Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

MATA KULIAH AUDITING II

Disusun oleh:

1. Estri Mufridatul Hikmah ( C1C015072 )


2. Warkini ( C1C015087 )
3. Anggin Puspa Faradina ( C1C015088 )
4. Desti Nur Afifah ( C1C015115 )
5. Ayu Cahya Nurani ( C1C015122 )

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PURWOKERTO
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah auditing ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Purwokerto, 02 Maret 2018

Penulis

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
A. Deskripsi Utang Usaha............................................................................................ 3
B. Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Karakteristik Aktiva Lancar ......... 4
C. Perbedaan Pengujian Substantif Terhadap Utang Lancar dengan Pengujian
Substantif terhadap Aktiva Lancar .................................................................................. 5
D. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang Lancar di Neraca ... 5
E. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha ............................................. 6
F. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Utang Usaha............ 6
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha
(Tahap I) .................................................................................................................... 7
2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Resiko Inheren (Tahap I) . 8
3. Menilai Resiko Pengendalian dan Merancang Serta Melaksanakan
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Sustantif atas Transaksi (Tahap I dan
II) 8
4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III) .................... 9
5. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Utang Usaha
(Tahap III) ................................................................................................................. 9
G. Ukuran Sampel...................................................................................................... 15
H. Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha ......................................... 19
I. Prosedur Audit Awal............................................................................................. 19
J. Prosedur Analitik .................................................................................................. 22
K. Pengujian terhadap Transaksi Rinci ...................................................................... 22
L. Pengujian terhadap Saldo ...................................................................................... 31
M. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan ........................................................... 32
KASUS ............................................................................................................................. 37

ii
PENUTUP ........................................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik aktiva lancar, hal ini berdampak terhadap pengujian substantif
terhadap hutang lancar. Pengujian substantif terhadap utang usaha ditujukan
untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha
dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transasksi yang dicatat
dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan
di neraca, membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca,
membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca.
Sebagai bagian dari isi laporan keuangan, keandalan akun utang usaha
merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh laporan keuangan, karena hal
tersebut akan memberikan dampak pada keandalan laporan keuangan yang
dihasilkan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu alat vital
yang digunakan oleh perusahaan untuk menarik dana dari investor guna
membiayai kegiatan operasi perusahaan, sehingga keandalan laporan
keuangan adalah suatu hal yang mutlak yang harus dipastikan oleh
perusahaan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud
untuk menyajikan tulisan mengenai audit terhadap siklus pengeluaran:
pengujian substantif terhadap saldo utang usaha untuk mengetahui
bagaimana pengujian subsatantif terhadap utang usaha dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan utang usaha?

1
2. Apa perbedaan karakteristik utang lancar dengan karakteristik aktiva
lancar?
3. Apa perbedaan pengujian substantif terhadap utang lancar dengan
pengujian substantif terhadap aktiva lancar?
4. Apa saja prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian utang
lancar di neraca?
5. Apa tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha?
6. Apa saja program pengujian substantif terhadap utang usaha?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian utang usaha


2. Mengetahui perbedaan karakteristik utang lancar dengan karakteristik
aktiva lancar
3. Mengetahui perbedaan pengujian substantif terhadap utang lancar
dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar
4. Mengetahui prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian utang
lancar di neraca
5. Mengetahui tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha
6. Mengetahui program pengujian substantif terhadap utang usaha

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Utang Usaha


Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi
semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu
tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal
perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam
aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain. Utang
lancar dikelompokkan menjadi 6 kelompok berikut:
1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan
bahan penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory
supplies). Utang usaha dapat digolongkan lebih lanjut menjadi dua
golongan: (1) utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai
bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut
dengan utang usaha atau account payable) dan (2) utang yang disertai
dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel notes payable).
2. Uang jaminan masuk dari pelanggan
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accured payable)
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan ditunjuk
sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak Penghasilan Karyawan (PPh
Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
a. Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
b. Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk
produk perusahaan yang dijual dengan garansi
c. Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang
misalnya utang sewa pendapatan yang diterima di muka, utang yang
jumlahnya dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.

3
6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek
seperti utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang
yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan, dan utang dividen.

B. Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Karakteristik Aktiva


Lancar
1. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk
menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya.
Kecenderungan ini seringkali didorong oleh motif untuk memberikan
gambaran modal kerja yang lebih baik, sehingga kelihatannya,
perusahaan memiliki likuiditas yang baik. Gambaran modal kerja yang
lebih baik ini juga dapat ditempuh dengan cara menurunkan jumlah
utang lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat utang lancar
sehingga terdapat utang yang tidak dicatat pada tanggal neraca
(unrecorded liabilities).
2. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilaian
unsur-unsur aktiva lancar per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada
nilai kursnya pada tanggal neraca, jika kas tersebut berupa valuta asing,
piutang harus disajikan pada nilai bersih yang dapat ditagih pada tanggal
neraca, sediaan harus dihitung kuantitas, ditentukan kualitas, dan
kondisinya untuk dapat disajikan pada nilai bersih yang dapat
direalisasikan pada tanggal neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang
lancar, klien tidak menghadapi masalah penentuan nilai utang lancar
tersebut pada tanggal neraca. Apa yang menjadi kewajiban perusahaan
pada tanggal neraca tidak perlu ditentukan nilainya. Klien mengahadapi
faktadi dalam menyajikan utang lancar.

4
C. Perbedaan Pengujian Substantif Terhadap Utang Lancar dengan
Pengujian Substantif terhadap Aktiva Lancar
Karakteristik yang berbeda antara utang lancar denagn karakteristik aktiva
lancar tersebut berpengaruh terhadap pengujian substantif terhadap kedua
objek audit tersebut. Perbedaan pengujian substantif terhadap utang lancar
dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar adalah sebagai berikut.
1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan
adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang
seharusnya (understatement utang lancar), sedangkan pengujian
substantif terhadap aktiva lancar ditujukan untuk menemukan adanya
penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya
(overstatement aktiva lancar).
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi
masalah penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat
direalisasikan) yang dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai aktiva
lancar ini menyangkut penaksiran apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Di lain pihak, dalam pengujian substantif terhadap utang
lancar, auditor menhadapi fakta, menghadapi data historis mengenai
kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu, yang dalam jangka
pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif terhadap
utang lancar memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila
dibandingkan dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar.

D. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang Lancar


di Neraca
1. Setiap jenis utang lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya
material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan
perusahaan harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang
independen.

5
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus
diungkapkan dalam laporan keuangan
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah
neto
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

E. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha


Tujuan Audit terhadap uatang usaha :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi
dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca.

F. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo


Utang Usaha
Karena semua transaksi dalam siklus akuisis dan pembayaran umumnya mengalir
melalui utang usaha, akun ini penting bagi setiap audit atas siklus akuisisi
pembayaran.

Mengidentifikasi resiko bisnis yang Tahap I


mempengaruhi utang usaha

Menetapkan materialitas kinerja Tahap I


dan menilai resiko inheren untuk
utang usaha

Menilai resiko pengendalian untuk Tahap I


siklus akuisis pembayaran

6
Merancang dan melaksanakan
pengujian pengendalian dan Tahap II
substantif atas transaksi untuk
siklus akuisis atau pembayaran

Merancang dan melaksanakan Tahap III


prosedur analitis untuk utang usaha

Merancang pengujian atas rincian Prosedur audit


saldo utang usaha untuk memenuhi Ukuran sampel Tahap III
tujuan audit yang berkaitan dengan Item yang akan
saldo dipilih
Penetapan waktu

Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga.
Kewajiban akan dianggap sebagai utang usaha hanya jika total jumlah kewajiban
itu diketahui dan terutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencangkup
pembayaran bunga, hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang kontrak,
utang hipotik, atau utang obligasi.

Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantif terkait menunjukkan bahwa


pengendalian telah beroperasi secara efektif dan jika hasil prosedur analitis
memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi pengujian atas rincian saldo utang
usaha. Akan tetapi, karena utang usaha cenderung material bagi sebagian besar
perusahaan, auditor hampir selalu melaksanakan sejumlah pengujian atas dasar
rincian saldo.

1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha


(Tahap I)
Fokus terkini yang diberikan oleh banyak perushaan pada perbaikan aktivitas
manajemen rantai suplainya telah menimbulkan banyak perubahan dalam
perancangan sistem yang digunakan untuk mengawali serta mencatat aktivitas
akuisisi dan pembayaran. Usaha untuk merampingkan proses pembelian barang dan
jasa, termasuk penekanan yang lebih besar pada pembelian persediaan just-in-time,
pembagian informasi yang meningkat dengan pemasok, dan penggunaan teknologi
serta e-commerce untuk melakukan transaksi bisnis, telah mengubah semua aspek

7
siklus akuisisi dan pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan dan sistem
tersebut dapat menjadi lebih kompleks. Resiki bisnis klien dapat berasal dari
perubahan tersebut.

2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Resiko Inheren (Tahap I)


Sejumlah transaksi dapat mempengaruhi utang usaha. Saldo dalam utang usaha
seringkali berjumlah besar dan terdiri dari sejumlah besar saldo vendor serta relatif
mahal untuk mengaudit akun tersebut. Karena alasan tersebut, auditor umumnya
menetapkan materialitas kinerja yang relatif tinggi untuk utang usaha. Untuk alasan
yang sama pula, auditor sering kali menilai resiko inheren sebagai sedang atau
tinggi. Mereka terutama peduli dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi menimbulkan kurang saji saldo
akun.

3. Menilai Resiko Pengendalian dan Merancang Serta Melaksanakan Pengujian


Pengendalian dan Pengujian Sustantif atas Transaksi (Tahap I dan II)
Pengujian substantif auditor akhirnya bergantung pada keefektifan relatif
pengendalian internal yang berhubungan dengan utang usaha. Karena itu, auditor
harus memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana pengendalian
tersebut berhubungan dengan utang usaha. Pengaruh pengendalian internal klien
terhadap pengujian utang usaha dapat diilustrasikan dengan contoh berikut:

Asumsi bahwa laporan penerimaan tidak digunakan, klien menunda pencatatan


akuisisi hingga pengeluaran kas dilakukan, dan karena lemahnya posisi kas, tagihan
sering kali dibayar beberapa bulan setelah tanggal jatuh temponya. Ketika auditor
menghadapi situasi semacam itu, kemungkinan besar akan ada kurang saji utang
usaha, karena itu diperlukan pengujian atas rincian saldo utang usaha yang ekstensif
untuk menentukan apakah utang usaha telah dinyatakan dengan benar pada tanggal
neraca.

Setelah menilai risiko pengendalian, auditor merancang dan melaksanakan


pengujian oengendalian serta pengujian sustantif atas transaksi akuisisi dan
pengeluaran kas.

8
4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Penggunaan prosedur analitis merupakan hal yang penting dalam siklus akuisisi dan
pembayaran seperti pada setiap siklus lainnya, terutama untuk mengungkapkan
salah saji utang usaha. Prosedur analitis untuk akun neraca serta laporan laba rugi
dalam siklus akuisis dan pembayaran, yang berguna untuk mengungkapkan bidang
di mana penyelidikan tambahan memang diperlukan.

Auditor harus membandingkan total beban tahun berjalan denga tahun sebelumnya
untuk mengungkapkan salah saji utang usaha serta akun beban. Karena akuntansi
double-entry, salah saji akun beban biasanya juga menimbulkan salah saji yang
sama pada utang usaha.

5. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Utang Usaha


(Tahap III)
Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah menentukan apakah saldo
utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secara layak. Terdapat
perbedaan penekanan yang penting dalam audit atas kewajiban dan aset. Ketika
memverifikasi aset, auditor menekankan lebih saji melalui verifikasi dengan
konfirmasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan dokumen pendukung. Auditor tidak
boleh mengabaikan kemungkianan aset mengalami kurang saji tetapi harus lebih
memperhatikan lebih saji. Pendekatan yang berlawanan ini diambil ketika
memverifikasi saldo kewajiban; yaitu fokus utamnaya dalah pada kewajiban yang
kurang saji atau dihilangkan.

Perbedaan pendekatan kewajiban ketika mengaudit aset dan kewajiban dihasilkan


secara langsung dari kewajiban hukum akuntan publik. Jika investor ekuitas,
kreditor, dan pemakai lainnya menentukan setelah diterbitkannya laporan keuangan
yang telah diaudit bahwa ekuitas pemilik dilebihsajikan secara material, tuntutan
hukum terhadap kantor akuntan publik mungkin akan terjadi. karena lebih saji
ekuitas pemilik dapat terjadi baik dari lebih saji aset atau kurang saji kewajiban,
merupakan hal yang alami bagi akuntan publik untuk menekankan kedua jenis salah
saji tersebut. Auditor tidak boleh mengabaikan kemungkinan bahwa aset akan

9
mengalami kurang saji dan kewajiban mengalami lebih saji, dan harus merancang,
pengujian demi mendeteksi kurang saji laba serta ekuitas pemilik yang material,
termasuk yang berasal dari lebih saji utang usaha yang material.

Tujuan audit yang Prosedur pengujian atas Komentar


berkaitan dengan saldo rincian saldo yang umum
Utang usaha dalam - Menambahkan kembali - Semua halaman tidak
daftar utang usaha sama atau menggunakan perlu difooting jika
dengan file induk terkait, komputer untuk dilakukan secara manual.
dan totalnya menjumlahkan total dari - Kecuali
ditambahkan dengan daftar utang usaha. pengendaliannya lemah,
benar serta sama dengan - Menelusudir total penelusuran ke file induk
buku besar umum (detail kedalam buku besar harus dibatasi.
tie-in) umum.
- Menelusuri setiap
faktur vendor ke file
induk menyangkut nama
dan jumlah.
Utang usaha dalam - Menelusuri dari daftar - Pada umumnya
daftar utang usaha utang usaha ke faktur dan menerima sedikit
memang ada (eksistensi) laporan vendor. perhaitan karena
- Mengkonfirmasi utang perhatian utama tertuju
usaha, dengan pada kurang saji.
menekankan jumlah
yang besar dan tidak
biasa.
Utang usaha yang ada - Melaksanakan - Ini merupakan
telah dicantumkan dalam pengujian kewajiban pengujian audit yang
daftar utang usaha setelah periode. penting untuk utang
(kelengkapan) usaha.

10
Utang usaha dalam - Melaksanakan prosedur - Pada umunya,
daftar utang usaha sudah yang sama seperti yang penekanan pada prosedur
akurat (keakuratan) digunakan untuk tujuan ini untuk keakuratan
eksistensi dan pengujian merupakan kurang saji
kewajiban setelah dan bukan penghapusan.
periode.
Utang usaha dalam - Mereview daftar dan - Pengetahuan mengenai
daftar utang usaha file induk untuk pihak bisnis klien merupakan
diklasifikasikan dengan terkait, wesel atau hal yang penting bagi
benar (klasifikasi) kewajiban berbunga pengujian ini.
lainnya, utang jangka
panjang, dan saldo debet.
Utang usaha dalam - Melaksanakan - Ini merupakan
siklus akuisis dan pengujian kewajiban pengujian audit yang
pembayaran dicatat pada setelah periode. penting untuk utang
periode yang tepat (pisah - Melaksanakan usaha. Disebut pengujian
batas) pengujian yang terinci pisah batas.
sebagai bagian dari
pengamatan fisik
persediaan.
- Menguji persediaan
dalam perjalanan.
Perusahaan memiliki - Memeriksa laporan - Biasanya tidak begitu
kewajiban untuk vendor dan diperhatikan dalam audit
membayar kewajiban mengkonfirmasi utang atas utang usaha karena
yang tercakup dalam usaha. semua utang usaha
utang usaha (kewajiban) merupakan kewajiban.

Prosedur audit aktual yang digunakan auditor sangat bervariasi tergantung pada sifat
entitas, materialitas utang usaha, sifat dan efektivitas pengendalian internal, serta risiko
inheren. Ketika melaksanakan pengujian atas rincian saldo utang usaha dan akun

11
kewajiban lainnya, auditor dapat mengumpulkan bukti mengenai empat tujuan
penyajian dan pengungkapan, terutama ketika melaksanakan pengujian tujuan
kelengkapan.

Pengujian Kewajiban Setelah Periode (out-of-period liabilities test)

Pengujian ini adalah hal yang penting karena menekanankan pada kurang saji dalam
akun kewajiban. Luas pengujian untuk mengungkapkan utang usaha yang belum
tercatat atau pencarian utang usaha yang belum tercatat,sangat begantung pada
penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo akun yang potensial.

Memeriksa Dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya

Auditor memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah


tanggal neraca guna menentukan apakah pengeluaran kas dilakukan untuk
kewajiban periode berjalan. Jika memang untuk kewajiban periode berjalan, auditor
harus menelusuri ke neraca saldo utang usaha untuk memastikan bahwa
pembayaran tersebut telah dilakukan. Laporan penerimaan dan faktur vendor
merupakan dokumen yang berguna untuk menunjukan tanggal persediaan diterima
dan jasa diterima.

Memeriksa Dokumentasi yang mendasari tagihan yang belum dibayar


beberapa minggu setelah akhir tahun

Auditor melakukan prosedur ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya dan
untuk tujuan yang sama. Prosedur ini berbeda karena dilakukan untuk kewajiban
yang belum dibayar mendekati akhir audit dan bukan untuk kewajiban yang telah
dibayar.

Menelusuri Laporan Penerimaan yang dikeluarkan sebelum akhir tahun ke


faktur vendor terkait

Semua barang dagang yang diterima sebelum akhir tahun periode akuntansi harus
dicantumkan sebagai utang usaha. Dengan menelusuri laporan penerimaan yang

12
diterbitkan hingga akhir tahun ke faktur vendor dan memastikan bahwa laporan itu
telah dimasukan dalam utang usaha, auditor menguji kewajiban yang belum dicatat.

Menelusuri Laporan Vendor yang menunjukan saldo yang jatuh tempo ke


neraca saldo utang usaha

Jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat menelusuri setiap laporan
yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca ke listing untuk
memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan sebagai utang usaha.

Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis

Auditor kadang-kadang melakukan konfirmasi ini guna menguji vendor yang di


hapus dari daftar utang usaha, transaksi yang di hilangkan, dan saldo akun yang
salah saji.

Pengujian pisah batas (cutoff test)

Dilakukan untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat beberapa hari sebelum
dan setelah tanggal neraca dicantumkan pada periode yang benar. Lima pengujian
audit kewajiban setelah periode yang baru saja kita bahas semuanya merupakan
pengujian pisah batas untuk akuisisi, tetapi menekankan pada kurang saji. Untuk
menguji jumlah pisah batas lebih saji, auditor harus menelusuri laporan penerimaan
yang yang dikeluarkan setalah akhir tahun ke faktur terkait guna memstikan bahwa
hal itu tidak dicatat sebagai utang usaha .

Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan

Dalam menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar, sangatlah
penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan dengan observasi fisik
persediaan. Informasi pisah batas untuk akuisisi harus diperoleh selama observasi
fisik persediaan. Pada saat tersebut, auditor harus mereview prosedur dalam
departemen penerimaan untukmentukan bahwa semua persediaan yang diterima
telah dihitung dan auditor harus mencatat pada dokumentasi audit nomor laporan

13
penerimaan terakhir dimana persediaan dilibatkan dalam penghitungan fisik.
Setelah tanggal penghitungan fisik, auditor kemudian harus menguji catatan
akuntansi menyangkut pisah batas. Auditor harus menelusuri nomor laporan
penerimaan yang didokumentasikan sebelumnya kecatatan utang usaha untuk
memverifikasi bahwa hal itu telah dimasukan atau dikecualikan dengan benar.
Jika klien melakukan perhitungan fisik sebelum hari terakhir tahun berjalan,
auditor harus melakukan pisah batas utang usaha pada saat perhitungan fisik dengan
cara seperti yang di gambarkan pada paragraf sebelumnya. Selain itu, auditor juga
harus memverifikasi apakah semua akuisisi yang dilakukan antara perhitungan fisik
dan akhir tahun telah ditambahkan ke persediaan fisik dan utang usaha.
Persediaan dalam Perjalanan

Auditor harus membedakan antara akuisisi persediaan atas dasar FOB Destination
dan atas FOB Origin.Untuk FOB destination, hak akan berpindah ke pembeli
ketika persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau
sebelum tanggal neraca yang harus dimasukan atas dasar FOB origin, perusahaan
harus mencatat persediaan dan utang usaha terkait pada periode berjalan jika
pengiriman dilakukan pada atau sebelum tanggal neraca.

Auditor dapat menentukan apakah persediaan diakuisisi atas FOB destination atau
FOB origin dengan memeriksa faktur vendor. Auditor harus memeriksa faktur atas
barang dagang yang diterima tidak lama setelah akhir tahun guna menentukan
apakah hal itu dilakukan atas dasar FOB Origin. Untuk barang yang diakuisisi FOB
origin, dan apabila tanggal pengiriman adalah pada atau sebelum tanggal neraca,
persediaan dan utang uaha terkait harus dicatat pada periode berjalan jika
jumlahnya material.

Auditor harus memhami reliabilitas relatif dari tiga enis utama bukti yang umunya
digunakan untuk memverifikasi utang usaha: faktur vendor, laporan vendor dan
konfirmasi.

Perbedaan Antara Faktur Vendor dan Laporan Vendor

14
Laporan Vendor lebih unggul dalam memverifikasi utang usaha karena
mencantumkan saldo akhir. Sedangka Faktur Vendor lebih unggul dalam
memverifikasi transaksi karena auditor memverifkasi setiap transaksi dan faktur
menunjukan rincian akuisisi

Perbedaam Antara Laporan Vendor dan Konfirmasi

Perbedan paling penting antara laporan vendor dan konfirmasi utang usaha terletak
pada sumber informasinya. Laporan vendor disiapkan oleh vendor (pihak ketiga
yang independen) tetapi berada di tangan klien pada saat auditor memeriksanya.

Respon terhadap permintaan konfirmasi utang usaha umunya berupa laporan


tersediri yang dikirmkan langsung ke kantor akuntan publik oleh vendor. Respon
tersebut menyediakan informasi yang sma seperti laporan vendor tetapi lebih dapat
diandalkan.

Laporan Vendor dan Faktur Vendor merupakan bukti yang dapat diandalkan dari
pihak ketiga. Konformasi tang usaha kurang begitu umm dari konfirmasi piutang
usaha. Jika pengendalian internal klien lemah dandan laporan atau auditor
mempertanyakan integritas klien, sangatlah penting bagi auditor mengirimkan
permintaan konfirmasi kepada Vendor.

Ketika auditor memeriksa laporan vendor atau menerima konfirmasi, maka dia
harus merekonsiliasi laporan atau konfirmasi dengan daftar utang usah.

G. Ukuran Sampel
Ukuran sampel untuk pengujian utang usaha sangat bervariasi tergantung pada
faktor-faktor seperti materialitas utang usaha, jumlah utang yang beredar, penilaian
risiko pengendalian, dan hasil tahun sebelumnya. Jika pengendalian internal klien
lemah maka hampir semua item populasi harus di verifikasi. Sampling statistik
umumnya jarang digunakan dalam mengaudit utang usaha ketimbang untuk piutang
usaha mendefinisikan populasi dan menenukan ukuran ukuran populasi untuk utang
usaha jauh lebih sulit. Karena penekanannya diberikan pada utang usaha yang

15
dihapus, auditor harus berusaha memastikan bahwa populasi melibatkan semua
utang yang potensial

GAMBAR 16.1

Kelengkapan Kewajiban
Penyajian dan
Pengungkapan
Keberadaan atau Penilaian
Keterjadian

Saldo Akun Saldo Akun Utang Usaha yang


Utang Usaha disajikan dalam Laporan
Sesungguhnya Keuangan
a

Prosedur Audit Verifikasi


Awal Pengujian Penyajian dan
Pengujian
Terhadap Pengungkapan
Terhadap
Prosedur
Transaksi Rinci Saldo Akun
Analitik Rinci

Rangka tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha dilukiskan seperti pada
gambar diatas. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa tujuan utama pengujian
substantif terhadap utang usaha adalah membuktikan bahwa saldo akun utang usaha
yang di cantumkan dalam neraca mencerminkan saldo akun utang yang sebenarnya
pada tanggal neraca tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian
substantif yang di golongkan ke dalam 5 kelompok:
a. Prosedur audit awal
b. Prosedur analitik
c. Pengujian terhadap transaksi rinci
d. Pengujian terhadap saldo akun rinci
e. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

16
Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverifikasi 5
asersi manajemen yang terkandung dalam akun utang usaha: (1) keberadaan dan
keterjadian, (2) kelengkapan, (3) penilaian, (4) kewajiban, dan (5) penyajian dan
pengungkapan.

Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan utang usaha
Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo utang usaha yang
dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian
dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang
disajikan dalam neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang
usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan akun utang usaha dalam buku besar
dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek.
Membuktikan asersi keberadaan dan keterlibatan usaha yang di cantumkan
di neraca.
Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi yang
bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan berbagai pengujian subtantif
berikut ini :
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
4. Konfirmasi piutang usaha
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca
Seperti tersebut dalam PABU, utang usaha harus disajikan di neraca pada tanggal
neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada
kreditur pada tanggal neraca berbeda dengan piutang usaha. Dengan demikian
tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha pada
tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkaan utang usaha lebih ditujukan untuk
mencari adanya unrecorded liabilities pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan

17
bahwa utang usaha yang dicantunkan di neraca mencakup semua kewajiban klien
kepada keditur pada tanggal neraca mencakup semua kewajiban klien kepada
kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian
substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
4. Konfirmasi utang usaha
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di
neraca.
Untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha yang
dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1. Pemeriksaan pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
2. Konfirmasi piutang usaha
3. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca
Pengujian subtantif untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang
usaha di neraca adalah:
1. Konfirmasi utang usaha
2. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
3. Pembandingan penyajian utang usahadi neraca dengan PABU yang di audit
dengan PABU.

18
H. Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha
Program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang
dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan diatas. Berbagai
prosedur audit dilaksanakan dalam 5 tahap berikut ini:
1. Prosedur audit awal
2. Prosedur analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

I. Prosedur Audit Awal


Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh
klien di dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada
tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang
dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi
diperlukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang
dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya.
Oleh karena itu, auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam
melakukan rekonsiliasiinformasi utang usaha di neraca dengan catatan akuntansi
yang bersangkutan:

1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha
yang bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar
3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu.
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresiasinya
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol
Utang Usaha di buku besar.

19
Rerangka prosedur audit awal yang diterapkan dalam pengujian substantif terhadap
utang usaha dalah sama dengan yang ada pada gambar berikut:

(e) Buku Besar (a)


Jurnal Neraca
(b) (c)

(d)
(f)

Kertas Kerja Buku


Tahun Lalu Pembantu

Gambar: Prosedur Audit Awal dalam Pengujian Substantif atas Akun yang Disajikan
dalam Laporan Keuangan

1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang
Usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.

Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang tercantum di neraca
didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme
pencatatannya, maka saldo utang usaha yang dicantumkan di neraca diusut ke akun
buku besar berikut ini:

 Utang Usaha
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya utang
dari transaksi pembelian berbagai golongan sediaan dan
pelunasannya. Jika perusahaan menggunakan sistem bukti kas
keluar (voucher system) dalam pengendalian kasnya, akun Utang
Usaha ini disebut dengan akun Bukti Kas Keluar yang Akan dibayar
(Voucher Payable).
 Utang Wesel

20
Utang wesel merupakan utang yang dibuktikan dengan surat
berharga (berupa sertifikat wesel) yang dipegang oleh kreditur
sehingga kreditur dapat menjualnya kepada pihak lain. Utang ini
timbul dari transaksi pembelian berbagai golongan sediaan. Utang
wesel dibagi menjadi dua golongan: utang wesel berbunga dan utang
wesel tidak berbunga.

2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar

Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan saldo akun Utang


Usaha, auditor menghitung kembali saldo akun Utang Usaha dan Utang Wesel
dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan
menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu

Sebelum auditor memerlukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut


akun Utang Usaha, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal akun
tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, auditor melakukan pengusutan saldo awal
akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu. Kertas Kerja tahun lalu dapat
menyefiakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam
audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah
ditempuh oleh klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.

4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresiasinya

Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan utang usaha dapat ditemukan


melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting
dalam akun Utang Usaha.

5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal


yang bersangkutan

21
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan utang
uasaha berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di dalam akun
Utang Usaha diusut ke jurnal pembelian atau register bukti kas keluar dan
pendebitan ke akun tersebut diusut ke jurnal pengeluaran kas atau check register
dan jurnal umum (untuk transaksi retur pembelian)

6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun


kontrol Utang Usaha di buku besar.

saldo akun kontrol Utang Usaha di buku besar tersebut kemudian dicocokan dengan
jumlah saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip bukti kas keluar yang
belum dibayar untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang
bersangkutan dengan uang usaha utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

J. Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap utang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih audit lebih intensif. Untuk itu,
auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:

Ratio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian : Rata-rata utang usaha
Rasio utang usaha dengan utang usaha Saldo utang usaha : Utang lancar
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor,
misalnya ratio tahun yang lalu, rata-rata rasio industri, atau ratio yang dianggarkan.
Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan: (1) peristiwa atau
transaksi yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4)
fluktuasi acak, atau (5) salah saji.

K. Pengujian terhadap Transaksi Rinci


Karena hampir semua saldo utang lancar, seperti utang usaha dan utang wesel,
didukung dengan dokumen yang berasal dari pihak luar, maka keberadaan saldo
akun utang dan keterjadian transaksi yag berkaitan dengan akun tersebut dibuktikan

22
oleh auditor dengan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung
transaksi tersebut. Dalam memverifikasi saldo utang usaha dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut,, auditor memeriksa arsip bukti kas
keluar yang belum dibayar (open voucher file) beserta dokumen pendukungnya
seperti surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok.
Dalam memverifikasi utang wesel, meskipun sertifikat wesel berada di tangan
kreditur, namun biasanya klien memiliki sertifikat wesel tersebut. Dengan
demikian, verifikasi keberadaan utang wesel dilakukan oleh auditor dengan
memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien. Dalam memverifikasi
keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit dari bank
untuk membuktikan eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi
mengenai syarat-syarat kredit dan jumlah pokok pinjaman, kekayaan yang
dijaminkan, serta tarif bunga.

Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang
dikredit dan didebitkan ke dalam akun Utang Usaha berikut ini:

a. Transaksi pembelian kredit


b. Transaksi retur pembelian
c. Transaksi pembayaran kas untuk pelunasasn utang usaha.

Di samping itu, keandalan saldo utang usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah
batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut diatas. Oleh
karena itu, auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang
mengkredit dan mendebit akun Utang Usaha dan pengujian pisah batas yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.

Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha Ke


Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut

Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian
dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini:

1. Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.

23
2. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan

Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas


keluar (voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.
Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat disebelah kredit akun kreditur
yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini:

1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen


pendukungnya: laporan penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasok,
dan surat order pembelian.
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan
dokumen pendukungnya
4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting kedalam akun kreditur
berdasarkan bukti kas keluar
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat
disebelah kredit dalam akun kreditur

Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas


keluar, memo debit untuk retur pembelian. Auditor mengambil sampel transaksi
yang dicatat disebelah debit akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian
melakukan prosedur audit berikut:

1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar dan memo debit beserta
dokumen pendukungnya: surat tagihan, atau kuitansi dari kreditur, dan
laporan pengiriman barang (untuk retur pembelian).
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar dan
memo debit.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan
memo debit dan dokumen pendukungnya
4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur
berdasarkan bukti kas keluar dan memo debit

24
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel
telah dicatat disebelah debit akun kreditur.

Lakukan Verifikasi Pisah Batas (Cutoff) Transaksi Pembelian dan


Retur Pembelian

Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien


menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi
pembelian dan retur pembelian yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding
dengan tahun sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan tanggal pisah batas yang
konsisten, akibatnya adalah transaksi pembelian yang seharusnya diakui sebagai
unsur penentuan kos barang yang dijual (cost of goods sold) tahun berikutnya,
dicatat oleh klien sebagai unsur kos barang yang dijual tahun yang diaudit. Di lain
pihak, transaksi pembelian tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai unsur
kos barang yang dijual tahun berikutnya. Dengan demikian jika klien tidak
konsisten dalam menggunakan tanggal pisah batas, perhitungan rugi laba tahun
yang diaudit akan terpengaruh langsung. Oleh karena itu, auditor melakukan
pemeriksaan terhadap transaksi pembelian dan retur pembelian, serta transaksi
pengeluaran kas untuk pembayaran utang usaha yang terjadi dalam beberapa
minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk menentukan perlakuan yang
tepat terhadap pengakuan kos barang yang dijual dan pencatatan transaksi
pengurangan utang usaha.
 Periksa Dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah batas yang konsisten
terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa bukti kas keluar dan
dokumen pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalam periode
sebelum dan sesudah tanggal neraca. Dengan membandingkan tanggal bukti
kas keluar, faktur pembelian dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang,
dan syarat pembelian yang digunakan, auditor dapat membuktikan apakah
transaksi pembelian dan timbulnya utang yang terjadi dalam periode sebelum

25
dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat dalam periode akuntansi yang
seharusnya.
 Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas dalam transaksi berkurangnya utang
usaha karena pembayaran kas kepada kreditur, auditor memeriksa dokumen
bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai sebagai
basis pencatatan ke di dalam kartu utang. Dari pemeriksaan ini, auditor dapat
membuktikan ketetapan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat
pengurangan utang usaha dari pembayaran kas kepada kreditur.
 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor
melakukan observasi terhadap semua cek yang dibayarkan pada hari terakhir
tahun yang diaudit untuk membuktikan ketetapan pencatatan pengeluaran kas
dalam periode akuntansi yang seharusnya.
 Periksa Adanya Utang Usaha yang tidak Dicatat
Sebagaimana telah diuraikan dalam karakteristik utang usaha, klien memiliki
kecenderungan untuk melakukan understatement utang usaha dengan cara
tidak mencatat kewajiban klien pada tanggal neraca. Oleh karena itu, fokus
auditor dalam pengujian subtantif terhadap utang usaha adalah menemukan
adanya unrecorded transaction yang berkaitan dengan utang usaha.

Utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari
berbagai keadaan berikut ini :

1. Adanya dokumen-dokumen (misalnya surat order pembelian, laporan


penerimaan barang, dan faktur pembelian dari pemasok) yang belum
diproses untuk pembayaran pada tanggal neraca, dan baru dibuatkan bukti
kas keluar setelah tanggal neraca.
2. Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca, namun faktur
dari pemasok baru dau diterima setelah tanggal neraca.

26
3. Klien menggunakan basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan sistem
bukti kas keluarnya (voucher system)
4. Adnya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum tunggal neraca, namun
penjual jasa baru menagih harga jas tersebut setelah tanggal neraca
(misalnya biaya iklan bulan Oktober sampai bulan Desember, baru ditagih
oleh perusahaan surat kabar bulan Januari tahun berikutnya).

Prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal
neraca:

1. Periksa bukti-bukti yang mendukung transkasi pengeluaran kas yang dicatat


setelah tanggal neraca. Seperti telah dikemukakan di atas, pemeriksaan
dokumen yang mendukung pembayaran utang lancar setelah tanggal neraca
merupakan salah satu prosedur audit untuk membuktikan eksentensi utang
lancar pada tanggal neraca. Disamping itu, prosedur audit ini dapat pula
digunakan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal
neraca. Jika perusahaan menggunakan ledgerless bookkeeping, periksa
arsip bukti kas keluar yang telah dibayar ( paid voucher file) dan pilihlah
bukti kas keluar yang dibayar setelah tanggal neraca. Periksa bukti
pendukungnya mengenai kemungkinan adanya uang yang belum dicatat
pada tanggal neraca. Sebagai contoh, dari pemeriksaan terhadap bukti kas
keluar yang dibayar setelah tanggal neraca dan laporan penerimaan barang
yang melampiri bukti kas keluar tersebut dapat diketahui bahwa barang
telah diterima oleh klien sebelum tanggal neraca, sehingga pembayaran
tersebut merupakan pembayaran utang yang ada pada tanggal neraca.
Karena bukti kas keluar tersebut baru dibuat setelah tanggal neraca, maka
utang tersebut seharusnya merupakan kewajiban klien yang pada tanggal
neraca belum dicatat.
2. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca. Untuk
menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca, auditor
dapat memeriksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.

27
Dengan memeriksa dokumen yang mendukung bukti kas keluar tersebut,
auditor dapat menemukan adanya unrecorded liabilities.
3. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Jika klien menjual barang
titipan milik perusahaan lain, pemeriksaan catatan sediaan barang
konsinyasi akan dapat menunjukkan berapa jumlah barang konsinyasi yang
telah dijual, namun oleh klien belum dikirimkan hasil penjualannya kepada
perusahaan yang menitipkan barang tersebut. Jumlah tersebut merupakan
utang klien kepada perusahaan penitip barang.
4. Pelajari aturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien. Kemungkinan
klien mempunyai kewajiban pajak yang belum diakui di dalam catatan
akuntansinya pada tanggal neraca. Untuk menemukan hal itu, auditor harus
memahami peraturan perpajakan yang menimbulkan kewajiban pajak bagi
klien.
5. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget), perintah kerja
(work order), dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya
utang yang belum dicatat. Dengan me-review berbagai dokumen tersebut,
auditor akan dapat menemukan kewajiban sehubungan dengan pembelian
aktiva tetap, pemerintah kerja, dan kontrak pembangunan, yang telah
menjadi kewajiban kelien pada tanggal neraca, namun belum dicatat dan
dijadikan oleh klien.

Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal belum dicatat dan
tidak disajikan di neraca, ada dua jalan yag dapat ditempuh oleh auditor, yaitu: (1)
mengusulkan adjustment kepada klien untuk mencatat uang tersebut, (2) tidak
mengusulkan adjustment kepada kelien, dan membiarkan uang tersebut tetap tidak
tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh auditor untuk memutuskan apakah
akan mengusulkan adjustment mengenai utang yang belum dicatat tersebut adalah:

1. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut, penentuan laba-rugi di


dalam tahun yang diaudit akan terpengaruh secara material? Jika
jawabannya “ya”, maka auditor harus mengusulkan kepada kelien untuk
mencatat utang yang belum dicatat tersebut.

28
2. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut akan mempengaruhi jumlah
modal kerja secara material? Jika jawabannya “ya” maka auditor harus
mengusulkan jurnal adjusment untuk mencatat utang tersebut.

Contoh berikut ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana
auditor memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.
Contoh:
Suatu perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp. 10 miliar, dan laba menurut
perhitungan peusahaan sebesar Rp 500 juta.
Kasus 1
Auditor menemukan sebuah faktur sebesar Rp 7.000.000, bertanggal 30
Desember 20X2, dengan syara pembelian FOB shipping point. Barang telah
dikirim oleh pemasok pada tanggal 30 Desember 20X2, tetapi baru diteima ole klien
tanggal 4 Januari 20X3 dan dicatat oleh klien sebagai pembelian pada tanggal 4
Januari 20X3.
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca
seperti kasus 1 tersebut, auditor tidak akan mengusulkan adanya jurnal adjustment
untuk mencatat utang tersebut, Karena jika utang tersebut diusulkan untuk di adjust,
maka jurnal adjusment-nya adalah sebagai berikut:

Pembelian Rp 7.000.000
Utang usaha Rp 7.000.000

Jurnal ini tidak akan mempengaruhi modal kerja bersih dan tidak mempengaruhi
laba bersih tahun 20X2.
Kasus 2
Auditor menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp 20.000.000,
bertanggal 30 Desember 20X2, dengan syarat pembelian FOB shipping point.
Barang telah diterima pada tanggal 31 Desember 20X2 dan telah diikutsertakan
dalam perhitungan fisik sediaan pada tanggal neraca tersebut. Faktur baru diterima

29
oleh klien tanggal 8 januari 20X3 dan dicatat sebagai transaksi pembelian tahun
20X3.
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca
seperti kasus 2 tersebut, ia akan mengusulkan adanya jurnal adjustment untuk
mencatat utang tersebut karena:

1. Pembelian dicatat terlalu rendah, sehingga mengakibatkan kos barang yang


dijual (cost of good sold) disajikan oleh klien terlalu rendah dan laba bersih
tahun 20X2 dihitung terlalu tinggi.
2. Sediaan telah dicatat dari hasil perhitungan fisik sediaan, tetapi utang usaha
belum dicatat, sehingga hal ini mengakibatkan modal kerja bersih pada
tanggal neraca terlalu tinggi.

Kasus 3
Faktur pembelian aktiva tetap sebesar Rp 70.000.000, bertanggal 31
Desember 20X2 diterima oleh klien pada tanggal 15 januari 20X3. Aktiva tetap
telah diterima oleh klien tanggal 31 Desember 20X2.
Jika utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal
neraca, akibatnya adalah modal kerja bersih akan terpengaruh, tetapi tidak
mempengaruhi penentuan laba klien. Umumnya dalam menghadapi utang ini,
auditor tidak menyarankan jurnal adjustment.
Kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar Rp 15.000.000, bertanggal 31 desember
20X2 untuk biaya iklan bulan oktober, November dan Desember 20X2. oleh klien,
faktur ini baru dicatat pada tanggal 15 Januari 20X3.
Utang biaya iklan ini seharusnya telah dicatat pada tanggal neraca, sehingga
biaya iklan tidak disajikan terlalu rendah di dalam laporan rugi laba tahun 20X2.
Jika utang ini tidak dicatat, akibatnya adalah penentuan laba terlalu tinggi, dan
modal kerja bersih terlalu besar. Auditor akan mengusulkan jurnal adjustment untuk
mencatat adanya utang biaya iklan pada tanggal neraca.

30
L. Pengujian terhadap Saldo
Tujuan pengujian saldo akun Utang Usaha Rinci adalah untuk
memverifikasi:

a. Keberadaan atau keterjadian


b. Kelengkapan
c. Kewjiban
d. Penyajian dan pengngkapan

Dan tujuaan tterseut dibutikann dengan mengirimkan surat konfirmasi


kepada debitur dan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke
pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.

a. Lakukan Konfirmasi Utang Usaha


Konfirmasi dalam pengujian substantif terhadap utang usaha
merupakan prosedur yang tidak harus ditempuh karena bukan
merupakan mandatory procedur, hal ini karena tiga sebab yaitu :
1. Tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha adalah
untuk menemukan adanya Unrecorded Liabilities
2. Konfirmasi dilakukan untuk memeroleh bukti dari pihak luar yang
dapat dipercaya.
3. Kebanyakan utang usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah
dibayar oleh klien sebelum auditor menyelesaikan pekerjaaan
lapangannya.

Prosedur konfirmasi utang usaha ditempuh ole auditor jika terdapat


dua kondisi di perusahaan yang diaudit::

1. Pengendalian terhadap utang usaha lemah.


2. Dalam pengujian substantif tidak dapat dijumpai adanya
penyataan piutang dari kreditur.

Jika Prosedur konfirmasi ini dilaksanakan oleh auditor, kreditur


yang dipilih untuk dikirimi surat konfirmasi adalah:

31
1. Kreditur yang melakukan penjualan yang besar kepada klien
pada tahun yang di audit.
2. Kreditur yang memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa
sifatnya.
3. Krediturnya mempunyai hubungan istimewa dengan kliennya.
b. Periksa Dokumen yang mendukung Transaksi Pembayaran Utang
Usaha Setelah Tanggal Neraca
Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat memberikan
petunjuk mengenai keberadaan klien tersebut. Dengan pemeriksaan
dokumen pendukung transaksi pembayaran utang usaha yang dicatat
dalam register cek , auditir memeroleh keyakinan bahwa utang usaha
yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya utang usaha yang
tidak dicatat pada tanggal neraca.
c. Lakukan Rekonsiliasi Utang Usaha yang tidak Dikonfirmasi Ke
Pernyataan Piutang Bulanan yang Diterima oleh Klien dari
Kreditur
Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfimasi dapat diverifikasi
keberadaanya melalui rekonsiliasi akun utang kepada kreditur dengan
surat pernyataan piutang yang diterima secara bulanan oleh kreditur.
Dari rekonsilisai ini auditor dapat memeroleh keyakinan bahwa utang
usaha yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya utanhg
usaha yang dicatat pada tanggal neraca.

M. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan


A. Periksa Klasifikasi Utang Usaha di Neraca
Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut jatuh temponya.
Jika jumlahnya material, utang usaha harus dijadikan di neraca menjadi
tuga golongan:
1. Utang usaha kepada kreditur usaha
2. Utang usaha kepada perusahaan afiliasi

32
3. Utang usaha kepada direksi, pemegang saham utamamanager dan
karyawan perusahaan.
Auditor harus memeriksa saldo debit akun Utang Usaha dan jika
perlu melakukan jurnal penggolongan kembali. Saldo debit akun
Utang usaha dapat terjadi karena klien membayar persekot ini
dengan cara mendebit saldo utang dan juga adanya retur pembelian.
Jika jumlahnya material, saldo debit akun Utang Usaha ini harus
dikelompokan sebagai unsur aktiva lancar, tidak boleh dikurangkan
dari utang usaha. Dan utang jangka panjang yang segera jatuh tempo
harus digolongkan ke dalam kelompok utang lancar.
B. Perika Pengungkapan yang bersangkutan dengan Utang Nonusaha
Jika utang Jangka Panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan
aktiva tidak lancar maka jumlah utang ini tetap disajikan di neraca
kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk
menghindari pengaruh signifikan terhadap perhitungan perubahan
posisi keuangan.
C. Periksa Pengungkapan yang beersangkutan dengan Utang Usaha

Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan


secara memadai dineraca atau dalam penjekasan laporan keuangan.
Begitu pula utang usaha yang dijaminkan dalam utang usaha harus
diungkapkan secara memadai. Utang usaha harus selalu dinyatakan
dalam jumlah bersih setelah dikurang dengan trade discount. Potongan
tunai dapat dikurangkan atau dapat pula tidak dikurangkan dari utang
usaha, tergantung atas prosedur pencatatan utang usaha yang digunakan
oleh klien.

D. Mintalah Informasi dari Klien untuk Komitmen yang Belum


Diungkapkan dan Utang Bersyarat dan Periksa Penjelasan yang
Bersangkutan dengan Utang tersebut
Sebenarnya kewajiban perusahaa tidak ganya terdiri dari utang nyata
yang telah terjadi, tetapi juga meliputi kewajiban secra potensial akan

33
terjadi, yang berupa komitmen dan utang bersyarat. Dalam pengujian
substantif auditor berkewajiban untuk menentukan ada tau tidaknya
komitmen yang tidak dingkapkan dan utang bersyarat pada tanggal
neraca, dan jika ada, apakah klien telah mengungkapkan secara
memadai mengenai utang tersebut.
Utang bersyarat(contingent liabilities) merupakan kewajiban
potensial yang mempunyai kemungkinan akan sungguh-sungguh
menjadi utang attau akan dapat diselesaikan tanpa pengeluaran uang di
masa yang akan datang. Utang bersyarat berbeda dengan utang yang
belum dicatat pada tanggal neraca (Unrecorded liabilities) ini pada
tanggal neraca sudah benar-benar merupakan kewajiban. Contoh utang
bersyarat adalah piutang wesel yang didiskontokan ke bank,
biaya/denda pengadilan, tambahan pengenaan pajak, klaim dari
pembeli, biaya reparsi produk yang dijual dengan garansi. Utang
bersyarat harus dicantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara
berikut ini:
1. Utang bersyarat dicantumkan di dalam tanda kurung, dalam
kelompok utang lancar.
2. Utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “ Utang Bersyarat”
di neraca/
3. Jika memerlukan penjelasan yang panjang, utanng bersyarat
disajikan di bagian penjelasan laporan keuangan.

Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya


penjelasan terhadap putang utang tersebut, auditor harus menempuh
beberapa cara pemerikasaan, yaitu

1. Pelajari notulen rapat direksi dengan tanggal penyelesaian


pekerjaan lapangan. Karena notulen rapat direksi akan
dapatmenunjukan kontrak penting yang akan ditandatangani
oleh, klien, perkara pengendalan yang ,melibatkan klien,

34
keputusan yang menyangkut anak perusahaan, yang
kesemuanya akan menmbulkan utang bersyarat.
2. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualandan kontrak yang
lain. Setiap kontrak yang ditandatangani klien menimbuklan
komitemen di phak klien. Semua komitmen yang melbatkan
jumlah rupiah yang material perlu dijelaskan di bagian
penjelasan laporan keuangan dibawah judul “Utang Bersyarat”
3. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara
pengadilan yang melibatkan klien. Informasi yang diperlukan
dari pengacara klien meliputi:
a. Gambaran perkara pengadilan yang melibatkan klien yang
ditangani oleh pengacara yang bersangkutan.
b. Suatu penilaian terhadap kemungkinan keputusan
pengadilan yang tidak menguntungkanklien akibat perkara
yang digambarkan.
c. Suatu taksiran kerugian yang mungkin diderita oleh klien
akbat perkara pengadilan tersebut atau suatu pernyataan dari
pengacara bahwa keruguan tidak mungkin dilakukan oleh
pengacara.
d. Suatu pernyatan jumlah hnorarium pengacara yang belum
ditagih.
4. Kirimkan konfimasi ke bank. auditor meminta informasi dari
bank mengenai kewajiban bersyarat yang mejadi tanggung
jawab klien pada tanggal neraca.
5. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.
Arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan akan
memberikan informasi mengenai persetujuan pemberian
jaminan terhadap utang yang ditarik oleh perusahaan lain dan
penjualan piutang usaha.

35
36
KASUS
Salah saji berikut dicantumkan dalam catatan akuntansi Wesgate Manufacturing
Company

1. Setiap bulan, laporan penerimaan yang curang diserahkan ke bagian


akuntansi oleh seorang karyawan di departemen penerimaan.
Beberapa hari lagi kemudian, dia mengirimkan faktur ke Wasgate
untuk kuantitas barang yang dipesan dari sebuah perusahaan kecil
yang dia miliki dan dia operasikan pada malam hari. Sebuah cek
disiapkan dan jumlahnya dibayarkan ketika laporan penerimaan
serta faktur vendor dicocokan oleh klerk utang usaha.
2. Beban telepon (akun 2112) secara tidak sengaja dibebankan ke
reparasi dan pemeliharaan (akun 2121)
3. Klerk utang usaha menyiapkan cek bulanan bagi Story Supply
Company atas jumah faktur yang terutang dan menyerahkan cek
yang belum ditandatangani itu ke bendahara untuk dibayar bersama
dengan dokumen pendukung terkait yang disetujui. Ketika
menerima cek yang telah ditandatangani dari bendahara, dia
mencatatnya sebagai debet ke utang usaha dan menyetorkan cek
dalam akun bank pribady atas nama Story Company. Beberapa hari
kemudian, dia mencatat lagi faktur itu dalam jurnal akuisisi,
menyerahkan kembali dokumen dam sebuah cek baru ke bendahara,
serta mengirimkan cek tersebut ke vendor setelah ditandatangani.
4. Jumlah cek dalam jurnal pengeluaran kas dicatat sebesar $4.612, 87
dan bukan $6.417,87.
5. Klerk utang usaha dengan sengaja mengeluarkan tujuh cek bernilai
besar yang ditulis dan dikirimkan pada tanggal 26 Desember dari
jurnal pengeluaran kas untuk mencegah agar kas di bank tidak
memiliki saldo negatif pada buku besar umum. Kas itu dicatat pada
tanggal 2 Januari tahun berikutnya.

37
6. Akuisisi bahan baku sering kali tidak dicatat hingga beberapa
minggu setelah barang diterima, karena personil penerimaan lalai
menyampaikan laporan penerimaan itu ke bagian akuntansi. Ketika
departemen, kredut vendor menekan departemen akuntansi
Westgate, ia mencari laporan penerimaan, mencatat transaksi dalam
jurnal akuisisi dan membayar tagihan.

Diminta
b. Untuk setiap salah saji, identifikasilah tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi yang tidak dipenuhi.
c. Umtul setiap salah saji, sebutkan pengendalian yang dapat
mencegah terjadinya salah saji atas dasar berkelanjutan.
d. Untuk setiap salah saji, sebutkan prosedur audit substantif yang
dapat mengungkapkannya.

Penyelesaian

Soal A

1. Pencatatan akuisisi untuk barang, penerimaan jasa, konsisten


dengan bunga terbaik klien (kejadian)
2. Transaksi akuisisi diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi)
3. Pencatatan pengeluaran kas untuk barang dan jasa yang benar-
benar diterima (kejadian)
4. Pencatatan transaksi pengeluaran kas dinyatakan benar
(ketepatan)
5. Transaksi pengeluaran kas tercatat di tanggal yang benar (waktu)
6. Transaksi akuisisi dicatat pada tanggal yang benar (waktu)

Soal B

1. Memerlukan otorisasi atas order pembelian dan harus menemui


persetujuan kesamaan pada faktur dalam tiap departemen yang

38
bersangkutan sebelum pembayaran dilakukan untuk
mendapatkan barang yang dipesan.
2. Distribusi atau penggolongan akun harus diperiksa ulang oleh
individu yang memiliki tanggung jawab untuk menginput ke
dalam sistem.
3. setelah cek di tandatangani oleh bendahara perusahaan , cek
dikembalikan ke individu yang melakukan pembelian dan utang
usaha untuk di emailkan. Semua dokumen yang bersangkutan di
batalkan untuk mencegah terjadinya penggunaan ulang..
4. Cek dipersiapkan menggunakan proses komputer, dimana dalam
hal ini proses komputer akan menyiapkan cek secara serentak
dan meminimalisir terjadinya salah pembebanan ke akun lain.
Hal lain yang harus dilakukan untuk menghindari hal yang sama
terjadi adalah dengan melakukan rekonsiliasi akun bank secara
rutin pada akhir tiap bulannya.
5. Transaksi di rekam secara otomatis menggunakan proses
komputerisasi dengan informasi yang sama dengan informasi
yang terdapat pada saat mempersiapkan cek.
6. Laporan atas penerimaan barang untuk di serahkan pada bagian
akuntansi pada saat bahan baku diterima. Departemen akuntansi
meberikan urutan angka numerik yang urut atas laporan
penerimaan barang.

Soal C
1. Periksa dokumen yang mendasari kewajaran dan keasliannya.
2. Pemeriksaan faktur pendukung untuk memasukkan ke dalam
akun perbaikan dan pemeliharaan untuk memverifikasi
distribusi akun yang tepat.
3. Review kekurangan persediaan fisik untuk kejadian yang tidak
biasa atau tidak konsisten. Membandingkan penerima
pembayaran cek dengan nama perusahaan pada faktur vendor.

39
4. Membandingkan jumlah cek untuk memasukkan ke dalam jurnal
pengeluaran kas. Menguji rekonsiliasi bank.
5. Melacak cek terakhir yang ditulis ke jurnal pengeluaran kas.
Memeriksa tanggal cek yang dibatalkan di bank untuk
menentukan apakah cek dilakukan oleh klien.
6. Pada tanggal dimana uji cutoff dilakukan, auditor memperoleh
jumlah laporan penerimaan terakhir yang seharusnya dicatat dan
menjelaskan urutan numerik dari semua laporan penerimaan
sebelumnya yang seharusnya telah dicatat.

40
PENUTUP
A. Kesimpulan
Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian
substantif terhadap hutang lancar. Pengujian substantif terhadap utang
lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang
lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatement utang
lancar), sedangkan pengujian subsatantif terhadap aktiva lancar
ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva lancar).
Pengujian substantif terhadap utang lancar memerlukan waktu yang
relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian substantif
terhadap aktiva lancar.
Pengujian substantif terhadap utang usaha ditujukan untuk
memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang
usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transasksi yang
dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang
disajikan di neraca, membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di
neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang
usaha di neraca. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor
menempuh berbagai prosedur audit, yaitu prosedur audit awal, prosedur
analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian terhadap saldo
akun rinci, dan verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2002. Auditing Edisi 6 Buku 2.Salemba Empat: Jakarta.

Arens. 2015. Auditing dan Jasa Assuance: Pendekatan Terintegrasi Edisi 15 Jilid 2.

Erlangga:Jakarta

42

Anda mungkin juga menyukai