Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah hakikat pembelajaran ke;as rangkap ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
Sampul …………………………………………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakang …………………………………………………………………………
C. Tujuan ………………………………………………………………………………...
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………..
B. Saran ……………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau, tak
dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan perbedaan. Begitu juga
dalam sistem pendidikan kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD, sistem pendidikan kita
belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru wilayah di tanah air.
Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana, termasuk di Papua
masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang.
Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-
kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah terutama di
daerah yang terpencil. Akibatnya kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya
perbedaan ini.
Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab
terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar mungkin hal ini dikarenakan kita belum
menemukan teknik yang tepat untuk melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Dalam
pembahasan ini, Anda akan kami ajak untuk memahami hakikat PKR, oleh karena itu Anda
tidak lagi mempunyai anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk
diatasi. Namun justru sebaliknya pada diri Anda akan mendapatkan pemahaman bahwa PKR
adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus Anda hadapi sebagai tugas guru SD.
Disamping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru,
tetapi PKR juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar
dikelas rangkap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yakni :
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran kelas rangkap (PKR)?
2. Mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan (PKR) ?
3. Apa tujuan, fungsi, dan manfaat PKR ?
4. Prinsip apakah yang mendasari PKR?
5. Bagaimana gambaran PKR yang ideal ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan hakikat kelas rangkap (PKR).
2. Mengetahui perlunya pembelajaran kelas rangkap (PKR).
3. Menjelaskan tujuan, fungsi, dan manfaat PKR.
4. Menjelaskan prinsip-prinsip yang mendasari PKR.
5. Menjelaskan gambaran PKR yang ideal.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Alasan Demografis
Mengajar murid dengan jumlah yang kecil, atau murid yang tinggal di pemukiman yang
jarang penduduknya, maka PKR merupakan pendekatan yang tepat dan praktis.
3. Kekurangan Guru
Meskipun jumlah guru secara keseluruhan bisa dikatakan cukup, namun pada
kenyataannya masih ada keluhan kekurangan guru, terutama di daerah-daerah terpencil.
Apalagi bila secara geografis daerah tersebut sulit dijangkau, maka akan membuat guru takut
ditugaskan didaerah itu. Rendahnya minat guru untuk mengadu nasib didaerah terpencil, juga
di sebabkan beberapa faktor. Misalnya mahalnya harga keperluan sehari-hari, sulitnya alat
transportasi, gaji yang lambat, bahkan terbatas peluang untuk mendapatkan pengembangan
karirnya. Oleh karena itu untuk menjadi guru di daerah seperti itu perlu adanya keikhlasan
dan penuh sukacita, dan kesiapan mental dari guru tersebut.
5. Kehadiran Guru
Ketidakhadiran guru, bukan saja di alami oleh sekolah di daerah terpencil, di kota besar
pun juga mengalaminya. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat kehadiran
guru untuk melaksanakan tugasnya. Guru yang tidak kena musibah harus mengajar kelas
yang tidak ada gurunya. Belum lagi alasan lain misalnya sakit, cuti, atau ada kegiatan
berkaitan meningkatkan professional dan kualifikasi guru.
Katz (1992), menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya karena alasan-
alasan letak gegorafis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari
itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitasi yang tinggi bagi
perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dia mengembangkan tiga jenis kelas
rangkap dalam rangka pembelajaran; 1) Combined grades, 2) continuous progress, 3) mixed
age/multiage grouping.
a. Model pertama Combine grades : atau juga dikatakan sebagai combined classess, dimana
dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi
beberapa bagian sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua
tingkatan. Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan
pemahaman lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-
kelompok umur yang berbeda.
b. Model kedua Continuous progrees : model ini berupa kelompok anak dengan pencapaian
kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan
tingkat perkembangan anak, dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus
berkelanjutan dalam mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya
adalah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan
perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar bersama.
c. Model ketiga mixed age/multiage grouping : dimana proses pembelajaran dan praktek
kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam
umur. Dalam model ini grup dibuat secara fleksibel atau proses re gruping anak dibuat dalam
kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih
dari satu tahun. Alasan dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini multiage
grouping ini adalah:
· Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tanpa rasa takut dan salah.
· Siswa disediakan kegiatan dengan berbagai jenis.
· Dengan model ini memungkinkan anak dapat belajar tentang aspek sosial, pemahaman
tentang diri dan orang lain, kepercayaan diri dan konsep diri, partisipasi anak dalam
kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan hubungan sosial dan pertemanan.
· Tidak ada titik signifikansi antara kelompok umur.
A. Kesimpulan
Perangkapan kelas masih banyak dijumpai di Indonesia, khususnya akibat kekurangan
guru. Namun demikian, perangkapan kelas bukan saja dialami oleh Negara yang sedang
berkembang saja. Di Negara majupun, seperti di Amerika Serikat, Australia, Inggris dan
sebagainya. Jadi pembelajaran kelas rangkap (PKR) dianggap suatu hal yang wajar
saja. Ada sejumlah alasan-alasan selain kekurangan guru, mengapa PKR terjadi antara lain
karena faktor geografis, demografis, dan terbatasnya ruang kelas.
Disamping itu, ada sejumlah alasan lain, yaitu alasan yang lebih memusatkan pada
keuntungan dari pada kerugiannya. Antara lain, jika dilihat dari aspek pedagogis, PKR lebih
mendorong kemandirian murid. Dari aspek ekonomis, PKR lebih efisien. Dengan PKR
pemerintah dapat mendirikan sekolah-sekolah kecil dimana-mana, sehingga setiap anak
Indonesia berkesempatan untuk lulus dari SD.
Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran
secara umun. Namun secara khusus PKR mempunyai prinsip-prinsip yang harus dikuasai
oleh guru PKR. Prinsip itu adalah : 1) keserempakan kegiatan belajar-mengajar, 2) kadar
tinggi waktu keaktifan akademik (WKA), 3) Kontak psikologis guru dan murid yang
berkelanjutan, 4) pemanfaatan sumber secara efisien, dan 5) kebiasaan untuk mandiri.
B. Saran
Setelah kita membahas pembelajaran kelas rangkap guru diharapkan memahami konsep
dan dapat melaksanakan pembelajaran kelas rangkap sesuai dengan kondisi tertentu yang
menuntut guru melaksanakan pembelajaran kelas rangkap. Dengan diadakannya
pembelajaran kelas rangkap proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dengan
kekurangan yang ada.