Glikolisis
Glikolisis merupakan tahapan perubahan glukosa dipecah menjadi dua molekul asan
piruvat (beratom C3). Peristiwa ini terjadi di sitosol. Pada tahap glikolisis ini
menghasilkan 2 molekul ATP sebagai energi dan 2 molekul NADH yang digunakan
untuk transpor elektron. Asam piruvat selanjutnya diproses dalam tahap
sekarboksilasi oksidatif. Pada respirasi anaerop, Asam piruvat akan diubah menjadi
karbondioksida (CO2) dan etil alkohol. Pada respirasi anaerob jumlah ATP yang
dihasilkan hanya dua molekul untuk satu molekul glukosa. Namun jumlahnya masih
sangat jauh dari ATP yang dihasilkan respirasi aerob yaitu sebanyak 36 ATP. Enzim-
enzim yang berperan dalam glikolisis yaitu enzim heksokinase, aldolase, triosa fosfat
isomerase, fosfoheksokinase, fosfofruktokinase, enolase, fosfat dehidrogenase,
piruvat kinase dan fosfoglisero mutase.
Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif yaitu pengubahan asam piruvat menjadi asetil KoA dengan
melepaskan CO2. Persitiwa ini terjadi di sitosol. Selain Asetil KoA hasil lainnya
adalah NADH. Asetil KoA akan diproses dalam siklus asan sitrat sedangkan NADH
akan digunakan dalam transpor elektron.
Siklus Krebs
Siklus krebs atau disebut juga daur krebs atau daur asam sitrat atau daur trikarboksilat
merupakan pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta
energi kimia. Siklus krebs ini terjadi di dalam metriks membran mitokondria. Dalam
tahap ini beberapa senyawa dihasilkan seperti molekul ATP sebagai energi, satu
molekul FADH dan tiga molekuh NADH yang digunakan dalam transpor elektron
serta dua molekul karbondioksida.
1. Mengurangi NAD+ dan FAD menjadi NADH dan FADH2 yang kemudian dioksidasi membentuk
ATP.
2. Sebagai tempat sintesis ATP secara langsung.
3. Pembentukan kerangka carbon dalam sintesis asam amino tertentu dan kemudian dikonversi
membentuk senyawa yang lebih besar.
Dari siklus krebs akan dihasilkan elektron dan ion H+ lalu dibawa sebagai NADH2
dan FADH2 kemudian dioksidasi dari sistem pengangkutan elektron dan terbentuk H2)
sebagai hasil sampingan respirasi. Oleh karena itu hasil dari respirasi adalah CO2 dan
H2O. Produk sampingan tersebut kemudian dibuang keluar tubuh melalui stomata
pada tumbuhan.
Transfer elektron
Lintasan ini merupakan reaksi yang berbeda dari glikolisi maupun siklus krebs.
Lintasan Pentosa Fosfat (LPF) berlangsung di sitosol dan terbentuk dari lima senyawa
atom karbon. Reaksi lintasan LPF ini melibatkan glukosa 6P yang kemudian
dioksidasi oleh enzim dehidrogenase membentuk senyawa 6-fosfogluko-nonlakton
dan dihidrolisis menjadi 6-fosfoglukonat oleh suatu enzim laktonase. Reaksi hasil dari
LPF yaitu pentose fosfat. Fungsi dari LPF ini yaitu memproduksi NADH yang
kemudian dioksidasi menjadi ATP. Selain itu juga pembentukan senyawa fenolik
seperti sianin dan lignin dan menghasilkan bahan baku unit ribosa dan deoksiribosa
pada nukleotida RNA dan DNA.
(1) Substrat
Respirasi bergantung pada tersedianya substrat terutama dalam bentuk karbohidrat (amilum,
glukosa). Pada tumbuhan yang persediaan kabohidratnya rendah, respirasinya juga rendah.
Daun-daun yang ada pada bagian yang tersembunyi dari cahaya yang berarti proses pembentukan
karbohidrat melalui fotosintesis rendah, menunjukkan adanya respirasi yang lebih rendah dari daun
dibagian pucuk (yang banyak kena cahaya). Apabila karbohidrat kurang, cadangan makanan lain
(protein, lemak) dapat dioksidasi hanya harus melalui proses yang lebih panjang
(2) Temperatur
Seperti halnya kerja enzim, respirasi juga dipengaruhi oleh temperatur. Pada O o C kecepatan
respirasi sangat rendah. Kenaikan temperature sampai 35 o C atau 45 o C akan meningkatkan
kecepatan respirasi. Tetapi di atas temperatur tersebut kecepatannya mulai menurun, karena
enzim-enzim yang diperlukan mulai ada yang mengalami denaturasi
(3) Oksigen
Karena oksigen berfungsi sebagai terminal penerimaan elektron pada daur Krebs, maka bila
konsentrasinya rendah respirasi aerob dan anaerob dapat berlangsung bersamaan. Bila oksigen
kadarnya dinaikkan maka respirasi aerob akan berjalan lebih cepat, sedang respirasi anaerob akan
terhenti. Peristiwa ini disebut efek Pasteur. Pengaruh oksigen terhadap respirasi tidak sama untuk
spesies tumbuhan berbeda, malahan berbeda untuk organ - organ yang berbeda pada tumbuhan
yang sama. Misalnya batang dan akar karena afinitas sitokrom oksidase pada mitokondria organ
tersebut terhadap oksigen tinggi, mereka dapat mempertahankan laju respirasi pada konsentrasi O 2
sekitar 0,05 % dari yang terdapat di udara bebas.
Respirasi pada jaringan muda lebih kuat dari pada jaringan tua. Pada jaringan yang berkembang
(tumbuh) respirasi lebih tinggi dari jaringan yang sudah matang. Hal ini logis, karena respirasi
merupakan penghasil energy untuk pertumbuhan dan aktivitas dalam sel. Pada perkembangan buah
muda, laju respirasi tinggi. Kemudian berangsur menurun sesuai tingkat kematangannya. Namun
dalam banyak spesies (apel) menurunnya secara berangsur-angsur respirasi aerob, diikuti dengan
meningkatnya respirasi anaerob, yang disebut klimakterik. Klimakterik biasanya bertepatan dengan
masaknya dan timbulnya flavor (aroma) buah tersebut. Buah jenis ini dapat tahan lama setelah
dipetik. Beberapa buah seperti jeruk, anggur dan nenas tidak menunjukkan klimakterik. Sehingga jenis
buah ini tidak tahan disimpan.
Jaringan atau tumbuhan yang dipindahkan dari air ke larutan garam akan.menunjukkan kenaikan
respirasi. Respirasi di atas normal semacam ini disebut respirasi garam.
Daun yang digoyang - goyang menunjukkan kenaikan respirasi. Tetapi kalau ini dilakukan
berulang-ulang reaksinya menurun. Kanaikan respirasi ini mungkin disebabkan oleh efek pemompaan.
6) Luka
Terjadinya luka di suatu bagian tumbuhan menyebabkan respirasi di tempat tersebut naik, akibat
terbentuknya meristem luka yang menghasilkan kalus. Kenaikan respirasi ini mungkin dapat
disebabkan oleh semakin banyaknya osmosis dan difusi O2 yang masuk jaringan yang luka.