TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan YME, atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang bertemakan tentang Recovery Pada Gangguan Jiwa Dan
Support Sistem.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur
mata kuliah Keperawatan Jiwa 2 Tahun Akademik 2018 di Program Studi Ilmu Keperawatan,
STIKES dr Soebandi.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak luar sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada : Ibu Trisna Vitaliati, S.Kep., Ns.,
M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan di
STIKES dr Soebandi Jember.
Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran
dan kritik sangatlah penulis harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya. Penulis
harapkan semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memilki
nilai ilmu pengetahuan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna
yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu
atau lebih fungsi kehidupan manusia. (Keliat, 2011 )
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa
bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) dalam Yosep (2013) ,
ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan
setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah
gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat
serius.
Prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah medis disebut psikosis/skizofrenia
di daerah pedesaan ternyata lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Di daerah
pedesaan, proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu anggota rumah tangga
mengalami gangguan jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2 persen. Sementara
di daerah perkotaan, proporsinya hanya mencapai 10,7 persen. Nampaknya, hal ini
memberikan konfirmasi bahwa tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih
berat dibanding penduduk perkotaan. Dan mudah diduga, salah satu bentuk tekanan
hidup itu, meski tidak selalu adalah kesulitan ekonomi ( Riskesdas, 2013 ).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari Recovery pada pasien dengan gangguan jiwa.
2. Bagaimana peran perawat terhadap Recovery dan support siystem pada pasien
dengan gangguan jiwa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Recovery
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna
di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006
dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup,
bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al,
2008 dalam Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan
oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-
orang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima
dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang
merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat
dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi,
okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan
memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)
B. Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing
Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat
atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa
recovery memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus
pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi
dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada
hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup.
C. Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan
D. Terapi Generalis
1. Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam
menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dapat berjalan
sendiri dalam menangani masalah personal, social atau komponen lingkungan klien
atau respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan pendekatan
yang terintegrasi dan komperensif dalam merawat individudan gangguan jiwa.
Peran perawat dalam psikofarmakologi
a. Pengkajian Klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan pengkajian
dasar klien termasuk riwayat, kondisi fisik dan hasil laboratorium , evaluasi
kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan yang paling utama adalah riwayat
pengobatan untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum diberikan pengobatan.
b. Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen yang
komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien bersifat
individu dan merupakan gambaran dari rencana tritmen.
c. Pemberian Obat
Perawat bertugas menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis kebutuhan obat
serta kebutuhan klien, mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap
efek serta penanganan efek obat.
d. Monitor Efek Obat
Obat harus diberikan sesuai dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam
jumlah yang tepat sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang
adekuat pada klien.
e. Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi pada klien
dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap
kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan
dan menerimanya.
2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)
Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama kali
dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika diyakini
bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia, dan dianggap bahwa pemberian
kejang biasa menyembuhkan skizofrenia.
Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang
cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius dengan
memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien (Manked et
al,2010).
Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011).
Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk
mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011). Tingkat respon
terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat
respon terhadap obat antidepresan, sehingga terapi dianggap sebai antidepresan yang
paling efektif (Keltner dan Boschini,2009).
Peran perawat
Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan ECT.
Asuhan keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa
ECT merupakan pilihan program tritmen. Peran paling penting perawat adalah
memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan perasaan, termasuk
masalah yang terkait dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT.
Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke ruang tritmen,
baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan menggunakan kursi roda, didampingi
seorang perwat dan dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap
mendampingi klien selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada
klien.
3. Terapi Tindakan Pada Keluarga
Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan
keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan
pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga
mereka.
Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan
keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif,
dan rujukan untuk terapi dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkan dengan baik
untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam pengaturan klinis tradisional dan
nontradisional.
Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu
tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan mempromosikan
tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan
penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga.
4. Iktisas Terapi Kelompok
Peran Perawat
E. Terapi Spesialis
1. Guided Imagery
Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan
memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi untuk
mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta suasana hati (Stuart, 2013).
2. Music Intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan untuk
memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia, terapis musik bekerja di berbagai fasilitas dan perawatan kesehatan. Meskipun
terapis musik secara khusus dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara
terapi, ada banyak situasi di mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke
dalam rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014).
3. Humor
Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama antara
komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan humor terapi
sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan klien atau pasien, bukan
untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi atau hanya untuk kesenangan
"(Steven Sultanoff, 2012 dalam Lindquist, 2014).
4. Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional
dengan menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan, kontrol nafas dan
meditasi. Teknik pernapasan yang digunakn dalam yoga dapat berhubungan dengan
stimulasi saraf vagus dan menyeimbangkan sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat
ini dapat mengurangi agitasi dan aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih
meditasi (Stuart, 2013).
5. Biofeedback
Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis, seperti detak
jantung, hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau dengan tujuan
mengajarkan klien untuk secara sadar mengatur proses tersebut. EEG Biofeedback
dikenal juga sebagai neuroterapi/ neurofeedback adalah biofeedback tertentu yang
menstransmisikan sinyal electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi
tentang aktivitas neuron di korteks serebral. Melalui pengkondisian operan atau
belajar, klien diajarkan menggunakan informasi tentang otak untuk mengubah atau
meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013).
6. Meditation
Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien berfokus
pada pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari sensasi, pikiran dan
perasaan yang dialami saat ini yang bertujuan untuk memungkinkan diri mengamati
pengalaman membuat tujuan, tidak menghakimi, serta menerima cara dan
menemukan sifat yang lebih dalam dari pengalaman (Tusaie dan Edds, 2009 dalam
Stuart, 2013).
7. Prayer
Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara manusia dan
Tuhan, komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara kepada Tuhan (Lindquist,
2014). Banziger, Van Uden, dan Janssen (2008) mencatat bahwa orang dapat melihat
doa sebagai kerjasama dengan Tuhan di mana mereka berada dalam kontak dan
persekutuan dengan Tuhan. Doa dapat dilakukan secara individual, dalam suatu
kelompok, atau sebagai bagian dari iman atau komunitas agama (Lindquist, 2014).
Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai strategi koping.
Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker (2009) menyimpulkan bahwa
doa adalah strategi koping yang membantu untuk menengahi antara agama dan
kesejahteraan (Lindquist, 2014).
8. Journaling
Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif sering
digunakan secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada rekaman peristiwa dan
pertemuan, sedangkan journal berfungsi sebagai alat untuk merekam proses
kehidupan seseorang (Cortright 2008 dalam Lindquist, 2014). Peristiwa dan
pengalaman yang dicatat dalam jurnal berisi refleksi seseorang tentang peristiwa dan
makna pribadi yang pernah dialami mereka. Dalam penulisan jurnal, interaksi antara
sadar dan tidak sadar sering terjadi. Bentuk penulisan ekspresif seperti puisi, cerita,
dan pesan memo adalah metode individu dapat menggunakan untuk mengeksplorasi
perasaan batin dan pikiran (Lindquist, 2014).
9. Storytelling
Mendongeng/bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan bercerita
(Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar atau fiktif, dalam
bentuk prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik, menghibur, atau
menginstruksikan pendengar atau pembaca. Penggunaan cerita di layanan kesehatan,
penelitian kesehatan, dan pendidikan tidak terbatas. Perawat dapat menggunakan
cerita dalam beberapa situasi di masa hidup untuk berbagai tujuan. Cerita dapat
digunakan dalam terapi keluarga dan dapat membantu anggota dalam memasuki
makna dari masa lalu, sekarang, dan masa depan serta membantu pasien untuk
"membuat makna" dan penyembuhan (Roberts, 1994 dalam Lindquist, 2014).
10. Animal- Assisted Therapy
Terapi dengan bantuan hewan didefinisikan sebagai intervensi yang diarahkan
pada tujuan yang menggunakan ikatan manusia-hewan sebagai bagian integral dari
proses pengobatan (American Veterinary Medical Association, 2012). Meskipun
berbagai spesies hewan dan keturunan, seperti kucing, burung, kelinci, kuda, dan
lumba-lumba, yang terlibat dalam AAT, anjing memiliki persentase tertinggi dari
hewan yang digunakan untuk AAT (Hart, 2000).
Contoh tujuan kognitif termasuk peningkatan ekspresi verbal (melalui
interaksi normal dengan hewan) dan peningkatan memori jangka panjang (melalui
mengingat nama dan aktivitas hewan pada kunjungan terakhir). Tujuan sosial bisa
meliputi meningkatkan keterampilan sosial dan membangun hubungan dengan orang
lain melalui binatang. Hewan juga dapat membantu meningkatkan sosialisasi dengan
memfasilitasi diskusi piaraan di masa lalu. Disamping itu tujuan emosionalnya adalah
meningkatkan motivasi yang ditunjukkan oleh berpakaian atau berjalan melihat
hewan.
11. Massage
Perawat menggunakan pijat sebagai intervensi untuk menghilangkan stres
fisiologis dan psikologis dan mempromosikan relaksasi (Harris & Richards, 2010).
Dalam review dari 22 studi yang pijat telah digunakan, Richards, Gibson, dan
Overton-McCoy (2000) menemukan bahwa hasil yang paling sering dilaporkan
adalah pengurangan kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
terapi pijat juga bermanfaat bagi klien depresi. Mekanisme terapi ini adalah menekan
sumbu HPA dengan berkurangnya hormon stres dan meningkatkan aktivasi sistem
saraf parasimpatis sehingga menurunkan denyut nadi, relaksasi serta menurunkan
nyeri (Stuart, 2013).
Healing Touch (HT) adalah jenis terapi komplementer yang menggunakan sentuhan
lembut dan teknik untuk mempengaruhi komposisi energi berbasis sistem energi manusia
dalam tubuh (pusat energi) dan sekitarnya tubuh (bidang energi) mendukung kemampuan
alami tubuh untuk menyembuhkan (Healing Touch International, 2012) Program Healing
Touch, 2012). Berdasarkan pandangan holistik kesehatan dan penyakit, HT berfokus pada
menciptakan keseimbangan energi ke seluruh tubuh pada tingkat fisik, emosional, mental,
dan spiritual bukan pada bagian disfungsional tubuh. Melalui proses ini menyeimbangkan
sistem energi dan karena itu membuka energi penyumbatan, lingkungan dibuat yang
kondusif untuk penyembuhan diri.
Peran Perawat
Perawat dengan lisensi atau memiliki sertifikat HT menurut Umbreit (2000)
menjelaskan peran praktisi HT adalah melakukan observasi, penilaian, dan mengatur
kembali putaran energy dari medan energi pasien, yang terganggu ketika ada penyakit,
stres psikologis, dan rasa sakit. Praktisi dapat membantu mengatasi gangguan yang
disebabkan karena adanya penyumbatan, kebocoran, ketidakseimbangan, atau hambatan
energi. Tujuan dari praktisi HT adalah membuka penyumbatan ini, menutup kebocoran,
menyeimbangkan medan energi dan melepaskan hambatan yang ada.
20. Reiki
Kata Reiki terdiri dari dua kata, rei dan ki dalam bahasa Jepang. Rei biasanya
diterjemahkan secara luas, meskipun beberapa ahli manyatakan bahwa ia juga memiliki
konotasi yang lebih dalam, yaitu mengetahui kesadaran spiritual. Ki mengacu pada
kehidupan, kekuatan energi yang mengalir dalam tubuh semua makhluk hidup, yang
dikenal dibelahan dunia sebagai Chi, prana, atau mana. Ketika energi Ki tidak dibatasi,
ada kerentanan terhadap penyakit atau ketidakseimbangan pikiran, tubuh atau jiwa (Rand,
2000). Dalam bentuk gabungan, kata Reiki berarti gabungan rohani dan energi kekuatan
hidup atau energi kekuatan hidup secara menyeluruh.
Reiki tidak hanya teknik penyembuhan, tetapi filosofi hidup yang mencakup:
pikiran, tubuh, semangat persatuan dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Filosofi
ini tercermin dalam prinsip-prinsip Reiki untuk hidup: "Hanya untuk hari ini jangan
khawatir. Hanya untuk hari ini tidak marah. Hormatilah guru Anda, orang tua. Mencari
nafkah dengan jujur. Menunjukkan rasa terima kasih untuk semua hal" (Mills, 2001).
Peran Perawat
Perawat yang sudah tersertifikasi dapat berperan sebagai praktisi dan bertindak
sebagai penyalur energi bertujuan untuk penyembuhan, dimana penyembuhan disini
dimaksudkan dapat digunakan untuk diri sendiri atau orang lain. Sebuah studi oleh Shore
(2004) memberikan bukti bahwa Reiki dapat mengurangi gejala depresi setelah dilakukan
terapi selama 1 tahun. Terapi energi sentuhan sudah diakui dalam lingkup praktik
keperawatan dan dalam Intervensi Keperawatan, sebagai salah satu intervensi
keperawatan (Wardell & Engebretson, 2001).
21. Akupresur
Akupresur didefinisikan oleh Gach (1990) sebagai "seni penyembuhan kuno yang
menggunakan jari-jari untuk menekan titik-titik tertentu pada tubuh untuk merangsang
kemampuan penyembuhan tubuh secara mandiri"
Peran Perawat
Fokus perawatan dalam sistem ini adalah untuk mengembalikan keseimbangan
dalam tubuh. Untuk melakukannya, yin dan yang harus seimbang. aspek Yin berhubungan
dengan dingin, pasif, interioritas, dan menurun, aspek Yang berhubungan dengan
kehangatan, aktivitas, kekuatan eksternal, dan meningkat. Yin dan Yang selalu terhubung
antara satu sama lain (Kaptchuk, 1983).
Sebuah proses diagnostik digunakan untuk memilih titik-titik yang tepat untuk
merangsang, proses meliputi sejarah panjang, mengamati pasien, baik penampilan dan
sikap, mengamati bau pasien, memeriksa lidah, meraba perut dan titik pada tubuh, dan
meraba nadi di lokasi radial pada pergelangan tangan. Kemudian diagnosis dirumuskan
dan membuat rencana keperawatan, yang didapat dengan menggunakan berbagai teknik
kemudian diimplementasikan.
22. Reflexology
Reflexology adalah terapi alternatif komplementer yang digunakan secara global
untuk mengatur gejala dan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dalam refleksi, seluruh
tubuh telah dipetakan, baik di tangan dan di kaki dan dapat dimanipulasi secara langsung
menggunakan teknik pijat khusus. Daerah pada kaki lebih mudah dilakukan karena
mereka memiliki area yang lebih luas dan lebih spesifik, sehingga pada area tersebut lebih
mudah di lakukan dibandingkan pada area tangan.
Kunz dan Kunz (2003) menyatakan bahwa tekanan teknik merangsang daerah
refleks tertentu pada kaki dan tangan dengan maksud meningkatkan manfaat di bagian
lain dari tubuh. Literatur juga menunjukkan bahwa refleksologi berguna untuk mencapai
dan menjaga kesehatan, meningkatkan kesejahteraan, dan menghilangkan gejala penyakit
dan penyakit (Tiran, 2002).
Perawat sebagai terapis dapat melakukan tindakan terapi pijat refleksi yang
tujuannya untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan
relaksasi dan mengurangi stres. Di Inggris, telah dilakukan penelitian di mana 34 pasien
kanker di bawah perawatan paliatif diminta untuk memberikan komentar tentang terapi
pijat refleksi yang telah mereka menerima (Gambles et al., 2002). Mereka berkomentar
tentang refleksologi sebagai terapi yang bermanfaat dalam mengurangi kecemasan dan
ketegangan, memperbaiki tidur, dan mengatasi efek samping dari obat-obatan
Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The top ten
concerns about recovery encountered in mental health system transformation.
Psychiatric Services, 57(5), 640-5.
Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K. T., & Torrey,
W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in routine mental health service
settings. Psychiatric Services, 52, 179-182.
WHO. (2001). The World Health Report: 2001 mental health : new undestanding, new hope