SKRIPSI
OLEH
ATFENTRI N TAHALELE
12105 31201 12 109
FAKULTAS TEKNIK
(UMMU) Ternate
2018
LEMBARAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
Atfentri Nikolas Tahalele
12105 31201 12 109
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
MENGETAHUI
Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
KETUA
SKRIPSI
.
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarana (S1)
Pada Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
Disusun Oleh :
Atfentri Nikolas Tahalele
12105 31201 12 109
Disahkan Pada: Tanggal,....Juni 2018
PEMBIMBING I PENGUJI I
PEMBIMBING II PENGUJI II
MENGETAHUI
Dekan
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
Puji dan syukur senantias di panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan berkat dan karunia-Nya yang selalu nyata bagi penulis dan tak
dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan baik. Penulis yakin
ini bukan karena kekuatan dan kecerdasan penulis melainkan karena rahmat
skripsi ini adalah bagian dari hasil penelitian serta mengamatan secara langgsung
dan pengujian sebelumnya. Adapun skripsi yang ditulis ini adalah hasil penelitian
Ternate,...Juni 2018
Penyusun
Atfentri N Tahalele
12105 31201 12 109
i
Motto
(Slogan Teknik)
SURAT PERNYATAAN
No. Judul
Adalah benar karya saya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain
dan saya ajukan sebagai syarat untuk meraih gelar sarjan (S1) Pada Program Studi
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan karya
saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
mestinya.
Ternate,...Juni 2018
Yang membuat pernyataan,
Meterai
SD Inpres Tewil Pada Tahun 1994 – 1999. Setelah itu melanjutkan pendidikan
pada sekolah lanjutan Tingkat Partama pada SLTP N I Maba pada tahun 2000
dan lulus pada 2003, kemudian melanjutkan studi pada sekolah menengah atas
pada SMA N I HALTIM pada tahun 2003 dan luulus pada tahun 2006. Dalam
upaya untuk mencapai gelar sarajan (S1) penulis pernah menjajaki bebrapa
dilanjutkan sampai pada tahapan wisuda. Seiring dengan waktu yang berjalan,
penulis pun pada tahun 2012 mendaftarkan diri pada Fakultas Teknik
dengan masa studi 5 tahun 9 bulan penulis menyelesaikan studi pada Program
Maluku Utara.
Ternate,.....Juni 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Isi Halaman
JUDUL
LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBARAN PENGESAHAN
RIWAYAT PENULIS
ABSTRACK
BAB I. PENDAHULUAN
ii
II.3 Geomorfologi ..................................................................................... 10
iii
III.6 Proses Penambangan ......................................................................... 25
iv
V.2.1.1. Dilusi Pada Front Penambangan .................................................... 40
V.12. Analisa Scatter Plot Kadar Ni dan Fe Pada Front dan Stockyard ...... 57
VI. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
Isi Halaman
Gambar III.2. Dilusi Yang Terjadi Pada Proses Tahapan Pertambangan ............. 28
Gambar V.1. Lapisan Tanah Penutup Yang Telah Dibolak Balik ........................ 36
Gambar. V.3. Zona Kontak Hard Saprolit Dan Soft Saprolit ............................... 38
vi
Gambar V.15. Grafik Histogram Data % Fe pada Front....................................... 55
Gambar V.13. Grafik Analisa Scatter Plot Data Ni pada Front dan Stockyard .... 57
Gambar V.13. Grafik Analisa Scatter Plot Data Fe pada Front dan Stockyard .... 58
vii
DAFTAR TABEL
Isi Halaman
viii
STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN
PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA
KECAMATAN KOTA MABA KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
PROVINSI MALUKU UTARA
INTISARI
Salah satu kendala dalam penambangan nikel adalah adanya perubahan kadar (Ni)
dan (Fe) dari data hasil pemboran yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi
penambangan. Hal ini dikarenakan terjadinya pencampuran material lain yang
tidak bernilai ekonomis kedalam material yang ingin ditambang atau dengan kata
lain terjadinya dilusi (Dilution). Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar presentase dilusi yang terjadi pada saat kegiatan penambangan dan metode
apa yang harus digunakan untuk meminimalisir terjadinya dilusi. Metode
penelitian meliputi pengambilan data tonase ore dan data tonase waste serta
faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya dilusi. Tahapan selanjutnya
mengolah dan menganalisa seberapa besar presentase terjadinya dilusi. Hasil
perhitungan menunjukan bahwa dilusi yang terjadi adalah sebesar 16,06 % hasil
identifikasi sampel pada front yaitu : Ni = 1,81% dan Fe = 15,92%. Sedangkan
perbandingan kadar dengan data sampel stockyar Ni= 0,09% dan Fe = - 0,02%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil identifikasi data kadar pada
front mengalami penurunan kadar Ni setelah dilakukan identifikasi kadar pada
Stockyard, dimana nikel sebesar 4,97% dan besi mengalami peningkatan kadar
sebesar -0,12%.
ABSTRACK
One of the obstacles in nickel mining is the change of concentration (Ni) and (Fe)
from the drilling result data which is not in accordance with the level of mining
realization results. This is due to the occurrence of mixing other materials that are
not economical value into the material to be mined or in other words the
occurrence of dilution (Dilution). The objective of this research is to know how
big the percentage of dilution occurring at the time of mining activity and what
method should be used to minimize the happening of dilution. Research methods
include taking ore tonnage data and waste tonnage data as well as factors that
result in dilution. The next step to process and analyze how much percentage of
dilution. Result of calculation show that dilution happened is equal to 16,06%
result of identification of sample at front that is: Ni = 1,81% and Fe = 15,92%.
While the ratio of content with sample data stocky Ni = 0,09% and Fe = - 0,02%.
From the results of this study it can be concluded that the results of identification
of data on the front level decreased levels of Ni after the level of stockyard was
identified, where nickel was 4.97% and iron increased by -0.12%.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam baik mineral
maupun batubara. Salah satunya adalah bahan galian logam/biji yang merupakan
bahan galian yang di olah dengan teknologi tertentu agar dapat di ambil dan
sumberdaya alam terbesar urutan kelima di dunia ini memiliki potensi penyebaran
Bagian Tenggara, Papua, Maluku dan Maluku Utara, (Zulkifli, 2014). Olehnya itu
wilayah yang memiliki sumberdaya tersebut, salah satunya yaitu PT. Adhita Nikel
Indonesia.
PT. Adhita Nikel Indonesia adalah salah satu perusahan yang sudah
mengantongi sertifikat Bersih dan Tuntas dari Kementrian ESDM. Perusahaan ini
memiliki luas konsesi sebesar 18 ribu hektar. Dari jumlah tersebut yang menjadi
wilayah IUP Operasi produksi sebesar 2000 hektar, dimana yang sudah
Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup seluas 500 hektar. Dari kegiatan
eksplorasi yang dilakukan atas areal seluas 150 hektar dari jumlah keseluruhan
perhitungan cadangan, cadangan yang siap ditambang sebesar 55 juta metrik ton.
Adapun kadar nikel yang dimiliki pun sangat bervariasi mulai dari kadar rendah
1
1,5% sampai kadar 4,0% bahkan ada yang lebih tinggi dari kadar 4,0 % tersebut
Penambangan nikel sendiri dimulai dari tahapan land clearing sampai pada
pengupasan tanah penutup (over burden), pemuatan dan pengangkutan biji (ore).
kombinasi peralatan backhoe dan dump truk. Salah satu kendala dalam
penambangan nikel adalah adanya perubahan kadar (Ni) dan (Fe) dari data hasil
pemboran yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi penambangan. Hal ini
kedalam material yang ingin ditambang atau dengan kata lain terjadinya dilusi
(Dilution)
Olehnya itu perlu untuk dilakukan studi mengenai dampak yang kemudian
terjadinya perubahan kadar akibat dilusi penambangan yang terjadi. Dari latar
Penambangan ”
adalah :
penambangan.
2
I.3. Batasan Masalah
kegiatan penambangan.
dilusi
yang ada.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
terletak diantara 1280 20’ 14’’ bujur timur dan 000 30’ 31’’ lintang selatan. Yang
dimana wilayah tersebut dapat ditempuh melalui jalur darat maupun udara:
1. Ternate – Sofifi
2. Sofifi-Soagimalaha
4. Buli - Soagimalaha
4
Sumber : (Sumber : Bakonsultanal, 2018)
5
II.2 Geologi Regional Daerah Penelitian
Tektonik regional Pulau Halmahera terbagi atas dua mandala utama geologi
yaitu Mendala Geologi Halmahera Timur atau Lengan Timur dan Mendala
Geologi Halmahera Barat atau Lengan Barat. Kedua Mendala geologi tersebut
memiliki karakteristik yang sangat berbeda (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam
semenanjung utara serta Pulau Morotai adalah merupakan bagian dari fisiografi
Mendala Halmahera Barat. Hubungan antara kedua mandala berupa jalur tektonik
dengan perlipatan dan pensesaran yang kuat berbatuan sedimen Neogen. Batuan
Kapur dan awal Tersier. Tersusun oleh batuan ultrabasa dan serpih merah yang
diduga berumur Kapur terdapat dalam batuan sedimen Formasi Dorosagu yang
Formasi Bacan yang batuan vulkanik berumur akhir Oligosen – Miosen Awal
(Oligo-Miosen).
berlereng curam dengan torehan sungai yang dalam dan sebagian kecil
6
Oligo-Miosen dan yang lebih tua (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam Apandi,
1980). Morfologi karst terdapat pada daerah batuan gamping, baik yang berumur
rendah dan lerengnya yang lebih landai daripada batuan yang lebih tua.
tektonik berupa perlipatan, sesar naik secara intensif dengan arah utama UUT –
SSB. Sesar normal berarah BUB – TUT dan ini terjadi pada fase tektonik akhir,
batuan vulkanik Formasi Bacan dan batuan sedimen Formasi Weda. Komplek
batuan ultrabasa (Ub) merupakan batuan tertua diperkirakan berumur Kapur yang
terdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit umumnya berwarna hitam, getas,
Oligosen – Miosen Bawah terdiri dari lava, breksi dan tufa, dengan sisipan
komponen batuan beku yang dapat dikenal adalah andesit piroksen, kristal halus,
7
afanitik kelabu, porfiritik berwarna merah dengan piroksen sebagai fenokrisnya,
andesit piroksen warna kehijauan, basal porfiritik kelabu tua dengan fenokris
terdiri dari batupasir arkosa, gampingan berbutir sedang, warna kuning dan
II.3. Geomorfologi
daratan menempati daerah tepi pantai dan sungai terutama pantai bagian timur.
II.4. Topografi
tersebut merupakan perbukitan yang di tutupi oleh hasil pelapukan batuan dan
8
II.5. Vegetasi
Vegetasi yang berada pada daearah penelitian sama halnya dengan kondisi
veegatasi yang berada pada hutan pengunungan secara umum yang ada di daratan
halamahera timur. Dimana pepohonan yang tumbuh didaerah ini berupa pohon
kasawari, pohon ketapang, pohon merbau, dan juga pepohonan tunggal serta
semak belukar yang menyebar secara luas pada daerah penelitian. Gambar. II.4
9
Sumber : Peta Dasar Geologi Indonesia, Bakonsultanal
10
Sumber : Peta Dasar Global Maper.11 Convert surfer. 10
11
Sumber : Dokumentasi lapangan, Mei 2018
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan
banyak dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Nikel
merupakan logam berwarna kelabu perak yang memiliki sifat fisik antara lain :
3. Pada udara terbuka memiliki sifat yang lebih stabil daripada besi.
Laterisasi adalah proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab
(tropis) yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yang
relatif stabil, membentuk formasi lapisan regolit yang tebal dengan karakteristik
pengendapan.
13
III.2. Genesa Endapan Nikel Laterit
mengandung olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya
Air tanah yang kaya akan CO2, berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan
silika. Di dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap
sebagai ferrihidroksida.
magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak
turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian
proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan
berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari
unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan
kombinasinya.
14
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka Ni
yang terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air sudah tidak
dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni
yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit
dengan rumus kimia (Ni,Mg) Si4O5 (OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus
enrichment). Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu
penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih
dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-
terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi
maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai
sebagai berikut :
nikel laterit, dimana batuan asal tersebut adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini
pada batuan ultra basa tersebut, terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara
batuan lainnya, mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak
15
III.2.1.2 Iklim
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah, juga dapat menyebabkan terjadinya
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
ph larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam
a. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti
lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar
yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil
16
III.2.1.4 Struktur
rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan
terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi
vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan
III.2.1.5 Topografi
beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run
off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan
kurang intensif.
III.2.1.6 Waktu
pada waktu dalam proses pelapukan dimana, waktu yang cukup lama akan
17
mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel
cukup tinggi.
Secara umum profil endapan nikel laterit terdiri dari ( Elias M,.et.al,. 1981 ):
semuanya diisi oleh fraksi lempung. Zona ini secara umum berwarna coklat
tua sampai coklat kemerahan. Mineralisasi pada zona ini tidak ada sampai
sedikit. Zona ini ditandai oleh banyaknya tudung besi (iron cape).
2. Zona Limonit
Dicirikan oleh ukuran fraksi dari lempung sampai pasir sedang. Zona
ini secara umum berwarna coklat kemerahan. Mineralisasi pada Zona ini
mulai banyak, dimana mineral yang banyak dijumpai adalah mineral besi,
3. Zona Saprolit
Dicirikan oleh ukuran fraksi dari pasir sedang sampai boulder. Zona
ini secara umum berwarna coklat hitam kehijauan. Mineralisasi pada zona
ini sangat banyak. Mineral yang paling banyak ditemukan adalah mineral
Serpentin (warna hijau daun). Ada juga mineral yang hampir selalu hadir
tapi dalam jumlah sedikit adalah Hematite, Goetit, Silika, dan lapukan
Olivin (warna hijau kekuningan). Pada zona ini juga ditemui mineral
Garnierit (warna hijau terang), yang sangat banyak mengandung nikel, tapi
18
hanya hadir di beberapa tempat saja. Kebanyakan kenampakan mineral ini
dalam bentuk vein, tapi sesekali juga hadir dalam bentuk lensa. Selain itu
mineral yang juga hadir dalam Zona ini adalah Krisopras, dimana
warna hijau yang sedikit lebih gelap dari Garnierit, tapi lebih terang dari
Serpentin. Selain itu kekerasan Krisoplas jauh lebih keras dari Garnierit.
4. Zona Bedrock
tidak ada lagi rekahan. Bedrock pada endapan nikel laterit adalah Dunit atau
Peridotit, dimana warna Peridotit lebih gelap dari warna Dunit karena pada
Peridotit kandungan mineral Piroksen lebih banyak dari Dunit. Warna dari
19
Sumber: Global Laterit Nickel Resources, 2001
dibagi menjadi 3 (tiga) Zona utama yaitu : Zona Limonit, Zona Low Saprolite,
dan Zona High Saprolite berdasarkan nilai cut-off kadar Ni dan Fe tertentu.
kualitas dan jumlah cadangan endapan bahan galian tersebut. Salah satu sifat dari
bumi secara tidak merata. Bahan galian yang terdapat disuatu tempat bukan
merupakan kumpulan dari bahan galian yang murni, kebanyakan keadaan masih
adalah untuk mengetahui penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu
endapan bahan galian serta juga untuk mengetahui keadaan, posisi atau letak bijih
20
dan lapisan batuan sekelilingnya (Country Rock). Hasil dari kegiatan eksplorasi
ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan nilai ekonomis dari suatu
endapan bijih, menentukan metode dan sistem penambangan serta umur tambang
dari suatu kegiatan penambangan endapan bahan galian. Untuk mengetahui kadar
pada suatu endapan bahan galian maka diadakan kegiatan eksplorasi, yaitu segala
bahan galian dan sifat serta letak bahan galian dibawah permukaan bumi dengan
masih kecil sehingga peta – peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
juga mempunyai skala yang relatif kecil. Sebelum memilih lokasi – lokasi
eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta – peta yang sudah ada ( dari
survei survei terdahulu), catatan – catatan lama, laporan temuan dan lain – lain,
lalu dipilih daerah yang akan disurvey. Setelah pemilihan lokasi ditentukan
langkah berikutnya, studi faktor – faktor geologi regional dan propinsi metalografi
dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena
proses geologi yang pernah terjadi, singkapan – singkapan batuan pembawa bahan
galian dan yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan /batas batuan, orientasi
lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringannya), orientasi sesar dan tanda –
tanda lainnya.
21
III.4.2 Eksplorasi Detail
ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan eksplorasi tahap
detail. Kegiatan utama dalam tahap ini ialah sampling dengan jarak yang lebih
dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk
memdapatkan data – data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan
tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan
klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (< 20%), sehingga dengan
demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat
dihindarkan.
tidak.
mungkin, namun kemudian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
22
mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan
batas (outline) dari beberapa endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut
bergantung pada akses permukaan. Pada daerah yang tidak mengalami kendala
akses pola pemboran yang digunakan adalah persegi panjang dengan bentuk
teratur. Sedangkan spasi pada lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan
penentuan kadar karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan
sampel bawah permukaan. Tipe spasi untuk endapan urat adalah 25-50 meter
sedangkan untuk endapan stratiform spasinya antara 100 meter sampai beberapa
ratus meter (Notosiswoyo Sudarto dkk. 2000). Pola pemboran dalam kegiatan
eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh. Pada tahap pengenalan dimana
seorang geologist belum mengetahui secara jelas lokasi tersebut maka lubang bor
pertama dapat digunakan untuk orientasi. Penentuan pola pemboran secara normal
mengambil sebagian kecil dari suatu massa yang besar, dimana diharapkan
dari cara pemboran ini diharapkan dapat diidentifikasi lebih teliti penyebaran bijih
23
nikel secara vertikal sedangkan penyebaran secara horizontal dapat diperoleh
dengan menggabungkan beberapa titik. Contoh dari hasil kegiatan eksplorasi atau
kegiatan pemboran disusun dalam core box menurut kedalaman satu meter.
Setelah selesai pemboran contoh dibawah ke Sample House (Rumah Contoh) dan
kemudian dimasukan kedalam kantong contoh dan diberikan kode seperti lokasi
tempat pengeboran, kedalaman titik bor, nomor contoh, dan nomor titik bor.
yang terpenting untuk menentukan jumlah cadangan yang telah ada. Penentuan
kadar bijih nikel yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah Cut Of Grade (COG)
yang telah ditetapkan sehingga dari data kadar rata – rata tiap meter kedalaman
lubang bor dapat ditentukan kadar dari titik bor tersebut. Cut of grade (COG)
1. Kadar terendah dari suatu endapan bijih nikel yang masih dapat memberikan
2. Kadar rata – rata terendah dari endapan bijih nikel yang masih
ekonomis saat ini. Penentuan kadar cadangan eksplorasi suatu daerah yaitu
kimia. Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata – ratakan mulai dari
24
III.5 Kegiatan Penambangan
laterit menggunakan Sistem Tambang Terbuka (Open Pit). Hal ini di karenakan
tingkatan kadar yang tidak homogen maka diperlukan pemilihan kadar yang akan
ditambang.
dengan menggunakan Bulldozer yang dilanjutkan dengan Clean Top Ore untuk
(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur seragam dengan ukuran 5 (lima)
meter dari atas kebawah dan dengan lebar yang disesuaikan dengan sekop
Incerement, conto diambil seberat 5 Kg, areal channel diberi kode pita berwarna
kadarnya diketahui maka pit ini ditambang sesuai dengan daerah pengaruhnya
dengan persyaratan bijih yang diambil sesuai dengan COG (Cut Off Grade) yang
25
1. Karakteristik endapan.
berbentuk teratur atau tidak (Massive). Bagi bijih yang berbentuk tabular
atau berlapis harus cukup lebar dan kemiringan relatif datar. Semakin
2. Keseragaman kadar
3. Kombinasi peralatan.
distribusi nilai endapan serta kompak atau tidaknya lapisan tanah penutup.
Target produksi yang diinginkan meliputi COG (Cut Off Grade) dan tonase
yang akan diproduksi per waktu tertentu. COG adalah batas kadar rata – rata
26
kadar bijih pada daerah yang akan digali tidak memenuhi COG seperti
bijih yang tinggi sehingga dapat memenuhi COG, atau tidak meneruskan
peralatan.
Dilusi adalah hasil pencampuran dari material lain bukan biji (Waste) ke
dalam material biji dalam rangka kegiatan pertambangan yang akan menaikan
Tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Dilusi tidak hanya terjadi
pada tahapan eksplorasi saja melainkan terjadi sampai pada proses pengolahan
biasanya dinyatakan dalam format persen. Ini dapat dinyatakan sebagai (Diktat
MPC, 2005).
....................... (III.1)
( )
bahwa, sebagai contoh jika 10 ton batu pengotor (dan / atau di bawah Cut-Off
Grade batuan mineral) yang ditambang dengan 90 ton bijih dan semua (100 ton)
pakan tidak ekonomis menguntungkan untuk diproses. Jumlah x ini tidak boleh
27
dikirim ke Crusher dan tindakan yang tepat harus diambil di tambang untuk
Bentuk biji
Bentuk biji sebenarnya
perencanaan tambang
Endapan yang
berhasil di tambang
Bentuk biji estimasi
Perolehan endapan
Bentuk biji optimasi cog setelah diolah
setelah diolah
Waste masuk ke
tailing
1. Dilusi Internal
material kadar tinggi, dilusi internal dapat di bagi menjadi dua, pertama material
kadar rendah mempunyai batas yang jelas dengan material kadar tinggi (Dilusi
Geometri) dan ke dua material kadar rendah tidak mempunyai batas yang jelas
28
dengan material kadar tingggi (dilusi Inheren). Dilusi internal geometri hadir
sebagai waste yang di bedakan dengan jenis di dalam endapan biji, misalnya
barren dike yang menerobos Zona biji. Dilusi internal inheren dapat dapat terjadi
terhadap Waste.
2. Dilusi Eksternal
Dilusi Eksternal adalah apabilah material kadar rendah terpisah dari material
kadar tinggi. Dilusi ekstrernal terjadi karena reruntuhan dinding, kesulitan teknis
mengambil batas biji dalam Open Pit, atau kurang hati-hatinya pemisahan batas
biji dan Waste. Dilusi eksternal akan semakin kurang berarti pada endapan biji
dan Waste yang bergradasi karena jumlah dilusi akan menjadi bagian kecil dari
Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi dilusi Ore, yaitu
sebagai berikut :
tanah penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada
29
b. Keadaan bijih
Prosedur Japanesse Industrial Standart (JIS) dan dapat dilakukan dengan cara
mengambil satu Incerement dengan untuk dua ritasi dengan menggunakan sekop
standar nomor 125D dengan kapasitas 5 Kg. Contoh yang telah diambil
dimasukan dalam kantong plastik yang diberi kode serta diikat dengan tali yang
mempunyai warna tertentu untuk membedakan setiap contoh pada Pit/Areal yang
sama dengan warna yang sama pula. Kemudian kantong – kantong tersebut
dikirim ke preparasi contoh yang tertulis seperti kode pada pit penambangan,
maupun ukuran butir dari contoh tersebut, sehingga didapat contoh setelah
dianggap homogen.
30
III.10. Perhitungan Beda kadar
kadar relative tiap parameter antara hasil eksplorasi dan realisasi produksi. Nilai
produksi dari tiap titik bor. Parameter unsur atau senyawa yang dibandingkan dan
kemudian dihitung beda nilainya adalah kadar Ni, Fe, Co, SiO 2, CaO dan MgO.
titik bor yang sama sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
.................................................... (III.2)
q1 = Kadar eksplorasi.
31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
dari studi literatur, observasi lapangan, pengumpulan data analisis data dengan
yang berkaitan dengan penulisan skripsi antara lain; buku, jurnal, dan hasil-hasil
penelitian sebelumnya.
yang dilakukan pada lokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan.
a. Data Primer
32
b. Data Sekunder
2. Peta topografi
Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis
kuantitatif dimana analisis yang dimaksud ialah gravimetri dan volumetrik dalam
suatu bahan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapaun data yang akan
Adapun waktu dimulainya dan lamanya penilitian ini dilakukan selama satu
bulan mulai dari tanggal 26 April – 26 Mei 2018.. Adapun jadwal kegiatan
33
IV.1 Bagan Alir Penelitian
JUDUL
Studi Minimalisasai Terjadinya Dilusi Pada Pada Kegiatan
Penambangan Di PT. Adhita Nikel Indonesia Kec. Kota Maba
Kab. Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Analisis Data
KUANTITATIF
1. Dilusi Penambangan
2. Beda Kadar
3. Presentasi Perubahan
Kadar
Kesimpulan
34
Tabel IV.2 Jadwal Kegiatan Lapangan
35
BAB V
Front tanah merah. Profil endapan nikel laterit yang berada pada lokasi penelitian
terdiri dari beberapa lapisan atau zona dari pada material seperti lapisan tanah
penutup, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan yang terakhir adalah batuan asal
36
V.1.2. Lapisan Limonit
Pada lapisan ini hampir semua unsur yang mudah larut hilang terlindi oleh
air meteorik, hasil pelapukan lanjut ini memliki komposisi oksida besi yang tinggi
magnesit dan geotit hadir pada zona ini. Pada lokasi penelitian lapisan ini
penyebaranya berupa kantung – kantung atau lebih dikenal dengan spot limonit,
berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan, lunak dan bersifat lempungan
(Clay), kadar limonit di lokasi penelitian dengan kadar Ni adalah < 2% dengan
Zona Limonit
Zona Saprolit
oksida besi, serpentin, silica, dan sisa batuan asal yang kaya akan mineral olivine
37
dan piroksen yang mengalami pelapukan dan serpentinisasi, kekerasan lunak
hingga keras (Soft Saprolite – Hard Saprolite). Kadar nikel pada zona ini berkisar
antara lain topografi, kedalaman muka air tanah, perubahan muka air tanah pada
saat pelapukan, iklim, struktur geologi (rekahan dan patahan) serta komposisi
batuan dasar, di lokasi penelitian sendiri ketebalan zona ini bisa mencapai lebih
38
V.1.4 Batuan Dasar
Faktor yang sangat besar terjadinya dilusi terletak pada lokasi penambanga
dalam hal ini front penambangan. Hal tersebut dikarena metode penambangan
yang diterapkan pada PT. Adhita nikel indonesia melakukan penambangan yang
kegiatan.
39
materia yang dikategorikan sebagai waste volumenya lebih besar dibandingkan
dengan material ore yang berada pada daerah penelitian. Sehingga ketika
tetap terjadi kontaminasi material waste kedalam material ore yang kemudian
diakibatkan oleh tercampurnya material burend rock yang berasal dari material
tanah penutup yang tidak dipindahkan dari lokasi front penambangan, setelah
tinggi dibandingkan dengan posisi ore. Dengan kondisi material tanah penutup
yang telah diboka balik. Metode yang harus dilakukan adalah memindahkan
terlebih dahulu material tanah penutup pada lokasi yang telah disiapkan sebagai
tempat penampungan material tanah penutup. Hal tersebut dapat dilihat Seperti
tersebut dikarenakan material burend rokc yang ada pada lokasi penambangan
tercampur dengan material ore yang telah ditumpuk karena jarak antra material
ore yang ada pada tumpukan tidak memiliki batas yang jelas sehingga material
40
burend rock tercampur dengan material ore. Untuk menghindari terjadinya dilusi
pada kondisi ini, maka terlebih dahulu material burend rock atau material tanah
penutup harus dipindahkan ke tempat yang telah di sediakan.. Hal tersebut dapat
41
V.3.2. Proses Selective Mining (Ore Getting)
yang digunakan adalah exavator yang sama yang telah digunakan dalam proses
pemindahan tanah penutup harus dilakukan menggunakan dozer agar lokasi yang
akan dilakukan selektif mining terlebih dahulu telah material burend rock yang
dapat terkontaminasi dengan material ore yang akan di gali karena materila
burend rock atau material waste yang melekat pada bucket exavator.. Hal tersebut
42
V.3.3. Proses Loading Ore
material ditumpuk berdasarkan hasil selective mining pada lokasi front. Indikasi
terjadinya dilusi sangat kecil sebab material yang dimuat menggunakan metode
buttom loading apabila dianalisis berdasarkan metoe loading ore yang digunakan.
Sebab alat muat (Exavator) tidak menjadikan material ore sebagai tumpuan untuk
Stockyard adalah lokasi penumpukan ore yang telah siap untuk dikapalkan
berdasrkan range kadar yang telah diketahui dari hasil analisa sampel pada
metode grap sampling. Berdasarkan kondisi dari lokasi stockyard dan pola
perawatan biji yang tidak efesien, mengakibatkan terjadinya dilusi akibat material
yang bukan ore tercampur dengan materian ore yang didumping pada lokasi
penumpukan. Karena material yang bukan ore tidak terlbih dahulu dilakuan
penanganan, sehingga material yang bukan ore terakumulas dengan material ore
43
Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018
Data realisasi Produksi adalah data hasil penambangan dalam interval waktu
satu bulan yang dijabarkan berdasarkan hasil produksi perminggu. Dimana data
penambangan yang dilakukan dengan menampilkan data kadar rata-rata dan total
tonase yang terealisasi. Adapun data kadar dan data tonase yang ada dijabarkan
Dimana data kadar dan data tonase seperti pada Tabel V.1
Dilusi adalah hasil pencampuran dari material lain bukan biji (Waste) ke
dalam material biji dalam rangka kegiatan pertambangan yang akan menaikan
Tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Adapun untuk mengetahui
44
menggunakan data realisasi produksi yang didapatkan berdasarkan hasil
penambangan yang dilakukan dalam range waktu selama satu bulan. Adapun data
realisasi yang digunakan adalah data yang telah diolah untuk mendapatkan total
tonase dan kadar-rata yang diperoleh dari hasil penambangan. Pada penelitian ini
penulis menganalisa diusi yang terjadi berdasarkan data realisasi yang di dapatkan
dalam oprasi produksi denga range waktu selama satu minggu untuk satu kali
analisa dalam perhitungan dilusi yang terjadi pada kegiatan penabangan . Adapun
........................................(V.1)
( )
dirata-ratakan berdasarkan data kadar front dan data Kadar stockyard dalam
jangka waktu kerja satu bulan. Adapun kadar rata-rata dihitung menggunakan
persamaan V.2 :
( ) ( ) ( ) ( )
⃗ ( )
45
Dimana : ⃗ = Kadar Rata-Rata
k = Kadar
t = Tonase
rumus diatas dihitung berdasr type material dimana material HGSO, MGSO, dan
19575 1,92 16,22 13055 1,76 15,97 7658 1,64 14,67 7706 1,54 12,89
46
Tabel. V.2. Hasil Perhitungan Dilusi Penambangan
analisis, oleh karena itu pengambilan contoh ini dipilih seperlunya saja tetapi
kecil dari material, sedemikian rupa sehingga contoh mewakili sifat seluruh
pada beberapa tempat yang berbeda untuk pengambilan satu contoh dalam satukai
pengambilan contoh.
pengambilan grap sampling, dimana sampel yang diambil adalah pada tumpukan
Dalam satu increamen diambil pada tumpukan material dengan volume tumpukan
dilakukan secara terpisah untuk memenuhi satu increament. Dengan berat sampel
± 18Kg.
47
V.7.2. Sampel Stockyard
dengan metode pengambilan yang sama dengan metode pengambilan sampel pada
front, namun pada lokasi stockyard sampel yang diambil untuk satu increament
48
V.8. Perhitungan beda kadar
Nilai beda kadar diperoleh dari mengurangkan data eksplorasi dengan data
realisasi produksi yang dihasilkan dari analisis laboratorium. Nilai beda kadar
antara hasil eksplorasi dan realisasi produksinya. Nilai beda kadar diperoleh
dengan membandingkan kadar eksplorasi dan produksi dari tiap titik bor.
Parameter unsur atau senyawa yang dibandingkan dan kemudian dihitung beda
nilainya adalah kadar Ni, Fe,. Nilai beda kadar dihitung berdasarkan persamaan
Berikut :
Selisih (+) Menyatakan bahwa kadar rata-rata hasil front lebih besar dari
kadar rata-rata hasil Stockyard, sedangkan selisih (-) menyatakan bahwa kadar
hasil eksplorasi lebih kecil dari kadar rata-rata hasil penambangan. Pada
perhitungan beda kadar dalam penelitian ini penulis menggunakan beda kadar
hasil analisa kadar pada front penambangan dengan analisa kadar pada stockyard.
Hal ini dikarenakan pada perusahan tempat dilakukannya penelitian tidak ada data
rata-rata front dikurangi kadar rata-rata stockyard, perbedaan kadar juga dapat
49
dalam perhitungan presentase perbedaan kadar yaitu pada persamaan V.3. Dimana
presentase perbedaan kadar yang dihitung adalah perbedaan kadar Ni dan Fe.
q1 q 2
Q= x 100 %............................................................(V.3)
q1
Beda
Kadar Front Stockyard Keterangan
Kadar
Ni 1,81 1,72 0,09 Front > Stockyard
Fe 15,92 15.94 -0,02 Front < Stockyard
Dari hasil perhitungan beda kadar dan presentase beda kadar seperti yang
di jabarkan pada tabel V.3 dan V.4 diatas, maka dapat didefenisikan bahwa
perbandingan kadar antara hasil analisa sampel pada front dan stockyard
diakibatkan oleh terjadinya dilusi pada saat kegiatan penambangan. Dimana dilusi
yang terjadi sebesar 16,06 berdampak pada perubahan kadar berdasarkan hasil
mendeskripsikan secara garafik range kadar terendah antara kadar hasil analisa
50
sampel pada front dan kadar hasil analisa sampel pada stockyard dan juga range
kadar tertinggi hasil analisa sampel pada front dan analisa sampel pada stockyar
sesuai dengan jumlah data. Sehingga perbandingan kadar terendah dan tertinggi
dapat di lihat secara analisa gravimetri baik kadar Ni secara relatif maupun kadar
Fe secara relatif.
1,5
% Ni
1
Ni Front
0,5
Ni Stockyard
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223
Sebaran Data
51
V.10.1.2. Grafik Perbandingan Kadar Fe Front dan Fe Stockyard
gravimetri menunjukan bahwa grafik kadar terendaha pada front yaitu 9,64
sedangkan pada stockyard yaitu 10,03 dengan grafik kadar Fe tertinggi pada front
yaitu 17,85 sedangkan pada stockyar yaitu 18,05. Adapun garafik perbandingan
10
8
6
4 Fe Front
2
Fe Stockyard
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223
Sebaran Data
adalah grafik yang menampilkan frekuensi variabel dalam interval nilai tertentu.
52
V.11.1. Deskripsi Statistik Dan Histogram Kadar Ni Pada Front
keseluruhan untuk kadar Ni pada front diketahui bahwa jumlah data Count yaitu
sebanyak 23, Mean 1.78, dengan data Minimum 1,47 dan data Maximum 2,08,
sedangkan Standar Deviation 0,16 dan Sample Variance yaitu 0,02. Adapun data
penjabaran secara statistik dapat dilihat pada tabel V.4 dan histogram dapat dilihat
6 Frequency
4
2
0
More
1,47
1,62
1,78
1,93
% Ni
53
V.11.2. Deskripsi Staristik dan histogram % Ni pada Stockyard
sebanyak 23, Mean 1,76, dengan data minimum yaitu 1,37 dan data maximum
yaitu 2,22 sedangankan untuk standard deviation 0,25 dengan sample variance
0,06. Adapun data penyebaran secara statistik dapat dilihata pada tabel V.5 dan
6
Frequency
Frequency
4
0
More
1,37
1,58
1,80
2,01
Ni %
54
V.11.3. Deskripsi Statistik dan Histogram Kadar Fe Pada Front
pada front menunjukan bahwa jumlah count yaitu 23 dengan data mean yaitu
15,53, minimum yaitu 9,64 sedangkan data maximum yaitu 17,85 untuk standard
deviation 1,82 dengan sample variance yaitu 3,31. Adapun deskripsi data secara
statistik dapat diliahat pada tabel V.7 dan deskripsi histogram dapat dilihat pada
gambar V.15.
12
10
8
6 Frequency
4
2
0
11,69
13,75
15,80
9,64
More
Fe %
55
V.11.4 Deskripsi Statistik dan Histogram Data % Fe Pada Stockyard
data yaitu 23, dengan Mean 13,74 untuk Standard Deviation 1,63 dan Sample
Variance yaitu 2,65 dengan Minimum data 10,03 dan Maximum data yaitu 18,05.
Adapun deskripsi statistik dapat dilihat pada tabel V.8 sedangkan Deskripsi
10
8
6
4 Frequency
2
0
10,03
12,04
14,04
16,05
More
Fe %
56
V.12. Analisis Scatter Plot Kadar Ni dan Fe pada Front dan Stockyard
nilai kadar Ni pada front dan stockyard tidak memiliki korelasi yang erat hal
tersebut dinyatakan dengan nilai R= 0,90. Dimana apabila nilai R= 0 maka tidak
terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. Dan dapat didefenisikan bahwa
perbedaan kadar antar kadar front dan kadar stockyard. Adapun grafik scatter plot
Diagram Pencar
2,5
2
Ni Stock Yard
1,5
0,5 R = 0,90
Ni Front dan Ni Stockyard
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Ni Front
Gambar V.17. Analisis Scatter Plot Data Ni Pada Front dan Stockyard
57
V.12.2. Analisis Scatter Plot kadar Fe pada Front Dan Stockyard
nilai kadar Fe pada Front dan Stockyard tidak memiliki korelasi yang erat hal
tersebut dinyatakan dengan nilai R= 0,81. Dimana apabila nilai R= 0 maka tidak
terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. Dan dapat didefenisikan bahwa
perbedaan kadar antar kadar Front dan kadar Stockyard. Adapun grafik scatter
DIAGRAM PENCAR
20,00
18,00
16,00
14,00
Fe Stockyar
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00 R = 0,81
2,00 Fe Front dan Fe Stockyard
0,00
0 5 10 15 20
Fe Front
58
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Dalam penelitian yang dilakukan pada PT. Adhita Nikel Indonesia dengan
menunjukan bahwa dilusi yang terjadi pada kegiatan penambangan yaitu sebesar
16,06 % dengan beda adalah : 0,09 dan presentase perbedaan kadar adalah : 4,97
%.
VI.2. Saran
perlu dilakukan beberapa metode sehingga presentase dilusi dapat dikurangi. (1)
dipindahkan pada satu lokasi yang sebagai inpitdump sehingga material OB yang
ada tidak terkontaminasi dengan material ore yang akan di tambang. (2)
tempat penumpukan sementara (transit ore) yang telah disediakan agar pada saat
material ore yang telah ditumpuk. (3) Lokasi penumpukan ore pada stockyar
harus ditata dengan baik agar material buren rock yang dapat lokasi Stockyard
marterial ore pada stockyard setelah dilakukan dumping ore yang diangku dari
front.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Arfandi Iskandar, 2007 : Analisis Perubahan Kadar Nikel Saprolit Dari
Sentosa)
Ebrahimi, Anoush, 2013 : Pentingnya Cairan Faktor Untuk Buka Pit Mining
Projects
Teknologi Bandung.
Soyer, Nihat, 2006: An Approach On Dilution And Ore Recovery/ Loss Calculations
Sundari, Woro, 2012: Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi
Sulawesi Tenggara.
Henning G. John, 2007. Mine Planning for Ore Dilution, Goldcorp Canada
KADAR
KODE KADAR FRONT
NO STOCKYARD TONASE
TUMPUKAN
Ni Fe Ni Fe
1 D0ME 63 1,66 14,18 1,51 12,00 2928
2 DOME 64 1,58 14,08 1,37 11,42 3680
3 DOME 65 1,75 14,03 1,81 13,69 3693
4 DOME 66 2,02 16,07 2,22 12,37 2244
5 DOME 67 1,58 14,96 1,37 12,50 3288
6 DOME 68 1,60 13,71 1,55 13,15 2364
7 DOME 69 1,83 17,06 1,85 15,72 1340
8 DOME 70 1,74 15,07 1,83 14,30 1210
9 DOME 71 1,79 16,84 1,63 13,86 2142
10 DOME 72 2,00 17,64 1,97 15,04 4586
11 DOME 73 2,08 16,85 2,18 14,42 2594
12 DOME 74 1,88 16,78 1,82 14,04 3636
13 DOME 75 1,94 17,00 2,17 14,30 3056
14 DOME 76 1,79 16,39 1,73 14,50 2796
15 DOME 77 1,68 14,30 1,56 12,17 1948
16 DOME 78 1,74 16,78 1,64 14,02 2280
17 DOME 79 1,80 15,47 1,73 13,67 1260
18 DOME 80 1,97 14,50 2,03 14,06 430
19 DOME 81 1,79 14,68 1,72 13,06 649
20 DOME 82 1,71 17,85 1,95 18,05 285
21 DOME 83 1,80 16,91 1,83 15,48 429
22 DOME 84 1,63 16,47 1,49 14,24 418
23 DOME 85 1,47 9,64 1,47 10,03 737
Total Tonase Ore 40288
Total Tonase Waste 7706
Total Tonase Ore + Waste 47994
61 ix
Lampiran II
( )
( )
( )
Ni : 1,81 -1,72 = 0,09 artinya kadar rata-rata front lebih besar dari kadar
rata-rata Stockyard
Fe : 15,92 – 15,94 = -0,02 Artinya kadar rata-rata Front lebih kecil dari
Ni 1,81 1,72
Fe 15,92 15.94
62 x
Ket: Q = Presentase Perbedaan kadar
q1 = Kadar Eksplorasi
q2 = Kadar produksi
Kadar Ni :
Kadar Fe : %
Q = - 0,12
63 xi
Lampiran III
(2) (3)
Perlipatan OB
64 xii
3. Analisis Dilusi Pada Stockyard
Penumpukan Ore
xiii
65