat signifikan.
campuran, dengan memperhatikan Kenaikan stabilitas campuran mencapai 1,5
parameter yang telah ada. Proporsi kali nilai batas atas spesifikasi campuran
campuran terbaik adalah proporsi Hot Rolled Sheet (HRS).
campuran yang memberikan nilai yang

_____________________________________________________________________
79
J URNAL
REKAYASA RANCANG BANGUN, Volume 4 Nomor 2, Desember 2003: 75-82
______________________________________________________________________________

Sedangkan dengan adanya variasi cenderung naik mengikuti peningkatan


kadar aspal pada setiap komposisi filler kadar aspal dalam campuran.
yang dilakukan menunjukkan bahwa
stabilitas campuran cenderung naik seiring
dengan meningkatnya kadar aspal dalam
campuran.
1600
1500
1400
1300
1200
Stabilitas (Kg)

1100
1000
900
800
700
600
3.50 4.50 5.50 6.50 7.50
Kadar Filler (%)
Kadar Aspal (%)
Gambar 2. Hubungan Kelelehan dengan
7.00 7.50 8.00 8.50 9.00
Variasi Filler dan Aspal
Gambar 1. Hubungan Stabilitas dengan
Variasi Filler dan Aspal Hubungan Marshall Quotient dengan Variasi
Filler dan Aspal
Hasil bagi Marshall adalah hasil bagi
Hubungan Kelelehan dengan Variasi Filler dan antara stabilitas dengan kelelehan. Nilai
Aspal hasil bagi Marshall merupakan indikator
Kelelehan (flow) adalah kemampuan kelenturan yang potensial terhadap
lapisan perkerasan untuk menerima beban keretakan. Persyaratan nilai hasil bagi
berulang tanpa terjadinya kelelehan yang Marshal yang ditetapkan oleh Bina Marga
berupa alur (ruting) dan retak. untuk campuran HRS adalah 1 – 4
Nilai Kelelahan yang disyaratkan KN/mm.
oleh Bina Marga untuk campuran jenis HRS Nilai Hasil Bagi Marshall yang
adalah 2 – 4 mm, dalam penelitian ini memenuhi persyaratan yang ditetapkan
penggunaan filler abu cangkang kelapa oleh Bina Marga pada setiap kadar aspal
sawit yang memenuhi persyaratan nilai adalah pada variasi IV dan V dengan nilai
kelelehan (flow) adalah pada kadar filler 3,5 antara 2,541 – 2,833 KN/mm, sedangkan
% - 5,5 %. Sedangkan pada kadar filler 6,5 pada variasi III nilai hasil bagi Marshall
% - 7,5 % memenuhi persyaratan pada yang memenuhi persyaratan adalah pada
aspal 9 %. kadar aspal 8,0 – 9,0 % dengan nilai antara
Gambar 2 menunjukkan bahwa 3,702 – 3,947 KN/mm. Untuk variasi I dan
peningkatan kadar filler dalam campuran II nilai hasil bagi Marshall tidak ada yang
akan menurunkan nilai kelelehan (flow) memenuhi persyaratan pada setiap kadar
dalam campuran. Hal ini terjadi karena aspal yang dicoba. Hal ini mengindikasikan
dengan bertambahnya kadar filler dalam bahwa campuran dengan kadar filler diatas
campuran maka campuran menjadi padat, 5,5 % akan cepat mengalami retak apabila
sehingga campuran cenderung menjadi dibebani oleh beban kendaraan, karena
kaku. Nilai kelelehan merupakan indikator campuran kurang lentur.
terhadap kelenturan. Gambar 3 menunjukkan bahwa
Sedangkan dengan adanya variasi peningkatan kadar filler dalam campuran
kadar aspal dalam campuran nilai flow akan menaikan nilai hasil bagi Marshall

__________________________________________________________________
80
Waluyo Nuswantoro, et al, Penggunaan Abu Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Tambahan Filler pada HRS
_______________________________________________________________________________________

(Marshall Quotient) dalam campuran. Hal Gambar 4 menunjukkan bahwa


ini terjadi karena dengan bertambahnya dengan adanya penambahan kadar filler
kadar filler dalam campuran maka rongga dalam campuran akan menurunkan kadar
dalam campuran menjadi kecil, sehingga rongga udara dalam campuran. Begitu juga
campuran cenderung menjadi kaku. dengan adanya penambahan kadar aspal
Sedangkan dengan adanya penambahan pada setiap kadar filler yang dicoba, rongga
kadar aspal dalam campuran nilai Marshall udara dalam campuran cenderung turun.
Quotient cenderung turun. 10

Rongga dalam Campuran (%)


8

0
3.50 4.50 5.50 6.50 7.50
Kadar Filler (%)
Kadar Aspal (%)
7.00 7.50 8.00 8.50 9.00

Gambar 4. Hubungan Rongga Udara


Dalam Campuran dengan Variasi Filler
Gambar 3. Hubungan Marshall Quotient
dan Aspal
dengan Variasi Filler dan Aspal
KESIMPULAN
Hubungan Rongga Udara Dalam
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
Campuran dengan Variasi Filler dan Aspal
hal-hal sebagai berikut :
Rongga udara dalam campuran (Void
1. Abu cangkang kelapa sawit secara
in Mixture, VIM) merupakan indikator
umum memenuhi persyaratan sebagai
terhadap ketahanan campuran
tambahan filler pada campuran aspal
(durabilitas).
jenis Hot Rolled Sheet (HRS) pada kadar
Nilai rongga udara dalam campuran
3,5 – 5,5 %.
(Void in Mixture) yang memenuhi
2. Komposisi campuran yang paling
persyaratan yang ditetapkan oleh Bina
optimum adalah variasi IV dengan
Marga adalah variasi II pada kadar aspal 7
komposisi: batu pecah 33%, abu batu
%, variasi III pada kadar aspal 7 – 8 %,
26,5%, pasir 36%, abu cangkang kelapa
variasi IV pada kadar aspal 7- 8,5 % dan
sawit 4,5% dan aspal optimum 7,59 %.
variasi V pada kadar aspal 7,5 – 8,5 %.
3. Pada kadar abu cangkang kelapa sawit
Sedangkan pada variasi I pada setiap kadar
6,5% kenaikan stabilitas campuran,
aspal yang dicoba, nilai rongga udara
sangat signifikan, mencapai 1,5 kali batas
dalam campuran tidak memenuhi syarat
atas spesifikasi stabilitas untuk
yang ditetapkan, karena nilainya terlalu
campuran HRS (850 kg).
kecil yaitu antara 2,670 – 3,324 %. Hal ini
terjadi karena rongga yang ada dalam SARAN
campuran diisi oleh filler yang 1. Penggunaan abu cangkang kelapa sawit
ditambahkan kedalam campuran (kadar sebagai filler ataupun sebagai tambahan
filler terlalu banyak). filler perlu diuji lebih banyak lagi,

_____________________________________________________________________
81
J URNAL
REKAYASA RANCANG BANGUN, Volume 4 Nomor 2, Desember 2003: 75-82
______________________________________________________________________________

sehingga keberhasilannya dapat lebih Hardiman (2000), The Influence of Increasing


dipercaya, disamping itu juga perlu uji Crushed Rock Coarse Aggregate Contents
lapangan untuk membuktikan on a Gap-Graded Bituminous Mix to
kelebihannya. Stiffness Modulus, Proceedings HEDS
2. Jika menggunakan abu cangkang kelapa Project.
sawit sebagai filler pada campuran HRS, Pratomo, P (1997), Agregat Lokal Campuran
sebaiknya kadar yang digunakan tidak Hot Rolled Sheet Dengan Berbagai Jenis
melebihi 5,5 %. Filler Untuk Perkerasan Jalan,
Proceedings HEDS Project.
DAFTAR PUSTAKA Sentosa, L, B.I. Siswosoebrotho dan
Departemen Pekerjaan Umum (1983), Pramudji W. (2001), Kinerja
Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Laboratorium Campuran Hot Rolled
Beton (LATASTON) No. 12/PT.B/1983, Asphalt Dengan Abu Sawit Sebagai Filler,
Jakarta. Makalah Pada Simposium Kelompok
Departemen Pekerjaan Umum (1989), Bahan Perkerasan Jalan Institut
Metode Pengujian Agregat¸ Yayasan Teknologi Bandung, Bandung.
Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta Siswosoebrotho, B.I. (1994), Peranan Filler
Direktorat Jenderal Bina Marga (1976), Pada Sifat-sifat Teknik Campuran Hot
Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. Rolled Asphalt¸ Proceedings Konferensi
01/MN/BM/1976, Jakarta. Tahunan Teknik Jalan Ke – 5 di
Direktorat Jenderal Bina Marga (1995), Bandung, Bandung.
Proyek Peningkatan Jalan dan Penggantian Sukirman, S (1999), Perkerasan Lentur Jalan
Jembatan Kalimantan Tengah Buku III Raya, Penerbit Nova, Bandung.
Spesifikasi Umum, Jakarta. Yanliharno (1998), Perkerasan Jalan (Aspal
Desriantomy (2002), Penuntun Praktikum Campuran Panas/Hotmix), Program
Bahan Perkerasan Jalan, Fakultas Teknik Studi Teknik Sipil Unpar,
Universitas Palangkaraya. Palangkaraya.
Palangkaraya.

__________________________________________________________________
82

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai