Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perubahan anak gadis pada masa adolescence

Adolesense berasal dari istilah latin, yang berarti masa muda yang terjadi antara
17 – 30 tahun. Sehingga disimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja
dimulai antara 11–22 tahun.

Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi/ peralihan dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan
aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang tergolong remaja ini
berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat
Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk
mencari identitas diri.Bagi anak gadis, perkembangan fisik yang berhubungan dengan
aspek seksual yang terjadi selama masa puber memiliki ciri-ciri yang amat khas.
Walaupun masing-masing anak dapat berbeda dalam perkembangannya tetapi
umumnya ciri-ciri standart perkembangan tersebut adalah :
 Perkembangan mulai kira-kira pada umur 11 tahun.
 Berikutnya buah dada mulai tumbuh dan pantatnya makin membulat.
 Rambut di kemaluan mulai tumbuh.
 Uterus, vagina. Labia dan clitoris mulai membesar ukurannya.
 Selanjutnya bulu di kemaluan mulai terlihat jelas dan buah dada semakin
membesar.
 Perkembangan secara fisik ini mencapai puncaknya kira-kira pada usia 12 tahun.
 Pada puncak perkembangan ini menstruasi mulai datang.
 Setelah fase ini mereka akan dapat melakukan pembuahan ( konsepsi ) kira-kira
setahun setelah menstruasi datang.
Ketika pertumbuhan ini sedang terjadi, ada kalanya tubuh seorang anak gadis tumbuh
secara asimetris. Misalnya, kaki mereka tumbuh lebih dulu. Lalu tungkai dan lengan.
Selanjutnya baru bagian tubuh lainnya. Ada kalanya ketika pertumbuhan ini sedang
terjadi mereka tampak lucu dan ini kadang kala dapat membuatnya minder. Misalnya
ukuran kaki yang tiba-tiba dirasakan besar sekali. Untuk itu orang tua sebaiknya
membantu mereka dengan menjelaskan tentang pertumbuhannya itu melalui
informasi-informasi yang benar.

Perubahan-perubahan Adolesense
Pada masa adolescence, biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang gadis
baik fisik maupun psikis, walaupun akibatnya sementara akan tetapi mempengaruhi
perubahan dalam pola prilaku, sikap dan kepribadian.

Perubahan-perubahan tersebut di antaranya:

1. Cinta Diri

Dua kata yang perlu di jelaskan dari kutipan di atas yaitu: cinta dan diri sediri.
Cinta bermakna perasaan puas pada diri seseorang, sehingga suatu atau yang dicintai
akan mendapat perlakuan yang istimewa dari orang yang di cintainya, mendapat
penjagaan, diperlakukan secara istimewa, membayangkan keberadaannya, semua hal
yang dilakukan karena cinta adalah demi menjaga keberadaan dan rasa puas yang
dimiliki terhadap yang dicintai. Kalau yang dicintai berupa barang, maka barang
tersebut tidak akan pernah dirusakan, cacat atau di rampas orang.

Diri sendiri artinya bukan orang lain istilahnya yaitu “AKU”, meliputi tubuh dan
batin. Jadi mencintai diri sendiri adalah mencintai tubuh dan batin, bagaimana
seseorang mencintai di dirinya maka ia akan merawat tubuhnya, menjaganya, dan
tidak akan membahayakannya.

Cinta diri merupakan sumber pergeseran dan benturan sebanyak komponen yang
ada pada manusia, cinta diri menciptakan tuntutan hasrat dan kebutuhan serta
kebebasan yang meluas pada manusia. Ada dua kepentingan hidup yaitu kepentingan
pribadi dan kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak
berarti, karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan
sedikitpun dari dirinya. Berdasarkan cinta diri setiap manusia selalu mendahulukan
kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.

Ada 2 jenis Cinta Diri:

a. Cinta Diri Positif

1. Terdiri dari kecintaanmu pada dirimu, jelas melebihi kecintaanmu pada orang
lain.

2. Cinta pada diri sendiri dan orang lain dapat saling berdampingan
3. Cintailah orang di sekelilingmu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri,
menunjukan bahwa integritas keunikan diri serta cinta dan pengertian terhadap
manusia lainya.

b. Cinta Diri Negatif

Dimana seseorang hanya mencintai dirinya sendiri tanpa mementingkan


kepentingan orang lain dan mementingkan kepentingan dirinya tanpa
mempertimbangakan orang lain di sekelilingnya.

Mengamati cinta diri pada tataran fungsional dan aplikatifnya, naluri ini
menjadi sumber pergesekan dan benturan, sebanyak komponen yang ada pada
umat manusia. Cinta diri menciptakan tuntutan, hasrat, kebutuhan, kebebasan
yang seluas-luasnya pada image manusia. Cinta diri mendorong setiap yang
memiliki melibatkan apa saja di sekitarnya yang bisa memenuhi kebutuhan dan
memuaskan tututannya. Sehingga, menjadi mustahil bertahan hidup dalam
kesendirian dan keterasingan. Kodratnya menghukum dirinya sebagai political
animal, sehingga ia terpaksa mengadakan kontrak sosial dengan selainnya, dan
tidak segan-segan melibatkan sesamanya demi kepentingan cinta diri sendiri. Dari
cara yang paling sopan, sampai modus yang paling sadis, layaknya Hanibalisme,
Vandalisme, atau bentuk yang lebih licik dan terselubung semisal Demokrasi,
Liberal, Perdamaian, HAM, dll. Maka, disini seperti ada perebutan kepentingan
yang mau tidak mau mesti dijalani umat manusia, dimanapun, kapanpun.

Perebutan itu bukan hanya antar-komponen umat, tetapi antar-umat dan


komponennya sendiri. Jelas disini, ada adu dua kepentingan hidup yaitu:
kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum
menjadi tidak berarti, karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan
kesempurnaan sedikitpun dari dirinya.
Berdasarkan cinta diri, setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan
pribadi di atas kepentingan umum. Dilema sosial dan egosentrisme ini tidak akan
bisa diselesaikan oleh atau dinisbahkan kepada institusi sosial atau perangkat
kekuasaan, karena keduanya produk sekawanan manusia yang masing-masing
juga cinta diri.
Sepertinya boleh dikatakan bahwa segala apapun yang terjadi di dunia ini
adalah berkah kekuatan dan kebebasan egoisme, sebuah naluri yang terpatri
dalam kodrat manusia. Sejarah peradabannya tidak pernah memberikan laporan
yang bisa menekan tensi anxiety, selain manipulasi dan pembodohan fakta.
Ketika Demokrasi, Modernitas dan Globalisasi dianggap peradaban
manusia terunggul, umat manusia, secara sadar atau terpaksa, tengah menyimak
variabel pemalsuan riwayat hidup mutakhirnya.

2. Fantasi Seksual

Pada masa ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih sayang satu sama
lain, mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa dan bagaimana mereka
(lawan jenis) di mata orang lain, mereka mulai merasakan ketertarikan secara
seksual antara satu dengan yang lain, sehingga timbul yang di namakan rasa
suka, ingin memiliki dan saling memuji. Bagi remaja yang pola
perkembanganya normal dalam arti dia menyadari setiap tahap perkembangan,
maka tidak adanya hambatan dalam dirimya untuk melewati fase ini, akan
tetapi apabila ada remaja yang memang tidak melewati fase ini maka akan
terjadi keterbelakangan daya tarik atau ketertarikan dengan lawan jenis pada
masanya.

Gelora cinta anak gadis yang biasanya membadai itu tidak selalu ditujukan
pada seorang obyek pribadi yang riil. Ada kalanya anak gadis mengarahkan
obyek cintanya pada suatu obyek fantasi yang hanya ada dalam imaginasi
(khayalan) sendiri. Ada kalanya gambaran khayalan obyek cinta itu didorong
oleh ambisi yang terlalu besar dengan tuntutan persyaratan yang berat dan oleh
dorongan ingin mendapatkan pengakuan terhadap kemampuannya. Sebagai
akibat dari tuntunan ini, fantasi tersebut tidak pernah bisa dikonsentrasikan
pada seorang pria saja. Sedang isi fantasi cintanya pada umumnya ditentukan
oleh kultural tempat anak gadis tadi berada.
Jika fantasi-fantasi cintanya itu tidak bersifat sosial atau ideologis, akan
tetapi bersifat murni egosentris, maka realisasi dari fantasi tersebut biasanya
akan menumbuhkan kekecewaan-kekecewaan pada dirinya. Sebab, seorang
yang egosentris akan memandang dunia luar dari pandangan dan selera sendiri,
menurut pengertian sendiri, juga dibatasi oleh perasaan dan fikirannya yang
masih sempit. Ia sangat terpengaruh oleh akal budinya yang masih “cupet”,
serta tidak mampu menyelami perasaan dan fikiran oranglain. Dia belum
mampu menempatkan diri ke dalam kehidupan batiniah oranglain atau
partnernya. Selanjutnya egosentrisme tadi ada umumnya sifatnya naif, dan
sangat terikat pada diri sendiri. Dengan sendirinya orang yang egosentris itu
selalu mengutamakan kepentingan sendiri, melihat dunia luar dengan kacamata
batin sendiri, sedang sifatnya kurang matang dan kurang mantap. Jika pola
demikian ini terus menerus akan dilanjutkan, maka anak gadis tersebut tentu
akan tertumbuk pada banyak kesulitan serta kekecewaan dikemudian harinya.
Pada anak-anak gadis adolesens, unsur-unsur erotik itu lebih lama
dihayatinya, jika dibandingkan dengan penghayatan anak laki-laki. Hal ini
terutama disebabkan oleh adanya perbedaan anatomis. Fantasi-fantasi erotik
pada anak laki-laki pada umumnya segera, dan disertai dengan proses-proses
genital (genetalia = organ kelamin). Sebaliknya pada anak-anak gadis, mereka
tidak begitu cepat mengerti bahwa alat kelaminnya itu juga merupakan alat
pelaksana dari hasrat cintanya. Pada umumnya anak-anak gadis masih dapat
membedakan antara-antara ketagangan psikis (oleh perasaan-perasaan psikis)
dari ketegangan fisis sebagai akibat dari ketegangan pada organ kelaminnya,
jika mereka melakukan masturbasi atau mengalami orgasme.
Marilah kita sejenak kembali pada kehidupan fantasi anak gadis adolesens.
Fantasi itu bisa dianggap sebagai bayangan khayali bagi hari depan, yang ingin
direalisasikan. Jadi, sifatnya positif. Tetapi ada kalanya pula fantasi itu dipakai
sebagai alat untuk melarikan diri dari dunia kenyataan, dan untuk mengaingkari
realitas. Maka terjadilah apa yang disebut orang sebagai Pseudologi. Menurut
Fenichel, pseudologi itu merupakan satu metode khusus untuk memungkiri
(verlochenen) realitas.
Pada masa adolesense ini setiap realitas (keaktifan real, kegiatan nyata)
yang bisa memenuhi atau memuaskan keinginan–keinginan seksual, memang
bisa merupakan bahaya bagi dirinya. Maka sebagai penggantinya ia melakukan
repressi (menekan kedalam, mengendalikan) yaitu menekan gejolak – gejolak
seksual dan ditransformasikan dalam bentuk fantasi atau pseudologi. Hal ini
merupakan satu cara untuk melarikan diri dari dunia kenyataan sekarang ialah
dengan cara memindahkan realisasi pemenuhan keinginan seksual pada masa
yang akan datang didalam fantasi–fantasinya. Ada sekelompok anak–anak gadis
pada usia adolesense yang oleh rasa ketakutan merealisasikan dorongan
seksualnya. Mereka berusaha mengatasi ketakutannya dengan melakukan “
intervensi seksual aktif “ yaitu berlaku sok berani dan sok tau, didorong oleh
rasa ingin tahu karena merasa dirinya sudah dewasa. Akan tetapi pada akhirnya
justru malah menekan dan menindih berat jiwa mereka.

3. Multiple Personality

Kepribadian ganda (tidak hanya 2 kepribadian, bisa lebih dari 2) atau


multiple personality. Secara mudahnya bisa di katankan 2 atau lebih jiwa
yang menghuni badan dan raga seseorang. Ini merupakan salah satu bentuk
kelainan jiwa, dalam pengertian umum kelainan jiwa tidak sama dengan sakit
jiwa.

Sakit jiwa konotasinya seseorang yang kehilangan realitas hidupnya,


tertawa sendiri, menagis, berhalusinasi. Sedangkan kelainan jiwa lebih halus
dari sakit jiwa, kelainan jiwa masih dalam tahap normal, tidak mengganggu
dan biasanya tidak teridentifikasi bila tidak mengunakan alat tes psikologi.
Contoh: rasa takut berlebihan, takut gelap, takut keramaian, takut laba-laba
(secara berlebihan). Kelainan jiwa ini bisa bersifat keturunan atau juga
pengaruh lingkungan biasanya karena obsesi yang mendalam atau tekanan
jiwa/batin yang keras dan lama. Penyebab terjadinya gangguan kepribadian
majemuk di akibatkan oleh penyiksaan fisik yang di lakukan oleh ibu atau
bapaknya sendiri.akan terjadi pribadi dominan bisa menyadari pribadi-pribadi
lainya namun pribadi asli kadang tidak menyadarinya sama sekali.

4.Psedoafektivitat

Menurut Dr. Helena deutsh bahwa relasi emosional,dari identifikasi


total,di sebut Psedoaktivitat, yang dapat menimbulkan gejala-gejala neorologis
dan patologis.ada juga gadis-gadis adolesense yang berbakat intelektual tinggi
yang tidak mampu mengendalikan macam-macam identifikasi dan tidak mampu
membatasi wilayah identifikasinya ia sangat mudah terpengaruh oleh sugesti
dari luar, sehingga ia sulit mendapatkan keseimbangan batin.
Peristiwa ini memberikan efek yang destruktif merusak pada diri
sendiri dan lingkunganya. Contoh kongkritnya adalah :
a.Peristiwa kawin cerai berulang kali.
b.Prostitusi/ pelacuran.
c. Berganti-ganti lapangan kerja tanpa sebab yang jelas.
d. Petualangan cinta (ganti-ganti pacar).
Adakalnya identifikasi total ini mengakibatkan timbulnya pribadi
majemuk di mana munculnya pribadi sendiri yang tidak sama dengan pribadi
yang teridentifikasi, freud menanamkan gejala tersebut sebagai fenomena
hidup. Proses identifikasi ini bisa berlangsung terhadap beberapa orang
sehingga timbul perpecahan pribadi yang dikenal sebagai gejala majemuk
pribadi.

https://luluasegaf.wordpress.com/2010/12/17/anak-gadis-pada-masa-puber/

Anda mungkin juga menyukai