Anda di halaman 1dari 12

BAB III Evaluasi Sumberdaya Lahan

3.1 Klasifikasi Kemampuan Lahan

Arsyad membagi kemampuan lahan menjadi delapan kelas. Berikut ini merupakan tabel
kemampuan lahan (Arsyad (2010) dan Widiatmaka (2007) dalam Widiatmaka et al. 2015; Susetyo
et al. 2014)

Tabel 3.1 Kelas Kemampuan Lahan


Kelas kemampuan lahan menjadi acuan dalam kriteria pengguaan lahan (Widiatmaka et al.
2015).

Tabel 3.2 Penggunaan Lahan Beradasarkan Kemampuan Lahan

3.2 Kesesuaian Lahan

Pada dasarnya kesesuaian lahan dibagi atas lima kelas yaitu(Firmansyah 2014; Setyowati
2007);

 Kelas S1 (sangat sesuai/highly suitable)

Lahan tidak mempunyai pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara
berkelanjutan, atau hanya mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya

 Kelas S2 (cukup sesuai/moderately suitable)

Lahan pada kelas S2 ini mempunyai faktor pembatas agak berat untuk mempertahankan
tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan
keuntungan, serta meningkatkan masukan yang diperlukan.

 Kelas S3 (sesuai marginal/marginally suitable)

Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan
yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan. Perlu
peningkatan masukan yang diperlukan.

 Kelas N1 (tidak sesuai saat ini/currently not suitable)


Lahan mempunyai faktor prmbatas yang lebih berat, tapi masih mungkin untuk diatasi, hanya
tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional. Faktor-
faktor pembatasnya begitu berat sehinga menghalangi keberhasilan penggunaan lahan yang
lestari dalam jangka panjang.

 Kelas N2 (tidak sesuai selamanya)

Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan sebagai
suatu penggunaan yang lestari.

Klasifikasi ini sering ditemukan hanya 4 kelas yaitu S1 (sangat sesuai), S2(cukup sesuai) ,
S3 (sesuai marginal), dan N (tidak sesuai)(Hastari, Kurnia, and Kamal 2017; Susetyo et al. 2014;
Wirosoedarmo et al. 2011).

Kesesuaian lahan bergantung pada pemanfaatan lahan tersebut. Berikut ini tabel parameter
keseseuaian lahan dari beberapa pemanfaatan lahan.

1. Kesesuaian budidaya ikan kerapu (Hastari et al. 2017)


2. Kesesuaian lahan tambak (Yulianda 2008)

3. Kesesuaian lahan jagung (Wirosoedarmo et al. 2011)


4. Kesesuaian lahan pemukiman (Setyowati 2007)

Penentuan kesesuaian lahan suatu wilayah sebagian besar menggunakan Sistem


Informasi Geografi (SIG) (Hastari et al. 2017; Hoyman, Munir, and Suleman 2017;
Setyowati 2007). Berikut ini penentuan kesesuaian lahan jagung menggunakan parameter
pada item 3 di atas dapat diselesaikan menggunakan SIG (Wirosoedarmo et al. 2011).`
Gambar 3.1 Peta Kesesuaian Lahan Masing-Masing Parameter
Sumber : Wirosoedarmo 2011
Berdasarkan parameter ini, dengan menggunakan SIG diperoleh Peta Kesesuaian
Lahan Jagung berikut(Wirosoedarmo et al. 2011).

Gambar 3.2 Peta Kesesuaian lahan Jagung di Blitar


Sumber : Wirosoedarmo, 2011
BAB IV DAS

4.1 Pengertian DAS

Menurut Tan (1991) daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah resapan air yang dapat
mengatur sistem tata air (Komaruddin 2008). Menurut Itonga (2005) DAS merupakan satu
kesatuan ekosistem yang unsur- unsur utamanya terdiri dari sumberdaya tanah, air, dan vegetasi
serta sumberdaya manusia yang pada konteks ini sebagai pelaku pemanfaat atau pengguna
sumberdaya alam tersebut(Suganda, Yatmo, and Atmodiwirjo 2009). Sedangkan menurut
Noordwijk dkk (2004) DAS merupakan salah daerah sumber daya air yang memerlukan
pengelolaan khusus (ULFAH 2015). Pengelolaan DAS adalah salah satu formulasi dan
implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang
terdapat didaerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan
terjadinya kerusakan sumber daya air dan tanah(Asdak (2004) dalam Rahman et al. 2012)

4.2 Usaha Konservasi DAS

Erosi di DAS umumnya terjadi karena pemanfaatan lahan yang tidak mengindahkan kaidah
konservasi tanah dan air. Erosi di suatu lahan menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang
subur untuk menyangga pertumbuhan tanaman (Tan (1991) dalam Komaruddin 2008). Untuk
mempertahankan kelestarian produktivitas tanah maka perlu dicegah agar erosi yang terjadi tidak
melebihi batas erosi yang dapat diabaikan. Sedangkan jika erosi telah terjadi maka diperlukan
upaya rehabilitasi dan konservasi lahan (Komaruddin 2008).

Dalam menentukan suatu unit lahan apakah memerlukan tindakan konservasi atau tidak, maka
dilakukan perbandingan antara laju erosi yang diperbolehkan (EDP) dengan laju erosi aktual (A).
Laju erosi yang diperbolehkan, dihitung dengan persamaan Hammer (1981) dengan rumus (Dewi
at, al. 2012) :

Konservasi tanah dan air didasarkan atas perbandingan antara erosi aktual dengan erosi yang
diperbolehkan. Apabila erosi aktual lebih kecil daripada erosi yang diperbolehkan (A < EDP) maka
daerah tersebut perlu dipertahankan agar kondisinya tetap lestari. Sedangkan apabila erosi aktual
melampaui erosi yang diperbolehkan (A > EDP), maka daerah ini perlu perencanaan konservasi
tanah dan air dengan mempertimbangkan antara faktor tanaman dan pengelolaannya (C) serta
faktor teknik konservasinya (P). Perencanaan konservasi dilakukan dengan memilih beberapa
alternatif faktor C dan P, sehingga erosi aktual menjadi lebih kecil dibandingkan dengan erosi yang
diperbolehkan (Dewi at, al. 2012).

Konservasi lahan adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanah (Rahman
et al. 2012). Pada umumnya konservasi tanah dimaksudkan untuk melindungi tanah dari curah
langsung air hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, mengurangi limpasan permukaan,
meningkatkan stabilitas agregat tanah (Hardjowigeno (1995) dalam Rahman et al. 2012).

Usaha konservasi bagi atas dua yaitu konservasi vegetatif dan metode mekanik (Purnomo et al.
2016).

Metode Vegetatif

Metode vegetatif memanfaatkan bagian-bagian dari tanah untuk penahan air hujan agar tidak
langsung mengenai tanah misalnya daun, batang, dan ranting. Selain itu akar tanaman juga
berfungsi untuk memperbesar kapasitas infiltrasi tanah (Rahman et al. 2012). Vegetasi dengan
perakaran bertipe serabut sangat baik dalam usaha konservasi lahan metode vegetatif (ULFAH
2015). Beberapa vegetasi yang baik diantaranya adalah tumbuhan dari suku Moraceae, pohon
Ficus, dan Metroxylon sagu(ULFAH 2015).

Metode Mekanik (Sipil Teknis)

Usaha konservasi dengan mekanisk bertujuan untuk memperkecil laju limpasan permukaan,
sehingga daya rusaknya berkurang untuk menampung limpasan permukaan kemudian
mengalirkannya melalui bangunan atau saluran yang telah dipersiapkan (Rahman et al. 2012).

Penanganan konservasi secara vegetatif berdampak pada kelestarian alam jangka panjang yaitu
dengan tanaman tahunan yang produktif dan bernilai ekonomi berupa tanaman Jarak, Kakao, Mete,
Tebu, Jeruk dan tanaman rumput gajah. Sedangkan tindakan konservasi mekanis hanya bersifat
sementara seperti membuat bangunan pengendali sedimen atau Check DAM(Rahman et al. 2012).
Daftar Pustaka

Dewi, I. G. A. S. U., N. M. Trigunasih, and T. Kusmawati. 2012. “Prediksi Erosi Dan


Perencanaan Konservasi Tanah Dan Air Pada Daerah Aliran Sungai Saba.” E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika 1(1):12–23.

Firmansyah, M.Anang. 2014. “Karakterisasi, Kesesuaian Lahan Dan Teknologi Kelapa Sawit
Rakyat Di Rawa Pasang Surut Kalimantan Tengah.” Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
14(2):97–105.

Hastari, Indah Febry, Rahmat Kurnia, and M.Mukhlis Kamal. 2017. “ANALISIS KESESUAIAN
BUDIDAYA KJA IKAN KERAPU MENGGUNAKAN SIG DI PERAIRAN RINGGUNG
LAMPUNG.” Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis 7(2):151–59.

Hoyman, Aldo, Mochammad Munir, and Yiyi Suleman. 2017. “Integrasi SIG Dan SPKL Untuk
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Robusta Dan Arahan Pengembagan Pertanian Di
Kabupaten Lahat, Sumatrera Selatan.” 4(2):589–97.

Komaruddin, Nanang. 2008. “Penilaian Tingkat Bahaya Erosi Di Sub Daerah Aliran Sungai
Cileungsi, Bogor.” Jurnal Agrikultura 19:173–78.

Purnomo, Danang Wahyu et al. 2016. “PADA KAWASAN PENYANGGA SISTEM TATA
AIR DAS BOLANGO ( Designing of Vegetation Which Conservation and Economic
Values in the Buffer Area of Water System at the Bolango Watershed ) Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya , Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , D.” 23(1):111–21.

Rahman, M. M., D. Harisuseno, and D. Sisinggih. 2012. “Studi Penanganan Konservasi Lahan
Di Sub DAS Keduang, DAS Bengawan Solo, Kabupaten Wonogiri.” Journal Teknik
Pengairan 3(2):250–57.

Setyowati, Dewi Liesnoor. 2007. “KAJIAN EVALUASI KESESUAIAN LAHAN


PERMUKIMAN DENGAN TEKNIK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Dewi
Liesnoor Setyowati Jurusan Geografi FIS - UNNES.” 4(1).
Suganda, Emirhadi, Yandi Andri Yatmo, and Paramita Atmodiwirjo. 2009. “Pengelolaan
Lingkungan Dan Kondisi Masyarakat Pada Wilayah Hilir Sungai.” Makara, Sosial
Humaniora 13(2):143–53. Retrieved
(http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/255/251).

Susetyo, Budi, Widiatmaka, Hadi S. Arifin, Machfud, and Nurhayati H. S. Arifin. 2014.
“Analisis Spasial Kemampuan Dan Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Model
Perumusan Kebijakan Manajemen Lanskap Di Sempadan CIliwung, Kota Bogor.” Majalah
Ilmiah Globe 16(1):51–58.

ULFAH, MARIA. 2015. “Kajian Morfologi Tumbuhan Pada Spesies Tanaman Lokal Berpotensi
Penyimpan Air: Konservasi Air Di Karangmanggis, Boja, Kendal, Jawa Tengah.” 1:418–
22. Retrieved (http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0103/M010306.pdf).

Widiatmaka, Wiwin Ambarwulan, Muhammad Yanuar Jarwadi Purwanto, Yudi Setiawan, and
Hefni Effendi. 2015. “Daya Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan Di Tuban ,
Jawa Timur.” Manusia Dan Lingkungan 22(2):247–59.

Wirosoedarmo, Ruslan, A.Tunggul Sutanhaji, Evi Kurniati, and Rizky Wijayanti. 2011.
“Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung Menggunakan Metode Analisis
Spasial.” Agritech 31(1):2011.

Yulianda, Fredinan. 2008. “Kajian Kesesuaian Dan Daya Dukung Lingkungan Tambak Berbasis
Spasial Di Wilayah Pesisir Kabupaten Aceh Utara, Pantai Timur Provinsi Naggroe Aceh
Darussalam ( Analyses of Environmental Suitability and Carrying Capacity for
Brackishwater Fishpond Based on S.” Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Dan Perikanan Indonesia
15(2):157–63.

Anda mungkin juga menyukai