Anda di halaman 1dari 9

Bab 1

Manifestasi klinik

 Gejala asma paling umum adalah batuk (dengan atau tanpa disertai produksi mukus),
dispnea, dan mengi ( pertama-tama pada ekspirasi, kemudian bisa juga terjadi selama
inspirasi).
 Serangan asma paling sering terjadi pada malam hari atau pagi hari.
 Eksaserbasi asma sering kali didahului oleh peningkatan gejala selama berhari-hari,
namun dapat pula terjadi secara mendadak.
 Sesak dada dan dispnea
 Diperlukan usaha untuk melakukan espirasi dan espirasi memanjang.
 Seiring proses eksaserbasi, sianosis sentral sekunder akibat hipoksia berat dapat terjadi.
 Gejala tambahan, seperti diaforesis, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi mungkin
dijumpai pada pasien asma.
 Asma yang dsebabkan oleh latihan fisik : gejala maksimal selama menjalani latihan fisik,
tidak terdapat gejala pada malam hari, dan terkadang hanya muncul gambaran sensasi
seperti ‘’tercekik’’ selama menjalani latihan fisik
 Reaksi yang parah dan berlangsung terus-menerus, yakni status asmatikus, bisa saja
terjadi. Kondisi ini dapat mengancam kehidupan.
 Eksema, ruam, dan edema temporer merupakan reaksi alergi yang biasanya menyertai
sama. (Bedah, 2013)

Penatalaksanaan medis
Terapi farmakologis
Terdapat 2 golongan medikasi-medikasi kerja cepat dan control kerja lambat maupun produk
kombinasi.
 Agonis agrenergik-beta2 kerja-pendek.
 Antikolinergik.
 Kortikosteroid: inhaler dosis-terukur (MDI).
 Inhibitor pemodifikasi leukotrien/antileukotrien.
 Metilxatin.
Penatalaksanaan keperawatan
penatalaksanaan keperawatan yang harus segera dilakukan pada pasien bergantung pada tingkat
keparahan gejala. Pasien dan kelurga kerap merasa takut dan cemas karena sesak napas yang
dialami pasien. Oleh sebab itu, pendekatan yang tenang merupakan aspek yang penting didalam
asuhan.
 Kaji status espirasi pasien dengan memonitor tingkat keparahan gejala, suara napas, peak
flow, oksimetri nadi, dan tanda-tanda fital.
 Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat sebelum memberikan medikasi.
 Identifikasi medikasi yang digunakan pada pasien.
 Berikan medikasi sesuai yang diresepkan dan monitor respon pasien terhadap medikasi
tersebut medikasi munhkin mencakup antibiotik jika pasien telah lebih dulu mengalami
infeksi pernapasan.
 Berikan terapi cairan jika pasien mengalmi dehidrasi
 Bantu prosedur intubasi, jika diperlukan.
Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas
Meningkatkan pasien tentang perawatan diri
 Berikan informesi kepada pasien dan keluarga mengenai asma(inflamasi kronis), tujuan
dan kerja obat, faktor pencetus yang harus di hindari dan cara menghindarinya dan teknik
inhalasi yang tepat.
 Intruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor peak-flow.
 Ajarkan kepada pasien cara melaksanakan rencana tindakan dan bagaimana serta kapan
mereka oerlu mencari pertolongan.
 Berikan materi edukasi terkini untuk pasien, didasarkan pada diagnosis pasien, faktor
kausatif, tingkat pendidkan dan latar belakang budaya.
Melanjutkan asuhah
 Tekankan pentingnya kepatuahan terhadap terapi yang telah diprogramkan, tindakan
preventif, dan perlunya tindak lanjut.
 Rujuk pasien ke home bealth nurse jika diindikasikan.
 Kunjungan rumah untuk mengkaji alergi, mungkin diindikasikan(untuk pasien dengan
eksaserbasi berulang)
 Anjurkan pasien untuk bergabung dengan komunitas pendukung.
 Ingatkan paseien dan keluarga mengenai pentingnya strategi promosi kesehatan dan
skrining kesehatan yang direkomendasikan. (Bedah, 2013)
BAB II

A. PENGKAJIAN

a. Identitas diri klien:

 Nama: Tn. M
 Jenis Kelamin: laki-laki
 Umur: 21
 Tempat / tangal lahir: Tamalanrea, 21-03-2017
 Alamat: Tamalanrea, jln. Perintis Kemerdekaan IV
 Pekerjaan: Mahasiswa

b. Riwayat kesehatan

1. Kesehatan kesehatan
 Keadaan pernapasan <napas>
 Nyeri dada
 Batuk
 Sputum
2. Kesehatan dahulu
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan.
3. Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema. Asama, alergi dan Tb.

c. Gejala yang berkaitan dengan gejala utama, misalnya :

 Demam
 Menggigil
 Lemah
 Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan TB
d. Status perkembangan, misalnya :
 Ibu yang melahirkan bayi prematur perlu ditanyakan apakah sewaktu hamil
mempunyai masalah-masalah resiko dan apakah usia kehamilan cukup.
 Pada usia lanjut perlu ditsnya apakah ada perubahan pola pernapasan, cepat lelah
sewaktu naik tangga, sulit bernapas sewaktu berbaring atau apakah bila flu
sembuhnya lama.
e. Data pola pemeliharaan kesehatan, misalnya :
 Tentang pekerjaan
 Obat yang tersedia dirumah
 Pola tidur istirahat dan stress
f. Pola keterlambatan atau pola peranan-kekerabatan misalnya :
 Adakah pengaruh dari gangguan / penyakitnya terhadap dirinya dan keluarganya,
serta
 Apakah gangguan mempunyai pengaruh terhadap peran sebagai istri / suami dan
dalam melakukan hubungan seks
g. Pola aktivitas / istirahat
 Gejala
 Kelelahan umum dan kelemahan
 Napas pendek karena kerja
 Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil atau berkeringat,
mimpi buruk
 Tanda :
 Takikardia, takipnea / dispnea pada kerja
 Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
h. Pola integritas ego
 Gejala
 Adanya/faktor stress lama
 Masalah keuangan, rumah
 Perasaan tidak berdaya/tidak harapan
 Populasi budaya/etnik
 Tanda:
 Menyangkal (khusus tahap dini)
 Ansietas, ketakutan, mudah terangsang
I. Makanan/cairan

 Gejala
 Kehilangan nafsu makan tidak mencerna penurunn berat badan
 Tanda
 Turgor kulit, buruk, kering/kulit bersisik
 Kehilangan otot/hilang subkutan

J. Nyeri/kenyamanan

 Gejala
 Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
 tanda
 Periksa dikstraksi, gelisah

K. Pernapasan

 Gejala
 Batuk produtif atau tidak produktif
 Nafas pendek
 Riwayat TB,terpajang pada individu terinfeksi
 Tanda
 Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas / fibrosis parenkim paru dan
pleura)
 Perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi nafas menurun,tidak ada secara
bilateral/unilateral. Bunyi nafas tubulas dan/bisikan pekolar diatas leci luas.
Krekles tercatat diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
(krekles pustusik).
 Karakteristik sputumadala hijau/purulen, mukiod kuning/bercak darah
 Devisiasi trkeas (penyebaran bronkogenik)
 Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental
I. Keamanan

 Gejala
 Adanya kondisi penekanan imun, contohnya AIDS, kanker
 Tanda
 Demam rendah atau sakit panas akut

m. Interaksisosial

 Gejala ;
 Peraasan isolasi / penolakan penyakit menular
 Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
n. Penyuluhan dan pembelajaran
 Gejala :
 Riwayat keluarga TB
 Ketidakmanpuan umum / status kesehatan buruk
 Gagal untuk membaik / kambuhnya TB

o. Pertimbangan penunjang :

 DRG menunjukan kereta lama di rawat adalah 6,6 hari

p. Rencana pemulangan :

 Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat dan bantuan


perawatan diri dan pemilihan, perawatan rumah.

q. Pemeriksaan penunjang :

 Rotgen dada
 Usap basil tahan asam BTA
 Kultursputum
 Tes kulit tuberkuum. (Ns. Andra Saferi Wijaya, S.kep dan Ns. Yessie
Mariza Putri, S.kep, 2013)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan nafas b/d bronkospasme, penurunan produksi sekret, sekresi tertahan,
sekresi kentel, penurunan energi, kelemahan.
b. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2, kerusakan alveoli
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnea, kelemahan, produksi sputum,
anoreksia, mual/muntah.
d. Resti infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya
sekret). (bedah, 2013)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Managemen jalan nafas

Definisi : fasilitasi kepatenan jalan nafas

Aktivitas-aktivitas :

1. buka jalan nafas dengan chin lift atau jau thrust sebagaimana mestinya

2. posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. indentifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan nafas

4. masukkan alat nasopharyngeal airway (NPA) atau oropharyngeal airway (OPA) sebagaimana
mestinya

5. lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya

6. buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir.

7. motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar dan batuk

8. gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernapas dalam kepada anak-anak
(misal ; meniup gelembung, meniup kincir, peluit, hoarmonika, balon, meniup layaknya pesta :
buat lomba meniup dengan bola ping pong, meniup bulu)
9. instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif

10. bantu dengan dorongan spirometer, sebagaimana mestinya.

11. auskulatasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara
tambahan

12. lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea sebagaimana mestinya.

13. kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya.

14. ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai resep, sebagaimana mestinya

15. kelola pengobatan aerosal, sebagaimana mestinya

16. kelola nebulizer ultrasonik, sebagaimana msetinya

17. kelola udara atau oksigen yang dilembabkan, sebagaimana mestinya.

18. ambil benda asing dengan forsep McGill, sebagaimana mestinya.

19. regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan.

20. posisikan untuk meringankan sesak nafas.

21. monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai