TENTANG
PANDUAN PEMBERIAN OBAT
DI RS BUKIT LEWOLEBA
BAB I
DEFINISI
Pemberian obat adalah perlakuan yang diberikan oleh petugas kesehatan yang memiliki
kewenangan dan kompetensi untuk memberikan obat kepada pasien.
Berikut ini adalah beberapa definisi operasional dari istilah-istilah yang berkaitan dengan
pemberian obat.
1. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
2. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
BAB II
RUANG LINGKUP
b. Variabel Fisiologis
Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat
tertentu. Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua
senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang sama. Variasi diurnal pada
sekresi ekstrogen bertanggung jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang di alami
wanita
c. Usia
Usia pasien berdampak langsung pada kerja obat. Bayi tidak memiliki banyak
enzim yang diperlukan untuk metabolisme obat normal. Jumlah perubahan fisiologis
yang menyertai penuaan mempengaruhi respon terhadap terapi obat. Sistem tubuh
mengalami perubahan fungsi dan struktur yang mengubah pengaruh obat. Tim
kesehatan harus berupaya meminimalkan efek obat yang berbahaya dengan
mempertimbangkan kapasitas fungsi yang tersedia pada pasien.
d. Status Nutrisi
Status nutrisi mempengaruhi efektifitas kerja obat, Apabila status nutrisi
pasien buruk, sel tidak dapat berfungsi dengan normal, sehingga biotransformasi tidak
berlangsung sempurna, metabolisme obat bergantung pada nutrisi yang adekuat untuk
membentuk enzim dan protein. Kebanyakan obat berikatan dengan protein sebelum
didistribusi ke tempat kerja obat.
e. Status Kesehatan
Setiap penyakit yang merusak fungsi organ yang bertanggung jawab untuk
farmakokinetik normal juga dapat merusak kerja obat. Perubahan integritas kulit,
penurunan absorpsi atau motilitas saluran cerna, dan kerusakan fungsi ginjal dan hati
hanya beberapa kondisi penyakit yang berhubungan dengan kondisi yang dapat
mengurangi kemanjuran obat atau membuat kliien berisiko mengalami toksikasi obat.
f. Kondisi Lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respon hormonal yang pada
akhirnya mengganggu metabolisme obat pada pasien. Radiasi ion menghasilkan efek
yang sama dengan mengubah kecepatan aktivitas enzim.
Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respon terhadap obat.
Pasien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca
panas, dosis vasodilator perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek
obat, cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator
ditambah.
Reaksi suatu obat bervariasi, bergantung pada lingkungan obat itu digunakan.
Pasien yang dilindungi dalam isolasi dan diberikan analgesik memperoleh efek
peredaan nyeri yang lebih kecil dibandingkan pasien yang dirawat di ruang tempat
keluarga dapat mengunjungi pasien
g. Faktor Psikologis
Sejumlah faktor psikologis mempengaruhi penggunaan obat dan respon
terhadap obat. Sikap seseorang berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh
keluarga. Melihat orang tua sering menggunakan obat – obatan dapat membuat anak
menerima obat sebagai bagian dari kehidupan normalnya.
Perilaku perawat saat memberikan obat sangat berdampak secara signifikan
pada respon pasien terhadap pengobatan. Apabila perawat memberikan kesan bahwa
obat dapat membantu, pengobatan kemungkinan akan memberikan efek yang positif.
Apabila perawat terlihat kurang peduli saat pasien kurang nyaman, obat yang
diberikan terbukti relatif tidak efektif.
h. Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau nutrien. contoh, vit.
K (terkandung dalam sayur hijau berdaun) merupakan nutrien yang melawan efek
warfarin natrium (coumadin), mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan
darah. Minyak mineral mengurangi absorpi vitamin larut lemak. Pasien
membutuhkan nutrisi tambahan saat mengkonsumsi obat yang menurunkan efek
nutrisi. Mengelola konsumsi nutrien tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.
Jalur pemberian obat tergantung pada bentuk obat dan efek yang diharapkan, serta
kondisi fisik dan mental pasien.
a. Jalur Oral
Jalur oral merupakan jalur yang termudah dan paling sering digunakan, relatif
aman, praktis dan ekonomis. Obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Kelemahan
dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak
efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak kooperatif, kurang disukai
jika rasanya pahit.
b. Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya
adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah
lidah jumlahnya banyak. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual
adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
c. Jalur Parenteral
Cara pemberiaan obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan)
tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan.
Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa untuk
pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara
pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam
tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
1. Intravena (IV)
Tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara intravena karena
obat langsung masuk ke dalam vena, “onset of action” cepat, efisien,
bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang menyebabkan iritasi kalau diberikan
dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya
pendek
2. Intramuskular (IM)
“Onset of action” pemberian obat secara intramusculer bervariasi, berupa
larutan dalam air yang lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam
minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan
penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar kecilnya partikel yang
tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi
3. Subkutan (SC)
“Onset of action” lebih cepat daripada sediaan suspensi, determinan dari
kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi penyerapan,
menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal sehingga difusi obat
tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan hyaluronidase,
suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan
d. Jalur Topikal
Obat yang dioleskan ke kulit dan membran mukosa biasanya memiliki efek
local. Memberikan obat topikal bisa dengan cara mengoleskan ke seluruh area,
memberikan di bawah pembalut, menggosok bagian tubuh dengan larutan,atau obat
diberikan pada saat mandi.
e. Jalur Inhalasi
Pemberiannya obat melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian
obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat
dapat terkontrol dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang
diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi
dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran
pernapasan. Perawat memberikan obat inhalasi melalui lubang hidung, mulut, selang
endotrakeal, atau trakeostomi. Obat yang diberikan melalui inhalasi dapat langsung
diserap dan bekerja dengan cepat karena jaringan paru memiliki suplai pembuluh
darah yang banyak. Obat-obatan inhalasi memiliki efek local maupun sistemik.
f. Rektal
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya
adalah mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.
g. Pervaginam
Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan
secara rektal, hanya saja dimasukan ke dalam vagina.
4. Kesalahan Pengobatan
TATA LAKSANA
Pemberian obat kepada pasien dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan yang terdiri
dari tenaga keperawatan (perawat , perawat gigi dan bidan) dan dokter yang kompeten dan
memiliki kewenangan klinis untuk memberikan obat kepada pasien.
1. Tepat obat
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter yang terdapat dalam catatan
perkembangan terintegrasi dan catatan pengobatan
b. Menanyakan ada tidaknya alergi obat
c. Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat
d. Mengecek label obat 3 kali ( saat melihat kemasan, sebelum menuangkan, dan setelah
menuangkan obat) sebelum memberikan obat
e. Mengetahui interaksi obat
f. Mengetahui efek samping obat
g. Hanya memberikan obat yang disiapkan sendiri
h. Mengecek kembali ketepatan obat bersama petugas kesehatan lain (double check)
2. Tepat dosis
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mengecek hasil hitungan dosis dengan petugas kesehatan lain (double check)
c. Mencampur / mengoplos obat sesuai petunjuk pada label / kemasan obat
3. Tepat waktu
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mengecek tanggal kadaluarsa obat
c. Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum sampai 30 menit setelah waktu
yang diprogramkan
Obat dapat diberikan dalam rentang waktu sebagai berikut
1 X 1 pagi 06 – 07
1 X 1 malam 21 – 22
2X1 06 – 07 18 – 19
3X1 06 – 07 12 – 13 19 – 20
4X1 06 – 07 12 – 13 18 – 19 22 – 23
5X 1 06 – 07 10 – 11 15 – 16 20 – 21 23 – 24
6X1 05 – 06 09 – 10 13 – 14 17 – 18 21 – 22 01 – 02
d. Mengecek kembali ketepatan waktu bersama petugas kesehatan lain (double check)
4. Tepat pasien
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Meminta pasien menyebutkan nama pasien yang akan diberikan obat
c. Mengecek identitas pasien pada gelang identitas pasien yang akan diberikan obat
d. Mengecek kembali ketepatan pasien bersama petugas kesehatan lain (double check)
5. Tepat cara pemberian
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mengecek cara pemberian pada label / kemasan obat
c. Mengecek kembali ketepatan cara pemberian bersama petugas kesehatan lain (double
check)
d. Pemberian per oral : mengecek kemampuan menelan, membantu pasien minum
obatnya
e. Pemberian melalui intramuskular : tidak memberikan obat > 5 cc pada satu lokasi
suntikan
6. Tepat dokumentasi
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mencatat nama pasien , nama obat, dosis, cara dan waktu pemberian obat
c. Mencantumkan nama dan paraf dari kedua petugas kesehatan yang mempersiapkan
pengobatan (Double sign)
d. Mencatat keluhan pasien
e. Mencatat penolakan pasien
f. Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat ( pada pasien yang
memerlukan pembatasan cairan)
g. Mencatat segera setelah memberikan obat
BAB IV
DOKUMENTASI
DITETAPKAN DI : Lembata
PADA TANGGAL : 6 DESEMBER 2016
DIREKTUR UTAMA,