Anda di halaman 1dari 19

Lomba Karya Tulis Ilmiah HMPSPIPS 2016

JUDUL KARYA TULIS

PEASE (Pendulum Earthquake Sensor): Alat Otomatisasi Detektor


Getaran Berbasis Sistem Sensor Pendulum dan Mipho (Micro Photovoltaic)
sebagai Solusi Sistem Peringatan Dini Bencana Gempa Bumi

Diusulkan oleh:
Septya Hananta Widyatama 160511609245/2016
Rangga Ega Santoso 130511616268/2013

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG

2016
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga penulisan karya tulis ilmiah ini yang diajukan sebagai salah
satu peserta Lomba Karya Tulis Iimiah HMPSPIPS tahun 2016 dengan judul
PEASE (Pendulum Earthquake Sensor): Alat Otomatisasi Detektor Getaran
Berbasis Sistem Sensor Pendulum dan Mipho (Micro Photovoltaic) sebagai Solusi
Sistem Peringatan Dini Bencana Gempa Bumi.
Penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu RR. Poppy Puspitasari, S.Pd., M.T., Ph.D selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah
ini.
2. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dorongan berupa semangat maupun
materil demi terselesaikannya karya ilmiah ini.
3. Teman-teman UKM Penulis UM serta pihak-pihak lain yang telah
membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu
Dengan diiringi doa dan ucapan terima kasih, penulis telah berusaha
menyusun karya ilmiah ini dengan sebaik–baiknya, namun dengan penuh kesadaran
penulis mengakui masih ada kekurangan yang tidak disengaja. Besar harapan
penulis untuk saran dan masukan yang bersifat membangun demi sempurnanya
karya ilmiah ini sehingga bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Malang, 8 November 2016

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN LKTI HMPSPIPS 2016 .......... Error! Bookmark not
defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Program ........................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Permasalahan Tanggap Evakuasi Bencana Bumi pada Daerah Terpencil .... 4
2.2 Solusi yang Pernah Ditawarkan..................................................................... 4
2.3 Kelemahan Seismograf dan Pesawat Komunikasi ........................................ 5
BAB III ................................................................................................................... 6
METODE PENULISAN ......................................................................................... 6
3.1 Tempat dan Waktu ........................................................................................ 6
3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 6
BAB IV ................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
4.1 PEASE (Pendulum Earthquake Sensor) ....................................................... 7
4.2 Komponen-komponen PEASE ...................................................................... 8
4.3 Analisa Implementasi PEASE ..................................................................... 11
4.4 Keunggulan Dibanding Metode Lain .......................................................... 11
BAB V................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
5.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
iii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Seismograf horisontal dan vertikal........................................................5
Gambar 2. Rangkaian sistem sensor pendulum.......................................................7
Gambar 3. Diagram blok kerja PEASE ……..........................................................7
Gambar 4. Aplikasi PEASE.....................................................................................8
Gambar 5. Konstruksi pendulum.............................................................................9
Gambar 6. Buzzer.....................................................................................................9
Gambar 7. Micro photofoltaic................................................................................10
Gambar 8. Baterai..................................................................................................10
Gambar 9. Charge controller.................................................................................10

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian harga bahan PEASE (update harga pasar November 2016).......11

iii
iv

PEASE (Pendulum Earthquake Sensor): Alat Otomatisasi Detektor Getaran


Berbasis Sistem Sensor Pendulum dan Mipho (Micro Photovoltaic) sebagai
Solusi Sistem Peringatan Dini Bencana Gempa Bumi

Septya Hananta Widyatama , Pendidikan Teknik Mesin/ Fakultas Teknik


Rangga Ega Santoso, Pendidikan Teknik Mesin/ Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5, Malang 65145. Telp. (0341) 551-312. Fax. (0341) 551-921
website://www.um.ac.id. email: rektorat@um.ac.id

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara dengan intensitas bencana yang cukup tinggi.


Salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi dengan
dampak kerugian yang cukup besar ditinjau dari kerugian materil maupun korban
jiwa. Penyebab terjadinya kerugian adalah kurang tanggapnya alat komunikasi
yang digunakan untuk peringatan dini. Alat yang digunakan adalah seismograf
maupun HT di mana banyak kekurangan yang dimiliki oleh kedua alat tersebut.
Kelemahan seismograf adalah (1) dimensi alat seismograf yang sulit untuk
diimplementasikan pada daerah terpencil, (2) masih membutuhkan manusia sebagai
operator yang menjalankan dan mengkomunikasikan hasilnya, (3) biaya
pemasangan seismograf yang mahal, (4) persediaan alat yang masih sulit dicari.
Alat komunikasi yang digunakan oleh operator seismograf pun juga sebatas alat
komunikasi berbasis listrik dan HT yang notabenenya jika terjadi gempa, maka
akan terjadi gangguan listrik akibat padamnya pasokan listrik dari PLN. Apalagi
pada daerah yang keadaan alamnya berkontur, menyebabkan penyebaran
gelombang elektromagnetik tidak merata. Berdasarkan hal itu, perlu adanya solusi
untuk menangani permasalahan peringatan dini khususnya pada bencana gempa
bumi. Pencarian solusi dilakukan dengan metode studi kasus yaitu dengan
mengunjungi secara langsung daerah rawan bencana pada gunung Kelud. Dalam
studi kasus tersebut juga dilakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan
observasi dan wawancara di lapangan. Solusi yang didapatakan yaitu dengan
merancang PEASE. PEASE merupakan alat detektor getaran berkonsep pendulum
dengan sistem energi mandiri. Dengan nilai ekonomis dan efektifitas yang lebih
baik, menjadikan PEASE sebagai solusi yang aplikatif untuk mengatasi
permasalahan peringatan dini di daerah terpencil sekaligus menekan angka
kerugian yang ditimbulkan akibat bencana gempa bumi.

Kata Kunci: Detektor Getaran, Micro Photofoltaic, Peringatan Dini, Sensor


Pendulum

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terletak di 3 lempeng bumi yang bergerak aktif, yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik (Mahardhika et al., 2015).
Kondisi geografis yang demikian, menjadikan Indonesia merupakan negara dengan
intensitas bencana yang cukup tinggi. Bencana alam yang sering terjadi di
antaranya seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor,
banjir, angin puting beliung, dan sebagainya. Salah satu bencana yang sering terjadi
adalah gempa bumi. Menurut Nugroho (2015) dalam kurun waktu tahun 2015
terjadi bencana gempa bumi sebanyak 27 kali, dan jumlah tersebut mengalami
peningkatan dibanding tahun 2014. Menaiknya intensitas terjadinya gempa bumi
tersebut juga berbanding lurus dengan jumlah dampak yang diakibatkan oleh
gempa bumi tersebut. Banyak fasilitas umum yang rusak dan tidak sedikit pula yang
harus meregang nyawa akibat gempa bumi (Rakhman et al., 2012). Salah satu
penyebab tingginya dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi adalah terputusnya
pesawat komunikasi di daerah bencana. Hal itu menyebabkan komunikasi antara
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), SAR, relawan bencana, dan
korban bencana tidak berjalan dengan baik. Sehingga dampak utama dari tidak
berjalannya komunikasi tersebut adalah pemberitahuan informasi evakuasi saat
terjadinya gempa tidak tersampaikan, dan pada akhirnya menyebabkan banyak
korban jiwa yang berjatuhan.
Jika ditelisik lebih dalam, penyebab terputusnya komunikasi untuk
keperluan evakuasi adalah karena padamnya pasokan listrik dari PLN saat terjadi
gempa bumi. Apalagi pada daerah pegunungan yang keadaan alamnya berkontur,
menyebabkan penyebaran gelombang elektromagnetik tidak merata (terjadi banyak
pantulan) (Nugroho, 2015). Berdasarkan hal tersebut perlu adanya solusi yang
relevan untuk membantu masyarakat yang utamanya di daerah rawan bencana
khususnya pada layanan komunikasi pra bencana untuk kebutuhan evakuasi.
Sehingga solusi tersebut dapat menekan jatuhnya korban jiwa akibat gempa bumi.
Berdasarkan hal di atas, maka yang dilakukan adalah merancang sebuah alat
yang akan menjadi solusi untuk permasalahan koordinasi dan komunikasi pra
kebencanaan khususnya pada bencana gempa bumi. Solusi yang dimaksud adalah
dengan merancang PEASE (Pendulum Earthquake Sensor). PEASE merupakan
detektor gempa bumi dengan sistem pendulum sebagai sensor utamanya. Sistem
pendulum tersebut terhubung dengan repeater atau RPU (Radio Pemancar Ulang)
yang nantinya akan mengirim sinyal ke receiver bila terjadi gempa. Alat ini
menggunakan MiPho (Micro Photofoltaic) sebagai sumber energi mandiri yang
tidak tergantung pada listrik PLN. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki PEASE
adalah (1) memiliki sumber energi mandiri, (2) sangat optimal untuk diterapkan di
daerah pegunungan karena dilengkapi RPU sehingga dapat mengirim sinyal dengan
2

baik, (3) dilengkapi sistem gps untuk mengetahui peletakan sensor, (4) dan sangat
aplikatif jika diterapkan pada daerah yang rawan bencana yang tidak
memungkinkan dipasang seismograf maupun penjaga pos pantau, (5) sedikit
pengawasan dan minimnya biaya pengoperasian dapat menekan terjadinya
pembengkakan alokasi dana.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas berikut berbagai rumusan masalah yang
akan diselesaikan terkait dengan implementasi PEASE.
1. Bagaimana konsep penerapan PEASE sebagai solusi yang inovatif untuk
detektor gempa bumi?
2. Bagaimana rangkaian sensor yang digunakan pada PEASE?
3. Bagaimana karakteristik dari alat-alat instrumen pendukung yang digunakan
pada PEASE?
4. Bagaimana cara kerja PEASE?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut beberapa tujuan yang ingin
dicapai dari implementasi PEASE.
1. Menjelaskan konsep penerapan PEASE sebagai solusi yang inovatif untuk
detektor gempa bumi.
2. Menjelaskan rangkaian sensor yang digunakan pada PEASE.
3. Menjelaskan karakteristik dari alat-alat instrumen pendukung yang
digunakan pada PEASE.
4. Menjelaskan cara kerja PEASE.

1.4 Manfaat Program


Adapun kegunaan yang didapat dari implementasi PEASE adalah sebagai
berikut.
1. Bagi Masyarakat
a. Terciptanya alat detektor gempa bumi yang efektif.
b. Membantu masyarakat untuk segera tanggap evakuasi jika terjadi bencana
gempa bumi.
c. Memberikan suatu alternatif solusi masalah komunikasi untuk evakuasi
pada saat pra bencana gempa bumi.
d. Membantu meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya bencana
gempa bumi.
e. Memberikan rasa aman terhadap masyarakat yang tinggal di daerah rawan
gempa.
2. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam pengembangan IPTEK.
3

b. Menjadi sebuah langkah awal untuk membentuk partisipasi mahasiswa


dalam usaha membangun masyarakat.
3. Bagi pemerintah
a. Memberikan solusi terhadap permasalahan komunikasi untuk evakuasi
jika terjadi bencana gempa bumi.
b. Membantu pemerintah untuk memproduksi alat pra kebencanaan.
4. Bagi perkembanagn IPTEK
a. Sebagai acuan untuk pengembangan sensor detektor gempa bumi.
b. Menambah khazanah dalam kepustakaan Indonesia khususnya bidang
ilmu teknologi kebencanaan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini dipaparkan data tinjauan pustaka yang terkait dengan judul
dan pendahuluan pada bahasan yang sebelumnya. Berikut uraian-uraian pada sub
bahasan bab ini (1) permasalahan tanggap evakuasi bencana bumi pada daerah
terpencil, (2) solusi yang pernah ditawarkan, dan (3) kelemahan seismograf dan
pesawat komunikasi.
2.1 Permasalahan Tanggap Evakuasi Bencana Bumi pada Daerah Terpencil
Indonesia terletak di 3 lempeng bumi yang bergerak aktif, yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik (Mahardhika et al., 2015).
Kondisi geografis yang demikian, menjadikan Indonesia merupakan negara dengan
intensitas bencana yang cukup tinggi. Bencana alam yang sering terjadi di
antaranya seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor,
banjir, angin puting beliung, dan sebagainya. Salah satu bencana yang sering terjadi
adalah gempa bumi. Menurut Nugroho (2015) dalam kurun waktu tahun 2015
terjadi bencana gempa bumi sebanyak 27 kali, dan jumlah tersebut mengalami
peningkatan dibanding tahun 2014. Menaiknya intensitas terjadinya gempa bumi
tersebut juga berbanding lurus dengan jumlah dampak yang diakibatkan oleh
gempa bumi tersebut. Banyak fasilitas umum yang rusak dan tidak sedikit pula yang
harus meregang nyawa akibat gempa bumi (Rakhman et al., 2012). Salah satu
penyebab tingginya dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi adalah terputusnya
pesawat komunikasi di daerah bencana. Hal itu menyebabkan komunikasi antara
BNPB, SAR, relawan bencana, dan korban bencana tidak berjalan dengan baik.
Sehingga dampak utama dari tidak berjalannya komunikasi tersebut adalah
pemberitahuan informasi evakuasi saat terjadinya gempa tidak tersampaikan, dan
pada akhirnya menyebabkan banyak korban jiwa yang berjatuhan.

2.2 Solusi yang Pernah Ditawarkan


Solusi yang pernah ditawarkan untuk mengatasi permasalahan komunikasi
untuk kebutuhan evakuasi adalah dengan memasang seismograf dan menggunakan
pesawat komunikasi. Seismograf adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan
mencatat getaran-getaran yang terjadi kulit bumi (gempa). Catatan getaran gempa
yang berbentuk goresan patah-patah disebut seismogram, yang dapat mengukur
tekanan dan frekuensi getaran gempa (Susilawati, 2008). Komponen utama
seismograf adalah (1) massa stasioner, benda yang peka terhadap getaran bumi,
namun tidak berpindah posisi, (2) jarum pencatat, pena yang bersentuhan dengan
silinder berjelaga dan dipasang pada massa stasioner, (3) silinder berjelaga, pita roll
tempat seismo-gram dicatat. Gerak silinder berjelaga searah jarum jam. Berikut
gambar sesimograf.
5

Gambar 1. Seismograf horisontal dan vertikal


Rekapan seismograf yang mendeteksi akan terjadinya gempa kemudian
dikomunikasikan ke masyarakat untuk keperluan evakuasi. Alat komunikasi yang
umum digunakan adalah handphone dan HT.

2.3 Kelemahan Seismograf dan Pesawat Komunikasi


Seperti yang diketahui di atas pada bahasan konstruksi seismograf, alat ini
hanya mendeteksi terjadinya gempa, dan tidak bisa langsung mengkomunikasi-
kannya kepada masyarakat. Hal ini menjadi salah satu kelemahan yang dimiliki
seismograf yaitu masih menggantungkan pada manusia untuk menyampaikan
deteksi akan terjadinya gempa. Kelemahan-kelemahan lain yang dimiliki
seismograf adalah (1) dimensi alat seismograf yang agak besar membuatnya sulit
untuk diimplementasikan pada daerah yang terpencil (Pulungan et al., 2012), (2)
masih membutuhkan manusia sebagai operator yang menjalankan, (3) biaya
pemasangan seismograf yang tidak murah, (4) persediaan alat yang masih sulit
dicari.
Alat komunikasi yang digunakan oleh operator seismograf pun juga sebatas
alat komunikasi berbasis listrik dan HT yang notabenenya jika terjadi gempa, maka
sering terjadi gangguan listrik akibat padamnya pasokan listrik dari PLN saat terjadi
gempa bumi. Apalagi pada daerah pegunungan yang keadaan alamnya berkontur,
menyebabkan penyebaran gelombang elektromagnetik tidak merata (terjadi banyak
pantulan) (Nugroho, 2015).
6

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penulisan karya tulis ilmiah ini dimulai dari tanggal 1 November 2016
dengan observasi dan mengkaji masalah yang ada pada daerah terpencil di Desa
Pandansari Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang terkait permasalahan
komunikasi untuk evakuasi jika terjadi bencana gempa bumi. Kemudian dari
observasi yang telah dilakukan muncul suatu gagasan untuk membuat karya ilmiah
yang berjudul PEASE (Pendulum Earthquake Sensor): Alat Otomatisasi Detektor
Getaran Berbasis Sistem Sensor Pendulum dan Mipho (Micro Photovoltaic)
sebagai Solusi Sistem Peringatan Dini Bencana Gempa Bumi. Penyusunan karya
ilmiah ini diakhiri pada tanggal 8 November 2016.

3.2 Metode Pengumpulan Data


1. Studi kasus
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati alur komunikasi jika terjadi
bencana gempa bumi pada Desa Pandansari Kecamatan Ngantang. Kemudian
mencari solusi dengan menyusun konsep pembuatan PEASE. Selanjutnya dicari
informasinya dan data untuk implementasi PEASE mulai dari buku–buku, jurnal
hingga browsing di internet.
2. Pengumpulan data
Metode pegumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi kegiatan yang meliputi alur komunikasi evakuasi jika terjadi bencana
gempa bumi. Perangkat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
handphone, tape recorder dan catatan lapangan. Data wawancara yang terkumpul
akan dilakukan pengkodean untuk mempermudah dalam menganalisis dan
mengkaitkan dengan data yang diperoleh dari observasi. Sehingga data baku yang
dihasilkan akan digeneralisasikan dengan sumber–sumber yang relevan dari buku–
buku maupun jurnal untuk pembuatan konsep PEASE.
7

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian masalah dan metode penulisan yang telah dibahas


sebelumnya, berikut adalah rincian pembahasan konsep implementasi PEASE
mulai dari (1) cara kerja, (2) komponen-komponen PEASE, dan (3) keunggulannya
dibanding metode yang lain.

4.1 PEASE (Pendulum Earthquake Sensor)


PEASE merupakan kepanjangan dari Pendulum Earthquake Sensor. Alat
ini menggunakan konsep pendulum atau bandul sebagai sensor utamanya. Alat ini
mendeteksi secara dini jika akan terjadi gempa bumi. Berikut rangkaian sistem
sensor dalam aplikasi livewire.

Gambar 2. Rangkaian sistem sensor pendulum


Untuk memudahkan dalam mendiskripsikan alur kerjanya, maka dibuatlah
digagram blok kerja, berikut diagram blok cara kerja PEASE.
Micro Sensor Buzzer
Photovoltaic Pendulum
Gambar 3. Diagram blok kerja PEASE
Berikut rincian deskriptif dan penjabaran dari proses kerja PEASE.
1. Proses pertama. Sel surya mini bekerja sebagai instrumen yang memnuhi
kebutuhan listrik sistem sensor. Cara kerja sel surya adalah dengan
mengkonversi energi kalor dari matahari menjadi sumber energi listrik yang
searah atau listrik DC (Direct Current).
2. Proses kedua. Energi listrik DC (direct current) yang mengalir dari sel surya
akan dikontrol tegangannya oleh charge controller. Charge controller
8

berfungsi sebagai instrumen pengontrol untuk menghindari baterai dari


pengisian ulang yang berlebihan (overcharged) dari sel surya (Sidopekso,
2015). Charge controller juga melindungi baterai dari kehabisan dini
(overdrain) oleh beban (alat listrik). Cara kerja charge controller adalah
ketika baterai sudah terisi penuh, pengontrol akan berhenti atau mengurangi
jumlah arus yang mengalir dari sel surya ke dalam baterai. Ketika baterai
sudah habis sampai tingkat terendah, charge controller akan mematikan
arus yang mengalir dari baterai ke beban (alat listrik).
3. Proses keempat. Setelah daya yang terhimpun di baterai mencukupi, maka
daya tersebut akan dialirkan ke rangkaian sensor pendulum.
4. Proses keempat. Jika terjadi gempa, maka pendulum akan bergoyang dan
secara tidak langsung akan mengaktifkan sensor dan mengirimkan
rangsangan ke receiver. Receiver yang digunakan akan buzzer. Jadi jika
terjadi gempa, maka buzzer akan menyala dan saat itu pula akan
mengeluarkan suara yang keras untuk memperingatkan warga bila terjadi
gempa dan harus segera melakukan evakuasi diri.
Berikut adalah prototype rancangan PEASE jika dipasang di rumah sebagai
sensor gempa.

Gambar 4. Aplikasi PEASE

4.2 Komponen-komponen PEASE


Dalam pemilihan komponennya, beberapa hal menjadi pertimbangan agar
didapatkan komponen-komponen alat yang saling berkaitan antara satu dengan
yang lain. Sehingga akan didapati satu kompilasi alat yang bisa berfungsi sesuai
dengan kebutuhan yakni pemecahan permasalah komunikasi untuk kebutuhan
evakuasi bencana gempa bumi. Berikut rincian beberapa komponen-komponen
yang digunakan dalam rancangan PEASE.
1. Generalisasi sistem pendulum pada sensor gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang
bersifat tidak abadi/sementara dan kemudian menyebar ke segala arah (Nandi,
2006). Pendulum adalah sebuah bandul sederhana yang terdiri atas sebuah beban
bermassa m yang digantung di ujung tali ringan (massanya dapat diabaikan)
9

(Limiansih et al., 2013). Konstruksi pendulum yang digantung pada ujung tali
membuatnya sangat sensitif terhadap getaran. Sehingga konsep penerapan
pendulum sebagai sensor gempa sangat memungkinkan. Karena jika terjadi gempa,
maka getaran yang dihasilkan gempa tersebut secara tidak langsung akan
merangsang bandul pada pendulum untuk bergerak. Berikut gambar pendulum
sederhana.

Gambar 5. Konstruksi pendulum


2. Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer
hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang
terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga
menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar,
tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada
diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara
bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.
Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi
suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).

Gambar 6. Buzzer
3. Micro Photofoltaic
Micro photofoltaic adalah panel surya mini yang terdiri dari sel surya yang
mengubah cahaya menjadi listrik. Cara kerja alat ini adalah ketika cahaya
bersentuhan dengan panelnya, maka cahaya tersebut akan diserap oleh bahan semi-
konduktor, sehingga terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa
merembes menuju bahan semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi
perubahan gaya-gaya pada bahan. Gaya tolak antar bahan semi-konduktor,
menyebabkan aliran medan listrik. Sehingga sel surya menghasilkan listrik lebih
cepat ketika matahari bersinar cerah, begitu sebaliknya saat intensitas cahaya
berkurang (berawan, hujan, mendung) energi listrik yang dihasilkan juga akan
berkurang. Sel surya tersusun dari material semikonduktor yaitu silikon berperan
sebagai isolator pada temperatur rendah dan sebagai konduktor bila ada energi dan
panas. Sebuah silikon sel surya adalah sebuah diode yang terbentuk dari lapisan
10

atas silikon tipe n dan lapisan bawah silikon tipe p (Dewi, 2013). Berikut gambar
micro photofoltaic.

Gambar 7. Micro photofoltaic


Dalam konstruksi micro photofoltaic ini juga terdapat baterai dan charge
controller yang merupakan komponen pendukung. Baterai atau accu adalah sebuah
sel listrik dimana di dalamnya berlangsung proses elektrokimia yang reversibel
(dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses
elektrokimia reversibel, adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses
pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari
tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari
elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah
(polaritas) yang berlawanan di dalam sel (Hasbullah, 2015). Fungsi utama baterai
yaitu sebagai instrumen penyimpan daya yang akan digunakan untuk mensuplai
listrik ke sistem. Berikut gambar baterai.

Gambar 8. Baterai
Charge controller berfungsi sebagai instrumen pengontrol untuk
menghindari baterai dari pengisian ulang yang berlebihan (overcharged) dari sel
surya (Sidopekso et al., 2010). Charge controller juga melindungi baterai dari
kehabisan dini (overdrain) oleh beban (alat listrik). Cara kerja charge controller
adalah ketika baterai sudah terisi penuh, pengontrol akan berhenti atau mengurangi
jumlah arus yang mengalir dari sel surya ke dalam baterai. Ketika baterai sudah
habis sampai tingkat terendah, charge controller akan mematikan arus yang
mengalir dari baterai ke beban (alat listrik). Berikut gambar charge controller.

Gambar 9. Charge controller


11

4.3 Analisa Implementasi PEASE


Sebelum perancangan PEASE dilakukan, perlu diketahui terlebih dahulu
parameter harga yang akan dipenuhi untuk kebutuhan perbandingan nilai ekonomis
alat detektor gempa. Berikut rincian parameter harga untuk perancangan PEASE.
Tabel 1. Rincian harga bahan PEASE (update harga pasar November 2016)
Harga Jumlah
Material Keterangan Qty
Satuan (Rp) (Rp)
Micro
1 150.000 150.000
photofoltaic
Kawat Diameter 4-5mm 1m 5.000 5.000
Kabel jumper 1m 1.000 1.000
Kondensator 1 mikro farat 1 300 300
LED 4 100 400
Resistor 1 kilo ohm 1 300 300
Timah 1m 1.000 1.000
Buzzer 12x8,5mm 16 ohm 1 3.000 3.000
PCB layout 1 2.000 2.000
TOTAL 163.000
Dengan harganya yang memiliki nilai ekonomis, PEASE sangat aplikatif
jika diterapkan di daerah terpencil

4.4 Keunggulan Dibanding Metode Lain


Invovasi utama PEASE yang sekaligus menjadi keunggulannya dibanding
dengan alat yang lain adalah (1) memiliki sumber energi mandiri, (2) sangat optimal
untuk diterapkan di daerah pegunungan yang terpencil karena dilengkapi RPU
sehingga dapat mengirim sinyal dengan baik, (3) memiliki sistem pendeteksi yang
efektif dan efisien tanpa melibatkan manusia untuk menyalurkan pesan, (4) sangat
aplikatif jika diterapkan pada daerah yang rawan bencana yang tidak
memungkinkan dipasang seismograf maupun penjaga pos pantau, (5) sedikit
pengawasan dan minimnya biaya pengoperasian yang dapat menekan terjadinya
pembengkakan alokasi dana.
12

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Indonesia terletak di 3 lempeng bumi yang bergerak aktif, yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Kondisi geografis yang
demikian, menjadikan Indonesia merupakan negara dengan intensitas bencana yang
cukup tinggi. Bencana alam yang sering terjadi di antaranya seperti gempa bumi.
Mengacu pada hal tersebut, pemerintah merancang seismograf untuk mendeteksi
dini akan terjadinya gempa. Namun, operasional seismograf yang dirancang masih
memiliki beberapa kelemahan (1) dimensi alat seismograf yang agak besar
membuatnya sulit untuk diimplementasikan pada daerah yang terpencil, (2) masih
membutuhkan manusia sebagai operator yang menjalankan dan
mengkomunikasikan hasilnya, (3) biaya pemasangan seismograf yang tidak murah,
(4) persediaan alat yang masih sulit dicari. Alat komunikasi yang digunakan oleh
operator seismograf pun juga sebatas alat komunikasi berbasis listrik dan HT yang
notabenenya jika terjadi gempa, maka sering terjadi gangguan listrik akibat
padamnya pasokan listrik dari PLN saat terjadi gempa bumi. Apalagi pada daerah
pegunungan yang keadaan alamnya berkontur, menyebabkan penyebaran
gelombang elektromagnetik tidak merata (terjadi banyak pantulan). Sehingga dari
kelemahan tersebut akan menyebabkan komunikasi antara BNPB, SAR, relawan
bencana, dan korban bencana tidak berjalan dengan baik. Sehingga dampak utama
dari tidak berjalannya komunikasi tersebut adalah pemberitahuan informasi
evakuasi saat terjadinya gempa tidak tersampaikan, dan pada akhirnya
menyebabkan banyak korban jiwa yang berjatuhan.
Berdasarkan hal itu, PEASE dirancang guna mengatasi masalah komunikasi
untuk keperlaun evakuasi. PEASE adalah sebuah alat detektor gempa yang
memiliki sistem energi mandiri dari micro photofoltaic dan menggunakan konsep
pendulum sebagai sistem sensornya. Dengan biaya produksinya yang relatif murah,
menjadikan PEASE sebagai solusi aplikatif detektor gempa yang bisa
diimplementasikan utamanya di daerah yang terpencil. Implemntasi PEASE akan
menekan angka jatuhnya korban jiwa, karena sensor iniakan memperingatkan
warga secara langsung sesaat jika terjadi gempa. Sehingga masyarakat sedikit
memiliki waktu untuk segera melakukan evakuasi diri tanpa menunggu komando
dari operator seismograf maupun instansi kebencanaan lainnya.

5.2 Saran
1. Pemerintah
Pemerintah berkenan membantu mensosialisasikan, memproduksi masal,
dan menyebarkan PEASE pada masyarakat daerah terpencil.
2. Mahasiswa
13

Mahasiswa yang membaca karya tulis ini diharapkan dapat


mengembangkan alat ini menjadi lebih efektif dalam segi kepekaan sednsor
maupun sumber energi yang digunakan.
3. Masyarakat
Masyarakat diharapkan berkomitmen untuk bersinergi bersamadalam
menerapkan alat ini dengan baik serta melakukan perawatan dan pengecekan
berkala utamanya pada sistem sensor dan sumber energinya.
14

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Arfita Yuana. 2013. Pemanfaatan Energi Surya sebagai Suplai Cadangan
pada Laboratorium Elektro Dasar di Institut Teknologi Padang. Jurnal
Teknik Elektro Volume 2 No. 3.
Hasbullah. 2015. Konversi Energi Surya. [pdf]. http://web.mit.edu/aismit/
www/seminar/files/pp_kebijakan-energi-nasional.pdf. Diakses tanggal 20
September 2015.
Limiansih, Kintan. Santosa, Ign Edi. 2013. Redaman pada Pendulum Sederhana.
Jurnal Fisika Indonesia No: 51, Vol XVII, Edisi Desember 2013, ISSN :
1410-2994
Nandi. 2006. Handouts Geologi Lingkungan (GG405) Gempa Bumi. Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nugroho, Sutopo Purwo. 2016. Evaluasi Penanggulangan Bencana 2015 dan
Prediksi Bencana 2016. [pdf-online]. https://www.humanitarianresponse.
info/.../disaster_evaluation_2015. Diakses tanggal 7 September 2016.
Mahardhika, Christian. Ramdhani, Mohammad. Andi, Dwi. 2015. Design and
Implementation of Portable VHF Band Radio Communication Repeater
Station for Natural Disasters. Fakultas Ilmu Terapan: Universitas Telkom.
Pulungan et al., 2012. Pengembangan Dan Pemanfaatan Alat Seismik Untuk
Pengukuran Beban Dinamik Pada Lereng Tambang Batubara. Bandung:
Puslitbang Teknologi Mineral Dan Batubara.
Rakhman, Arie Noor. Kuswardani, Istiana. 2012. Studi Kasus Gempa Bumi
Yogyakarta 2006: Pemberdayaan Kearifan Lokal Sebagai Modal
Masyarakat Tangguh Menghadapi Bencana. Prosiding Seminar Nasional
Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III, ISSN: 1979-911X.
Sidopekso, Satwiko., Febtiwiyanti, Anita Eka., 2010. Studi Peningkatan Output
Modul Surya dengan Menggunakan Reflektor. Berkala Fisika Vol. 12, No.
3, Juli 2010, hal 101 – 104.
Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada
Penelaahan Struktur Bagian Dalam Bumi. Medan: Universitas Sumatera
Utara.

Anda mungkin juga menyukai