Disusun oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah auditing ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
A. Deskripsi Utang Usaha............................................................................................ 3
B. Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Karakteristik Aktiva Lancar ......... 4
C. Perbedaan Pengujian Substantif Terhadap Utang Lancar dengan Pengujian
Substantif terhadap Aktiva Lancar .................................................................................. 5
D. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang Lancar di Neraca ... 5
E. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha ............................................. 6
F. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Utang Usaha............ 6
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha
(Tahap I) .................................................................................................................... 7
2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Resiko Inheren (Tahap I) . 8
3. Menilai Resiko Pengendalian dan Merancang Serta Melaksanakan
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Sustantif atas Transaksi (Tahap I dan
II) 8
4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III) .................... 9
5. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Utang Usaha
(Tahap III) ................................................................................................................. 9
G. Ukuran Sampel...................................................................................................... 15
H. Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha ......................................... 19
I. Prosedur Audit Awal............................................................................................. 19
J. Prosedur Analitik .................................................................................................. 22
K. Pengujian terhadap Transaksi Rinci ...................................................................... 22
L. Pengujian terhadap Saldo ...................................................................................... 31
M. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan ........................................................... 32
KASUS ............................................................................................................................. 37
ii
PENUTUP ........................................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik aktiva lancar, hal ini berdampak terhadap pengujian substantif
terhadap hutang lancar. Pengujian substantif terhadap utang usaha ditujukan
untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha
dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transasksi yang dicatat
dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan
di neraca, membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca,
membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca.
Sebagai bagian dari isi laporan keuangan, keandalan akun utang usaha
merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh laporan keuangan, karena hal
tersebut akan memberikan dampak pada keandalan laporan keuangan yang
dihasilkan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu alat vital
yang digunakan oleh perusahaan untuk menarik dana dari investor guna
membiayai kegiatan operasi perusahaan, sehingga keandalan laporan
keuangan adalah suatu hal yang mutlak yang harus dipastikan oleh
perusahaan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud
untuk menyajikan tulisan mengenai audit terhadap siklus pengeluaran:
pengujian substantif terhadap saldo utang usaha untuk mengetahui
bagaimana pengujian subsatantif terhadap utang usaha dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan utang usaha?
1
2. Apa perbedaan karakteristik utang lancar dengan karakteristik aktiva
lancar?
3. Apa perbedaan pengujian substantif terhadap utang lancar dengan
pengujian substantif terhadap aktiva lancar?
4. Apa saja prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian utang
lancar di neraca?
5. Apa tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha?
6. Apa saja program pengujian substantif terhadap utang usaha?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek
seperti utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang
yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan, dan utang dividen.
4
C. Perbedaan Pengujian Substantif Terhadap Utang Lancar dengan
Pengujian Substantif terhadap Aktiva Lancar
Karakteristik yang berbeda antara utang lancar denagn karakteristik aktiva
lancar tersebut berpengaruh terhadap pengujian substantif terhadap kedua
objek audit tersebut. Perbedaan pengujian substantif terhadap utang lancar
dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar adalah sebagai berikut.
1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan
adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang
seharusnya (understatement utang lancar), sedangkan pengujian
substantif terhadap aktiva lancar ditujukan untuk menemukan adanya
penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya
(overstatement aktiva lancar).
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi
masalah penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat
direalisasikan) yang dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai aktiva
lancar ini menyangkut penaksiran apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Di lain pihak, dalam pengujian substantif terhadap utang
lancar, auditor menhadapi fakta, menghadapi data historis mengenai
kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu, yang dalam jangka
pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif terhadap
utang lancar memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila
dibandingkan dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar.
5
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus
diungkapkan dalam laporan keuangan
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah
neto
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
6
Merancang dan melaksanakan
pengujian pengendalian dan Tahap II
substantif atas transaksi untuk
siklus akuisis atau pembayaran
Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga.
Kewajiban akan dianggap sebagai utang usaha hanya jika total jumlah kewajiban
itu diketahui dan terutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencangkup
pembayaran bunga, hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang kontrak,
utang hipotik, atau utang obligasi.
7
siklus akuisisi dan pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan dan sistem
tersebut dapat menjadi lebih kompleks. Resiki bisnis klien dapat berasal dari
perubahan tersebut.
8
4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Penggunaan prosedur analitis merupakan hal yang penting dalam siklus akuisisi dan
pembayaran seperti pada setiap siklus lainnya, terutama untuk mengungkapkan
salah saji utang usaha. Prosedur analitis untuk akun neraca serta laporan laba rugi
dalam siklus akuisis dan pembayaran, yang berguna untuk mengungkapkan bidang
di mana penyelidikan tambahan memang diperlukan.
Auditor harus membandingkan total beban tahun berjalan denga tahun sebelumnya
untuk mengungkapkan salah saji utang usaha serta akun beban. Karena akuntansi
double-entry, salah saji akun beban biasanya juga menimbulkan salah saji yang
sama pada utang usaha.
9
mengalami kurang saji dan kewajiban mengalami lebih saji, dan harus merancang,
pengujian demi mendeteksi kurang saji laba serta ekuitas pemilik yang material,
termasuk yang berasal dari lebih saji utang usaha yang material.
10
Utang usaha dalam - Melaksanakan prosedur - Pada umunya,
daftar utang usaha sudah yang sama seperti yang penekanan pada prosedur
akurat (keakuratan) digunakan untuk tujuan ini untuk keakuratan
eksistensi dan pengujian merupakan kurang saji
kewajiban setelah dan bukan penghapusan.
periode.
Utang usaha dalam - Mereview daftar dan - Pengetahuan mengenai
daftar utang usaha file induk untuk pihak bisnis klien merupakan
diklasifikasikan dengan terkait, wesel atau hal yang penting bagi
benar (klasifikasi) kewajiban berbunga pengujian ini.
lainnya, utang jangka
panjang, dan saldo debet.
Utang usaha dalam - Melaksanakan - Ini merupakan
siklus akuisis dan pengujian kewajiban pengujian audit yang
pembayaran dicatat pada setelah periode. penting untuk utang
periode yang tepat (pisah - Melaksanakan usaha. Disebut pengujian
batas) pengujian yang terinci pisah batas.
sebagai bagian dari
pengamatan fisik
persediaan.
- Menguji persediaan
dalam perjalanan.
Perusahaan memiliki - Memeriksa laporan - Biasanya tidak begitu
kewajiban untuk vendor dan diperhatikan dalam audit
membayar kewajiban mengkonfirmasi utang atas utang usaha karena
yang tercakup dalam usaha. semua utang usaha
utang usaha (kewajiban) merupakan kewajiban.
Prosedur audit aktual yang digunakan auditor sangat bervariasi tergantung pada sifat
entitas, materialitas utang usaha, sifat dan efektivitas pengendalian internal, serta risiko
inheren. Ketika melaksanakan pengujian atas rincian saldo utang usaha dan akun
11
kewajiban lainnya, auditor dapat mengumpulkan bukti mengenai empat tujuan
penyajian dan pengungkapan, terutama ketika melaksanakan pengujian tujuan
kelengkapan.
Pengujian ini adalah hal yang penting karena menekanankan pada kurang saji dalam
akun kewajiban. Luas pengujian untuk mengungkapkan utang usaha yang belum
tercatat atau pencarian utang usaha yang belum tercatat,sangat begantung pada
penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo akun yang potensial.
Auditor melakukan prosedur ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya dan
untuk tujuan yang sama. Prosedur ini berbeda karena dilakukan untuk kewajiban
yang belum dibayar mendekati akhir audit dan bukan untuk kewajiban yang telah
dibayar.
Semua barang dagang yang diterima sebelum akhir tahun periode akuntansi harus
dicantumkan sebagai utang usaha. Dengan menelusuri laporan penerimaan yang
12
diterbitkan hingga akhir tahun ke faktur vendor dan memastikan bahwa laporan itu
telah dimasukan dalam utang usaha, auditor menguji kewajiban yang belum dicatat.
Jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat menelusuri setiap laporan
yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca ke listing untuk
memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan sebagai utang usaha.
Dilakukan untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat beberapa hari sebelum
dan setelah tanggal neraca dicantumkan pada periode yang benar. Lima pengujian
audit kewajiban setelah periode yang baru saja kita bahas semuanya merupakan
pengujian pisah batas untuk akuisisi, tetapi menekankan pada kurang saji. Untuk
menguji jumlah pisah batas lebih saji, auditor harus menelusuri laporan penerimaan
yang yang dikeluarkan setalah akhir tahun ke faktur terkait guna memstikan bahwa
hal itu tidak dicatat sebagai utang usaha .
Dalam menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar, sangatlah
penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan dengan observasi fisik
persediaan. Informasi pisah batas untuk akuisisi harus diperoleh selama observasi
fisik persediaan. Pada saat tersebut, auditor harus mereview prosedur dalam
departemen penerimaan untukmentukan bahwa semua persediaan yang diterima
telah dihitung dan auditor harus mencatat pada dokumentasi audit nomor laporan
13
penerimaan terakhir dimana persediaan dilibatkan dalam penghitungan fisik.
Setelah tanggal penghitungan fisik, auditor kemudian harus menguji catatan
akuntansi menyangkut pisah batas. Auditor harus menelusuri nomor laporan
penerimaan yang didokumentasikan sebelumnya kecatatan utang usaha untuk
memverifikasi bahwa hal itu telah dimasukan atau dikecualikan dengan benar.
Jika klien melakukan perhitungan fisik sebelum hari terakhir tahun berjalan,
auditor harus melakukan pisah batas utang usaha pada saat perhitungan fisik dengan
cara seperti yang di gambarkan pada paragraf sebelumnya. Selain itu, auditor juga
harus memverifikasi apakah semua akuisisi yang dilakukan antara perhitungan fisik
dan akhir tahun telah ditambahkan ke persediaan fisik dan utang usaha.
Persediaan dalam Perjalanan
Auditor harus membedakan antara akuisisi persediaan atas dasar FOB Destination
dan atas FOB Origin.Untuk FOB destination, hak akan berpindah ke pembeli
ketika persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau
sebelum tanggal neraca yang harus dimasukan atas dasar FOB origin, perusahaan
harus mencatat persediaan dan utang usaha terkait pada periode berjalan jika
pengiriman dilakukan pada atau sebelum tanggal neraca.
Auditor dapat menentukan apakah persediaan diakuisisi atas FOB destination atau
FOB origin dengan memeriksa faktur vendor. Auditor harus memeriksa faktur atas
barang dagang yang diterima tidak lama setelah akhir tahun guna menentukan
apakah hal itu dilakukan atas dasar FOB Origin. Untuk barang yang diakuisisi FOB
origin, dan apabila tanggal pengiriman adalah pada atau sebelum tanggal neraca,
persediaan dan utang uaha terkait harus dicatat pada periode berjalan jika
jumlahnya material.
Auditor harus memhami reliabilitas relatif dari tiga enis utama bukti yang umunya
digunakan untuk memverifikasi utang usaha: faktur vendor, laporan vendor dan
konfirmasi.
14
Laporan Vendor lebih unggul dalam memverifikasi utang usaha karena
mencantumkan saldo akhir. Sedangka Faktur Vendor lebih unggul dalam
memverifikasi transaksi karena auditor memverifkasi setiap transaksi dan faktur
menunjukan rincian akuisisi
Perbedan paling penting antara laporan vendor dan konfirmasi utang usaha terletak
pada sumber informasinya. Laporan vendor disiapkan oleh vendor (pihak ketiga
yang independen) tetapi berada di tangan klien pada saat auditor memeriksanya.
Laporan Vendor dan Faktur Vendor merupakan bukti yang dapat diandalkan dari
pihak ketiga. Konformasi tang usaha kurang begitu umm dari konfirmasi piutang
usaha. Jika pengendalian internal klien lemah dandan laporan atau auditor
mempertanyakan integritas klien, sangatlah penting bagi auditor mengirimkan
permintaan konfirmasi kepada Vendor.
Ketika auditor memeriksa laporan vendor atau menerima konfirmasi, maka dia
harus merekonsiliasi laporan atau konfirmasi dengan daftar utang usah.
G. Ukuran Sampel
Ukuran sampel untuk pengujian utang usaha sangat bervariasi tergantung pada
faktor-faktor seperti materialitas utang usaha, jumlah utang yang beredar, penilaian
risiko pengendalian, dan hasil tahun sebelumnya. Jika pengendalian internal klien
lemah maka hampir semua item populasi harus di verifikasi. Sampling statistik
umumnya jarang digunakan dalam mengaudit utang usaha ketimbang untuk piutang
usaha mendefinisikan populasi dan menenukan ukuran ukuran populasi untuk utang
usaha jauh lebih sulit. Karena penekanannya diberikan pada utang usaha yang
15
dihapus, auditor harus berusaha memastikan bahwa populasi melibatkan semua
utang yang potensial
GAMBAR 16.1
Kelengkapan Kewajiban
Penyajian dan
Pengungkapan
Keberadaan atau Penilaian
Keterjadian
Rangka tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha dilukiskan seperti pada
gambar diatas. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa tujuan utama pengujian
substantif terhadap utang usaha adalah membuktikan bahwa saldo akun utang usaha
yang di cantumkan dalam neraca mencerminkan saldo akun utang yang sebenarnya
pada tanggal neraca tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian
substantif yang di golongkan ke dalam 5 kelompok:
a. Prosedur audit awal
b. Prosedur analitik
c. Pengujian terhadap transaksi rinci
d. Pengujian terhadap saldo akun rinci
e. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
16
Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverifikasi 5
asersi manajemen yang terkandung dalam akun utang usaha: (1) keberadaan dan
keterjadian, (2) kelengkapan, (3) penilaian, (4) kewajiban, dan (5) penyajian dan
pengungkapan.
17
bahwa utang usaha yang dicantunkan di neraca mencakup semua kewajiban klien
kepada keditur pada tanggal neraca mencakup semua kewajiban klien kepada
kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian
substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
4. Konfirmasi utang usaha
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di
neraca.
Untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha yang
dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1. Pemeriksaan pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
2. Konfirmasi piutang usaha
3. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca
Pengujian subtantif untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang
usaha di neraca adalah:
1. Konfirmasi utang usaha
2. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
3. Pembandingan penyajian utang usahadi neraca dengan PABU yang di audit
dengan PABU.
18
H. Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha
Program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang
dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan diatas. Berbagai
prosedur audit dilaksanakan dalam 5 tahap berikut ini:
1. Prosedur audit awal
2. Prosedur analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha
yang bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar
3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu.
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresiasinya
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol
Utang Usaha di buku besar.
19
Rerangka prosedur audit awal yang diterapkan dalam pengujian substantif terhadap
utang usaha dalah sama dengan yang ada pada gambar berikut:
(d)
(f)
Gambar: Prosedur Audit Awal dalam Pengujian Substantif atas Akun yang Disajikan
dalam Laporan Keuangan
1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang
Usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang tercantum di neraca
didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme
pencatatannya, maka saldo utang usaha yang dicantumkan di neraca diusut ke akun
buku besar berikut ini:
Utang Usaha
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya utang
dari transaksi pembelian berbagai golongan sediaan dan
pelunasannya. Jika perusahaan menggunakan sistem bukti kas
keluar (voucher system) dalam pengendalian kasnya, akun Utang
Usaha ini disebut dengan akun Bukti Kas Keluar yang Akan dibayar
(Voucher Payable).
Utang Wesel
20
Utang wesel merupakan utang yang dibuktikan dengan surat
berharga (berupa sertifikat wesel) yang dipegang oleh kreditur
sehingga kreditur dapat menjualnya kepada pihak lain. Utang ini
timbul dari transaksi pembelian berbagai golongan sediaan. Utang
wesel dibagi menjadi dua golongan: utang wesel berbunga dan utang
wesel tidak berbunga.
3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresiasinya
21
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan utang
uasaha berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di dalam akun
Utang Usaha diusut ke jurnal pembelian atau register bukti kas keluar dan
pendebitan ke akun tersebut diusut ke jurnal pengeluaran kas atau check register
dan jurnal umum (untuk transaksi retur pembelian)
saldo akun kontrol Utang Usaha di buku besar tersebut kemudian dicocokan dengan
jumlah saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip bukti kas keluar yang
belum dibayar untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang
bersangkutan dengan uang usaha utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.
J. Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap utang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih audit lebih intensif. Untuk itu,
auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:
Ratio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian : Rata-rata utang usaha
Rasio utang usaha dengan utang usaha Saldo utang usaha : Utang lancar
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor,
misalnya ratio tahun yang lalu, rata-rata rasio industri, atau ratio yang dianggarkan.
Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan: (1) peristiwa atau
transaksi yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4)
fluktuasi acak, atau (5) salah saji.
22
oleh auditor dengan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung
transaksi tersebut. Dalam memverifikasi saldo utang usaha dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut,, auditor memeriksa arsip bukti kas
keluar yang belum dibayar (open voucher file) beserta dokumen pendukungnya
seperti surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok.
Dalam memverifikasi utang wesel, meskipun sertifikat wesel berada di tangan
kreditur, namun biasanya klien memiliki sertifikat wesel tersebut. Dengan
demikian, verifikasi keberadaan utang wesel dilakukan oleh auditor dengan
memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien. Dalam memverifikasi
keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit dari bank
untuk membuktikan eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi
mengenai syarat-syarat kredit dan jumlah pokok pinjaman, kekayaan yang
dijaminkan, serta tarif bunga.
Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang
dikredit dan didebitkan ke dalam akun Utang Usaha berikut ini:
Di samping itu, keandalan saldo utang usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah
batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut diatas. Oleh
karena itu, auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang
mengkredit dan mendebit akun Utang Usaha dan pengujian pisah batas yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian
dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini:
23
2. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan
1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar dan memo debit beserta
dokumen pendukungnya: surat tagihan, atau kuitansi dari kreditur, dan
laporan pengiriman barang (untuk retur pembelian).
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar dan
memo debit.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan
memo debit dan dokumen pendukungnya
4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur
berdasarkan bukti kas keluar dan memo debit
24
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel
telah dicatat disebelah debit akun kreditur.
25
dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat dalam periode akuntansi yang
seharusnya.
Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas dalam transaksi berkurangnya utang
usaha karena pembayaran kas kepada kreditur, auditor memeriksa dokumen
bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai sebagai
basis pencatatan ke di dalam kartu utang. Dari pemeriksaan ini, auditor dapat
membuktikan ketetapan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat
pengurangan utang usaha dari pembayaran kas kepada kreditur.
Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor
melakukan observasi terhadap semua cek yang dibayarkan pada hari terakhir
tahun yang diaudit untuk membuktikan ketetapan pencatatan pengeluaran kas
dalam periode akuntansi yang seharusnya.
Periksa Adanya Utang Usaha yang tidak Dicatat
Sebagaimana telah diuraikan dalam karakteristik utang usaha, klien memiliki
kecenderungan untuk melakukan understatement utang usaha dengan cara
tidak mencatat kewajiban klien pada tanggal neraca. Oleh karena itu, fokus
auditor dalam pengujian subtantif terhadap utang usaha adalah menemukan
adanya unrecorded transaction yang berkaitan dengan utang usaha.
Utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari
berbagai keadaan berikut ini :
26
3. Klien menggunakan basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan sistem
bukti kas keluarnya (voucher system)
4. Adnya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum tunggal neraca, namun
penjual jasa baru menagih harga jas tersebut setelah tanggal neraca
(misalnya biaya iklan bulan Oktober sampai bulan Desember, baru ditagih
oleh perusahaan surat kabar bulan Januari tahun berikutnya).
Prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal
neraca:
27
Dengan memeriksa dokumen yang mendukung bukti kas keluar tersebut,
auditor dapat menemukan adanya unrecorded liabilities.
3. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Jika klien menjual barang
titipan milik perusahaan lain, pemeriksaan catatan sediaan barang
konsinyasi akan dapat menunjukkan berapa jumlah barang konsinyasi yang
telah dijual, namun oleh klien belum dikirimkan hasil penjualannya kepada
perusahaan yang menitipkan barang tersebut. Jumlah tersebut merupakan
utang klien kepada perusahaan penitip barang.
4. Pelajari aturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien. Kemungkinan
klien mempunyai kewajiban pajak yang belum diakui di dalam catatan
akuntansinya pada tanggal neraca. Untuk menemukan hal itu, auditor harus
memahami peraturan perpajakan yang menimbulkan kewajiban pajak bagi
klien.
5. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget), perintah kerja
(work order), dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya
utang yang belum dicatat. Dengan me-review berbagai dokumen tersebut,
auditor akan dapat menemukan kewajiban sehubungan dengan pembelian
aktiva tetap, pemerintah kerja, dan kontrak pembangunan, yang telah
menjadi kewajiban kelien pada tanggal neraca, namun belum dicatat dan
dijadikan oleh klien.
Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal belum dicatat dan
tidak disajikan di neraca, ada dua jalan yag dapat ditempuh oleh auditor, yaitu: (1)
mengusulkan adjustment kepada klien untuk mencatat uang tersebut, (2) tidak
mengusulkan adjustment kepada kelien, dan membiarkan uang tersebut tetap tidak
tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh auditor untuk memutuskan apakah
akan mengusulkan adjustment mengenai utang yang belum dicatat tersebut adalah:
28
2. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut akan mempengaruhi jumlah
modal kerja secara material? Jika jawabannya “ya” maka auditor harus
mengusulkan jurnal adjusment untuk mencatat utang tersebut.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana
auditor memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.
Contoh:
Suatu perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp. 10 miliar, dan laba menurut
perhitungan peusahaan sebesar Rp 500 juta.
Kasus 1
Auditor menemukan sebuah faktur sebesar Rp 7.000.000, bertanggal 30
Desember 20X2, dengan syara pembelian FOB shipping point. Barang telah
dikirim oleh pemasok pada tanggal 30 Desember 20X2, tetapi baru diteima ole klien
tanggal 4 Januari 20X3 dan dicatat oleh klien sebagai pembelian pada tanggal 4
Januari 20X3.
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca
seperti kasus 1 tersebut, auditor tidak akan mengusulkan adanya jurnal adjustment
untuk mencatat utang tersebut, Karena jika utang tersebut diusulkan untuk di adjust,
maka jurnal adjusment-nya adalah sebagai berikut:
Pembelian Rp 7.000.000
Utang usaha Rp 7.000.000
Jurnal ini tidak akan mempengaruhi modal kerja bersih dan tidak mempengaruhi
laba bersih tahun 20X2.
Kasus 2
Auditor menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp 20.000.000,
bertanggal 30 Desember 20X2, dengan syarat pembelian FOB shipping point.
Barang telah diterima pada tanggal 31 Desember 20X2 dan telah diikutsertakan
dalam perhitungan fisik sediaan pada tanggal neraca tersebut. Faktur baru diterima
29
oleh klien tanggal 8 januari 20X3 dan dicatat sebagai transaksi pembelian tahun
20X3.
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca
seperti kasus 2 tersebut, ia akan mengusulkan adanya jurnal adjustment untuk
mencatat utang tersebut karena:
Kasus 3
Faktur pembelian aktiva tetap sebesar Rp 70.000.000, bertanggal 31
Desember 20X2 diterima oleh klien pada tanggal 15 januari 20X3. Aktiva tetap
telah diterima oleh klien tanggal 31 Desember 20X2.
Jika utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal
neraca, akibatnya adalah modal kerja bersih akan terpengaruh, tetapi tidak
mempengaruhi penentuan laba klien. Umumnya dalam menghadapi utang ini,
auditor tidak menyarankan jurnal adjustment.
Kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar Rp 15.000.000, bertanggal 31 desember
20X2 untuk biaya iklan bulan oktober, November dan Desember 20X2. oleh klien,
faktur ini baru dicatat pada tanggal 15 Januari 20X3.
Utang biaya iklan ini seharusnya telah dicatat pada tanggal neraca, sehingga
biaya iklan tidak disajikan terlalu rendah di dalam laporan rugi laba tahun 20X2.
Jika utang ini tidak dicatat, akibatnya adalah penentuan laba terlalu tinggi, dan
modal kerja bersih terlalu besar. Auditor akan mengusulkan jurnal adjustment untuk
mencatat adanya utang biaya iklan pada tanggal neraca.
30
L. Pengujian terhadap Saldo
Tujuan pengujian saldo akun Utang Usaha Rinci adalah untuk
memverifikasi:
31
1. Kreditur yang melakukan penjualan yang besar kepada klien
pada tahun yang di audit.
2. Kreditur yang memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa
sifatnya.
3. Krediturnya mempunyai hubungan istimewa dengan kliennya.
b. Periksa Dokumen yang mendukung Transaksi Pembayaran Utang
Usaha Setelah Tanggal Neraca
Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat memberikan
petunjuk mengenai keberadaan klien tersebut. Dengan pemeriksaan
dokumen pendukung transaksi pembayaran utang usaha yang dicatat
dalam register cek , auditir memeroleh keyakinan bahwa utang usaha
yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya utang usaha yang
tidak dicatat pada tanggal neraca.
c. Lakukan Rekonsiliasi Utang Usaha yang tidak Dikonfirmasi Ke
Pernyataan Piutang Bulanan yang Diterima oleh Klien dari
Kreditur
Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfimasi dapat diverifikasi
keberadaanya melalui rekonsiliasi akun utang kepada kreditur dengan
surat pernyataan piutang yang diterima secara bulanan oleh kreditur.
Dari rekonsilisai ini auditor dapat memeroleh keyakinan bahwa utang
usaha yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya utanhg
usaha yang dicatat pada tanggal neraca.
32
3. Utang usaha kepada direksi, pemegang saham utamamanager dan
karyawan perusahaan.
Auditor harus memeriksa saldo debit akun Utang Usaha dan jika
perlu melakukan jurnal penggolongan kembali. Saldo debit akun
Utang usaha dapat terjadi karena klien membayar persekot ini
dengan cara mendebit saldo utang dan juga adanya retur pembelian.
Jika jumlahnya material, saldo debit akun Utang Usaha ini harus
dikelompokan sebagai unsur aktiva lancar, tidak boleh dikurangkan
dari utang usaha. Dan utang jangka panjang yang segera jatuh tempo
harus digolongkan ke dalam kelompok utang lancar.
B. Perika Pengungkapan yang bersangkutan dengan Utang Nonusaha
Jika utang Jangka Panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan
aktiva tidak lancar maka jumlah utang ini tetap disajikan di neraca
kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk
menghindari pengaruh signifikan terhadap perhitungan perubahan
posisi keuangan.
C. Periksa Pengungkapan yang beersangkutan dengan Utang Usaha
33
terjadi, yang berupa komitmen dan utang bersyarat. Dalam pengujian
substantif auditor berkewajiban untuk menentukan ada tau tidaknya
komitmen yang tidak dingkapkan dan utang bersyarat pada tanggal
neraca, dan jika ada, apakah klien telah mengungkapkan secara
memadai mengenai utang tersebut.
Utang bersyarat(contingent liabilities) merupakan kewajiban
potensial yang mempunyai kemungkinan akan sungguh-sungguh
menjadi utang attau akan dapat diselesaikan tanpa pengeluaran uang di
masa yang akan datang. Utang bersyarat berbeda dengan utang yang
belum dicatat pada tanggal neraca (Unrecorded liabilities) ini pada
tanggal neraca sudah benar-benar merupakan kewajiban. Contoh utang
bersyarat adalah piutang wesel yang didiskontokan ke bank,
biaya/denda pengadilan, tambahan pengenaan pajak, klaim dari
pembeli, biaya reparsi produk yang dijual dengan garansi. Utang
bersyarat harus dicantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara
berikut ini:
1. Utang bersyarat dicantumkan di dalam tanda kurung, dalam
kelompok utang lancar.
2. Utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “ Utang Bersyarat”
di neraca/
3. Jika memerlukan penjelasan yang panjang, utanng bersyarat
disajikan di bagian penjelasan laporan keuangan.
34
keputusan yang menyangkut anak perusahaan, yang
kesemuanya akan menmbulkan utang bersyarat.
2. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualandan kontrak yang
lain. Setiap kontrak yang ditandatangani klien menimbuklan
komitemen di phak klien. Semua komitmen yang melbatkan
jumlah rupiah yang material perlu dijelaskan di bagian
penjelasan laporan keuangan dibawah judul “Utang Bersyarat”
3. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara
pengadilan yang melibatkan klien. Informasi yang diperlukan
dari pengacara klien meliputi:
a. Gambaran perkara pengadilan yang melibatkan klien yang
ditangani oleh pengacara yang bersangkutan.
b. Suatu penilaian terhadap kemungkinan keputusan
pengadilan yang tidak menguntungkanklien akibat perkara
yang digambarkan.
c. Suatu taksiran kerugian yang mungkin diderita oleh klien
akbat perkara pengadilan tersebut atau suatu pernyataan dari
pengacara bahwa keruguan tidak mungkin dilakukan oleh
pengacara.
d. Suatu pernyatan jumlah hnorarium pengacara yang belum
ditagih.
4. Kirimkan konfimasi ke bank. auditor meminta informasi dari
bank mengenai kewajiban bersyarat yang mejadi tanggung
jawab klien pada tanggal neraca.
5. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.
Arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan akan
memberikan informasi mengenai persetujuan pemberian
jaminan terhadap utang yang ditarik oleh perusahaan lain dan
penjualan piutang usaha.
35
36
KASUS
Salah saji berikut dicantumkan dalam catatan akuntansi Wesgate Manufacturing
Company
37
6. Akuisisi bahan baku sering kali tidak dicatat hingga beberapa
minggu setelah barang diterima, karena personil penerimaan lalai
menyampaikan laporan penerimaan itu ke bagian akuntansi. Ketika
departemen, kredut vendor menekan departemen akuntansi
Westgate, ia mencari laporan penerimaan, mencatat transaksi dalam
jurnal akuisisi dan membayar tagihan.
Diminta
b. Untuk setiap salah saji, identifikasilah tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi yang tidak dipenuhi.
c. Umtul setiap salah saji, sebutkan pengendalian yang dapat
mencegah terjadinya salah saji atas dasar berkelanjutan.
d. Untuk setiap salah saji, sebutkan prosedur audit substantif yang
dapat mengungkapkannya.
Penyelesaian
Soal A
Soal B
38
bersangkutan sebelum pembayaran dilakukan untuk
mendapatkan barang yang dipesan.
2. Distribusi atau penggolongan akun harus diperiksa ulang oleh
individu yang memiliki tanggung jawab untuk menginput ke
dalam sistem.
3. setelah cek di tandatangani oleh bendahara perusahaan , cek
dikembalikan ke individu yang melakukan pembelian dan utang
usaha untuk di emailkan. Semua dokumen yang bersangkutan di
batalkan untuk mencegah terjadinya penggunaan ulang..
4. Cek dipersiapkan menggunakan proses komputer, dimana dalam
hal ini proses komputer akan menyiapkan cek secara serentak
dan meminimalisir terjadinya salah pembebanan ke akun lain.
Hal lain yang harus dilakukan untuk menghindari hal yang sama
terjadi adalah dengan melakukan rekonsiliasi akun bank secara
rutin pada akhir tiap bulannya.
5. Transaksi di rekam secara otomatis menggunakan proses
komputerisasi dengan informasi yang sama dengan informasi
yang terdapat pada saat mempersiapkan cek.
6. Laporan atas penerimaan barang untuk di serahkan pada bagian
akuntansi pada saat bahan baku diterima. Departemen akuntansi
meberikan urutan angka numerik yang urut atas laporan
penerimaan barang.
Soal C
1. Periksa dokumen yang mendasari kewajaran dan keasliannya.
2. Pemeriksaan faktur pendukung untuk memasukkan ke dalam
akun perbaikan dan pemeliharaan untuk memverifikasi
distribusi akun yang tepat.
3. Review kekurangan persediaan fisik untuk kejadian yang tidak
biasa atau tidak konsisten. Membandingkan penerima
pembayaran cek dengan nama perusahaan pada faktur vendor.
39
4. Membandingkan jumlah cek untuk memasukkan ke dalam jurnal
pengeluaran kas. Menguji rekonsiliasi bank.
5. Melacak cek terakhir yang ditulis ke jurnal pengeluaran kas.
Memeriksa tanggal cek yang dibatalkan di bank untuk
menentukan apakah cek dilakukan oleh klien.
6. Pada tanggal dimana uji cutoff dilakukan, auditor memperoleh
jumlah laporan penerimaan terakhir yang seharusnya dicatat dan
menjelaskan urutan numerik dari semua laporan penerimaan
sebelumnya yang seharusnya telah dicatat.
40
PENUTUP
A. Kesimpulan
Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian
substantif terhadap hutang lancar. Pengujian substantif terhadap utang
lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang
lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatement utang
lancar), sedangkan pengujian subsatantif terhadap aktiva lancar
ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva lancar).
Pengujian substantif terhadap utang lancar memerlukan waktu yang
relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian substantif
terhadap aktiva lancar.
Pengujian substantif terhadap utang usaha ditujukan untuk
memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang
usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transasksi yang
dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang
disajikan di neraca, membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di
neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang
usaha di neraca. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor
menempuh berbagai prosedur audit, yaitu prosedur audit awal, prosedur
analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian terhadap saldo
akun rinci, dan verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.
41
DAFTAR PUSTAKA
Arens. 2015. Auditing dan Jasa Assuance: Pendekatan Terintegrasi Edisi 15 Jilid 2.
Erlangga:Jakarta
42