DISUSUN OLEH :
AHMAD JAMALUDDIN
160711049
PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih
sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia
(Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk
setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Anemia kurang besi adalah salah
satu bentuk gangguan gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk
Indonesia. Konsumsi zat besi dari makanan sering lebih rendah dari dua
pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan menu
makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah
absorbsi zat besinya (Rasmaliah,2004).
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi,
karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
janin yang dikandung. Kebutuhan gizi meningkat selama kehamilan untuk
pertumbuhan janin, plasenta, pertambahan volume darah, mammae yang
membesar dan metabolisme basal yang meningkat (Fatimah, 2011).
Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar
terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Bila ibu
hamil mengalami kurang gizi maka akibat yang akan ditimbulkan antara lain:
keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia, dan
bayi lahir dengan BBLR (Lubis, 2003).
Anemia gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah
asupan zat besi tidak cukup, penyerapan zat besi rendah, kebutuhan
meningkat, kekurangan darah, pola makan tidak baik, status sosial ekonomi,
penyakit infeksi, pengetahuan yang rendah tentang zat besi (Puji dan Esse,
2010). Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet tambah darah juga
mempengaruhi terjadinya anemia, terdapat faktor yang turut mempengaruhi
konsumsi suplemen atau tablet besi yang antara lain adalah bentuk tablet,
warna, rasa, dan efek samping (Wijianto, 2004).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana dan seperti apakah pola asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan anemia
2. Apa saja yang menjadi penyebab dan gejala utama anemia
C. TUJUAN
Makalah ini di buat oleh kami dengan tujuan agar kami memahami dan
mengaplikasikan langsung dalam proses keperawatan khususnya tentang gejala awal dan
penanganan utama pada klien dengan decompentation cordis (gagal jantung).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ANEMIA
A. Definisi
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari jantung
yang diperoleh dari paru-paru, dan kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki
penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah
merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. Penyebab anemia yang paling sering
adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis
atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5
g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari
11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
B. Klasifikasi
Anemia adalah kurangnya hemoglobin di dalam darah, yang dapat disebabkan oleh sel darah
merah yang terlalu sedikit, jumlah hemoglobin dalam sel yang terlalu sedikit, atau volume
hematokrit yang terlampau rendah.
C. Etiologi
penyebab anemia antara lain:
Pendarahan
Kekurangan gizi seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, brokietasis, empiema.
Kelainan darah
Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum – sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum – sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan.
Masalah dapat diakibatkan oleh efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah. Lisis
sel darah merah terjadi dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama
dalam hati dan limpa. Proses bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg / dl atau kurang,kadar 1,5 mg / dl
mengakibatkan ikterik pada sklera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika
suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat menghambat kerja
organ – organ penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat
menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
E. Manisfestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini,
bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah,
1998).
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Tarwoto (2008. Hal 40), pemeriksaan laboratorium pada klien dengan
anemia adalah sebagai berikut.
a) Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah merah, sel
darah putih dan tronbosit ) dalam volume darah tertentu, dinyatakan sebagai jumlah
sel per millimeter kubik ( mm3 ).
b) Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah maupun jumlah
sel darah.
c) Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel padat, menunjukkan volume darah
lengkap ( sel darah merah ). Pengukuran ini menunjukkan presentasi sel darah merah
dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100ml.
d) Mean Corpuscular Hemoglobin ( MCH ) atau konsentrasi hemoglobin rata – rata
adalah mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah merah.
MCH ditentukan dengan membagi jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah dengan
jumlah sel darah per millimeter kubik darah. Nilai normalnya kira – kira 27 – 31
pikogram / sel darah merah.
e) Mean Corpuscular volume ( MCV ) atau volume eritrosit rata – rata merupakan
pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer kubik, dengan batas
normal 81 – 96 um 3, apabila ukurannya kurang dari 81 mm maka menunjukkan sel –
sel mikrositik, apabila lebih besar dari 96 menunjukkan sel – sel makrositik.
f) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC ) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata – rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam 100 ml sel
darah merah padat. Normalnya 30-36 g / ml darah.
g) Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
h) Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
i) Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi dan biopsy pada
sumsum tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinosus vertebra, Krista iliaka
anterior atau posterior. Pemeriksaan sumsum dilakukan jika tidak cukup data – data
yang diperoleh untuk mendiagnosa penyakit pada sistem hemotologik.
j) Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur – unsur yang
perlu bagi perkembangan sel – sel darah merah seperti kadar besi ( Fe ) serum,
vitamin B12 dan asam folat.
G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena
harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
H. Penetalaksanaan
Menurut Tarwoto (2008 Hal 45), penatalaksanaan pada setiap kasus anemia
perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
o Pemberian diet tinggi zat besi.
o Atasi penyebab seperti cacingan, pendarahan.
o Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus ( dosis : 3 x 200 mg
), ferro glukonat 3 x 200 mg / hari.
o Iron dextran mengadung fe 50 mg / ml dengan IM, kemudian 100 –
250 mg tiap 1 – 2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan.
o Pemberian vitamin C ( dosis : 3 x 100 mg / hr ).
o Transfusi darah jika diperlukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DECOMPENSATION CORDIS
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Hasan
Umur : 49
Tanggal Lahir : 07 februari 1969
Agama : Islam
Alamat : Astanajapura Kidul
Nomor Medrek : 025961
Tanggal Masuk RS : 20 Fabruari 2018
Tanggal Pengkajian : 22 Fabruari 2018
Diagnosa Medis : Anemia
2. Identitas Orang tua / Keluarga
1) Ayah/Ibu
Nama : Hayatun
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Astanajapura kidul
2) Anak/Saudara terdekat
Nama :
Umur :
Agama :
Suku Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluahan Utama
Sesak nafas, pusing, susah tidur,
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merasa sesak disertai dan lengan, lemas, tidak nafsu makan.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
DM tipe 2
1. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1. Ds :klien mengatakan mengeluh penurunan kadar Hb Ketidakefektifan pola nafas
sesak nafas. b.d sindrom hipoventilasi,
Do : kompensasi paru penurunan transfer oksigen
- Tampak lemas ke paru
- Respirasi : 24x/menit peningkatan frekuensi
- Bunyi paru ronkhi nafas
- Tekanan Darah 120/800
mmHg dipsneu (kesulitan
- SPO² 93% bernafas
- Terpasang O² Nasal Canul
delivery 4 L penurunan transport
- Terpasang infus RL oksigen
hipoksia
ketidakefektifan pola
nafas
Ketidakefektifan pola
nafas.
2. Ds : klien mengatakan : Ketidakefektifan perfusi
- pusing Penurunan kadar HB jaringan perifer b.d
- Tidak bisa tidur penurunan kosentrasi HB dan
Do : kompensasi jantung darah, suplai oksigen
- Respirasi : 24x/menit berkurang
- Capillary Refill Time : >3 beban kerja dan curah
detik jantung eningkat
- Tekanan Darah 120/80
mmHg ketidakefektifan
- SPO² 93% perfusi jaringan
- Terpasang O² Nasal Canul perifer nyeri akut
delivery 4 L
- Terpasang Infus RL
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer
oksigen ke paru
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan kosentrasi HB dan
darah, suplai oksigen berkurang
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Terapi Oksigen
- membersihkan mulut, hidung dan
secret trakea.
2. jumat, 23-02- 14.00 - mengunakan sarung tangan untuk Ketidakefektifan perfusi jaringan
proteksi perifer b.d penurunan kosentrasi
2018
HB dan darah, suplai oksigen
berkurang
5. Evaluasi
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Ketidakefektifan pola S: klien mengatakan mengeluh sesak nafas
1. nafas b.d sindrom O : Klien tampak gelisah, lemas, respirasi
hipoventilasi, penurunan 24x/menit, SPO² 93%
transfer oksigen ke paru A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2. Ketidakefektifan perfusi S : KLien mengatakan sesak, tidak bisa tidur dan
jaringan perifer b.d
pusing
penurunan kosentrasi HB
dan darah, suplai oksigen O : Respirasi 24x/menit
berkurang SPO² 93%
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah merah dan kadar
HB dan hematokrit dibawah normal (Smeltzer, 2002: 935)
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah normal sel darah merah,
kualitas HB dan volume packed red blood cell hematokrit per 100 mili darah
(price, 2006:256)
B. SARAN
Harta adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita maka dari
itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit dengan
cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia tera lebih
nyaman dan indah dengan memelakukan pencegahan terhadap penyakit
anemia dari pada kita sudah terkena dampaknya.
C. DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson, Et al, 2005, Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit (Vol 1) -Ed.6-, Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C, Jhon E. Hall, 2007, Buku ajar fisiologi kedokteran -Ed 11-,
Jakarta: EGC.
Hoffbrand, A.V., Et al, Kapita selekta hematologi -Ed 4-, Jakarta: EGC