Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGERTIAN ILMU DAN CIRI-CIRI ILMU


SERTA SISTEM KERJA KEILMUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


” FILSAFAT ILMU ”

Dosen Mata Kuliah:


DR. SULAIMAN SAAT, M.Pd

Disusun Oleh :
ASFIADI
NIM. 80300217038

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat ridho-Nya,

kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas untuk Mata Kuliah Filsafat Ilmu ini dengan

maksimal dan tepat waktu. Shalawat dan salam kirim kirimkan kepada Rasulullah SAW nabi

terakhir, pembawa risalah keselamatan untuk ummat manusia dunia dan akhirat

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Mata

Kuliah Filsafat Ilmu yang telah membimbing kami dalam menyusun dan menyelesaikan

tugas ini. Tidak lupa juga kami berterimakasih kepada orang tua dan keluarga saya yang

selalu setia mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa literatur ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang

membangun dari para pembaca sehingga makalah ini dapat tersaji menjadi lebih baik dan

sesuai dengan yang diharapkan. Atas perhatian dan waktu yang diluangkan untuk sekedar

membaca literatur ini, saya ucapkan terima kasih.

Makassar, 3 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 4
I.2 Rumusan Masalah 5
I.3 Tujuan Pembelajaran 5
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Ilmu 6
II.2 Ciri – ciri Ilmu 9
II.3 Sistem kerja Keilmuan 15
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan 18
III.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I

PENDAHULAUN

I.1. Latar Belakang

Ilmu adalah usaha untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman manusia yang

nantinya dapat untuk menerangkan suatu kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan.

Kenyataannya hampir seluruh aktivitas manusia didampingi oleh ilmu. Cara kerja ilmu

tidak dapat berdiri sendiri, dalam memahami dan memecahkan masalah tidak hanya

berdasarkan satu sudut pandang saja, melainkan harus dilihat dari berbagai sudut

pandang lain yang kemudian saling melengkapi.

Pada masa ini banyak kritik dari para ilmuan dan akademisi yang mengarah pada

integrasi dan interkoneksi antar disiplin-disiplin ilmu. Banyaknya ilmu yang terpisah

dari nilai-nilai agama akibatnya ilmu secara arogan mengeksploitasi alam sehingga

muncul berbagai kerusakan ekologis. Kesadaran ini telah mendorong ilmuan untuk

melihat perbaikan ke arah integrasi dan interkoneksi. Mengingat tingkat kebutuhan

manusia sangatlah beragam maka berkembanglah berbagai disiplin-disiplin ilmu.

Mengingat peran ilmu sangatlah penting dalam kehidupan maka pengetahuan tentang

ilmu menjadi hal yang urgen untuk dipahami.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka menjadi penting untuk kita

melakukan analisis tentang ontologi ilmu sehingga dalam pelaksanaanya ilmu bisa

diposisikan sesuai dengan eksistensinya sekaligus mampu menjadi solusi dan jalan bagi

ummat manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu dalam makalah ini akan diuraikan

tentang beberapa persoalan tentang ilmu sebagai pengantar mulai dari pengertian ilmu,

ciri-ciri ilmu dan sistem kerja keilmuan.


I.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari ilmu?

2. Bagaimana ciri-ciri dari ilmu?

3. Bagaimana sistem kerja keilmuan tersebut?

I.3. Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu

2. Untuk mengetahui ciri – ciri ilmu

3. Untuk mengetahui sistem kerja keilmuan


BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian ilmu

Secara etimologi atau akar kata ilmu memiliki arti yang mirip dalam setiap bahasa.

Dalam bahasa Inggeris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science yang berasal dari

bahasa latin dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga

diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang

sama. Dalam bahasa arab Ilmu merupakan kata yang masdar dari ‘alima – ya’lamu yang

berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai

bi haqiqotih (mengetahui sesuatu secara hakiki).

Banyak pengertian dari ilmu yang bisa kita jumpai yang dikemukan oleh para ahli

yang bisa dijadikan rujukan dalam memahami tentang konsep ilmu. Menurut Ketut Rinjin

ilmu merupakan keseluruhan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan logis dan

bukanlah sekadar kumpulan fakta, tetapi pengetahuan yang mempersyaratkan objek, metoda,

teori, hukum, atau prinsip.1

Ilmu, yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan science, bukan sekadar kumpulan

fakta, meskipun di dalamnya juga terdapat berbagai fakta. Selain fakta, di dalam ilmu juga

terdapat teori, hukum, prinsip, dst.yang diperoleh melalui prosedur tertentu yaitu metoda

ilmiah. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metoda ilmiah.2.

Sedangkan menurut The Liang Gie jika dilihat dari segi maknanya mengemukakan tiga sudut

pandang berkaitan dengan pemaknaan ilmu yaitu :

1. Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis,

atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal atau subject

1
Rinjin, Ketut, Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : CV Kayumas, 1997), h 57-58
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Sinar Harapan, 2005) h 119
matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang

merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu.

2. Ilmu sebagai aktivitas, artinya suatu aktivitas mempelajari sesuatu secara aktif,

menggali, mencari, mengejar atau menyelidiki sampai pengetahuan itu diperoleh.

Jadi ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (Study),

penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt to find), atau pencarian

(Search).

3. Ilmu sebagi metode, artinya ilmu pada dasarnya adalah suatu metode untuk

menangani masalah-masalah, atau suatu kegiatan penelaahan atau proses

penelitian yang mana ilmu itu mengandung prosedur, yakni serangkaian cara dan

langkah tertentu yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini

dalam dunia keilmuan dikenal sebagai metode.3

Berbeda dengan Harsoyo mendefinisikan ilmu dengan melihat pada sudut proses

historis dan pendekatannya yaitu :

1. Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan atau kesatuan

pengetahuan yang terorganisasikan.

2. Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan

terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan

waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindra manusia.

Sebagaimana beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas nampak bahwa Ilmu

memang mengandung arti pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan

pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk

mencapai hal itu diperlukan upaya mencari penjelasan atau keterangan. Dalam hubungan ini

Moh Hatta menyatakan bahwa Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut
3
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Liberty,1991), h 86-88.
Ilmu, dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui upaya mencari

keterangan atau penjelasan.

Lebih jauh dengan memperhatikan pengertian-pengertian Ilmu sebabagaimana

diungkapkan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan pengertian ilmu

yaitu :

1. Ilmu adalah sejenis pengetahuan

2. Tersusun atau disusun secara sistematis

3. Sistimatisasi dilakukan dengan menggunakan metode tertentu

4. Proses perolehannya dilakukan dengan cara studi, observasi, eksperimen.

Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa dapat menjadi suatu ilmu

bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode berfikir yang jelas, karena pada

dasarnya ilmu yang berkembang dewasa ini merupakan akumulasi dari

pengalaman/pengetahuan manusia yang terus difikirkan, disistimatisasikan, serta diorganisir

sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang mempunyai kekhasan dalam objeknya.

II.2. Ciri – Ciri Ilmu

Secara umum dari pengertian ilmu dapat diketahui apa sebenarnya yang menjadi ciri

dari ilmu, meskipun untuk tiap definisi memberikan titik berat yang berlainan. Menurut The

Liang Gie secara lebih khusus menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut :

1. Empiris (berdasarkan pengamatan dan percobaan).

2. Sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai hubungan saling bergantung

dan teratur).

3. Objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi).

4. Analitis (menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian yang terinci).

5. Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya)4

4
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Liberty,1991), h
Sementara itu Beerling menyebutkan ciri ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah :

1. Mempunyai dasar pembenaran

2. Bersifat sistematik

3. Bersifat intersubjektif

Ilmu perlu dasar empiris, apabila seseorang memberikan keterangan ilmiah maka

keterangan itu harus memungkinkan untuk dikaji dan diamati, jika tidak maka hal itu

bukanlah suatu ilmu atau pengetahuan ilmiah, melainkan suatu perkiraan atau pengetahuan

biasa yang lebih didasarkan pada keyakinan tanpa peduli apakah faktanya demikian atau

tidak. Upaya-upaya untuk melihat fakta-fakta memang merupakan ciri empiris dari ilmu,

namun demikian bagaimana fakta-fakta itu dibaca atau dipelajari jelas memerlukan cara yang

logis dan sistematis, dalam arti urutan cara berfikir dan mengkajinya tertata dengan logis

sehingga setiap orang dapat menggunakannya dalam melihat realitas faktual yang ada.

Disamping itu ilmu juga harus objektif dalam arti perasaan suka-tidak suka, senang-

tidak senang harus dihindari, kesimpulan atau penjelasan ilmiah harus mengacu hanya pada

fakta yang ada, sehingga setiap orang dapat melihatnya secara sama pula tanpa melibatkan

perasaan pribadi yang ada pada saat itu. Analitis merupakan ciri ilmu lainnya, artinya bahwa

penjelasan ilmiah perlu terus mengurai masalah secara rinci sepanjang hal itu masih berkaitan

dengan dunia empiris, sedangkan verifikatif berarti bahwa ilmu atau penjelasan ilmiah harus

memberi kemungkinan untuk dilakukan pengujian di lapangan sehingga kebenarannya bisa

benar-benar memberi keyakinan.

Dari uraian di atas, nampak bahwa ilmu bisa dilihat dari dua sudut peninjauan, yaitu

ilmu sebagai produk/hasil, dan ilmu sebagai suatu proses. Sebagai produk ilmu merupakan

kumpulan pengetahuan yang tersistematisir dan terorganisasikan secara logis, seperti jika kita

mempelajari ilmu ekonomi, sosiologi, biologi. Sedangkan ilmu sebagai proses adalah ilmu

dilihat dari upaya perolehannya melalui cara-cara tertentu, dalam hubungan ini ilmu sebagai
proses sering disebut metodologi dalam arti bagaimana cara-cara yang mesti dilakukan untuk

memperoleh suatu kesimpulan atau teori tertentu untuk mendapatkan, memperkuat/menolak

suatu teori dalam ilmu tertentu, dengan demikian jika melihat ilmu sebagai proses, maka

diperlukan upaya penelitian untuk melihat fakta-fakta, konsep yang dapat membentuk suatu

teori tertentu.

II.3. Sistem Kerja Keilmuan

Kegiatan keilmuan adalah suatu proses kegiatan berpikir. Kegiatan berpikir tersebut

adalah dalam rangka pembahasan mengenai berbagai macam gejala alam atau berbagai

macam permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Kegiatan berpikir tersebut bertujuan untuk

mendapatkan pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum-hukum, kaidah-

kaidah dan asas dari berbagai permasalahan.

Proses berpikir yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, dipandu

oleh hukum alam, dalam menjelaskan nya juga mengacu pada hukum alam, dan dapat diuji

lagi dalam dunia empirik, kesimpulan-kesimpulannya bersifat tentatif, tidak selalu kata final

dan dapat dipertanyakan atau dipersoalkan lagi. Hasil yang didapat melalui proses tersebut

adalah ilmu pengetahuan ilmiah. (Suriasumantri 1997).

Dalam rangka mencapai Pengetahuan ilmiah dari suatu obyek materi diperlukan suatu

sistem, yaitu hubungan secara fungsional dan konsisten antara komponen-komponen yang

terkandung dalam sesuatu sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh. Hubungan yang

demikian itu tidak lain adalah dalam rangka mencapai satu tujuan, yaitu kebenaran ilmiah.

Dalam dunia ilmu pengetahuan, antara cara pandang, metode, dan sistem adalah hal-hal

yang sangat menentukan bagi tercapainya kebenaran ilmiah. Sistem ini mempunyai daya kerja

aktif yang menggerakkan dan mengarahkan langkah-langkah yang telah ditentukan di dalam

metode sedemikian rupa sehingga keberlanjutan dan konsistensi daya kerja metode itu mampu
mencapai tujuan akhir. Adapun metode dalam pengetahuan ilmiah yang dapat mengantar pada

sistem kerja keilmuan yaitu terdiri atas dua yaitu metode deduktif dan metode induktif.

II.3.1. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah cara pikir yang digunakan untuk membuktikan kebenaran

ilmiahnya melalui penjabaran-penjabaran (deduksi). Penalaran yang deduktif diperoleh dari

penjabaran dalil-dalil, atau rumus-rumus yang tidak dibuktikan kebenarannya melalui

penyelidikan empiris, melainkan melalui penjabaran dalil-dalil yang telah ada sebelumnya.

Suatu dalil atau rumus matematika dibuktikan kebenarannya berdasarkan dalil-dalil yang

telah ada atau dalil lain, berdasarkan suatu perhitungan/hitung-menghitung, ukur-mengukur,

timbang-menimbang, bukan atas dasar observasi. Dalam membuktikan kebenaran itulah kita

mengenal adanya, pada awalnya aritmatika, matematika, goniometri, ilmu ukur dan

sebagainya.

Asas matematika hanya mengenal “logika dua nilai” (“two value logic”) yaitu benar

dan tidak benar (salah). Contoh yang sederhana adal dua ditambah dua adalah empat. Itu

berarti penjumlahan tersebut memiliki nilai benar. Apabila kita mengatakan bahwa tiga

dikalikan empat hasilnya lima belas, maka hasil itu dikatakan tidak benar (salah). Dengan

demikian dalam pendekatan deduktif terdapat suatu penalaran yang diperoleh dari

kesimpulan yang bersifat umum untuk menuju ke penalaran yang bersifat khusus.

II.3.2. Metode Induktif

Metode induktif adalah sebuah metode yang digunakan dalam ilmu empiris yang

mencoba menarik kesimpulan dari penalaran yang bersifat khusus untuk sampai pada

penalaran yang umum sifatnya. Pada penalaran yang sifatnya khusus itu, seorang pengamat

akan mengamati beberapa hal atau sesuatu yang memiliki ciri-ciri yang khusus.

Sebagai contoh, saat Ardi melihat buah jeruk yang diletakkan di dalam sebuah

keranjang, ia melihat bahwa kedua puluh jeruk itu berwarna kuning dan bentuknya bulat.
Atas dasar itulah Ardi menyimpulkan bahwa jeruk (yang berjumlah 20) yang berada di dalam

keranjang semuanya berwarna kuning dan bentuknya bulat. Pendekatan induksi berguna bagi

ilmu empiris karena mendasarkan pada pengamatan faktual dan dipakai sebagai landasan

berpijak pada ilmu empiris.

Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pada dasarnya pengetahuan ilmiah

merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :

1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten

dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.

2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.

3. Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran

pernyataannya secara faktual.5

Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses

logico-hypothetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

a. Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris

yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang

terkait di dalamnya.

b. Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan

argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara

berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan

Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis

ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor

empiris yang relevan dengan permasalahan.

5
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan politik, (Jakarta :Gramedia, 1996) h 6
c. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan

terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan

dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

d. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan faktafakta yang relevan

dengan hipotesis, yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-

fakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak.

e. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang

diajukan itu ditolak atau diterima.6

6
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Sinar Harapan, 2005) h 127-128
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan

1. Pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif

dengan berbagai metode berupa aneka prosedur sehingga menghasilkan kumpulan

pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan

atau sosial untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman,

memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.

2. Ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat

dibedakan dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain beruapa bersifat

sistematis,obyektif, empiris, analisis dan dapat diverifikasi.

3. Ada dua metode atau pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami suatu

realitas suatu obyek yakni metode deduktif dan induktif. Metode ini memiliki

tahapan – tahapan ilmiah dalam pola kerjanya agar dapat mencapai kebenaran

ilmiah dari obyek yang diperlukan sesuai dengan pola yang bekerja secara

fungsional dan konsisten.

III.2. Saran

Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah yang berkaitan tentang ilmu

ini masih terdapat kesalahan-kesalahan, oleh karena itu pemakalah berharap pembaca dapat

menyampaikan kritik dan juga saran terhadap hasil penulisan makalah kami demi perbaikan

susunan dan isi materi.


DAFTAR PUSTAKA

Jujun S. Suriasumantri. 1996. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik : Sebuah
Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini. Jakarta : Gramedia.

Jujun S. Suriasumantri. 2005. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar
Harapan.

Lasiyo dan Yuwono. 1994. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Liberty.

Rinjin, Ketut. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar. Bandung : CV
Kayumas.

The Liang Gie. (1991) Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.

Anda mungkin juga menyukai