Anda di halaman 1dari 81

STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN

PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA


KEC. KOTA MABA KAB. HALMAHERA TIMUR
PROPINSI MALUKU UTARA

SKRIPSI

OLEH

ATFENTRI N TAHALELE
12105 31201 12 109

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

(UMMU) Ternate

2018
LEMBARAN PERSETUJUAN

STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN


PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA
KEC. KOTA MABA KAB. HALMAHERA TIMUR
PROPINSI MALUKU UTARA
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarana (S1)


Pada Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Disusun Oleh :
Atfentri Nikolas Tahalele
12105 31201 12 109

Disetujui Pada: Tanggal,....Mei 2018

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(Wawan. A.K. Conoras., ST. MT) (Ir. Husaen Salahu., M.T)


NIDN: 12 010283 01 NIDN : 12 1240372 01

MENGETAHUI
Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
KETUA

(Ir. HUSAEN SALAHU., MT)


NIDN : 12 1240372 01
LEMBARAN PENGESAHAN

STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN


PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA
KEC. KOTA MABA KAB. HALMAHERA TIMUR
PROPINSI MALUKU UTARA

SKRIPSI
.
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarana (S1)
Pada Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Disusun Oleh :
Atfentri Nikolas Tahalele
12105 31201 12 109
Disahkan Pada: Tanggal,....Juni 2018

PEMBIMBING I PENGUJI I

(Wawan. A.K. Conoras, ST. MT) (Aliyusra Jolo., ST. M.T)


NIDN: 12 010283 01 NIDN: 12 121183 02

PEMBIMBING II PENGUJI II

(Ir. Husaen Salahu., MT) (Arbi Haya., ST. M. Eng)


NIDN: 12 1240372 01 NIP : 197701042005011001

MENGETAHUI
Dekan
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

(MARSHUS Hi IBRAHIM., S.Si., MT)


NIDN : 12 241175 01
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantias di panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa

atas limpahan berkat dan karunia-Nya yang selalu nyata bagi penulis dan tak

ternilai harganya, teristimewa kesehatan yang telah di berikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan baik. Penulis yakin

dan percaya dengan sungguh bahwa, dengan terselesaikannya penyusunan skripsi

ini bukan karena kekuatan dan kecerdasan penulis melainkan karena rahmat

Tuhan yang selalu nyata.

Skripsi merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulisan

skripsi ini adalah bagian dari hasil penelitian serta mengamatan secara langgsung

di lapangan berdasarkan proposal skripsi yang telah melaluai tahapan bimbingan

dan pengujian sebelumnya. Adapun skripsi yang ditulis ini adalah hasil penelitian

dengan judul ‘‘STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA

KEGIATAN PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA.

KECAMATAN KOTA MABA KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

PROPINSI MALUKU UTARA’’

Ternate,...Juni 2018

Penyusun

Atfentri N Tahalele
12105 31201 12 109

i
Motto

“ Jangan Pernah Takut Pada Ketakutan,


Karena Ketakutan Akan Memperpanjang Barisan penindasan
dan barisan Pembodohan ’’

(Slogan Teknik)
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Atfentri Nikolas Tahalele
NPM : 12105 31201 12 109
Tempat, tanggal lahir : Sanahu, 31 Desember 1987
Program Studi : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknik
Universitas : Muhammadiyah Maluku Utara
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah, seperti di bawah ini :

No. Judul

Studi Minimalisasi Terjadinya Dilusi Pada Kegiatan Penambangan Di


1 PT. Adhita Nikel Indonesia. Kec. Kota Maba, Kab. Halmahera Timur
Provinsi Maluku Utara

Adalah benar karya saya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain

dan saya ajukan sebagai syarat untuk meraih gelar sarjan (S1) Pada Program Studi

Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan karya

saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Ternate,...Juni 2018
Yang membuat pernyataan,

Meterai

Atfentri Nikolas Tahalele


12105 31201 12 109
RIWAYAT PENULIS

Atfentri Nikolas Tahalele anak bungsu dari enam

bersaudara anak dari ibunda Maria Mahgdalena

Maatoke dan ayahanda Etepatus Tahalele, dilahirkan di

Sanahu pada tanggal 31 Desember 1987. Saat ini

berdomisili di Desa Tewil Kecamatan Kota Maba

Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara. Menempu sekolah dasar di

SD Inpres Tewil Pada Tahun 1994 – 1999. Setelah itu melanjutkan pendidikan

pada sekolah lanjutan Tingkat Partama pada SLTP N I Maba pada tahun 2000

dan lulus pada 2003, kemudian melanjutkan studi pada sekolah menengah atas

pada SMA N I HALTIM pada tahun 2003 dan luulus pada tahun 2006. Dalam

upaya untuk mencapai gelar sarajan (S1) penulis pernah menjajaki bebrapa

universitas namun penulis mengalami kegagalan dan tidak dapat untuk

dilanjutkan sampai pada tahapan wisuda. Seiring dengan waktu yang berjalan,

penulis pun pada tahun 2012 mendaftarkan diri pada Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Pada Program Studi Teknik

Pertambangan dan diterima menjadi mahasiswa Teknik Pertbangan. Akhirnya

dengan masa studi 5 tahun 9 bulan penulis menyelesaikan studi pada Program

Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Maluku Utara.

Ternate,.....Juni 2018
Penulis
DAFTAR ISI

Isi Halaman

JUDUL

LEMBARAN PERSETUJUAN

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT KETERANGAN PENELITIAN

RIWAYAT PENULIS

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRACK

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

I.3 Batasan Masalah ................................................................................... 3

I.4 Tujuan Pernelitian ................................................................................. 3

I.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN UMUM

II.1. Lokasi Dan Kesampaian Daerah ......................................................... 4

II.2. Geologi Regional Daerah Penelitian ................................................... 6

ii
II.3 Geomorfologi ..................................................................................... 10

II.4 Topografi ............................................................................................ 10

II.5 Vegetasi .............................................................................................. 10

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Defenisi Nikel Laterit ...................................................................... 13

III.1.1 Nikel Laterit .................................................................................... 13

III.2 Genesa Endapan Nikel Laterit ........................................................... 14

III.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Biji Nikel Lateri.. ..... 15

III.2.1.1 Batuan Asal ................................................................................ 15

III.2.1.2 Iklim ............................................................................................ 16

III.2.1.3 Reagen-Reagen Kimia dan Vegetasi .......................................... 16

III.2.1.4 Struktur ....................................................................................... 17

III.2.1.5 Topografi .................................................................................... 17

III.2.1.6 Waktu.. ......................................................................................... 17

III.3. Profil Endapan Nikel Larerit ............................................................ 18

III.4. Kegiatan Eksplorasi .......................................................................... 20

III.4.1 Eksplorasi Pendahuluan .................................................................. 21

III.4.2 Eksplorasi Detail ............................................................................. 22

III.4.3 Studi Kelayakan .............................................................................. 22

III.4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemboran .................................................... 22

III.4.5 Proses Pengambilan Contoh pada Kegiatan Eksplorasi ................. 23

III.4.6 Penentuan Kadar Eksplorasi Bijih Nikel ........................................ 24

III.5 Kegiatan Penambangan ..................................................................... 25

iii
III.6 Proses Penambangan ......................................................................... 25

III.7 Defenisi Dilusi (Dilution) .................................................................. 27

III.7.1 Jenis-Jenis Dilusi ............................................................................ 28

III.7.2 Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Dilusi .................................... 29

III.8. Pengambilan Contoh......................................................................... 30

III.9 Preparasi Sampel ............................................................................... 30

III.10 Perhitungan Beda Kadar .................................................................. 31

III.11. Presentase Perubahan Kadar ........................................................... 31

BAB IV. METODOLOGI PENELIIAN

IV.1 Metode Penelitian ............................................................................. 32

IV.2 Studi Literatur .................................................................................... 32

IV.3 Observasi Lapangan .......................................................................... 32

IV.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32

IV.5. Analisis Data .................................................................................... 33

IV.6 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan ....................................................... 33

BAB V. HASIL DAN PEMABAHASAN

V.1. Profil Nikel Laterit Daerah Penelitian ................................................. 36

V.1.1. Lapisan Tanah Penutup..................................................................... 36

V.1.2. Lapisan Limonit`............................................................................... 37

V.1.3. Zona Saprolit..................................................................................... 37

V.1.4. batuan Dasar ..................................................................................... 39

V.2. Faktor-Fator Terjadinya Dilusi ............................................................ 39

V.2.1.Dilusi Internal .................................................................................... 39

iv
V.2.1.1. Dilusi Pada Front Penambangan .................................................... 40

V.3. Dilusi Eksternal.................................................................................... 40

V.3.1. Penumpukan Ore Pada Front ............................................................ 40

V.3.2. Proses Selective Mining (Ore Geeting) ............................................ 42

V.3.3. Proses Loadig Ore ............................................................................. 43

V.3.4. Dilusi Pada Stockyard ....................................................................... 43

V.4. Pengolahan Data Realisasi Produksi................................................... 44

V.5. Perhitungan Dilusi Penambangan ........................................................ 44

V.6. Perhitungan Kadar Rata-Rata .............................................................. 45

V.7. Pengambilan Sampel ........................................................................... 48

V.8. Perhitungan Beda Kadar ...................................................................... 49

V.9. Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar ............................................ 49

V.10. Deskripsi grafik perbandingan kadar ................................................. 50

V.11. Deskripsi Statistik dan Histogram Data Kadar Ni dan Fe ................. 52

V.12. Analisa Scatter Plot Kadar Ni dan Fe Pada Front dan Stockyard ...... 57

VI. PENUTUP

VI.1. Kesimpulan ......................................................................................... 59

VI.2 Saran .................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Isi Halaman

Gabara II.1 Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian ..................................... 5

Gambar II.2. Peta Geologi Daerah Penelitian ....................................................... 9

Gambar II.3. Peta Topografi Daerah Penelitian .................................................... 11

Gambar II.4. Vegetasi Hutan Pegunungan Lokasi Penelitian ............................... 12

Gambar III.1. Profil Endapan Nikel Laterit ......................................................... 20

Gambar III.2. Dilusi Yang Terjadi Pada Proses Tahapan Pertambangan ............. 28

Gambar IV.1. Bagan Alir Penelitian ..................................................................... 34

Gambar V.1. Lapisan Tanah Penutup Yang Telah Dibolak Balik ........................ 36

Gambar V.2. Spot Limot Dalam Zona Saprolite................................................... 37

Gambar. V.3. Zona Kontak Hard Saprolit Dan Soft Saprolit ............................... 38

Gambar V.4. Batuan Dasar berbentuk Dunit ........................................................ 39

Gambar V.5. Dilusi Internal Pada Lokasi Penelitian ............................................ 41

Gambar V.6. Penumpukan Material Ore Pada Front ............................................ 41

Gambar V.7. Proses Ore Geeting .......................................................................... 42

Gamabar V.8. Tumpukan Ore Pada Stockyard ..................................................... 44

Gambar V.9. Pengambilan Sampel Pada Front (Grap Sampling) ......................... 48

Gambar V.10. Pengambilan Sampel Pada Stockyard (Grap Sampling) ............... 48

Gambar V.11. Grafik Perbandingan Kadar Ni front dan Stockyard ..................... 51

Gambar V.12. Garafik Perbandingan Kadar Fe Front dan Stockyard .................. 52

Gambar V.13. Grafik Histogram Data % Ni pada Front....................................... 52

Gambar V.14. Grafik Histogram Data % Ni pada Stockyard ............................... 55

vi
Gambar V.15. Grafik Histogram Data % Fe pada Front....................................... 55

Gambar V.13. Grafik Histogram Data % Fe pada Stockyard ............................... 56

Gambar V.13. Grafik Analisa Scatter Plot Data Ni pada Front dan Stockyard .... 57

Gambar V.13. Grafik Analisa Scatter Plot Data Fe pada Front dan Stockyard .... 58

vii
DAFTAR TABEL

Isi Halaman

Tabel IV.1. Tabel Jadwal Kegiatan Lapangan ...................................................35

Tabel V.1. Data Realisasi Produksi.....................................................................46

Tabel V.2. Tabel Hasil Perhitungan Dilusi Penambangan ..................................47

Tabel V.3. Hasil Perhitunga Beda Kadar Rata-Rata ...........................................50

Tabel V.4. Hasil Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar Rata-Rata...............50

Tabel V.4. Deskripsi statistik % Ni Pada Front ..................................................53

Tabel V.4. Deskripsi statistik % Ni Pada Stockyard ...........................................54

Tabel V.4. Deskripsi statistik % Fe Pada Front ..................................................55

Tabel V.4. Deskripsi statistik % Fe Pada Stockyard ...........................................56

viii
STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN
PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA
KECAMATAN KOTA MABA KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
PROVINSI MALUKU UTARA

Atfentri N. Tahalele. NPM : 12105 31201 12 109

Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik


Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

INTISARI
Salah satu kendala dalam penambangan nikel adalah adanya perubahan kadar (Ni)
dan (Fe) dari data hasil pemboran yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi
penambangan. Hal ini dikarenakan terjadinya pencampuran material lain yang
tidak bernilai ekonomis kedalam material yang ingin ditambang atau dengan kata
lain terjadinya dilusi (Dilution). Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar presentase dilusi yang terjadi pada saat kegiatan penambangan dan metode
apa yang harus digunakan untuk meminimalisir terjadinya dilusi. Metode
penelitian meliputi pengambilan data tonase ore dan data tonase waste serta
faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya dilusi. Tahapan selanjutnya
mengolah dan menganalisa seberapa besar presentase terjadinya dilusi. Hasil
perhitungan menunjukan bahwa dilusi yang terjadi adalah sebesar 16,06 % hasil
identifikasi sampel pada front yaitu : Ni = 1,81% dan Fe = 15,92%. Sedangkan
perbandingan kadar dengan data sampel stockyar Ni= 0,09% dan Fe = - 0,02%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil identifikasi data kadar pada
front mengalami penurunan kadar Ni setelah dilakukan identifikasi kadar pada
Stockyard, dimana nikel sebesar 4,97% dan besi mengalami peningkatan kadar
sebesar -0,12%.

Kata Kunci: Dilusi, Penambangan, Ni dan Fe Laterit


THE MINIMALIZATION STUDY HAS BEEN DECIDED IN THE
MINING ACTIVITY IN PT. ADHITA NIKEL INDONESIA
DISTRICT CITY OF MABA DISTRICT OF EAST HALMAHERA
NORTH MALUKU PROVINCE

Atfentri N. Tahalele. NPM: 12105 31201 12 109


Departmen Mining Faculty of Engineering
Muhammadiyah University of North Maluku.

ABSTRACK

One of the obstacles in nickel mining is the change of concentration (Ni) and (Fe)
from the drilling result data which is not in accordance with the level of mining
realization results. This is due to the occurrence of mixing other materials that are
not economical value into the material to be mined or in other words the
occurrence of dilution (Dilution). The objective of this research is to know how
big the percentage of dilution occurring at the time of mining activity and what
method should be used to minimize the happening of dilution. Research methods
include taking ore tonnage data and waste tonnage data as well as factors that
result in dilution. The next step to process and analyze how much percentage of
dilution. Result of calculation show that dilution happened is equal to 16,06%
result of identification of sample at front that is: Ni = 1,81% and Fe = 15,92%.
While the ratio of content with sample data stocky Ni = 0,09% and Fe = - 0,02%.
From the results of this study it can be concluded that the results of identification
of data on the front level decreased levels of Ni after the level of stockyard was
identified, where nickel was 4.97% and iron increased by -0.12%.

Keywords: Dilution, Mining, Ni and Fe Laterite


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam baik mineral

maupun batubara. Salah satunya adalah bahan galian logam/biji yang merupakan

bahan galian yang di olah dengan teknologi tertentu agar dapat di ambil dan

dimanfaatkan logamnya yaitu nikel. Bahan galian yang kemudian merupakan

sumberdaya alam terbesar urutan kelima di dunia ini memiliki potensi penyebaran

yang besar di Indonesia, diantaranya terdapat di pulau Sulawesi, Kalimantan

Bagian Tenggara, Papua, Maluku dan Maluku Utara, (Zulkifli, 2014). Olehnya itu

banyak perusahan yang kemudian menanamkan modalnya untuk berinvestasi di

wilayah yang memiliki sumberdaya tersebut, salah satunya yaitu PT. Adhita Nikel

Indonesia.

PT. Adhita Nikel Indonesia adalah salah satu perusahan yang sudah

mengantongi sertifikat Bersih dan Tuntas dari Kementrian ESDM. Perusahaan ini

memiliki luas konsesi sebesar 18 ribu hektar. Dari jumlah tersebut yang menjadi

wilayah IUP Operasi produksi sebesar 2000 hektar, dimana yang sudah

mengantongi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang dikeluarkan

Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup seluas 500 hektar. Dari kegiatan

eksplorasi yang dilakukan atas areal seluas 150 hektar dari jumlah keseluruhan

500 hektar yang sudah mengantongi IPPKH tersebut. Berdasarkan hasil

perhitungan cadangan, cadangan yang siap ditambang sebesar 55 juta metrik ton.

Adapun kadar nikel yang dimiliki pun sangat bervariasi mulai dari kadar rendah

1
1,5% sampai kadar 4,0% bahkan ada yang lebih tinggi dari kadar 4,0 % tersebut

(Egenius Soda, dalam Majala Tambang Online, 2017).

Penambangan nikel sendiri dimulai dari tahapan land clearing sampai pada

pengupasan tanah penutup (over burden), pemuatan dan pengangkutan biji (ore).

Tahapan pemuatan dan pengangkutan biji (ore) dikakukan dengan mengunakan

kombinasi peralatan backhoe dan dump truk. Salah satu kendala dalam

penambangan nikel adalah adanya perubahan kadar (Ni) dan (Fe) dari data hasil

pemboran yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi penambangan. Hal ini

dikarenakan terjadinya pencampuran material lain yang tidak bernilai ekonomis

kedalam material yang ingin ditambang atau dengan kata lain terjadinya dilusi

(Dilution)

Olehnya itu perlu untuk dilakukan studi mengenai dampak yang kemudian

dapat terjadi akibat dari kegiatan penambngan yang dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan kadar akibat dilusi penambangan yang terjadi. Dari latar

belakang di atas maka peneliti bertujuan untuk melakukan sebuah penelitian

dengan judul “ Studi Minimalisasai Terjadinya Dilusi (Dilution) Pada Kegiatan

Penambangan ”

I.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang singkat di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya

adalah :

1. Berapa besar presentase dilusi yang terjadi dari kegiatan

penambangan.

2. Faktor-faktor apa yang mengakibatkan terjadinya dilusi

2
I.3. Batasan Masalah

Dalam Penelitian ini permasalahan di batasi pada berapa presentase dilusi

yang terjadi akibat kegiatan penambangan dan faktor-faktor yang dapat

mengindikasikan terjadinya diusi.

I.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui berapa besar presentase dilusi yang terjadi dari

kegiatan penambangan.

2. Metode apa yang harus digunakan dalam meminimalisir terjadinya

dilusi

I.5. Manfaat Penelitian

I.5.1 Untuk Mahasiswa

a. Melatih bagaimana cara menghadapi permasalahan di lapangan.

b. Dapat menambah pengalaman bagi praktikan terhadap permasalahan

yang ada.

I.5.2 Untuk Akademik

a. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian.

b. Dapat di jadikan acuan atau literatur para peneliti selanjutnya.

I.5.3 Untuk Perusahan

Menjadi bahan masukan atau rujukan guna peningkatan kinerja perusahan.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1 Lokasi Kesampaian Daerah

Secara atministratif wilayah ijin usaha pertambangan (IUP ) PT. Adhita

Nikel Indonesia berada di Desa Tewil-Soagimalaha Kecamatan Kota Maba

Kabupaten Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara . Sedangkan secara geografis

terletak diantara 1280 20’ 14’’ bujur timur dan 000 30’ 31’’ lintang selatan. Yang

dimana wilayah tersebut dapat ditempuh melalui jalur darat maupun udara:

1. Ternate – Sofifi

Ternate – Sofifi dapat ditempuh dengan menggunakan Speed Boat

dengan waktu tempuh ± 45 Menit atau dengan menggunakan Fery dengan

waktu tempuh ± 2,5 jam.

2. Sofifi-Soagimalaha

Sofifi-Buli dapat di tempuh menggunakan kendaraan roda empat atau

roda dua dengan waktu tempuh ± 5 jam.

3. Ternate-Buli (Pesawat Udara)

Ternate-Buli dapat menggunakan pesawat udara wings air dengan

rute penerbangan setiap hari dan waktu tempuh ± 25 menit.

4. Buli - Soagimalaha

Buli-Soagimalaha dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan

roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh ± 1 jam.

4
Sumber : (Sumber : Bakonsultanal, 2018)

Gambar. II.1 Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian

5
II.2 Geologi Regional Daerah Penelitian

Tektonik regional Pulau Halmahera terbagi atas dua mandala utama geologi

yaitu Mendala Geologi Halmahera Timur atau Lengan Timur dan Mendala

Geologi Halmahera Barat atau Lengan Barat. Kedua Mendala geologi tersebut

memiliki karakteristik yang sangat berbeda (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam

Supriatna, S., 1980). Daerah inventarisasi terletak di semenanjung timur laut

pulau Halmahera merupakan bagian dari Mendala Halmahera Timur, sedangkan

semenanjung utara serta Pulau Morotai adalah merupakan bagian dari fisiografi

Mendala Halmahera Barat. Hubungan antara kedua mandala berupa jalur tektonik

dengan perlipatan dan pensesaran yang kuat berbatuan sedimen Neogen. Batuan

penyusun Mandala Timur relatif lebih tua dibandingkan Mendala Barat

Perkembangan tektonik pada lengan timur diperkirakan terjadi pada akhir

Kapur dan awal Tersier. Tersusun oleh batuan ultrabasa dan serpih merah yang

diduga berumur Kapur terdapat dalam batuan sedimen Formasi Dorosagu yang

berumur Paleosen-Eosen. Kegiatan tektonik lanjutan terjadi pada awal Eosen –

Oligosen. Ini diketahui dari ketidakselarasan antara Formasi Dorosagu dan

Formasi Bacan yang batuan vulkanik berumur akhir Oligosen – Miosen Awal

(Oligo-Miosen).

II.2.1 Fisografi Mandala Halmahera Timur

Fisiografi mandala Halmahera Timur sebagian besar berupa pegunungan

berlereng curam dengan torehan sungai yang dalam dan sebagian kecil

bermorfologi karst. Morfologi pegunungan berlereng curam tersebut

mencerminkan satuan batuan ultrabasa, batuan sedimen dan batuan gunungapi

6
Oligo-Miosen dan yang lebih tua (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam Apandi,

1980). Morfologi karst terdapat pada daerah batuan gamping, baik yang berumur

Paleosen-Eosen, Oligo-Miosen maupun Miosen-Paleosen. Batuan sedimen

Miosen-Pliosen membentuk morfologi dengan perbukitan yang relatif lebih

rendah dan lerengnya yang lebih landai daripada batuan yang lebih tua.

Pada Miosen Tengah, Plio-Plistosen dan akhir Holosen terjadi kegiatan

tektonik berupa perlipatan, sesar naik secara intensif dengan arah utama UUT –

SSB. Sesar normal berarah BUB – TUT dan ini terjadi pada fase tektonik akhir,

memotong semua sesar naik.

Stratigrafi daerah inventarisasi disusun oleh komplek batuaan ultrabasa,

batuan vulkanik Formasi Bacan dan batuan sedimen Formasi Weda. Komplek

batuan ultrabasa (Ub) merupakan batuan tertua diperkirakan berumur Kapur yang

terdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit umumnya berwarna hitam, getas,

kebanyakan terpecah, terbreksikan, setempat mengandung asbes dan garnierit.

Basal didalam komplek ini berwarna kelabu kehitaman, getas, kebanyakan

terbreksikan dan terpecah. Batuan metamorf dan rijang terdapat di beberapa

tempat yang tak terpetakan.

Batuan vulkanik di adalah Formasi Bacan (Tomb) diendapkan kala

Oligosen – Miosen Bawah terdiri dari lava, breksi dan tufa, dengan sisipan

konglomerat dan batupasir. Breksi gunungapi, kelabu kehijauan dan coklat,

umumnya terpecah, mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Breksi

memiliki komponen andesit dan basal, setempat batugamping. Diantara

komponen batuan beku yang dapat dikenal adalah andesit piroksen, kristal halus,

7
afanitik kelabu, porfiritik berwarna merah dengan piroksen sebagai fenokrisnya,

andesit piroksen warna kehijauan, basal porfiritik kelabu tua dengan fenokris

piroksen dan feldspar.

Sementara itu Formasi Weda (Tmpw) yang merupakan batuan sedimen

diendapkan terakhir kala Miosen – Pliosen tersusun oleh batupasir berselingan

dengan batulempung, batulanau, napal, batugamping dan konglomerat. Batupasir

terdiri dari batupasir arkosa, gampingan berbutir sedang, warna kuning dan

kelabu, batupasir konglomeratan berfragmen cangkang, batupasir kelabu tua,

kehitaman berbutir halus, keras, menunjukkan struktur perlapisan tipis dan

graiwacke berwarna kelabu tua kehitaman.

II.3. Geomorfologi

Secara morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan

morfologi yaitu satuan morfologi pegunungan terjal, menempati bagian tengah,

satuan morfologi perbukitan bergelombang dengan ketinggian 50 – 500 meter

diatas permukaan laut, sepanjang pantai mengelilingi dan satuan morfologi

daratan menempati daerah tepi pantai dan sungai terutama pantai bagian timur.

II.4. Topografi

Daerah penambangan PT. Adhita Nikel Indonesi merupakan rangkaian

pengunungan dan perbukitan yang memanjang dari dari utara keselatan,

mempunyai ketinggian 25-250 meter diatas permukaan laut. Kondisi daareh

tersebut merupakan perbukitan yang di tutupi oleh hasil pelapukan batuan dan

tumbuh-tumbuhan yang ada berupa semak belukar yang. Gambar. II.3

8
II.5. Vegetasi

Vegetasi yang berada pada daearah penelitian sama halnya dengan kondisi

veegatasi yang berada pada hutan pengunungan secara umum yang ada di daratan

halamahera timur. Dimana pepohonan yang tumbuh didaerah ini berupa pohon

kasawari, pohon ketapang, pohon merbau, dan juga pepohonan tunggal serta

semak belukar yang menyebar secara luas pada daerah penelitian. Gambar. II.4

9
Sumber : Peta Dasar Geologi Indonesia, Bakonsultanal

II.2 Peta Geologi Daerah Penelitian

10
Sumber : Peta Dasar Global Maper.11 Convert surfer. 10

Gambar. II.3. Peta Topografi Daerah Penelitian

11
Sumber : Dokumentasi lapangan, Mei 2018

Gambar. II.4. Vegetasi Hutan Pegunungan Lokasi Penelitian

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Definisi Nikel

Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan

ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan

ultramafik tersingkap di permukaan bumi (Syafrizal dkk, 2011). Logam nikel

banyak dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Nikel

merupakan logam berwarna kelabu perak yang memiliki sifat fisik antara lain :

1. Kekuatan dan kekerasan nikel menyerupai kekuatan dan kekerasan besi.

2. Mempunyai sifat daya tahan terhadap karat dan korosi

3. Pada udara terbuka memiliki sifat yang lebih stabil daripada besi.

III.1.1 Nikel Laterit

Laterisasi adalah proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab

(tropis) yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yang

relatif stabil, membentuk formasi lapisan regolit yang tebal dengan karakteristik

yang khas (Golightly, 1979 ):

a. Pengubahan mineral utama dan pelepasan beberapa komponen kimia,

b. Pencucian komponen-komponen mobile,

c. Pengumpulan residual komponen-komponen tidak mobile atau tidak larut,

d. Pembentukan formasi mineral baru yang lebih stabil dalam lingkungan

pengendapan.

13
III.2. Genesa Endapan Nikel Laterit

Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak

mengandung olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya

mengandung 0.30% nikel (Sundari, 2012).

Air tanah yang kaya akan CO2, berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan

menghancurkan olivine. Penguraian olivine, magnesium silika dan besi silika ke

dalam larutan cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel

silika. Di dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap

sebagai ferrihidroksida.

Endapan ferrihidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga

kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferrihidroksida menjadi

mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)), hematit Fe2O3) dan cobalt. Mineral-

mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”

Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan

magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak

turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian

proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan

unsur tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan

berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari

kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan

unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan

kombinasinya.

14
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka Ni

yang terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air sudah tidak

dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni

yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit

dengan rumus kimia (Ni,Mg) Si4O5 (OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus

menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen(supergen

enrichment). Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu

penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih

dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-

ubah, terutama dari perubahan musim. Dibawah zona pengkayaan supergen

terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi

maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai

batuan induk yaitu batuan Harzburgit.

III.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biji nikel adalah

sebagai berikut :

III.2.1.1 Batuan Asal

Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan

nikel laterit, dimana batuan asal tersebut adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini

pada batuan ultra basa tersebut, terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara

batuan lainnya, mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak

stabil, seperti olivin dan piroksin, mempunyai komponen-komponen yang mudah

larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

15
III.2.1.2 Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi

kenaikan dan penurunan permukaan air tanah, juga dapat menyebabkan terjadinya

proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup

besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-

rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada

batuan.

III.2.1.3 Reagen-Reagen Kimia dan Vegetasi

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan

senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah

yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan

kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah

ph larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam

hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:

a. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti

jalur akar pohon-pohonan.

b. Akumulasi air hujan akan lebih banyak

c. Humus akan lebih tebal.

Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada

lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar

yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil

pelapukan terhadap erosi mekanis.

16
III.2.1.4 Struktur

Struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan laterit adalah

rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan

mempermudah rembesan air ke dalam tanah dan mempercepat proses pelapukan

terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi

sebagai tempat pengendapan larutan-larutan yang mengandung Ni sebagai vein-

vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan

permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan

adanya rekahan-rekahan tersebut lebih memudahkan masuknya air dan proses

pelapukan yang terjadi akan lebih intensif.

III.2.1.5 Topografi

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air

beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak

perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan

penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi

andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan

sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk

topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run

off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan

kurang intensif.

III.2.1.6 Waktu

Proses pelapukan pada batuan ultrabasa pada umumnya juga tergantuung

pada waktu dalam proses pelapukan dimana, waktu yang cukup lama akan

17
mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel

cukup tinggi.

III.3 Profil Endapan Nikel Laterit

Secara umum profil endapan nikel laterit terdiri dari ( Elias M,.et.al,. 1981 ):

1. Zona Top Soil (tanah penutup)

Dicirikan oleh fraksi yang berukuran sangat halus yang hampir

semuanya diisi oleh fraksi lempung. Zona ini secara umum berwarna coklat

tua sampai coklat kemerahan. Mineralisasi pada zona ini tidak ada sampai

sedikit. Zona ini ditandai oleh banyaknya tudung besi (iron cape).

2. Zona Limonit

Dicirikan oleh ukuran fraksi dari lempung sampai pasir sedang. Zona

ini secara umum berwarna coklat kemerahan. Mineralisasi pada Zona ini

mulai banyak, dimana mineral yang banyak dijumpai adalah mineral besi,

seperti: Hematit (berwarna merah marun), Goetit (berwarna coklat

kekuningan), dan Magnetit (berwarna hitam).

3. Zona Saprolit

Dicirikan oleh ukuran fraksi dari pasir sedang sampai boulder. Zona

ini secara umum berwarna coklat hitam kehijauan. Mineralisasi pada zona

ini sangat banyak. Mineral yang paling banyak ditemukan adalah mineral

Serpentin (warna hijau daun). Ada juga mineral yang hampir selalu hadir

tapi dalam jumlah sedikit adalah Hematite, Goetit, Silika, dan lapukan

Olivin (warna hijau kekuningan). Pada zona ini juga ditemui mineral

Garnierit (warna hijau terang), yang sangat banyak mengandung nikel, tapi

18
hanya hadir di beberapa tempat saja. Kebanyakan kenampakan mineral ini

dalam bentuk vein, tapi sesekali juga hadir dalam bentuk lensa. Selain itu

mineral yang juga hadir dalam Zona ini adalah Krisopras, dimana

kenampakan fisik mineral ini hampir mirip dengan mineral Garnierit.

Perbedaan antara krisoplas dan Garnierit adalah Krisopras mempunyai

warna hijau yang sedikit lebih gelap dari Garnierit, tapi lebih terang dari

Serpentin. Selain itu kekerasan Krisoplas jauh lebih keras dari Garnierit.

Krisoplas biasanya juga ditemukan dalam bentuk vein.

4. Zona Bedrock

Dicirikan oleh batuan yang berukuran sangat keras, dimana sudah

tidak ada lagi rekahan. Bedrock pada endapan nikel laterit adalah Dunit atau

Peridotit, dimana warna Peridotit lebih gelap dari warna Dunit karena pada

Peridotit kandungan mineral Piroksen lebih banyak dari Dunit. Warna dari

bedrock ini adalah hitam kehijauan, dimana banyak ditemukan mineral

Olivin, Piroksen, dan Silika.

19
Sumber: Global Laterit Nickel Resources, 2001

Gambar III.1 Profil Endapan Nikel Laterit

Secara praktis untuk kepentingan penambangan, cadangan nikel laterit

dibagi menjadi 3 (tiga) Zona utama yaitu : Zona Limonit, Zona Low Saprolite,

dan Zona High Saprolite berdasarkan nilai cut-off kadar Ni dan Fe tertentu.

III.4 Kegiatan Eksplorasi

Penentuan layak atau tidaknya suatu kegiatan penambangan ditentukan oleh

kualitas dan jumlah cadangan endapan bahan galian tersebut. Salah satu sifat dari

bahan galian adalah terdapat dipermukaan bumi maupun dibawah permukaan

bumi secara tidak merata. Bahan galian yang terdapat disuatu tempat bukan

merupakan kumpulan dari bahan galian yang murni, kebanyakan keadaan masih

bercampur dengan bahan galian/material lainnya. Tujuan kegiatan eksplorasi

adalah untuk mengetahui penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu

endapan bahan galian serta juga untuk mengetahui keadaan, posisi atau letak bijih

20
dan lapisan batuan sekelilingnya (Country Rock). Hasil dari kegiatan eksplorasi

ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan nilai ekonomis dari suatu

endapan bijih, menentukan metode dan sistem penambangan serta umur tambang

dari suatu kegiatan penambangan endapan bahan galian. Untuk mengetahui kadar

pada suatu endapan bahan galian maka diadakan kegiatan eksplorasi, yaitu segala

cara penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti adanya

bahan galian dan sifat serta letak bahan galian dibawah permukaan bumi dengan

cara dilakukannya pengeboran.

III.4.1 Eksplorasi Pendahuluan

Dalam eksplorasi pendahuluan ini, tingkat ketelitian yang diperlukan

masih kecil sehingga peta – peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan

juga mempunyai skala yang relatif kecil. Sebelum memilih lokasi – lokasi

eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta – peta yang sudah ada ( dari

survei survei terdahulu), catatan – catatan lama, laporan temuan dan lain – lain,

lalu dipilih daerah yang akan disurvey. Setelah pemilihan lokasi ditentukan

langkah berikutnya, studi faktor – faktor geologi regional dan propinsi metalografi

dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena

pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses –

proses geologi yang pernah terjadi, singkapan – singkapan batuan pembawa bahan

galian dan yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan /batas batuan, orientasi

lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringannya), orientasi sesar dan tanda –

tanda lainnya.

21
III.4.2 Eksplorasi Detail

Setelah tahap eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang

ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan eksplorasi tahap

detail. Kegiatan utama dalam tahap ini ialah sampling dengan jarak yang lebih

dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk

memdapatkan data – data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan

cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun

tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan

klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (< 20%), sehingga dengan

demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat

dihindarkan.

III.4.3 Studi Kelayakan

Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang,

metode penambangan, perencanaan peralatan, dan rencana investasi

Penambangan. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya

produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan

bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau

tidak.

III.4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemboran

Pelaksanaan kegiatan pengeboran sangat penting jika kegiatan yang

dilakukan adalah menentukan Zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini

dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik

mungkin, namun kemudian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat

22
mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan

secara menyeluruh. Kegiatan pemboran juga dilakukan untuk dapat menentukan

batas (outline) dari beberapa endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut

yang berfungsi untuk perhitungan cadangan. Metode pemboran yang digunakan

bergantung pada akses permukaan. Pada daerah yang tidak mengalami kendala

akses pola pemboran yang digunakan adalah persegi panjang dengan bentuk

teratur. Sedangkan spasi pada lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan

kemenerusannya. Contoh kasus seperti endapan urat, lubang bor pertama

digunakan untuk mengidentifikasi struktur, dan tidak banyak digunakan untuk

penentuan kadar karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan

sampel bawah permukaan. Tipe spasi untuk endapan urat adalah 25-50 meter

sedangkan untuk endapan stratiform spasinya antara 100 meter sampai beberapa

ratus meter (Notosiswoyo Sudarto dkk. 2000). Pola pemboran dalam kegiatan

eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh. Pada tahap pengenalan dimana

seorang geologist belum mengetahui secara jelas lokasi tersebut maka lubang bor

pertama dapat digunakan untuk orientasi. Penentuan pola pemboran secara normal

dilakukan dengan grid yang teratur pada suatu Zona mineralisasi.

III.4.5 Proses Pengambilan Contoh Pada Kegiatan Eksplorasi

Ditinjau secara umum proses pengambilan contoh dimaksudkan untuk

mengambil sebagian kecil dari suatu massa yang besar, dimana diharapkan

sebagian kecil massa tersebut cukup representatif untuk mewakili keseluruhan

massa yang diwakilinya. Pengambilan conto dilakukan dengan cara pemboran,

dari cara pemboran ini diharapkan dapat diidentifikasi lebih teliti penyebaran bijih

23
nikel secara vertikal sedangkan penyebaran secara horizontal dapat diperoleh

dengan menggabungkan beberapa titik. Contoh dari hasil kegiatan eksplorasi atau

kegiatan pemboran disusun dalam core box menurut kedalaman satu meter.

Setelah selesai pemboran contoh dibawah ke Sample House (Rumah Contoh) dan

kemudian dimasukan kedalam kantong contoh dan diberikan kode seperti lokasi

tempat pengeboran, kedalaman titik bor, nomor contoh, dan nomor titik bor.

Selanjutnya dikirim kebagian persiapan contoh untuk kemudian dipreparasi guna

keperluan analisa kimia.

III.4.6. Penentuan Kadar Eksplorasi Bijih Nikel

Pada kegiatan eksplorasi, penentuan kadar nikel laterit merupakan bagian

yang terpenting untuk menentukan jumlah cadangan yang telah ada. Penentuan

kadar bijih nikel yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah Cut Of Grade (COG)

yang telah ditetapkan sehingga dari data kadar rata – rata tiap meter kedalaman

lubang bor dapat ditentukan kadar dari titik bor tersebut. Cut of grade (COG)

menurut defenisi memiliki dua pengertian, yaitu sebagai berikut :

1. Kadar terendah dari suatu endapan bijih nikel yang masih dapat memberikan

keuntungan apabila ditambang.

2. Kadar rata – rata terendah dari endapan bijih nikel yang masih

menguntungkan apabila ditambang sesuai dengan teknologi dan nilai

ekonomis saat ini. Penentuan kadar cadangan eksplorasi suatu daerah yaitu

dari hasil pemboran pada kegiatan eksplorasi yang dianalisa di laboratorium

kimia. Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata – ratakan mulai dari

kadar dibawah sampai diatas Cut Of Grade.

24
III.5 Kegiatan Penambangan

Sistem penambangan yang dilakukan atau diterapkan pada endapan nikel

laterit menggunakan Sistem Tambang Terbuka (Open Pit). Hal ini di karenakan

tingkat penyebaran nikel yang mengikuti arah topografi sehingga didapati

tingkatan kadar yang tidak homogen maka diperlukan pemilihan kadar yang akan

ditambang.

III.6 Proses Penambangan

Umumnya proses penambangan dimulai dari pengupasan overburden

dengan menggunakan Bulldozer yang dilanjutkan dengan Clean Top Ore untuk

mengangkat/membersihkan bagian atas material, langkah selanjutnya ialah

melakukan Channel Sampling yaitu suatu cara pengambilan contoh dengan

membuat alur (Channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih

(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur seragam dengan ukuran 5 (lima)

meter dari atas kebawah dan dengan lebar yang disesuaikan dengan sekop

Incerement, conto diambil seberat 5 Kg, areal channel diberi kode pita berwarna

putih untuk penandaan contoh sementara dianilsa dilaboratorium kimia. Setelah

kadarnya diketahui maka pit ini ditambang sesuai dengan daerah pengaruhnya

dengan persyaratan bijih yang diambil sesuai dengan COG (Cut Off Grade) yang

telah ditetapkan, sedangkan kadar yang tidak memenuhi COG dianggap

Overburden, Waste dan Bed Rock. Pada proses penambangan,

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan upaya mengantisipasi terjadinya

perubahan kadar, yaitu:

1. Teknik penggalian/pengambilan bijih,

25
1. Karakteristik endapan.

Karakteristik endapan yang cocok ditambang dipengaruhi oleh pola

penyebaran endapan, kekerasan, dan kelunakan bijih. Badan bijih dapat

berbentuk teratur atau tidak (Massive). Bagi bijih yang berbentuk tabular

atau berlapis harus cukup lebar dan kemiringan relatif datar. Semakin

rendah kemiringan maka akan semakin mudah proses penggalian.

2. Keseragaman kadar

Keseragaman kadar yang bervariasi adalah hal yang harus diperhatikan

dalam penambangan, dengan mengetahui penyebaran kadar pada daerah

tertentu, maka dalam penambangan dapat diperhitungkan untuk melakukan

Mixing/Blending agar mencapai kadar sesuai dengan yang diinginkan.

3. Kombinasi peralatan.

Maksud dari pemilihan kombinasi peralatan adalah untuk perhitungkan

keefektifan operasi penambangan dimana dengan peralatan yang cocok,

baik dalam pekerjaan pengupasan tanah penutup maupun pekerjaan

produksi mendapat perolehan yang maksimal. Hal – hal yang

mempengaruhi pemilihan kombinasi peralatan meliputi ukuran badan bijih,

distribusi nilai endapan serta kompak atau tidaknya lapisan tanah penutup.

4. Produksi yang diinginkan.

Target produksi yang diinginkan meliputi COG (Cut Off Grade) dan tonase

yang akan diproduksi per waktu tertentu. COG adalah batas kadar rata – rata

terendah yang masih dapat di Blending dengan material lain sehingga

mendapatkan material bijih sesuai dengan yang diinginkan. Dimana saat

26
kadar bijih pada daerah yang akan digali tidak memenuhi COG seperti

tersebut diatas, maka perlu adanya pertimbangan lain, misalnya meneruskan

penggalian dan hasilnya akan di Blending dengan material dengan kadar

bijih yang tinggi sehingga dapat memenuhi COG, atau tidak meneruskan

penggalian karena akan menambah biaya operasional terutama untuk

peralatan.

III.7. Defenisi Dilusi (Dilution)

Dilusi adalah hasil pencampuran dari material lain bukan biji (Waste) ke

dalam material biji dalam rangka kegiatan pertambangan yang akan menaikan

Tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Dilusi tidak hanya terjadi

pada tahapan eksplorasi saja melainkan terjadi sampai pada proses pengolahan

mineral. Dilusi meningkatkan Tonase bijih sekaligus mengurangi Grade. Ini

biasanya dinyatakan dalam format persen. Ini dapat dinyatakan sebagai (Diktat

MPC, 2005).

....................... (III.1)
( )

(Anoush Ebrahimi, P. Eng., Ph.D., 2013). Dalam penelitianya tentang

Pentingnya Cairan Faktor Untuk Buka Pit Mining Projects menggambarkan

bahwa, sebagai contoh jika 10 ton batu pengotor (dan / atau di bawah Cut-Off

Grade batuan mineral) yang ditambang dengan 90 ton bijih dan semua (100 ton)

yang dikirim ke pabrik, pengenceran dihitung menjadi 10,0%. Menurut definisi

ini x persen dari pengenceran di tambang menunjukkan bahwa x persen dari

pakan tidak ekonomis menguntungkan untuk diproses. Jumlah x ini tidak boleh

27
dikirim ke Crusher dan tindakan yang tepat harus diambil di tambang untuk

memisahkan mereka dari pakan sebanyak mungkin.

Ilustrasi mengenai dilusi pada setiap tahapan pertambangan dapat di lihat

seperti pada gambar III.1.

Bentuk biji
Bentuk biji sebenarnya
perencanaan tambang

Endapan yang
berhasil di tambang
Bentuk biji estimasi

Biji yang masuk ke


tailing

Perolehan endapan
Bentuk biji optimasi cog setelah diolah
setelah diolah
Waste masuk ke
tailing

Sumber : Diktat Metode Perhitungan Cadangan (Sudarto Notosiswoyo, 2005)

Gambar III.2 Dilusi Yang Terjadi Pada Proses Tahapan Pertambangan

III.7.1. Jenis-jenis dilusi

Dilusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Dilusi Internal

Dilusi Internal adalah apabila material kadar rendah terletak di dalam

material kadar tinggi, dilusi internal dapat di bagi menjadi dua, pertama material

kadar rendah mempunyai batas yang jelas dengan material kadar tinggi (Dilusi

Geometri) dan ke dua material kadar rendah tidak mempunyai batas yang jelas

28
dengan material kadar tingggi (dilusi Inheren). Dilusi internal geometri hadir

sebagai waste yang di bedakan dengan jenis di dalam endapan biji, misalnya

barren dike yang menerobos Zona biji. Dilusi internal inheren dapat dapat terjadi

karena bertambahnya ukuran blok yang di gunakan untuk memisahkan biji

terhadap Waste.

2. Dilusi Eksternal

Dilusi Eksternal adalah apabilah material kadar rendah terpisah dari material

kadar tinggi. Dilusi ekstrernal terjadi karena reruntuhan dinding, kesulitan teknis

mengambil batas biji dalam Open Pit, atau kurang hati-hatinya pemisahan batas

biji dan Waste. Dilusi eksternal akan semakin kurang berarti pada endapan biji

dan Waste yang bergradasi karena jumlah dilusi akan menjadi bagian kecil dari

tonase penambangan. (Diktat MPC TE3231,2005)

III.7.2 Faktor-Faktor mengakibatkan Dilusi

Dilusi pada kegiatan penambangan biasanya dipicu oleh beberapa faktor.

Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi dilusi Ore, yaitu

sebagai berikut :

a. Posisi Waste, Badan Bijih, Dan Cuaca

Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan

tanah penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada

aliran air/hujan dari atas kebawah, maka daerah penggalian bijih

akan mengalami dilusi dari material yang terbawa bersama air.

Selain itu banyak dijumpai material Waste yang berada diantara

badan bijih yang berbentuk Massive atau tidak beraturan.

29
b. Keadaan bijih

Biasanya bijih yang berbentuk Boulder maupun yang berada didekat

Boulder merupakan bijih yang berkadar tinggi. Permasalahannya

adalah sangat sukar bagi alat untuk melakukan Selective terhadap

bijih dengan Boulder.

III.8 Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dari kegiatan penambangan berpedoman pada

Prosedur Japanesse Industrial Standart (JIS) dan dapat dilakukan dengan cara

mengambil satu Incerement dengan untuk dua ritasi dengan menggunakan sekop

standar nomor 125D dengan kapasitas 5 Kg. Contoh yang telah diambil

dimasukan dalam kantong plastik yang diberi kode serta diikat dengan tali yang

mempunyai warna tertentu untuk membedakan setiap contoh pada Pit/Areal yang

sama dengan warna yang sama pula. Kemudian kantong – kantong tersebut

dikirim ke preparasi contoh yang tertulis seperti kode pada pit penambangan,

nomor titik bor, tanggal penambangan dan nama dari tumpukan.

III.9 Preparasi Sampel

Preparasi contoh adalah pekerjaan mempersiapkan contoh sebelum dikirim

ke laboratorium untuk dianalisa kadarnya. Contoh yang akan dianalisa kadarnya

dimasukan ke preparasi contoh terlebih dahulu untuk direduksi, baik jumlah

maupun ukuran butir dari contoh tersebut, sehingga didapat contoh setelah

dianggap homogen.

30
III.10. Perhitungan Beda kadar

Nilai beda kadar diperoleh dari pengurangan data kadar rata-rata

eksplorasi dengan data realisasi produksi yang dihasilkan dari analisa

laboratorium. Nilai beda kadar digunakan untuk menganalisis besarnya perbedaan

kadar relative tiap parameter antara hasil eksplorasi dan realisasi produksi. Nilai

beda kadar diperoleh dengan membandingkan kadar eksplorasi dan kadar

produksi dari tiap titik bor. Parameter unsur atau senyawa yang dibandingkan dan

kemudian dihitung beda nilainya adalah kadar Ni, Fe, Co, SiO 2, CaO dan MgO.

Adapun nilai beda kadar dihitung menggunakankan persamaan :

Beda kadar = Kadar Eksplorasi – Kadar Produksi

Selisih (+) kadar eksplorasi > dari kadar produksi

Selisih (-) kadar eksplorasi < dari kadar produksi

III.11. Presentase Perubahan Kadar

Pada umumnya kadar dari hasil kegiatan eksplorasi dengan kegiatan

penambangan selalu mengalami perubahan. Untuk mengetahui seberapa besar

presentase perubahan kadar, dengan cara membandingkan kadar dari hasil

kegiatan pemboran eksplorasi dengan kadar hasil kegiatan penambangan pada

titik bor yang sama sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

.................................................... (III.2)

Dimana : Q = Presentase perubahan kadar

q1 = Kadar eksplorasi.

q2 = Kadar hasil kegiatan penambangan

31
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1 Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

bagaimana melakukan studi tentang meminimalisasi dilusi yang terjadi pada

kegiatan pertambangan yang berdampak terhadap perubahan kadar, yang dimulai

dari studi literatur, observasi lapangan, pengumpulan data analisis data dengan

tahapan seperti pada (Gambar. IV.1):

IV.2. Studi Literatur

Merupakan tahapan dari pengumpulan berbagai literatur sebagai referensi

yang berkaitan dengan penulisan skripsi antara lain; buku, jurnal, dan hasil-hasil

penelitian sebelumnya.

IV.3. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan rangkaian kegiatan lapangan yang dilakukan

pada saat penelitian berlangsung dengan mengamati secara langsung aktifitas

yang dilakukan pada lokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang

sedang dilakukan.

IV.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dilapangan dari

hasil pengamatan dan wawancara, data primer ini berupa data :

1. Pengambilan data tonase dan data waste hasil penambangan.

32
b. Data Sekunder

Data sekunder adalah yang tidak diperoleh langsung dilapangan tetapi

diperoleh berupa dokumentasi atau referensi yang tersedia di perusahaan

ataupun instansi terkait, berupa :

1. Peta geologi regional

2. Peta topografi

3. Data realisasi penambangan

IV.5 Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis

kuantitatif dimana analisis yang dimaksud ialah gravimetri dan volumetrik dalam

suatu bahan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapaun data yang akan

dianalisis diantaranya adalah:

1. Analisis data hasil realisasi penambngan

2. Analisis dilusi penambngan dari hasil perhitungan presentase dilusi

3. Analisis beda kadar dan presentase perubahan kadar.

IV.6 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Adapun waktu dimulainya dan lamanya penilitian ini dilakukan selama satu

bulan mulai dari tanggal 26 April – 26 Mei 2018.. Adapun jadwal kegiatan

lapangan dapat dilihat seperti pada (Gambar IV.2).

33
IV.1 Bagan Alir Penelitian

JUDUL
Studi Minimalisasai Terjadinya Dilusi Pada Pada Kegiatan
Penambangan Di PT. Adhita Nikel Indonesia Kec. Kota Maba
Kab. Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Data Primer Data Sekunder


1. Tonase Ore dan Pengumpuna Data 1. Geologi
Tonase Waste 2. Topografi
2. Faktor-faktor yang 3. Data Realisasi
mengakibat Penambngan
terjadinya dilusi

Hasil dan Pembahasan

Analisis Data
KUANTITATIF
1. Dilusi Penambangan
2. Beda Kadar
3. Presentasi Perubahan
Kadar

Kesimpulan

Gambar IV.1 Bagan Alir Penelitian

34
Tabel IV.2 Jadwal Kegiatan Lapangan

Maret April Mei Juni


No Kegiatan
III IV I II III IV I II III IV I II
1 Studi Literatur
2 Pengusulan Proposal
3 Tiba Di Lokasi
4 Observasi Lapangan
5 Pengambilan Data
6 Pengolahan Data
7 Penyusunan Laporan
8 Persiapan Kembali
9 Konsultasi Laporan
10 Seminar Hasil Penelitian

35
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Profil Nikel Laterit Daeah Penelitian

PT. Adhita Nikel Indonesia melakukan kegiatan penambangan nikel laterit

pada Site Soagimalaha-Tewil. Dimana lokasi penelitian berada pada Block 3

Front tanah merah. Profil endapan nikel laterit yang berada pada lokasi penelitian

terdiri dari beberapa lapisan atau zona dari pada material seperti lapisan tanah

penutup, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan yang terakhir adalah batuan asal

yang berbentuk stupa. Adapun klasifikasi kadar berdasarkan batas kadar

penambangan yang direncanakan oleh PT. Adhita nIkel Indonesia yaitu :

V.1.1. Lapisan Tanah Penutup

Lapisan tanah penutup yang berada pada lokasi penelitian tidak

dipindahkan dari lokasi penambangan untuk ditampung pada tempat

penampungan material buangan melainkan telah dibolak balik sesuai dengan

kebutuhan pada saat akan dilakukan penggalian biji (Ore Geeting).

Sumber: Dokumentasi Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.1 Lapisan Tanah Penutup Yang Telah Dibolak Balik

36
V.1.2. Lapisan Limonit

Pada lapisan ini hampir semua unsur yang mudah larut hilang terlindi oleh

air meteorik, hasil pelapukan lanjut ini memliki komposisi oksida besi yang tinggi

diatas 25%, dilihat dari kenampakan warna mineral dilapangan, hematite,

magnesit dan geotit hadir pada zona ini. Pada lokasi penelitian lapisan ini

penyebaranya berupa kantung – kantung atau lebih dikenal dengan spot limonit,

berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan, lunak dan bersifat lempungan

(Clay), kadar limonit di lokasi penelitian dengan kadar Ni adalah < 2% dengan

kadar Fe > 25 %, ketebalan lapisan ini bervariarisi dari 1- 3 meter

Zona Limonit

Zona Saprolit

Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.2. Spot Limonit dalam Zona Saprolit

V.1.3. Zona Saprolite

Zona ini merupakan zona pengkayaan nikel, komposisinya terdiri dari

oksida besi, serpentin, silica, dan sisa batuan asal yang kaya akan mineral olivine

37
dan piroksen yang mengalami pelapukan dan serpentinisasi, kekerasan lunak

hingga keras (Soft Saprolite – Hard Saprolite). Kadar nikel pada zona ini berkisar

1.8 – >3 % dan Fe < 25%.

Ketebalan lapisan ini sangat bervariasi tergantung dengan beberapa faktor

antara lain topografi, kedalaman muka air tanah, perubahan muka air tanah pada

saat pelapukan, iklim, struktur geologi (rekahan dan patahan) serta komposisi

batuan dasar, di lokasi penelitian sendiri ketebalan zona ini bisa mencapai lebih

dari 20 meter dengan kadar Ni lebih dari 3%.

Sumber: Dokumentasi Lapanga, Mei 2018

Gambar. V.3. Zona Kontak hard Saprolit dan Soft saprolit

38
V.1.4 Batuan Dasar

Batuan Dasar lokasi penelitian dilihat secara megaskopis tergolong

kedalam batuan ultrabasa dunit, berwarna abu-abu hitam kehijauan, tekstur

afanitik, struktur joint, dengan susunan mineral dominan olivine.

Sumber: Dokumentasi Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.4. Batuan Dasar Berbentuk Dunit.

V.2. Faktor-faktor Terjadinya Dilusi

Faktor yang sangat besar terjadinya dilusi terletak pada lokasi penambanga

dalam hal ini front penambangan. Hal tersebut dikarena metode penambangan

yang diterapkan pada PT. Adhita nikel indonesia melakukan penambangan yang

tidak memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan pelaksanaan

kegiatan.

V.2.1 Dilusi Internal

Berdasarkan profil laterit pada daerah penelitian yang sangat tidak

homogen mengakibatkan terjadinya dilusi yang sangat tinggi dikarenanakan spot

39
materia yang dikategorikan sebagai waste volumenya lebih besar dibandingkan

dengan material ore yang berada pada daerah penelitian. Sehingga ketika

dilakukan metode penambangan dengan menggunakan selective mining masih

tetap terjadi kontaminasi material waste kedalam material ore yang kemudian

dapat menurunkan kadar.

V.2.1.1. Dilusi Pada front Penambangan

Dilusi pada kegiatan penambangan yang ada pada front penambangan,

diakibatkan oleh tercampurnya material burend rock yang berasal dari material

tanah penutup yang tidak dipindahkan dari lokasi front penambangan, setelah

dilakukan pembersihan lahan pada tahapan persiapan penambangan. Hal ini

mengindikasikan terjadinya dilusi dikarenakan posisi material burend rock lebih

tinggi dibandingkan dengan posisi ore. Dengan kondisi material tanah penutup

yang telah diboka balik. Metode yang harus dilakukan adalah memindahkan

terlebih dahulu material tanah penutup pada lokasi yang telah disiapkan sebagai

tempat penampungan material tanah penutup. Hal tersebut dapat dilihat Seperti

pada Gambar. V.5.

V.3. Dilusi Eksternal

V.3.1. Penumpukan Ore Pada Front

Proses penumpukan ore yang telah dilakukan setelah selective mining,

pada lokasi front penambangan, dapat mengakibatkan terjadiya dilusi. Hal

tersebut dikarenakan material burend rokc yang ada pada lokasi penambangan

tercampur dengan material ore yang telah ditumpuk karena jarak antra material

ore yang ada pada tumpukan tidak memiliki batas yang jelas sehingga material

40
burend rock tercampur dengan material ore. Untuk menghindari terjadinya dilusi

pada kondisi ini, maka terlebih dahulu material burend rock atau material tanah

penutup harus dipindahkan ke tempat yang telah di sediakan.. Hal tersebut dapat

dilihat seperti pada Gambar. V.6

Sumber : Dokumentasi Lapangangan Mei, 2018

Gambar. V.5. Dilusi Internal pada Lokasi Penelitian

Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.6. Penumpukan Material Ore Pada Front

41
V.3.2. Proses Selective Mining (Ore Getting)

Pada kegiatan selective mining (Ore Geeting) yang dilakukan, exavator

yang digunakan adalah exavator yang sama yang telah digunakan dalam proses

pemindahan material tanah penutup maupun material waste . hal tersebut

memberikan dampak yang dapat mengakibatkan terjadinya dilusi akibat dari

kegiatan yang dilakukan. Untuk meminimalisir terjadinya dilusi maka

pemindahan tanah penutup harus dilakukan menggunakan dozer agar lokasi yang

akan dilakukan selektif mining terlebih dahulu telah material burend rock yang

dapat terkontaminasi dengan material ore yang akan di gali karena materila

burend rock atau material waste yang melekat pada bucket exavator.. Hal tersebut

dapat dilihat seperti pada gambar. V.7

Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.7. Proses Ore Geeting

42
V.3.3. Proses Loading Ore

Proses Loading ore untuk diangkut menuju ke stockyard dilakukan setelah

material ditumpuk berdasarkan hasil selective mining pada lokasi front. Indikasi

terjadinya dilusi sangat kecil sebab material yang dimuat menggunakan metode

buttom loading apabila dianalisis berdasarkan metoe loading ore yang digunakan.

Sebab alat muat (Exavator) tidak menjadikan material ore sebagai tumpuan untuk

melakukan loading ore

V.3.4. Dilusi Pada Stockyard

Stockyard adalah lokasi penumpukan ore yang telah siap untuk dikapalkan

berdasrkan range kadar yang telah diketahui dari hasil analisa sampel pada

laboratorium, yang diambil pada front penambangan dengan menggunakan

metode grap sampling. Berdasarkan kondisi dari lokasi stockyard dan pola

perawatan biji yang tidak efesien, mengakibatkan terjadinya dilusi akibat material

yang bukan ore tercampur dengan materian ore yang didumping pada lokasi

penumpukan. Karena material yang bukan ore tidak terlbih dahulu dilakuan

penanganan, sehingga material yang bukan ore terakumulas dengan material ore

yang akan di tumpuk.

43
Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018

Gambar : V.8. Tumpukan Ore Pada Stockyard

V.4. Pengolahan Data Realiasasi Produksi

Data realisasi Produksi adalah data hasil penambangan dalam interval waktu

satu bulan yang dijabarkan berdasarkan hasil produksi perminggu. Dimana data

realisasi produksi ini menjabarkan secara menyeluruh hasil dari kegiatan

penambangan yang dilakukan dengan menampilkan data kadar rata-rata dan total

tonase yang terealisasi. Adapun data kadar dan data tonase yang ada dijabarkan

berdasarkan kualifikasi tipe material baik saprolit, limonit, maupun waste.

Dimana data kadar dan data tonase seperti pada Tabel V.1

V.5. Perhitungan Dilusi Penambangan

Dilusi adalah hasil pencampuran dari material lain bukan biji (Waste) ke

dalam material biji dalam rangka kegiatan pertambangan yang akan menaikan

Tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Adapun untuk mengetahui

seberapa besar dilusi yang terjadi maka dilakukan perhitungan dilusi

44
menggunakan data realisasi produksi yang didapatkan berdasarkan hasil

penambangan. Seperti pada tabel V.1

Realisasi produksi adalah data yang menyabarkan tentang hasil kegiatan

penambangan yang dilakukan dalam range waktu selama satu bulan. Adapun data

realisasi yang digunakan adalah data yang telah diolah untuk mendapatkan total

tonase dan kadar-rata yang diperoleh dari hasil penambangan. Pada penelitian ini

penulis menganalisa diusi yang terjadi berdasarkan data realisasi yang di dapatkan

dalam oprasi produksi denga range waktu selama satu minggu untuk satu kali

analisa dalam perhitungan dilusi yang terjadi pada kegiatan penabangan . Adapun

untuk menghitung seberapa besar peresentase dilusi yangterjadi pada kegiatan

penambangan digunakan persamaan berikut:

........................................(V.1)
( )

Dari hasil perhitungan dilusi dengan menggunakan persamaan di atas maka

dilusi yang terjadi pada proses penambangan yaitu sebesar.

V.6. Perhitungan Kadar Rata-Rata

Perhitungan kadar rata-rata merupakan perhitungan kadar secara relatif

kadar hasil realisasi produksi berdasarkan hasil penambangan. Yang kemudian

dirata-ratakan berdasarkan data kadar front dan data Kadar stockyard dalam

jangka waktu kerja satu bulan. Adapun kadar rata-rata dihitung menggunakan

persamaan V.2 :

( ) ( ) ( ) ( )
⃗ ( )

45
Dimana : ⃗ = Kadar Rata-Rata

k = Kadar

t = Tonase

Sehingga hasil yang di dapatkan berdasarkan perhitungan menggunakan

rumus diatas dihitung berdasr type material dimana material HGSO, MGSO, dan

LGSO yaitu : Ni = 1,77, Fe = 15,62. Sedangkan kadar rata-rata semua type

material adalah :Ni = 1,72 dan Fe = 15,94.

Tabel. V.1 Data Realisasi Produksi

HGSO MGSO LGSO WASTE


Tonase Ni Fe Tonase Ni Fe Tonase Ni Fe Tonase Ni Fe
2244 2,02 16,07 3693 1,75 14,03 2928 1,66 14,18 3680 1,58 14,08
2594 2,08 16,84 1210 1,74 15,07 2364 1,60 13,71 3288 1,58 14,96
3056 1,94 17,00 285 1,71 17,85 1948 1,68 14,30 738 1,47 9,64
430 1,97 14,50 2796 1,79 16,61 418 1,63 16,47
4586 2,00 17,64 2142 1,79 16,79
3636 1,88 16,70 2280 1,74 14,50
429 1,80 15,47 649 1,79 16,91
1260 1,80 14,68
1340 1,83 17,06

19575 1,92 16,22 13055 1,76 15,97 7658 1,64 14,67 7706 1,54 12,89

Sumber : Pengolahan data Lapangan, Mei, 2018

46
Tabel. V.2. Hasil Perhitungan Dilusi Penambangan

TONASE ORE TONASE WASTE DILUSI (%)


40288 7706 16,06

Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan, Mei 2018

V.7. Pengambilan Sampel

Sampling atau pengambilan sampel/contoh adalah tahap awal dari suatu

analisis, oleh karena itu pengambilan contoh ini dipilih seperlunya saja tetapi

representatif. Pengambilan contoh merupakan pekerjaan pengambilan sebagian

kecil dari material, sedemikian rupa sehingga contoh mewakili sifat seluruh

material tersebut. Pengambilan contoh yang dilakukan pada lokasi penelitian

menggunakan metode pengambilan Grap Sampling dengan dimensi yang sedikit

pada beberapa tempat yang berbeda untuk pengambilan satu contoh dalam satukai

pengambilan contoh.

V.7.1. Sampel Front

Pengambian sampel pada front dilakukan dengan menggunakan metode

pengambilan grap sampling, dimana sampel yang diambil adalah pada tumpukan

material yang telah dilakukan penumpukan dengan menggunakan exavator.

Dalam satu increamen diambil pada tumpukan material dengan volume tumpukan

sebanyak 12 bucket exavator. Pengambilan sampel untuk satu increament

dilakukan secara terpisah untuk memenuhi satu increament. Dengan berat sampel

± 18Kg.

47
V.7.2. Sampel Stockyard

Pengambilan sampel selanjutnya yang dilakukan pada lokasi stockyard

dengan metode pengambilan yang sama dengan metode pengambilan sampel pada

front, namun pada lokasi stockyard sampel yang diambil untuk satu increament

ditentukan berdasarkan hasil dumping ore. Untuk satu increament diambil

berdasarkan satu kali dumping ore. Dengan berat sampel ± 18 Kg.

Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.9. Pengambilang Sampel Pada Front (Grap sampling)

Sumber: Dokumentasi Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.10. Pengambilan Sampel Pada Stockyard (Grap Sampling)

48
V.8. Perhitungan beda kadar

Nilai beda kadar diperoleh dari mengurangkan data eksplorasi dengan data

realisasi produksi yang dihasilkan dari analisis laboratorium. Nilai beda kadar

digunakan untuk menganalisis besarnya perbedaan kadar relatif tiap parameter

antara hasil eksplorasi dan realisasi produksinya. Nilai beda kadar diperoleh

dengan membandingkan kadar eksplorasi dan produksi dari tiap titik bor.

Parameter unsur atau senyawa yang dibandingkan dan kemudian dihitung beda

nilainya adalah kadar Ni, Fe,. Nilai beda kadar dihitung berdasarkan persamaan

Berikut :

Beda kadar = Kadar Front – Kadar Kadar Stockyard ........................... (V.2)

Selisih (+) kadar front > dari kadar stockyard

Selisih (-) kadar front < dari kadar stockyard

Selisih (+) Menyatakan bahwa kadar rata-rata hasil front lebih besar dari

kadar rata-rata hasil Stockyard, sedangkan selisih (-) menyatakan bahwa kadar

hasil eksplorasi lebih kecil dari kadar rata-rata hasil penambangan. Pada

perhitungan beda kadar dalam penelitian ini penulis menggunakan beda kadar

hasil analisa kadar pada front penambangan dengan analisa kadar pada stockyard.

Hal ini dikarenakan pada perusahan tempat dilakukannya penelitian tidak ada data

kemajuan tambang berdasarkah data eksplorasi.

V.9. Perhitungan Presentase Kadar

Selain menghitung perbedaan kadar dengan menggunakan persamaan kadar

rata-rata front dikurangi kadar rata-rata stockyard, perbedaan kadar juga dapat

dihitung menggunkana presentase perbedaan kadar. Persamaan yang digunaka

49
dalam perhitungan presentase perbedaan kadar yaitu pada persamaan V.3. Dimana

presentase perbedaan kadar yang dihitung adalah perbedaan kadar Ni dan Fe.

q1  q 2
Q= x 100 %............................................................(V.3)
q1

Tabel. V.3. Hasil Perhitungan Beda Kadar Rata-Rata

Beda
Kadar Front Stockyard Keterangan
Kadar
Ni 1,81 1,72 0,09 Front > Stockyard
Fe 15,92 15.94 -0,02 Front < Stockyard

Sumber : Hasil Analisis Data Lapangan, Mei 2018

Tabel. V.4. Hasil Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar Rata-Rata

Jenis Kadar Rata-rata Unsur Perbedaan


Unsur Front Stockyard Kadar (%)

Ni 1,81 1,72 4,97

Fe 15,92 15,94 -0,12

Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan, Mei 2018

Dari hasil perhitungan beda kadar dan presentase beda kadar seperti yang

di jabarkan pada tabel V.3 dan V.4 diatas, maka dapat didefenisikan bahwa

perbandingan kadar antara hasil analisa sampel pada front dan stockyard

diakibatkan oleh terjadinya dilusi pada saat kegiatan penambangan. Dimana dilusi

yang terjadi sebesar 16,06 berdampak pada perubahan kadar berdasarkan hasil

perhitungan beda kadar tersebut.

V.10. Deskripsi Grafik Perbandingan Kadar

Deskripsi perbandingan kadar secara garavimetri bertujuan untuk

mendeskripsikan secara garafik range kadar terendah antara kadar hasil analisa

50
sampel pada front dan kadar hasil analisa sampel pada stockyard dan juga range

kadar tertinggi hasil analisa sampel pada front dan analisa sampel pada stockyar

sesuai dengan jumlah data. Sehingga perbandingan kadar terendah dan tertinggi

dapat di lihat secara analisa gravimetri baik kadar Ni secara relatif maupun kadar

Fe secara relatif.

V.10.1 Grafik Perbandingan Kadar Ni Front dan Stockyard

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan gravimetri perbandingan


kadar Ni antara kadar hasil analisa sampel hasil penumpukan pada front dan pada
stockyard grafik kadar terendah setalah analisis kadar pada front adalah 1,51%
sedangkan garfik kadar terendah pada stockyar yaitu 1,37%, sedangakan garafik
kadar tertinggi pada front yaitu 2,08% dan grafik kadar tertinggi pada stockyar
yaitu 2,22%. Adapun garafik perbandingan kadar dapat dilihat seperti pada
gambar grafik V.11

Grafik Perbadingan Kadar Ni


2,5

1,5
% Ni

1
Ni Front
0,5
Ni Stockyard
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223
Sebaran Data

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.11. Grafik Perbandingan Kadar Ni Front dan Ni Stockyard

51
V.10.1.2. Grafik Perbandingan Kadar Fe Front dan Fe Stockyard

Hasil Analisa perbandingan kadar Fe pada front dan sotckyard secara

gravimetri menunjukan bahwa grafik kadar terendaha pada front yaitu 9,64

sedangkan pada stockyard yaitu 10,03 dengan grafik kadar Fe tertinggi pada front

yaitu 17,85 sedangkan pada stockyar yaitu 18,05. Adapun garafik perbandingan

kadar dapat dilihat seperti pada gambar grafik V.12

Grafik Perbandingan Kadar Fe


20
18
16
14
12
% Fe

10
8
6
4 Fe Front
2
Fe Stockyard
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223
Sebaran Data

Sumber : Pengolahan Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.12. Garafik Perbandingan Kadar Fe Pada Front Dan Stockyard

V.11. Deskripsi Statistik Dan Histogaram Data Kadar Ni Dan Fe

Statistik bertujuan untuk mengetahui parameter-parameter atau

karakteristik populasi endapan dari sampel yang diambil sedangkan Histogram

adalah grafik yang menampilkan frekuensi variabel dalam interval nilai tertentu.

(Diktat, TE, 3231. Metode Perhitungan Cadangan).

52
V.11.1. Deskripsi Statistik Dan Histogram Kadar Ni Pada Front

Hasil analisa data menggunakan statistik dan histogram secara

keseluruhan untuk kadar Ni pada front diketahui bahwa jumlah data Count yaitu

sebanyak 23, Mean 1.78, dengan data Minimum 1,47 dan data Maximum 2,08,

sedangkan Standar Deviation 0,16 dan Sample Variance yaitu 0,02. Adapun data

penjabaran secara statistik dapat dilihat pada tabel V.4 dan histogram dapat dilihat

pada gambar grafiik V.13.

Histogram Data Ni % dari Sampel Front


8
Frequency

6 Frequency

4
2
0
More
1,47

1,62

1,78

1,93

% Ni

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

Gambar V.13. Grafik Histogram Data % Ni pada Front

Tabel. V.5. Deskripsi statistik % Ni pada Front

Statistik Data Ni % Front


Count 23
Mean 1,78
Standard Deviation 0,16
Sample Variance 0,02
Minimum 1,47
Maximum 2,08

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

53
V.11.2. Deskripsi Staristik dan histogram % Ni pada Stockyard

Hasil analisis data mengunakan statistik dan histogram secara

keseluruhan dari data kadar Ni pada stockyard menunjukan jumlah Count

sebanyak 23, Mean 1,76, dengan data minimum yaitu 1,37 dan data maximum

yaitu 2,22 sedangankan untuk standard deviation 0,25 dengan sample variance

0,06. Adapun data penyebaran secara statistik dapat dilihata pada tabel V.5 dan

data secara histogram dapat dilihan pada gambar grafik V.5.

Histogram Data Ni % Stockyard


8

6
Frequency

Frequency
4

0
More
1,37

1,58

1,80

2,01

Ni %

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

Gambar V.14. Grafik Histogram Data % Ni pada stockyard

Tabel.V.6. Deskripsi Statistik % Ni Pada Stokyard

Statistik Data Ni Stockyard


Count 23
Mean 1,76
Standard Deviation 0,25
Sample Variance 0,06
Minimum 1,37
Maximum 2,22

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

54
V.11.3. Deskripsi Statistik dan Histogram Kadar Fe Pada Front

Hasil analisis data mengunakan statistik dan histogram dari data % Fe

pada front menunjukan bahwa jumlah count yaitu 23 dengan data mean yaitu

15,53, minimum yaitu 9,64 sedangkan data maximum yaitu 17,85 untuk standard

deviation 1,82 dengan sample variance yaitu 3,31. Adapun deskripsi data secara

statistik dapat diliahat pada tabel V.7 dan deskripsi histogram dapat dilihat pada

gambar V.15.

Histogram Data Fe % Front


14
Frequency

12
10
8
6 Frequency
4
2
0
11,69

13,75

15,80
9,64

More

Fe %

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.15. Histogram Data % Fe Pada Front

Tabel. V.7. deskripsi Statistik data % Fe Pada Front

Statistik Data Fe % Front


Count 23
Mean 15,53
Standard Deviation 1,82
Sample Variance 3,31
Minimum 9,64
Maximum 17,85

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

55
V.11.4 Deskripsi Statistik dan Histogram Data % Fe Pada Stockyard

Hasil analisa secara statistik dan histogram menunjukan bahwa Count

data yaitu 23, dengan Mean 13,74 untuk Standard Deviation 1,63 dan Sample

Variance yaitu 2,65 dengan Minimum data 10,03 dan Maximum data yaitu 18,05.

Adapun deskripsi statistik dapat dilihat pada tabel V.8 sedangkan Deskripsi

historgam dapat dilihat pada gambar V.16.

Histogram Data Fe % Stockyard


12
Frequency

10
8
6
4 Frequency
2
0
10,03

12,04

14,04

16,05

More

Fe %

Sumber : Penglahan Data Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.16. Deskripsi Histogram Data % Fe Stockyard

Tabel V.8. Deskripsi Data % Fe Pada Stockyard

Statistik Data Fe % Stockyard


Count 23
Mean 13,74
Standard Deviation 1,63
Sample Variance 2,65
Minimum 10,03
Maximum 18,05

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

56
V.12. Analisis Scatter Plot Kadar Ni dan Fe pada Front dan Stockyard

V.12.1 Analisis Scatter Plot Kadar Ni Pada Front dan Stockyard.

Berdasarkan hasil analisa menggunakan scatter plot, dapat dilihat bahwa

nilai kadar Ni pada front dan stockyard tidak memiliki korelasi yang erat hal

tersebut dinyatakan dengan nilai R= 0,90. Dimana apabila nilai R= 0 maka tidak

terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. Dan dapat didefenisikan bahwa

adanya dilusi pada saat kegiatan penambangan mengakibatkan terjadinya

perbedaan kadar antar kadar front dan kadar stockyard. Adapun grafik scatter plot

data Ni dapat dilihat seperti pada gambar V.17.

Diagram Pencar
2,5

2
Ni Stock Yard

1,5

0,5 R = 0,90
Ni Front dan Ni Stockyard
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Ni Front

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

Gambar V.17. Analisis Scatter Plot Data Ni Pada Front dan Stockyard

57
V.12.2. Analisis Scatter Plot kadar Fe pada Front Dan Stockyard

Berdasarkan hasil analisa menggunakan scatter plot, dapat dilihat bahwa

nilai kadar Fe pada Front dan Stockyard tidak memiliki korelasi yang erat hal

tersebut dinyatakan dengan nilai R= 0,81. Dimana apabila nilai R= 0 maka tidak

terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. Dan dapat didefenisikan bahwa

adanya dilusi pada saat kegiatan penambangan mengakibatkan terjadinya

perbedaan kadar antar kadar Front dan kadar Stockyard. Adapun grafik scatter

plot Fe dapat dilihat seperti pada gambar V.18.

DIAGRAM PENCAR
20,00
18,00
16,00
14,00
Fe Stockyar

12,00
10,00
8,00
6,00
4,00 R = 0,81
2,00 Fe Front dan Fe Stockyard
0,00
0 5 10 15 20
Fe Front

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

Gambar. V.18. Grafik Scatter Plot Fe Front dan Stockyard

58
BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Dalam penelitian yang dilakukan pada PT. Adhita Nikel Indonesia dengan

studi minimalisasi terjadinya dilusi pada kegiatan penambangan, hasil analisa

menunjukan bahwa dilusi yang terjadi pada kegiatan penambangan yaitu sebesar

16,06 % dengan beda adalah : 0,09 dan presentase perbedaan kadar adalah : 4,97

%.

VI.2. Saran

Adapun untuk meminimalisir terjadinya dilusi pada kegiatan penambangan

perlu dilakukan beberapa metode sehingga presentase dilusi dapat dikurangi. (1)

Seharusnya pada kegiatan persiapan penambangan material OB sudah seharus

dipindahkan pada satu lokasi yang sebagai inpitdump sehingga material OB yang

ada tidak terkontaminasi dengan material ore yang akan di tambang. (2)

Penumpukan ore sertelah dilakukan selective mining seharusnya ditumpuk pada

tempat penumpukan sementara (transit ore) yang telah disediakan agar pada saat

dilalulkan penambangan material yang bukan ore tidak terkontaminasi dengan

material ore yang telah ditumpuk. (3) Lokasi penumpukan ore pada stockyar

harus ditata dengan baik agar material buren rock yang dapat lokasi Stockyard

tidak terkontaminasi dengan material ore pada saat dilakukan penumpukan

marterial ore pada stockyard setelah dilakukan dumping ore yang diangku dari

front.

59
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Arfandi Iskandar, 2007 : Analisis Perubahan Kadar Nikel Saprolit Dari

Kegiatan Eksplorasi Sampai Kegiatan Penambangan. (PT.Gane Permai

Sentosa)

Balfas, Muhammad Dahlan, 2014: Geologi Untuk Pertambangan Umum.

Ebrahimi, Anoush, 2013 : Pentingnya Cairan Faktor Untuk Buka Pit Mining

Projects

Kisman dan Ernomo, 2007 : Inventarisasi Mineral Logam Di Kabupaten

Halmahera Timur dan Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara.

Masinai, Muhammad Altin, 2015 : Geomorfologi Tektonik

Notosiswoyo, Sudartao, 2005: Diktat Metode Perhitungan Cadangan, Institut

Teknologi Bandung.

Soyer, Nihat, 2006: An Approach On Dilution And Ore Recovery/ Loss Calculations

In Mineral Reserve Estimations At The Cayeli Mine, Turkey,

Soda, Egenius, 2107. Majalah Tambanga Online.

Sundari, Woro, 2012: Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi

Cadangan Dan Perancangan Pit Pada Pt. Timah Eksplomin Di Desa

Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Supardi, 2003: Kajian Teknis Pemanfatan lahan kawasan Bekas tambang.

PT.adhita Nikel Indonesia.

Zulkifli, Arif, 2014: Pengolahan Tambang Berkelanjutan

Henning G. John, 2007. Mine Planning for Ore Dilution, Goldcorp Canada

Ltd., Porcupine Joint Venture


60
Lampiran I

Data Realisasi Produksi

KADAR
KODE KADAR FRONT
NO STOCKYARD TONASE
TUMPUKAN
Ni Fe Ni Fe
1 D0ME 63 1,66 14,18 1,51 12,00 2928
2 DOME 64 1,58 14,08 1,37 11,42 3680
3 DOME 65 1,75 14,03 1,81 13,69 3693
4 DOME 66 2,02 16,07 2,22 12,37 2244
5 DOME 67 1,58 14,96 1,37 12,50 3288
6 DOME 68 1,60 13,71 1,55 13,15 2364
7 DOME 69 1,83 17,06 1,85 15,72 1340
8 DOME 70 1,74 15,07 1,83 14,30 1210
9 DOME 71 1,79 16,84 1,63 13,86 2142
10 DOME 72 2,00 17,64 1,97 15,04 4586
11 DOME 73 2,08 16,85 2,18 14,42 2594
12 DOME 74 1,88 16,78 1,82 14,04 3636
13 DOME 75 1,94 17,00 2,17 14,30 3056
14 DOME 76 1,79 16,39 1,73 14,50 2796
15 DOME 77 1,68 14,30 1,56 12,17 1948
16 DOME 78 1,74 16,78 1,64 14,02 2280
17 DOME 79 1,80 15,47 1,73 13,67 1260
18 DOME 80 1,97 14,50 2,03 14,06 430
19 DOME 81 1,79 14,68 1,72 13,06 649
20 DOME 82 1,71 17,85 1,95 18,05 285
21 DOME 83 1,80 16,91 1,83 15,48 429
22 DOME 84 1,63 16,47 1,49 14,24 418
23 DOME 85 1,47 9,64 1,47 10,03 737
Total Tonase Ore 40288
Total Tonase Waste 7706
Total Tonase Ore + Waste 47994

61 ix
Lampiran II

1. Perhitungan Dilusi Penambangan

TONASE ORE TONASE WASTE


40288 7706

( )

( )

( )

2. Perhitungan Beda Kadar Ni dan Fe

Beda kadar = Kadar Eksplorasi – Kadar Produksi

Selisih (+) kadar eksplorasi > dari kadar produksi

Selisih (-) kadar eksplorasi < dari kadar produksi

Ni : 1,81 -1,72 = 0,09 artinya kadar rata-rata front lebih besar dari kadar

rata-rata Stockyard

Fe : 15,92 – 15,94 = -0,02 Artinya kadar rata-rata Front lebih kecil dari

kadar rata-rata Stockyard

3. Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar Ni dan Fe

Kadar Front Stockyard

Ni 1,81 1,72
Fe 15,92 15.94

62 x
Ket: Q = Presentase Perbedaan kadar

q1 = Kadar Eksplorasi

q2 = Kadar produksi

Kadar Ni :

Kadar Fe : %

Q = - 0,12

63 xi
Lampiran III

 Dokumentasi lapanagn Faktor-Faktor Terjadinya Dilusi

1. Dilusi Internal Pada Front Penambangan

Spot Limonit pada Zona Saprolit


(1)

(2) (3)

2. Dilusi Eksternal Pada Front Penambangan (Human Eror)

Perlipatan OB

Pengupasan OB Ore Geeting Penupukan Ore

64 xii
3. Analisis Dilusi Pada Stockyard

Kondisi Stocyard Ketika Hujan Dumping Ore Pada Stockyard

Penumpukan Ore

xiii
65

Anda mungkin juga menyukai