Anda di halaman 1dari 13

Surface pitting berhubungan dengan kematian sebagian sel pada epidermis yang telah kering dan

menjadi cekungan dipermukaan, lubang kemudian mengalami diskolorisasi warna. Lubang


(pitting) pada kulit dapat disebabkan oleh non chilling akibat perubahan kelembapan dari rendah
ke tinggi, perbedaan kualitas nutrisi pascapanen, waktu panen dan lama penyimpanan.
Kerusakan primer pitting pada sel disebabkan oleh suhu yang rendah, proses berkembangannya
surface pitting tidak teratur, dapat terjadi karena tekanan (Gonzales, 2016), sumbernya juga
dapat berasal dari kerusakan mekanik yang disebabkan sel terluka kemudian rusak di epidermis
(zhi, 2018). Shell surface pitting pada buah nanas muncul gejala berupa lubang kecil kecoklatan
pada sepal dengan panjangnya tidak mencapai 6 mm, hal ini sering terjadi pada buah nanas
dengan kulit kuning opak berembun banyak atau dari sisa hujan yang membasahi buah
(Bartholomew, 2003). Surface pitting dibagi menjadi 2 penyebab yaitu non chilling injury dan
chilling injury. Penyebab gejala non chilling injury seperti penggunaan waxing dan perubahan
RH rendah menuju RH tinggi, pitting meningkat dengan berkurangnya kandungan internal O2
serta pada buah yang dicuci lebih berpotensi terkena pitting. . Pada gejala chilling injury ukuan
lubangnya < 1 mm, dalam dan coklat gelap atau selebar 1 – 2mm (Siddiq, 2012), surface pitting
berhubungan dengan ketidaknormalan respirasi, terakumulasinya kandungan racun sebagai hasil
metabolisme yang tidak normal dan dipercepat dengan penyimpanan yang memiliki kelembapan
rendah (Wang, 1990) . Surface pitting pada buah Cherry dapat dikurangi dengan pendinginan
secepatnya setelah panen dengan suhu 8 – 13C yang dilanjutkan hydrocooling ke dua sampai
suhu optimum pendinginan akan menghasilkan buah yang memiliki resiko terkena kerusakan
lebih rendah (Patten, 1983),

Tanda Chilling Injury dengan adanya ketidaknormalan respirasi yang diakibatkan penyimpanan
pada suhu rendah serta akibatnya terakumulasi racun akibat metabolisme yang tidak normal.
yaitu akumulasi level racun metabolisme yang disebabkan oleh induksi temperature yang tidak
seimbang dalam metabolisme. Gejala chilling injury seperti pitting, water soaking dan
peningkatan kebocoran ion mulai muncul yang disebabkan oleh kegagalan membrane seluler
mempertahanan kanduangan selnya yang terlihat lebih dini, kebocoran cairan dari dalam sel
dapat membentuk daerah berkumpulnya air, mengurangi difusi gas yang normal, sebagai media
untuk pertumbuhan pathogen dan menyebabkan wilting, desikasi dan nekrosis pada jaringan.
Penguapan air pada area tersebut terutama yang dekat dengan sel epidermis, dapat menyebabkan
perkembangan daerah cekungan epidermis dan lubang. Yang kedua adalah kerusakan mekanik
pada epidermis dan RH yang rendah disekitar atmosfer memperbesar perkembangan permukaan
yang tidak normal (Wang, 1990).

Chilling injury merupakan kerusakan fisik pada jaringan buah yang diperoleh dari terekpos suhu
sensitive chillingnya hingga suhu dibawah titik penerimaannya. Pada buah pisang contohnya
memiliki suhu sensitive chilling 12,5 C, namun terdapat beberapa kasus dimana buah pisang
yang disimpan pada suhu 13C mengalami chilling injury hal ini disebabkan suhu saat buah di
lahan (Bugaud, 2015) pola yang sama terjadi pada buah nanas yang disimpan pada suhu 7C
padahal suhu tersebut termasuk rentang suhu yang direkomendasikan untuk menyimpan buah
nanas dalam kondisi normal, terdapat buah yang mengalami surface pitting dan masih ada buah
yang normal disimpan suhu tersebut, diduga surface pitting sebagai gejala chilling injury. Buah
nanas yang disimpan pada suhu 7C memiliki masa simpan maksimum 4 minggu tapi saat
ditransfer ke suhu ruang selama 2 – 3 hari mulai terkena chilling injury pada buah nanas M2 –
M3 Smooth Cayenn, suhu penyimpanan yang direkomendasikan adalah 7,5 – 12C ( Siddiqui,
2016) dengan suhu kritisnya adalah 6 – 10 C (Jakman, 1988) dibawah suhu tersebut buah nanas
berpotensi mengalami chilling injury, dimana peristiwa tersebut dipengaruhi factor varietas,
tahap kematangan, praktik budidaya, tanah dan kondisi cuaca tumbuhnya (Abdullah, ) saat buah
nanas dipanen terdapat perbedaan suhu antara dagingnya dan suhu kulitnya, suhu daging dapat
mencapai 38C padahal suhu kulit tidak mencapai 30C sehingga kalor yang perlu dihilangkan dari
dalam daging buah lebih besar dibandingkan kalor pada kulit buah, perbedaan suhu antara
daging buah dan kulit buah menyebabkan distribusi respirasi yang tidak seimbang, Daging buah
membutuhkan laju respirasi yang tinggi dikarenakan suhu selnya masih tinggi sehingga produksi
ATPnya masih tinggi, sedangkan kulit buah sudah mengalami penurunan laju respirasi karena
suhu selnya dapat diturunkan hal ini menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme yang
menyebabkan chilling injury.

Laju respirasi setelah pemanenan yang tinggi dengan indikator suhu pada daging buah yang
masih tinggi setelah dipanen sehingga diperlukan penghilangan kalor dari lahan secepat mungkin
untuk mencegah degradasi kualitas buah. Precooling harus dilakukan secepat mungkin untuk
menghambat penurunan kualitas buah selama ini precooling hanya dengan perendaman air pada
suhu normal namun menurut Senthilkumar (2015) penurunan mutu dapat terjadi dalam 1 jam
pada suhu 250C, metode precooling dengan pencelupan pada air bersuhu lingkungan, proses
peningkatan indikator kematangan berupa pelunakan buah berjalan lebih cepat daripada
perlakuan precooling pada suhu 100C, precooling dengan hydrocooling tidak memiliki pengaruh
yang signifikan sedangkan precooling pada suhu 100C tingkat cacat akibat kerusakan chilling
dapat dihambat (Thanh, 2008). Terdapat potensi memperpanjang masa simpan jika toleransi
terhadap suhu dibawah tingkat optimumnya dapat ditingkatkan. Penggunaan suhu precooling
sebelum penyimpanan dapat meningkatkan toleransinya terhadap suhu chilling. Precooling
dilakukan dengan memaparkan buah sedikit diatas suhu kritisnya dalam waktu tertentu sebelum
disimpan pada suhu optimum penyimpanan. Jika suhu rekomendasi precooling buah nanas
adalah 8C. Menurut penelitian Abdullah () Precooling buah nanas N36 memiliki hasil efektif
resisten terhadap chilling injury dengan pendinginan pada suhu 15 C selama 24 jam dilanjutkan
suhu 10C selama 24 jam dibandingkan langsung disimpan pada suhu 10C selama 24 jam.
Surface pitting dapat dikurangi dengan rapid cooling berupa metode precooling pada buah chery
untuk mengoptimalkan kualitas dan masa simpannya diperlukan penyimpanan hingga 32 F yang
sebelumnya telah dilakukan hydrocooling pada suhu 40 – 45F (Patten, 1983).

Identifikasi chilling injury

Kebocoran ion
Ion yang bocor dari kulit buah nanas yang mengalami surface pitting diukur menggunakan
metode Hakim (1999) 3 gram kulit buah dipotong kecil kecil seukuran 0,5 cm. Sampel dicuci
dengan air destilat 3 kali, setelah itu ditambahkan larutan mannitol 0,4 M. Kemudian larutan
dikocok degan pengocok rotary selama 1 jam dengan kecepatan 100 rev/min. Konduktivitas
elektrik diukur menggunakan meteran konduktivitas. Sample diletakkan di autoclave pada 121 0C
selama 30 menit, biarkan dingin hingga bersuhu 250C. Setelah itu konduktivitas elektrik diukur
lagi, hasilnya berupa persentase EL actual dibandingkan EL maksimum (Nukuntornprakit,
2015).

Komposisi asam lemak

5 gram kulit nanas yang terkena surface pitting dihomogenisasi menggunakan


kloroform/methanol (2/1) hingga larutan menjadi 30 ml. Lapisan kloroform dikumpulkan,
ekstraksi diulang 2 kali, kemudian larutan disaring dan diuapkan dengan rotary evaporator pada
suhu 400C hingga kering. Diperoleh berat total, lemak dilakukan saponifikasi dengan
penambahan 5 ml 0,5M KOH dan 1 ml dari 1 mg/g internal standar (asam trikosanoat), refluk
pada 1000C selama 5 menit dalam water bath shaker. Pemrosesan metil ester diawali dengan
penambahan 2 ml 14% boron trifluoride dalam methanol, reflux selama 15 menit pada suhu
1000C dalam water bath shaker. 10 ml larutan NaCL jenuh ditambahkan. Sampel diekstraksi 3
kali dengan 5 ml petroleum eter untuk memisahkan lemak. Dilakukan evaporasi pada suhu 400C.
Hasil endapan dilarutkan dengan 1 m diklorometan dan dianalisis komposisi asam lemaknya
dengan gas kromatografi menggunakan kolom DB-23 (ketebalan 0,25 film micron, diameter 0,25
mm dan panjangnya 60 m). gas Helium digunakan sebagai fase gerak (1ml/menit) menggunakan
detector flame ion pada 2800C. Temperatur oven mulai bekerja 1750C, suhu ditingkatkan
250C/menit hingga tercapai suhu 2800C (Nukuntornprakit, 2015). Identifikasi dan kuantifikasi
asam lemak dengan membandingkan waktu retensi dan luas aral peak dengan sampel standar.
Perbandingan rasio asam lemak tak jenuh dengan asam lemak jenuh dihitung dengan : asam
lemak oleat + asam lemak linoleat + asam linolenat : asam sterarat + asam palmitat

Metodologi

Pengurangan Chilling Injury

Buah
Penelitian Abdullah () Buah nanas jenis N36 memiliki tingkat kematangan mature hijau dari
Perkebunan Lee Pineapple, Simpang Renggam, Johor. Pangkal nanas dipotong dengan pisau
menyisakan 2 – 3 cm dan dicelupkan dalam 1000 ppm propiconazole 25,2%. Buah dikemas
dalam kardus dengan setiap kardusnya mengandung 3 buah.
Perlakuan precooling dan penyimpanan
Buah nanas dalam kardus dibagi menjadi 4 perlakuan dan diberikan perlakuan precooling
sebagai berikut :
A. Kontrol buah disimpan langsung pada suhu 7C tanpa precooling
B. Buah diprecooling pada suhu 15C selama 24 jam
C. Buah diprecooling pada suhu 15C selama 24 jam + 24 jam pada suhu 10C
D. Buah diprecooling pada suhu 10C selama 24 jam
Setelah diberi perlakuan precooling buah disimpan pada suhu 7C dan diambil 6 buah dari
masing masing perlakuan setiap 1 minggu setelah precooling selama 6 minggu,
diletakkan pada suhu ruangan untuk mengamati kerusakan yang ada kemudian buah
diamati sesegera mungkin.
Evaluasi fisik
Indikator warna kulit buah
1 = Hijau
2 = Hijau pudar
3 = 25% kuning
4 = 50% kuning
5 = 75% kuning
6 = 100% kuning
2. Kesegaran kulit
1= sangat segar
2 = segar sedang
3 = tidak segar
3. Kegagalan peningkatan warna kulit
0 = tidak ada perubahan
1 = Sedikit berubah
2 = Perubahan warna sedang
3 = Perubahan warna banyak
4. Mahkota
1 = Sangat bagus, segar dan hijau
2 = Bagus dengan sedikit warna kuning
3 = kesegaran sedang, kekuningan dan sedikit kering
4 = Buruk, kering dan lebih kekuningan
5 = sangat buruk dan sangat kering
5. Infeksi Jamur
0 = Tidak ada
1 = Sedikit terinfeksi
2 = Agak terinfeksi
3 = Banyak Terinfeksi
6. Warna daging
1 = putih
2 = putih dengan sedikit kekuningan
3 = Banyak putih daripada kuning
4 = Banyak kuning daripada putih
5 = Kuning
Analisis Statistika
Dilakukan analisis statistika dengan analisis varian dan uji LSD dari data yang dilakukan 3 kali
perulangan. Uji signifikansi dengan uji Dunchan
Hasil Penelitian
Warna kulit
Tingkat warna kulit mengalami sedikit peningkatan selama penyimpanan dengan rentan 1 – 2
pada seluruh perlakuan sehingga tidak signifikan antara setiap perlakuan
Kenampakan kulit
Buah yang disimpan selama 6 minggu pada suhu 7 C dapat bertahan dengan baik dengan nilai 1.
Peningkatan skor kenampakan kulit terjadi setelah 3 minggu penyimpanan, kenampakan kulit
perlakuan A memiliki skor paling tinggi diantara perlakuan lainnya, perlakuan C memiliki
kenampakan kulit lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.
Kegagalan perubahan warna kulit
Pengaruh diskolorisasi warna kulit menjadi warna coklat ketika terkena chilling injury. Seluruh
buah yang disimpan selama 4 minggu tidak mengalami peningkatan kegagalan perubahan warna
kulit. Kulit mulai mengalami diskolorisasi setelah terpapar suhu dingin selama 2 minggu,
perlakuan C dapat menekan perkembangan nilai diskolorisasi pada minggu ke 6.
Mahkota
Kesegaran mahkota dapat dipertahankan selama 5 minggu tapi setelah minggu ke 6 mengalami
peningkatan nilai kerusakannya, kerusakan mahkota perlakuan C paling rendah nilainya.
Infeksi jamur
Tidak terdapat infeksi jamur setelah perlakuan penyimpanan selama 6 minggu, jamur hanya
tumbuh pada bagian pangkal selama 4 minggu pada perlakuan C dan 5 minggu pada perlakuan D
Perubahan warna daging
Warna daging buah konstan selama penyimpanan selama 4 minggu, tdak terdapat perbedaan
antara variasi perlakuan.
Diskusi
Menurut Abdullah (1996)Suhu penyimpanan yang direkomendasikan untuk nanas adalah 8 –
10C, pemberian precooling memungkinkan buah dapat bertahan pada suhu dibawah optimalnya.
Jangka waktu minimum terekpos suhu rendah, semakin lama terkena suhu rendah gejala chilling
injury semakin berkembang, perubahan kesegaran kulit dan mahkota tetap segar selama 5
minggu penyimpanan dan terjadi sedikit penurunan atribut setalh pnyimpanan selama 6 minggu.
Perkembangan chilling injury cepat meningkat pada suhu ruangan, perlakuan precooling dapat
mengurangi diskolorisasi warna kulit dengan perlakuan C hasilnya paling baik.
Perubahan kesegaran kulit (hilangnya kesegaran dan kilap) muncul akibat penyimpanan suhu
dingi, perlakuan C memiliki nilai gejala chilling injury terendah selama penyimpana, Gejala
chilling injury lainnya berupa pertumbuhan jamur selama penyimpanan tidak berhubungan
dengan chilling injury. Warna daging tidak bisa dijadikan parameter pengukuran sensititivitas
terhadap chilling injury karena buah nanas spesies N36 memiliki tingkat warna kunig yang
rendah saat matang. Pemberian precooling dapat mengurangi resiko chilling injury saat disimpan
pada suhu rendah dengan perlakuan C paling berhasil daripada perlakuan lainnya dari toleransi
terhadap suhu rendah sehingga memerlukan pengondisian system komersial untuk
memperpanjang masa simpan buah nanas lebih dari 4 – 5 minggu.

Surface pitting

Surface pitting berhubungan dengan kematian sebagian sel pada epidermis yang telah kering dan
menjadi cekungan dipermukaan, lubang kemudian mengalami diskolorisasi warna. Lubang
(pitting) pada kulit dapat disebabkan oleh non chilling akibat perubahan kelembapan dari rendah
ke tinggi selama penyimpanan dan chilling injury, proses berkembangannya surface pitting tidak
teratur, dapat terjadi karena tekanan, sumbernya juga dapat berasal dari kerusakan mekanik yang
disebabkan sel terluka kemudian rusak di epidermis (zhi, 2018). surface pitting berhubungan
dengan ketidaknormalan respirasi, terakumulasinya kandungan racun sebagai hasil metabolisme
yang tidak normal (Wang, 1990). Ukuran lubang (pit) terdapat 2 jenis yaitu tipe 1 dengan ukuran
100 – 1500 µm, jumlahnya kecil dan tidak merusak lapisan epidermis sel pada tahap awal yang
kemudian berkembang dan merusak sel parenkim, tipe 2 memiliki ukuran 100 – 300 µm,
jumlahnya banyak memungkinkan masuknya miselium jamur, menyebabkan kerusakan bagian
epidermis dan sel parenkim , saat buah disimpan pada temperatur rendah segera setelah dipanen
biasanya yang hanya terdapat pit tipe 1 yang menandakan chilling injury, jika buah sudah tidak
disimpan akan muncul pit tipe 2. Sebelum munculnya pitting, sel menjadi datar kemudian
mengalami plasmolysis dari sel parenkim diantara ruang substomata, bentuk sel yang mendatar
meningkat secara parallel dengan epidermis hingga lapisan internal sel, prosesnya hingga
sedalam 8 – 10 lapis dibawah epidermis, terdapat tekanan disekitar lubang stoma dan terlihat
pitting pada bagian eksternal. Tahap selanjutnya lubang meningkat sedalam 15 – 20 lapis
dibawah jaringan epidermis stoma, surface pitting menjadi tampak jelas saat penyimpanan suhu
rendah yang dikarenakan sel parenkimnya rusak atau sel epidermisnya luruh, resiko pitting lebih
banyak pada kelembapan yang rendah (Wang, 1990).

Tahap surface pitting disebabkan non chilling injury

Terdapat berkembangnya wilayah menurunnya pada permukaan buah secara acak namun
sebagian besar berada di daerah equatorial, akhirnya bagian yang collaps berubah menjadi
coklat, bagian epidermis dan sub epidermis menandai menurunnya jaringan dan sel albedo dan
flavedo (kulit) dan oil gland membentuk sel yang rata. Sel yang bentuknya merata berada
disekitar oil gland. Cuticle (jaringan diatas dinding sel) bersama dengan epidermis dan sub
epidermis mengalami penurunan, lapisan dasar flavedo yang berbatasan dengan dasar oil gland
mengalami pertukaran dan mengkerut hingga flavedo mengalami pencoklatan, oil gland
mengalami erubahan bentuk dan lapisannya mulai menurun, lemak dapat teramati antara lapisan
sel albedo dibawah oil gland yang bentuknya rusak. Perubahan RH dari rendah ke tinggi yang
tiba tiba menghasilkan laju dehidrasi yang rendah di buah diikuti dengan peningkatan pitting
pada kulit setelah beberapa hari. Selama proses dehidrasi potensi berkurangnya air di kulit
sebagai pergerakan air dari albedo menuju flavedo dan berakhir menguap ke lingkungan, air
hilang pada eksocarp dan mesocarp, pergerakan air melalui pembuluh di mesocarp, berdifusi
melalui eksocarp dan menguap. Pada saat suasana stress air, flavedo akan menarik air dari
lapisan yang paling rendah dan pada albedo mengalami kekurangan air, saat RH menngkat air
pada flavedo mudah kembali daripada albedo sehingga berpotensi sebagai sumber air bagi
albedo yang terdehidrasi, albedo yang membutuhkan air dan ketidak mampuan sel albedo
memperoleh hidrat karena mengalami pertukaran antara flavedo dan albedo dan menjadikan sel
yang berbentuk datar. Melelmahnya fungsi plasmalemma dan tonoplas karena sel colaps,
mempengaruhi osmoregulator dan hilangnya turgor dinding sel menjadi colaps, kandungan
sitoplasma sel hilang, kandungan seluler dan oil gland muncul ke daerah interseluler dan
sekitarnya, enzim oksidase merespon pencoklatan kulit (Alferez, 2004). Kelainan dapat
dikurangi dengan suhu buah < 100C segera setelah aplikasi pelilinan, penggunaan lilin
mengurangi air yang hilang (Petracek, 1998). Radiasi matahari dapat terlibat dalam perubahan
struktur kutikula, terpaparnya kulit pada temperature yang tinggi pada waktu lama berhubungan
dengan dehidrasi pada epidermis dan sel sub epidermis yang memacu plasmolysis dan runtuhnya
membran menurut Medeira (1999). Kondisi penyimpanan yang dapat meningkatkan pitting pada
kulit adalah transisi dari RH rendah ke RH tinggi, selain itu terdapat hubungan sisa hujan deras
atau waktu pemanenan, proses pencucian buah segera setelah panen dapat menghilangkan
lapisan lilin alami buah memiliki sedikit pengaruh pada pitting kulit (Alferez, 2004), semakin
lama terjadi dehidrasi kerusakan buah pada kulit semakin banyak setelah rehidrasi kembali
berkaitan dengan melemahnya kapasitas albedo mengembalikan kandungan airnya. pitting kulit
juga meningkat semakin bertambahnya kematangan berkaitan dengan perubahan morfologi dan
struktur dari albedo dan flavedo dalam kemampuan mempertahankan air potensial yang
mengurangi kemampuan kulit mengatur evaporatranspirasi dan osmotic (Alferez, 2013).

PAda buah nanas yang engaami surface pitting diduga terjadi proses transpirasi yang tinggi
dengan ditandai berat yang hilang selama pemrosesan kemudian buah ditransfer dalam
lingkungan RH 90% menurut pada buah yang disimpan pada RH rendah berat yang hilang
mencapai 2 kali lebih tinggi dan semakin banyak transpirasi terjadinya piting pada kulit semakin
meningkat setelah ditransfer pada kelembapan yang tinggi.
(A) Sel normal, (B) Sel pitting dengan perlakuan dicuci segera setela panen, disimpan 6 hari
pada RH 30%, diberi lapisan lilin kemdian di pindahkan pada RH 90%, ampel diamil
setelah 10 hari dipindahkan menghasilkan lapisan flavedo yang menurun pada bagian
dasar oil gland, (A1 : albedo, F1 : flavedo, Og : oil gland)

Tahap awal chilling injury adalah luka pada permukaan seperti adanya lubang (pitting) pada
lapisan pertama epicarp, proses biologi menyebabkan chilling injury adalah rendahnya asam
lemak tak jenuh yang menjadi asam lemak jenuh, rendahnya kandungan energi hasil
metabolisme pada sel, peningkatan enzim pendegradasi asam lemak tak jenuh yang
meningkatkan kerusakan pada membrane sel karena tingginya peroksida lipid di membrane dan
menjadi lebih reaktif terhadap oksigen (Bugaud, 2015). Membran sel yang semula mengandung
cairan lemak berubah fasenya memadat menjadi gel di mitokondria (Shiqqiqui, ).

Hasil penelitiaan menunjukkan persentase kebocoran ion buah nanas dari dua spesies mengalami
sedikit peningkatan seiring bertambahnya waktu penyimpanan pada suhu 100C yang
mengindikasikan bahwa membran sudah mengalami kerusakan (Nukuntornprakit, 2015).
Kerusakan chilling injury menghasilkan peningkatan kebocoran pada membrane sel (Wang,
1990)
Gambar 3. Perubahan asam lemak buah luqoat jenis fuyang dan qingzhong selama penyimpanan
pada suhu 10C. (Cao, 2011)

Rasio asam lemak tak jenuh dibandingkan rasio lemak jenuh yang disimpan pada suhu 100C hari
ke 7, 14, dan 21 hari kemudian ditransfer ke suhu 250C selama 1 hari, data merupakan hasil
perulangan 5 buah.

Komposis asam lemak dapat diamati pada table 1. Pad saat panen C18:1 dan C18:3 mengalami
peningkatan persentase lemak jenuh dibandingkan total lemak buah seiring bertambahnya waktu
penyimpanan. Hal ini karena saat terjadi chilling injury asam lemak tak jenuh akan berubah
menjadi asam lemak jenuh. Buah yang mengalami chilling injury rasio asam lemak tak jenuh
dengan asam lemak jenuh akan mengalami penurunan (Bugaud, 2015). Pada gambar 2
menunjukkan rasio asam lemak tak jenuh berbanding rasio lemak jenuh mengalami fluktuasi
pada sampel buah yang mengalami chilling injury seiring lamanya penyimpanan, tidak ada
hubungan antara chilling injury dengan kandungan asam lemaknnya (Sirikesorn, 2013)
Pernyataan ini belum akurat karena tidak membandingkan antara rasio asam lemak tak jenuh
antara buah yang mengalami chilling injury dengan buah yang tidak mengalami chilling injury.
Buah nanas pada penelitian Sirikesorn (Nukuntornprakit, 2015) mulai mengalami chilling injury
pada minggu ke 2 penyimpanan pada suhu 100C dengan indikator indeks chilling sebesar 45%
serta hydrogen peroksida baru meningkat pada minggu ke2 setelah penyimpanan, dan setelah 3
minggu indeks chillingnya sebesar 50% area. Pada penelitian yang dilakukan Cao (2011) asam
lemak tak jenuh linoleat dan asam lemak tak jenuh linolenat menurun seiring bertambahnya
waktu penyimpanan, sedangkan asam lemak jenuh palmitat dan asam lemak jenuh stearate
meningkat seiring bertambahnya waktu penyimpanan yang menghailkan rasio asam lemak tak
jenuh berbanding asam lemak jenuh yang mengalami penurunan seiring meningkatnya kerusakan
chilling injury hal ini sesuai penelitian Bugaud (2015) proses biologi yang disebabkan oleh
chilling injury adalah rasio asam lemak tak enuh dengan asam lemak jenuh menurun karena
peningkatan aktivitas enzim yang berperan daam mendegradasi asam lemak tak jenuh yang
meningkatkan kerusakan membrane sel karena tingginya peroksida lemak pada membrane dan
sel reaktif terhadap akumulasi oksigen. Sensitif dan toleransi Chilling pada tanaman telah
mentranformasikan perubahan tingkat asam lemak jenuh dan tidak jenuhnya di membrane lipid,
jika lipid pada membran terpengaruh oleh suhu rendah kemudian permeabilitasnya membrane
akan berubah karena chilling, cepatnya peningkatan permeabilitas membrane diduga beriringan
dengan transisi fasa lemak cair menjadi gel dari jaringan yang sensitive terhadap chilling pada
temperature kritis, peningkatan perkembangan permeabilitas membutuhkan beberapa minggu
agar signifikan dibandingkan kontrol (Kung, 2000)

Waktu antara panen dan pendinginana

Panas ladang dapat menyebabkan kerusakan yang cepat oleh karena itu membutuhkan
pendinginan yang cepat untuk menghilangka kalor secepat mungkin setelah panen, hal ini sangat
terlihat pada kualitas produk, hitungan permenitnya precooling lebih efektif dan efisien dari segi
kualitas dan biaya dalam metode penyimpanan yang ada pada produk yang dipanen secara
komersial, pada buah stroberi peningkatan kerusakan terjadi saat selang waktu antara panen dan
pendinginan (Senthilkumar, 2015)

Daftar pustaka

Kung, Shain-Dow dan Shang-Fa Yang. (2000). Discoveries In Plant Biology. Singapore : Word
Scientific Publishing

Alferez, F., & Zacarias, L. (2013). Influence of fruit maturity in the susceptibility of Navelina oranges
to develop postharvest non-chilling peel pitting. Food Science and Technology International, 20(3), 183–
191.

Wang, Chien Yi. (1990). Chilling Injury of Horticultural Crops. Boca Raton : CRC Press

Zhi, Huanhaun dan Yu Dong. (2018). Effect of Hydrogen Sulfide on Surface Pitting And Related
Cell Wall Metabolism In Sweet Cherry During Cold Storage. Journal Of Applied Botany and
Food Quality. 91 (15) : 109 – 113
Patten, Kim D., Eugene Kupferman dan Max E. Patterson. (1983). Reduction of Surface Pitting
in Sweet Cgerries. Post harvest Pomology Newsletter, 1 (2) : 1 - 5

Medeira, M. C., M. I. Maia and R. F. Vitor. (1999). The First Stage Preharvest ‘Peel Pitting’
Development in “Encore’ Mandarin : An Historical and Ultrastructural Study. Annals of Botany,
83 : 667-673

Nukuntornprakit, Om-arun, Korakot Chanjirakul, Wouter G. van Doorn, Jingtair Siriphanich.


(2015) Chilling Injury in Pineapple : Fatty Acid Compisition and Antioxidant metabolism.
Postharvest Biology and Technology, 99 : 20 – 26

Gonzalez, Maria E., Natalia F. Valderrama, Richard M. Bastias, Raúl Baeza2, Ana M.
Valdebenito1, Gonzalo Díaz1, and Kenneth A. Shackel. (2016). Evaluation of induced
pitting damage of late season cherries 'Regina' and 'Sweetheart' using an impact energy
method. Chilean Journal Agriculture Research, 76 (4) : 470 – 478

Thanh, Chu Doan, Luong Thi Song Van, nguyen Thi Thuy Linh, Antonio Acedo Jr. and
Katinka Weinberger. (2008). Asia-Pacific Symposium on Assuring Quality and Safety ofAgri-
Foods, Bangkok. Belgium : ISHS

Abdullah Hassan, Ron Wills, Rohaya Md Atan, Zaulia Othman, Lam Peng Fatt, Mike Smith.
2010. Blackheart Disorder in Fresh Pineapple
Bartholomew, D. P., R. E. Paull. (2003). The Pineapple Botany, Production And Uses. Honolulu
: CABI Publishing

Postharvest peel pitting at non-


Alferez, Fernando, J.K. Burns. (2004).

chilling temperatures in grapefruit is promoted by


changes from low to high relative humidity during
storage. Postharvest Biology and Technology, 32, 78 - 87
Petracek, P. D., Dou, H., & Pao, S. (1998). The influence of applied waxes on postharvest physiological
behavior and pitting of grapefruit. Postharvest Biology and Technology, 14(1), 99–106.

Anda mungkin juga menyukai