Anda di halaman 1dari 27

KLASIFIKASI JARING INSANG

Klasifikasi berdasarkan Konstruksi ( 2 klasifikasi ) :


a. Berdasarkan jumlah lembar jaring utama :
1) Jaring insang satu lembar ( single gillnet )
2) Jaring insang dua lembar ( double gillnet atau semi trammel net ) dan
3) Jaring insang tiga lembar ( trammel net )

1) Jaring insang satu lembar ( single gillnet )

 Jaring utamanya terdiri dari hanya satu lembar jaring


 Tinggi jaring ke arah dalam ( mesh depth ) dan ke arah panjang ( mesh length )
disesuaikan dengan : target tangkapan, daerah penangkapan dan metode pengoperasian.

Pengoperasian jaring insang ini ada yang di permukaan, di tengah ( kolom ) perairan atau di
dasar perairan dengan cara diset menetap atau dihanyutkan.

2) Jaring insang dua lembar ( double gillnet atau semi trammel net )
Jaring utamanya terdiridari dua lembar jaring.

 Di Indonesia disebut jaring lapis dua ( jaring lapdu ) untuk menangkap udang.
 Di luar negeri dipakai untuk penelitian ( tidak untuk komersial ).
 Dioperasikan di dasar air secara aktif atau pasif.

3) Jaring insang tiga lembar ( trammel net )

Jaring utamanya terdiri dari tiga lembar ; dua lembar jaring bagian luar ( outer net ) dan satu
lembar jaring bagian dalam ( inner net ).

Mata jaring bagian luar umumnya lebih besar dari pada mata jaring bagian dalam.
Perbandingannya antara 5 – 6 kali dari mata jaring bagian dalam.

Tinggi jaring bagian dalam berkisar antara 1,1 – 1,9 kali tinggi jaring bagian luar.

Pengoperasian jaring ini ada yang di permukaan, di kolom dan di dasar perairan dengan cara
diset menetap atau dihanyutkan.

Berdasarkan jumlah lembar jaring utama, masing-masing jaring insang mempunyai keuntungan
dan kelemahan sbb:

Jaring insang satu lembar dibanding 2 lbr dan 3 lbr


Keuntungan

 Biaya bhn lbh murah


 Pembuatan dan perbaikan jaring lbh mudah
 Melepaskan hsl tangkapan tdk lama
 Kualitas hsl tangkapan lbh bagus
 Lebih selektif thd ukuran dan jenis ikan

Kelemahan

 Jml hsl tangkapan lbh sedikit dan tdk bervariasi


 Tdk bisa menangkap ikan yg hanya ditangkap olh jrg insang 2 lbr atau jrg insang 3 lbr
 Selang kls panj. Ikan dari satu jenis ikan yg tertangkap tdk bervariasi

Keuntungan dan Kelemahan jaring insang dua lembar dengan jaring insang satu lembar :

Keuntungan

 Jmlh hsl tangkapan bisa lbh banyak dan bervariasi,


 Selang kls panjang ikan yg tertangkap bisa bervariasi

Kelemahan

 Biaya bhn lbh besar


 Pembuatan dan perbaikan jaring lebih rumit
 Waktu utk melepaskan ikan hsl tangkapan dari jaring lebih lama
 Kualitas hsl tangkapan kurang bagus
 Tdk selektif thd ukuran dan jenis ikan

Keuntungan dan Kelemahan jaring insang tiga lembar dengan jaring insang satu lembar :
Keuntungan

 Jmlh hsl tangkapan bisa lbh banyak dan bervariasi,


 Bisa menangkap ikan atau habitat lainnya yg tdk bisa ditangkap olh jrg insang satu lbr
dan dua lbr,
 Selang kls panjang ikan jenis habitat perairan yg tertangkap bisa bervariasi
 Cocok utk pengambilan contoh ( sampling ) ikan atau habitat lain dari satu perairan.
Kelemahan

 Biaya bhn lbh besar


 Pembuatan dan perbaikan jaring lebih rumit
 Waktu utk melepaskan ikan hsl tangkapan dari jaring lebih lama
 Kualitas hsl tangkapan kurang bagus
 Tdk selektif thd ukuran dan jenis ikan

Klasifikasi jaring insang berdasarkan jumlah lembar jaring utama

http://perikanan-tangkap.blogspot.com/2009/11/klasifikasi-jaring-insang.html (jam 08. 55 WITA; tgl 19


maret 2012)

JARING INSANG (GILL NET)

1. Klasifikasi Jaring Insang Berdasarkan letak alat tangkap di perairan : jaring insang pemukaan, jaring
insang pertengahan, dan jaring insang dasar. Berdasarkan kedudukan alat saat dioperasikan : 1. Jaring
insang hanyut (drift gillnet), yaitu jaring dibiarkan hanyut terbawa arus setelah disetting. 2. Jaring insang
tetap (fixed gillnet), yaitu jaring insang yang dipasang menetap pada suatu perairan maksudnya jaring

diberi jangkar sehingga tidak hanyut.

http://nautika-perikanan-laut.blogspot.com/2009/04/jaring-insang-gill-net.html (jam 08.58 WITA)

Jaring Insang
Posted by Muhammad Arif Rahman on January 29, 2012

Jaring insang atau dalam dunia perikanan international lebih dikenal dengan nama “Gill Net”
merupakan alat penangkap ikan yang berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang dengan
ukuran mata jaring (mesh size) yang sama besar dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat,
tali ris atas serta dengan atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang arah renang ikan, sehingga
ikan sasaran akan terjerat pada mata jaring atau terpuntal pada bagian tubuh jaring.

Alat tangkap ini merupakan salah satu alat penangkap ikan yang ramah lingkungan dan selektif.
Disebut alat tangkap yang ramah lingkungan, karena dalam pengoperasiannya alat tangkap ini
tidak mengakibatkan pencemaran dan kerusakan pada lingkungan tempat alat tangkap ini
beroperasi. Sedangkan dalam hal selektifitas, alat tangkap ini hanya menangkap ikan dengan
ukuran tertentu tergantung besarnya ukuran mata jaring yang dipakai oleh alat tangkap ini
sehingga dapat meminimalkan hasil tangkapan yang belum layak tangkap berdasarkan
ukurannya.

Sesuai dengan metode pengoperasiannya, jaring insang dapat dibedakan menjadi beberapa
macam :

1. Jaring Insang Menetap (Set Gill Net)

Jaring insang ini merupakan jenis jaring insang yang dipasang menetap, baik di permukaan
(Surface Gill Net), pertengahan (Mid-Water Gill Net) ataupun dasar perairan (Bottom Gill Net).
Untuk menjaga agar jaring ini tidak hanyut, biasanya digunakan jangkar (anchor) yang diikatkan
pada alat tangkap ini dan setelah dipasang, biasanya jaring ini akan ditinggal selama beberapa
jam sebelum akhirnya diangkat untuk mengambil hasil tangkapannya.

2. Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)

Jaring insang ini merupakan jenis jaring insang yang dioperasikan dengan cara dibiarkan hanyut
pada perairan. Dalam pengoperasainnya, biasanya jaring ini salah satu ujungnya diikatkan pada
perahu atau kapal yang dipakai oleh nelayan.

3. Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Net)

Jaring insang ini merupakan jaring insang yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan
ikan (schooling). Setelah ikan target terkurung oleh jaring ini, maka gerombolan ikan tersebut
akan dikejutkan sehingga mereka berpencar dan tersangkut pada alat tangkap ini.

Selain tiga jenis jaring insang diatas, terdapat juga jenis jaring insang lainnya yaitu Jaring Insang
Tiga Lapis (Trammel Net). Jaring insang ini terdiri dari tiga lapis jaring, satu lapis jaring bagian
dalam (inner net) bermata jaring kecil dan dua lapis jaring bagian luar (outer net) bermata jaring
lebih besar. Biasanya yang tertangkap oleh jaring ini adalah ikan dasar dan udang.(dirangkum
dari berbagai sumber)

http://arifelzainblog.lecture.ub.ac.id/2012/01/jaring-insang/ (jam 09.00 wita)

ALAT TANGKAP GILL NET (Jaring Insang)


19:46 rustadi29 No comments

GILLNET

1. A. PENDAHULUAN

1. Definisi Alat Tangkap

Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang”, “jaring rahang”, dan lain sebagainya. Istilah “gill
net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar
operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill net” adalah jaring insang,
jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada
dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar
(bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.

1. Sejarah Alat Tangkap

Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa
tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-
sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya
berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang disertai
dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan ikan-ikan
dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun
terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.

1. Prospektif Alat Tangkap

Prospektif gill net dasar atau bottom gill net di Indonesia sangat baik, hal ini dikarenakan secara
kuantitatif, jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya bottom gill net
secara kuantitatif di Indonesia :

Bahan dasar (material) pembuatan bottom gill net mudah diperoleh

Proses pembuatan bottom gill net mudah

Harganya relatif murah

 Fishing method dari bottom gill net mudah

 Biaya relatif murah sehingga dapat dimilliki oleh siapa saja.

A. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP ( BOTTOM GILL NET )

1. KONSTRUKSI UMUM

Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jaring dengan bentuk empat persegi
panjang, mempunyai mata jaring yang sama

ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan
perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah
panjang jaring.

Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah
dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy
dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring
didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.

2. DETAIL KONSTRUKSI
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan telah tertentu.
Karena jaring ini direntang pada dasar laut, maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti
jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan
damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada
kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring
itu sendiri.

3. KARAKTERISTIK

Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan-
ikan damersal.

 Bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris
atas dan ris bawah serta dilengkapi dengan jangkar.

Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan.

 Jaring gill net direntangkan pada float berbendera yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung
jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.

5. BAHAN DAN SPESIFIKASINYA

Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi telah merangsang perkembangan pemakaian
alat ini. Hal ini disebabkan efisiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA
monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami (kapas, rami, rami halus).

1. Persyaratan

Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan rendahnya daya rangsang alat untuk organ
penglihatan atau organ lateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus
disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.
Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama sekali untuk
penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk
mengurangi daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat.
Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya
untuk membebaskan diri. Lebih lanjut diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan
ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi
tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk beban
kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran
mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh
dipengaruhi air.

2. Macam dan Ukuran benang

PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah,
warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu
dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan
komersial.

Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi,
kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan
jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup dan
belum diolah.

3. Warna Jaring

Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari webbing. Warna float, ropes, sinkers dan
lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres,
net preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine
dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk
memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan. Dengan perkataan lain, warna
jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan.
Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy, sinar
matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat
“terlihat” oleh ikan –ikan yang berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah
dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut
menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang,
sekecil mungkin.

A. HASIL TANGKAPAN

Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan
penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Jenis-jenis ikan seperti
cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak mungkin terjerat pada mata jaring
ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar
terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled).
Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya herring, cod, halibut, mackerel, yellow tail, sea
bream, tongkol, cakalang, kwe, layar, selar, dan lain sebagainya. Jenis-jenis udang, lobster juga menjadi
tujuan penangkapan jaring ini.

B. DAERAH PENANGKAPAN

Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan
muara-muara yang mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.

C. ALAT BANTU PENANGKAPAN

Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk mengumpulkan ikan pada suatu tempat yang
kemudian dilakukan operasi penangkapan. Alat bantu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan
dengan menggunakan bottom gill net adalah :

v LAMPU / LIGHT FISHING

Kegunaan lampu untuk alat penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian
melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan gill net. Jenis-jenis lampu yang digunakan
bermacam-macam antara lain :

§ Ancor / obor

§ Lampu petromak / starmking


§ Lampu listrk ( penggunaannya masih terbetas )

 Faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan lampu adalah kekuatan cahaya lampu yang
digunakan, selain itu juga ada beberapa faktor lain :

Kecerahan : Jika kecerahan kecil, berarti banyak partikel-partikel dalam air maka pembiasan cahaya
terserap dan akhirnya tidak menarik perhatian dari ikan yang ada disekitarnya. Jadi kecerahan
menentukan kekuatan lampu.

Gelombang, angin, arus : Akan mempengaruhi kedudukan lampu. Adanya faktor-fakttor itu
menyebabkan kondisi sinar yang semula lurus menjadi bengkok.

Sinar bulan : Pada waktu bulan purnama sukar sekali mengadakan penangkapan menggunakan lampu
karena cahaya terbagi rata, sadangkan penangkapan menggunakan lampu diperlukan keadaan gelap
agar cahaya lampu terbias sempurna dalam air.

v PAYAOS

Payaos merupakan rumpon laut dalam yang berperan dalam pengumpulan ikan pada tempat tertentu
dan dilakukan operasi penangkapan. Payaos pelampungnya terdiri dari 60-100 batang bambu yang
disusun dan diikat menjadi satu sehingga membentuk rakit (raft), selain dari bambu pelampung juga
terbuat dari alumunium. Tali pemberat (tali yang menghubungkan antara pelampung dan pemberat)
mencapai 1000-1500 m, terbuat dari puntalan rotan, bahan syntetik seperti polyethylene, nylon,
polyester, polypropylene. Sedangkan pemberat berkisar 1000-3500 kg yang terbuat dari batu
dimasukkan dalam keranjang rotan dan cor-coran semen. Dan untuk rumbai-rumbainya digunakan daun
nyiur dan bekas tali polyethylene dan ban bekas.

D. TEKNIK OPERASI

 Setting
Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan pemasangan jaring bottom
gill net oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring bottom gill net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga
nantinya

akan dapat menghadang gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan
ikan tertarik lalu mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertangkap karena
terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal.

 Holling

Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak, maka dilakukan
holling dengan menarik jaring bottom gill net dari dasar perairan ke permukaan ( jaring ditarik keatas
kapal ). Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan
penyortiran.

E. HAL – YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN

FAKTOR LUAR :

1. Keadaan Musim ( cuaca )

Karena fishing ground atau daerah penangkapan merupakan daerah teluk, sehingga baik buruknya
musim atau cuaca akan mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.

2. Keberadaan Resources (sumberdaya ikan)

Makin banyak jumlah unit dari suatu alat tangkap, maka akan tejadi over fishing sehingga keberadaan
resources akan terancam. Hal ini akan mengurangi jumlah penagkapan di suatu daerah penangkapan.
Untuk mengatasinya maka dilakukan pembatasan ukuran mesh size gill net itu sendiri.

3. Teknik Penangkapan

Apabila salah dalam pengoperasian alat tangkap maka akan didapatkan hasil tangkapan (catch) yang
minimum.
4. Market (Pemasaran)

Pemasaran atau market ke daerah konsumsi atau tujuan juga mempengaruhi keberhasilan suatu
penangkapan.

FAKTOR DALAM :

1. Bahan Jaring

Supaya ikan mudah dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat sebaik mungkin.
Bahan atau twine yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat dari syntetis. Twine yang
dipergunakan hendaklah “lembut tidak kaku, pliancy, suppleness”. Dengan demikian maka twine yang
digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nylon, kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana
twine ini mempunyai fibres

yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang fibres-nya keras tidak
digunakan. Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh cara yang antara lain dengan
memperkecil diameter twine ataupun jumlah pilin per-satuan panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan
celup pemberi warna ditiadakan.

2. Ketegangan rentangan tubuh jaring

Yang dimaksud rentangan disini ialah baik rentangan ke arah lebar demikian pula rentangan ke arah
panjang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension baik pada float line ataupun
pada tubuh jaring. Dengan perkataan lain, jika jaring direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar
terjerat, dan ikan yang telah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan
ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker
dan juga shortening yang digunakan.

3. Shortening atau shrinkage

Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan tersebut setelah
sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring perlulah diberikan shortening
yang cukup.

4. Tinggi Jaring
Yang dimaksud dengan istilah tinggi jaring disini ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat
jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang tertangkapnya ikan secara gilled, lebih lebar jika
dibandingkan dengan jaring yang tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada
swimming layer dari pada jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

5. Mesh size

Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk
menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill
net akan bersikap selektif terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground, hendaklah mesh size
disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang jumlahnya terbanyak pada fishing ground tersebut.

SUMBER BACAAN / DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa,A.U. Fishing Methods. Bagian Penangkapan Ikan , Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 1975.

Ayodhyoa,A.U. Metode Penangkapan Ikan. Fakiltas Perikanan IPB. Bogor. 1974.

FAO Catalogue of Small Scale Fishing Gear. Published by arrangement with the Food and Agriculture
Organization of the United Nations by Fishing New .

Fisherman’s Manual. Published by World Fishing. London. 1976.

Klust,Gerhard. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. 1987.

Nomura,Masatsune dan Tomeyoshi Yamazaki. Fishing Techniques (1). Japan International Cooperation
Agency. Tokyo. 1977

http://rustadi29.blogspot.com/2011/02/alat-tangkap-gill-net-jaring-insang.html (jam 09.03 WITA)

Jaring Insang
15 09 2009

Deskripsi Kategori Alat Tangkap Jaring Insang


Nama Indonesia:
Nama Internasional: Gillnet
Deskripsi: Jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang dan dilengkapi
dengan pemberat pada tali ris bawah dan pelampung pada tali ris atasnya.
Contoh Alat Tangkap: Jaring insang hanyut, Jaring insang lingkar, Jaring insang tetap, Jaring
klitik….
http://andhikaprima.wordpress.com/2009/09/15/jaring-insang/ (jam 09.04 wita)

Jaring Insang (Gill Net) Jaring Insang Hanyut (Drifting Gill Net)

1. Definisi dan Klasifikasi

Jaring insang hanyut merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, berbentuk persegi
empat dengan ukuran mata jaring yang sama dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan. Jaring insang
hanyut termasuk ke dalam klasifikasi alat tangkap jaring insang (gill net) (Diniah 2008).

2. Konstruksi Alat Penangkapan


Bagian-bagian jaring insang hanyut adalah pelampung tanda (bouy), tali pelampung tanda, pelampung
(float), tali selambar, tali ris atas, badan jaring, pemberat, tali ris bawah, jangkar dan tali jangkar.
Pelampung tand terbuat dari bahan poly vinil clorida (PVC) dan berfungsi sebagai penanda letak alat
tangkap. Pelampung (float) biasanya terbuat dari karet sendal jepit dan berfungsi menjaga agar alat
tetap mengapung. Tali pelampung tanda, tali ris atas, tali ris bawah, tali jangkar dan tali selambar
terbuat dari bahan poly ethilene (PE). Badan jaring terbuat dari bahan poly amide (PA) dan berfungsi
sebagai penjerat mangsa. Pemberat terbuat dari timah dan berfungsi agar alat tetap terbentang. Jangkar
tebuat dari logam atau timah. Gambar alat dapat di lihat pada lampiran.

Parameter utama yang menjadi penentu keberhasilan penggunaan alat ini adalah ukuran mata jaring.
Ukuran alat tangkap atau proporsional konstruksi alat tangkap juga memperngaruhi. Keberhasilan
penggunaan alat juga dipengaruhi ketepatan penggunaan bahan dan alat tangkap.

3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan

3.1 Kapal

Jaring insang hanyut dioperasikan dengan menggunakan satu perahu. Ukuran perahu relatif kecil
dibandingkan dengan kapal purse seine dan kapal trawl. Karakteristik kapal gill net adalah memiliki dek
yang lebih luas sebagai tempat operasional alat tangkap. Bagian haluan lebih terbuka sedangkan bagian
burutan umumnya adalah ruang aatau tempat nahkoda dan kamar mesin (Diniah 2008)

3.2 Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang hanyut minimal satu orang. Hal ini
tergantung ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan.

3.3 Alat Bantu

Pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut menggunakan alat bantu net hauler. Net hauler
berfungsi untuk menggulung tali selambar.

3.4 Umpan

Pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut ini tidak menggunakan umpan karena dalam
pengoperasiannya alat tangkap ini mengandalkan arus atau menunggu ikan menabrak alat tangkap ini
dan terlilit pada insangnya.

4. Metode pengoperasian Alat

Menurut Hadian (2005), pengoperasian jaring insang hanyut biasanya dilakukan pada malam hari.
Nelayan berangkat ke laut sekitar pukul 16.00 dan kembali lagi pada pukul 07.00. Pada saat nelayan tiba
di daerah penangkapan ikan yang dituju, kecepatan kapal atau perahu dikurangi dan nelayan bersiap-
siap untuk melakukan setting.

Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, diikuti dengan penurunan badan jaring, sampai
akhirnya penurunan jangkar. Setting membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Pada saat setting, arah
perahu harus berlawanan dengan arus dan berada dalam keadaan stabil dan kecepatan rendah. Setelah
seluruh jaring diturunkan ke dalam air, mesin perahu dimatikan dan jaring dibiarkan hanyut terbawa
arus selama kurang lebih 4 jam.

Setelah menunggu berjam-jam, maka jaring insang hanyut dinaikkan lagi ke atas perahu. Proses ini
dinamakan hauling. Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu atau kapal, dimana 1 ABK menarik jaring
pada tali ris atas, 2 orang menarik jaring pada bagian bawah sekaligus memisahkan hasil tangkapan, dan
1 orang bertugas dalam mengurus pelampung. Setelah jaring diangkat, ikan-ikan yang terjerat kemudian
diambil.

5. Daerah Pengoperasian

Jaring insang hanyut dapat dioperasikan di dasar perairan, kolom perairan dan perairan dan dipermukan
perairan. Jaring insang hanyut banyak ditemukaan di daerah Gorontalo dan selat Bali (Subani Barus
1989).

6. Hasil Tangkapan
Sasaran tangkap utama dari alat ini adalah ikan kembung (Restraliger sp.), ikan layur (Lepturachantus
savala), ikan samge (Pseudocinea amoyensis), ikan tembang (Sardinella fimriata). Sedangkan hasil
tangkapan sampingannnya seperti gurita, ikan belanak (mugil sp.), udang, rajungan, dan ikan tenggiri
(Scomberomorus commersoni) (Hadian 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK
IPB ; Bogor.

Hadian. 2005. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut Dengan Ukuran Mata Jaring 2 Inci di Teluk
Jakarta (Sekripsi). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB ; Bogor.

Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian
Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

http://samsudinpunya.blogspot.com/2011/03/jaring-insang-gill-net-jaring-insang.html (jam
09.08WITA)

JARING INSANG TIGA LEMBAR (TRAMMEL NET)


02:07 rustadi64 No comments

Jaring insang tiga lembar atau disebut juga dengan trammel net adalah jaring yang konstruksinya terdiri
dari tiga lembar jaring. Jaring ini umumnya dipergunakan untuk menangkap ikan dasar termasuk jenis
udang.

PENANGKAPAN IKAN KAKAP MERAH


Salah satu dari alat tangkap yang cocok untuk menangkap ikan kakap merah dan ikan di perairan pantai
adalah alat tangkap yang disebut dengan jaring insang tiga lembar atau dalam bahasa asingnya disebut
dengan “trammel net.

KONSTRUKSI JARING

Konstruksi dari trammel net terdiri dari tiga lembar jaring, satu lembar jaring dengan ukuran mata yang
kecil (jaring bagian dalam) dan dua lembar jaring dengan ukuran mata yang besar (jaring bagian luar).
Jaring yang ukuran matanya kecil diapit dengan jaring yang ukuran matanya besar.

Jaring bagian luar

Bahan Amilan No.210D/6, besar mata jaring (mesh size) 8.89 cm (3 inci), jumlah mata ke arah tinggi
jaring 4.5 mata. Jumlah mata ke arah panjang 21 mata/m.

Jaring bagian dalam


Bahan Amilan No.210D/3-210D/6, besar mata jaring (mesh size) 5.08 (2 inci)-6.35 cm (2.5 inci) dan
jumlah mata ke arah tinggi jaring 50 mata. Jumlah mata ke arah panjang 32 mata/m.

Panjang jarring

Panjang jaring dalam satu tingting (piece) yang terbaik adalah 40.5 m.

METODE PENGOPERASIAN

Jumlah piece yang harus dipakai disesuaikan dengan kondisi modal yang ada atau disesuaikan denagn
kondisi daerah penangkapan. Jaring diset menetap di dasar perairan, pemasangan jaring sebaiknya
dilakukan 30-60 menit sebelum mata hari terbit dengan lama perendaman selama 2-3 jam.

DAERAH PENANGKAPAN
Daerah penangkapan terbaik adalah di daerah penangkapan yang sebelumnya sudah diketahui adanya
keberadaan ikan kakap merah, biasanya di perairan berkarang kemudian jaring dipasang melingkari
karang atau dipasang di dekat karang. Jaring ini bisa dioperasikan sampai kedalaman 80-120 m.

MUSIM PENANGKAPAN

Musim penangkapan sepanjang tahun.

PEMELIHARAAN ALAT

Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar, bagian yang rusak
diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara langsung dan disimpan ditempat
yang bersih.

PENGADAAN ALAT DAN BAHAN JARING

Alat dan bahan jaring bisa diperoleh di semua toko perlengkapan nelayan di lokasi terdekat atau bisa
dipesan dari pabrik jaring “PT. Arida” di Cirebon atau “PT Indoneptun” di Ranca ekek Bandung

Sumber : Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Ditjen KP3K

http://rustadi64.blogspot.com/2011/05/jaring-insang-tiga-lembar-trammel-net.html (jam 09.19


WITA)

GILLNET
31

1. A. PENDAHULUAN

A.
1. Definisi Alat Tangkap

Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang”, “jaring rahang”, dan lain
sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap
“gilled-terjerat” pada sekitar operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar”
atau “bottom gill net” adalah jaring insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun
kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada dasar laut, yang demikian berarti
jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun
ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.
A.
1. Sejarah Alat Tangkap

Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang
berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah
dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-
ami”. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan
nya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya),
ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain
sebagainya. Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara
bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit
(entangled) pada tubuh jaring.

A.
1. Prospektif Alat Tangkap

Prospektif gill net dasar atau bottom gill net di Indonesia sangat baik, hal ini
dikarenakan secara kuantitatif, jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hal-hal yang
mempengaruhi besarnya bottom gill net secara kuantitatif

di Indonesia :

Bahan dasar (material) pembuatan bottom gill net mudah diperoleh

Proses pembuatan bottom gill net mudah

Harganya relatif murah

Fishing method dari bottom gill net mudah

Biaya relatif murah sehingga dapat dimilliki oleh siapa saja.

A. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP ( BOTTOM GILL NET )

1. KONSTRUKSI UMUM

Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jaring dengan bentuk
empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama

ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan
panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan
dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring.
Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung
(float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan
dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju
keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang
bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.

2. DETAIL KONSTRUKSI

Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan
telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, maka dinamakan bottom gill net,
yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan
dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float
berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi
tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri.

3. KARAKTERISTIK

Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yang menjadi tujuan
penangkapan adalah ikan-ikan damersal.

Bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan
pelampung, pemberat, ris atas dan ris bawah serta dilengkapi dengan
jangkar.

Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik
udang maupun ikan.

Jaring gill net direntangkan pada float berbendera yang diletakkan pada kedua
belah pihak ujung jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya
rentangan itu sendiri.

5. BAHAN DAN SPESIFIKASINYA

Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi telah merangsang
perkembangan pemakaian alat ini. Hal ini disebabkan efisiensi penangkapan yang
jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA monofillament yang transparant
(jernih) dibanding dengan bahan serat alami (kapas, rami, rami halus).

1. Persyaratan

Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan rendahnya


daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateral line sebelum
ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus disesuaikan dengan
kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.
Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam
air, terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat
jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya
penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang
terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan
yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri. Lebih lanjut
diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang
terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas
kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan
yang daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net
karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata
jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata
jaring tidak boleh dipengaruhi air.

2. Macam dan Ukuran benang

PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua


bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah
jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan
merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada
perikanan komersial.

Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran
mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin
memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua
nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum
diselup dan belum diolah.

3. Warna Jaring

Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari webbing.


Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian
terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres, net preservation
dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari
twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan
mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch
akan dapat lebih diusahakan. Dengan perkataan lain, warna jaring yang sesuai
untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat
diusahakan. Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth
dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor,
dan pula sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh
ikan –ikan yang berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net
ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah
akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka
hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang, sekecil
mungkin.
A. HASIL TANGKAPAN

Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis
ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun
ikan-ikan damersal. Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh
sangat besar sehingga tak mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan
seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar
terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-
belit (entangled). Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya herring, cod,
halibut, mackerel, yellow tail, sea bream, tongkol, cakalang, kwe, layar, selar, dan
lain sebagainya. Jenis-jenis udang, lobster juga menjadi tujuan penangkapan jaring
ini.

B. DAERAH PENANGKAPAN

Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah penangkapan adalah
daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang mengakibatkan pula jenis ikan yang
tertangkap berbagai jenis.

C. ALAT BANTU PENANGKAPAN

Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk mengumpulkan ikan


pada suatu tempat yang kemudian dilakukan operasi penangkapan. Alat bantu yang
digunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bottom gill net
adalah :

LAMPU / LIGHT FISHING

Kegunaan lampu untuk alat penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan


ikan kemudian melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan gill net. Jenis-jenis
lampu yang digunakan bermacam-macam antara lain :

Ancor / obor

Lampu petromak / starmking

Lampu listrk ( penggunaannya masih terbetas )

Faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan lampu adalah kekuatan


cahaya lampu yang digunakan, selain itu juga ada beberapa faktor lain :

Kecerahan : Jika kecerahan kecil, berarti banyak partikel-partikel dalam air maka
pembiasan cahaya terserap dan akhirnya tidak menarik perhatian dari ikan yang ada
disekitarnya. Jadi kecerahan menentukan kekuatan lampu.
Gelombang, angin, arus : Akan mempengaruhi kedudukan lampu. Adanya faktor-fakttor itu
menyebabkan kondisi sinar yang semula lurus menjadi bengkok.

Sinar bulan : Pada waktu bulan purnama sukar sekali mengadakan penangkapan
menggunakan lampu karena cahaya terbagi rata, sadangkan penangkapan menggunakan
lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna dalam air.

PAYAOS

Payaos merupakan rumpon laut dalam yang berperan dalam pengumpulan ikan
pada tempat tertentu dan dilakukan operasi penangkapan. Payaos pelampungnya terdiri
dari 60-100 batang bambu yang disusun dan diikat menjadi satu sehingga membentuk
rakit (raft), selain dari bambu pelampung juga terbuat dari alumunium. Tali pemberat (tali
yang menghubungkan antara pelampung dan pemberat) mencapai 1000-1500 m, terbuat
dari puntalan rotan, bahan syntetik seperti polyethylene, nylon, polyester, polypropylene.
Sedangkan pemberat berkisar 1000-3500 kg yang terbuat dari batu dimasukkan dalam
keranjang rotan dan cor-coran semen. Dan untuk rumbai-rumbainya digunakan daun
nyiur dan bekas tali polyethylene dan ban bekas.

D. TEKNIK OPERASI

Setting

Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan


pemasangan jaring bottom gill net oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring bottom gill
net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya

akan dapat menghadang gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon,
dan gerombolan ikan tertarik lalu mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing
dan akhirnya tertangkap karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau
dengan cara terpuntal.

Holling

Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup
banyak, maka dilakukan holling dengan menarik jaring bottom gill net dari dasar
perairan ke permukaan ( jaring ditarik keatas kapal ). Setelah semua hasil tangkap dan
jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran.

E. HAL – YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN

FAKTOR LUAR :

1. Keadaan Musim ( cuaca )


Karena fishing ground atau daerah penangkapan merupakan daerah teluk,
sehingga baik buruknya musim atau cuaca akan mempengaruhi keberhasilan
suatu penangkapan.

2. Keberadaan Resources (sumberdaya ikan)

Makin banyak jumlah unit dari suatu alat tangkap, maka akan tejadi over fishing
sehingga keberadaan resources akan terancam. Hal ini akan mengurangi jumlah
penagkapan di suatu daerah penangkapan. Untuk mengatasinya maka dilakukan
pembatasan ukuran mesh size gill net itu sendiri.

3. Teknik Penangkapan

Apabila salah dalam pengoperasian alat tangkap maka akan didapatkan hasil
tangkapan (catch) yang minimum.

4. Market (Pemasaran)

Pemasaran atau market ke daerah konsumsi atau tujuan juga mempengaruhi


keberhasilan suatu penangkapan.

FAKTOR DALAM :

1. Bahan Jaring

Supaya ikan mudah dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus
dibuat sebaik mungkin. Bahan atau twine yang paling banyak digunakan adalah
yang terbuat dari syntetis. Twine yang dipergunakan hendaklah “lembut tidak
kaku, pliancy, suppleness”. Dengan demikian maka twine yang digunakan adalah
cotton, hennep, linen, amylan, nylon, kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana
twine ini mempunyai fibres

yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang
fibres-nya keras tidak digunakan. Untuk mendapatkan twine yang lembut,
ditempuh cara yang antara lain dengan memperkecil diameter twine ataupun
jumlah pilin per-satuan panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan celup pemberi
warna ditiadakan.

2. Ketegangan rentangan tubuh jaring

Yang dimaksud rentangan disini ialah baik rentangan ke arah lebar demikian
pula rentangan ke arah panjang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan
terjadinya tension baik pada float line ataupun pada tubuh jaring. Dengan
perkataan lain, jika jaring direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat,
dan ikan yang telah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh
jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali
temali, sinking force dari sinker dan juga shortening yang digunakan.

3. Shortening atau shrinkage

Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) pada mata jaring dan juga supaya
ikan-ikan tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas,
maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup.

4. Tinggi Jaring

Yang dimaksud dengan istilah tinggi jaring disini ialah jarak antara float line
ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang
tertangkapnya ikan secara gilled, lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring
yang tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming
layer dari pada jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

5. Mesh size

Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size


mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya
tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap selektif
terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground,
hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang
jumlahnya terbanyak pada fishing ground tersebut.

SUMBER BACAAN / DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa,A.U. Fishing Methods. Bagian Penangkapan Ikan , Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
1975.

Ayodhyoa,A.U. Metode Penangkapan Ikan. Fakiltas Perikanan IPB. Bogor. 1974.

FAO Catalogue of Small Scale Fishing Gear. Published by arrangement with the Food and
Agriculture Organization of the United Nations by Fishing New .

Fisherman’s Manual. Published by World Fishing. London. 1976.

Klust,Gerhard. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang.
Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. 1987.

Nomura,Masatsune dan Tomeyoshi Yamazaki. Fishing Techniques (1). Japan International


Cooperation Agency. Tokyo. 1977.

http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/gillnet/ (jam 09.22 WITA)

Anda mungkin juga menyukai