Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

TEKNOLOGI BIOPROSES

Davindra J. Pratama, S.Pd., Gr


8176174007

Program Magister Pendidikan Biologi


Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan
I. PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Jauh sebelum ini beribu-ribu tahun yang lalu proses manipulasi genetika
adalah suatu hal yang belum terfikirkan. Tapi sekarang telah berkembang teknik
manipulasi kehidupan dalam tingkat molekuler dengan memanipulasi DNA.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang memanipulasi DNA ini demikian


pesatnya sehingga menimbulkan pandangan baru dan harapan baru seperti
dibentuknya organ-organ semi sintetik, dapat dibuatnya insulin yang dihasilkan dari
mikroorganisme. Dapat diproduksinya penicillin dari mikroba yang mengandung
enzim penisilin asilase dalam jumlah yang besar dan waktu yang relatif singkat.
Semuanya didasari oleh biologi molekuler.

Semua produk itu untuk sampai kepada konsumen harus melewati tahap
proses industri. Untuk memproduksi semua itu bukanlah hal yang mudah, maka
diperlukan suatu proses yang kompleks dalam system biologi yang menyangkut
parameter-parameter kimia, fisika dan teknik analisis pada kehidupan sel yang
diatur sedemikian rupa dalam skala komersial inilah yang dikatakan dengan
Bioproses.

Teknik bioproses atau teknik biokimia (Bahasa Inggris: biochemical


engineering) adalah cabang ilmu dari teknik kimia atau teknik biosistem yang
berhubungan dengan perancangan dan konstruksi proses produksi yang
melibatkan agen biologi. Agensia biologis dapat
berupa mikroorganisme atau enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya berupa bakteri, khamir,
atau kapang. Teknik bioproses biasanya diajarkan sebagai suplemen teknik kimia
karena persamaan mendasar yang dimiliki keduanya. Kesamaan ini meliputi ilmu
dasar keduanya dan teknik penyelesaian masalah yang digunakan kedua jurusan.
Aplikasi dari teknik bioproses dijumpai pada industri obat-obatan, bioteknologi,
dan industri pengolahan air.
Teknologi Bioproses adalah teknologi pemanfaatan mikroorganisme dalam
suatu proses, sebagai contoh proses pembuatan makanan ataupun obat-obatan yang
seringkali menggunakan mikroorganisme tertentu. Teknologi bioproses berasal
dari bioteknologi dan teknik kimia.
Bioproses atau bioteknologi sebagai ilmu antar disiplin merupakan penerapan
teknologi organisme hayati dan penyusun subselularnya untuk industri pengolahan
dan jasa serta pengelolaan lingkungan. Dari hasil penelitian di laboratorium ke
penerapan dalam skala industri diperlukan pemahaman prinsip-prinsip kinetika
proses. Pemahaman ini sangat diperlukan untuk menentukan dan mengevaluasi
pertumbuhan, laju reaksi enzim, penggunaan substrat , peolehan produk,
produktivitas enzim atau sel yang semuanya digunakan untuk menentukan kinerja
bioproses.

Bioproses memerlukan kuantifikasi proses pertumbuhan sel (mikroba,


tanaman , hewan) atau aktifitas enzim yang mengonsumsi substrat serta
membentuk produk. Dua hal pokok yang selalu dijadikan tolok ukur bagi
pengembangan lebih lanjut adalah sebagai berikut.

a. Pada tingkat nisbah (rasio) bahan atau energy berapakah energy atau bahan
lain harus dipasok atau dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu.

b. Pada tingkat laju (rate) pertumbuhan sel, konsumsi substrat dan produksi
bahan serta pada volume berapakah dibutuhkan peralatan (bioreactor) untuk proses
pada tingkatan tertentu.

Perihal (a) dipecahkan dengan pendekatan stoikiometri yang terjadi pada


bioproses. Sedangkan pokok permasalahan butir (b) dapat didekati berdasarkan
kaidah-kaidah kinetika reaksi bioproses. Oleh karena itu, merupakan syarat mutlak
bagi seorang bioengineer mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip rekayasa
biokimia (biochemicah engineering) dan rekayasa proses (process engineering).
Proses pengubahan biokonversi atau fermentasi microbial terjadi dan
berlangsung di dalam wahana yang disebut permentor atau bioreactor. Oleh karena
itu, pokok bahasan bioreactor mendapat porsi besar dalam studi-studi atau kajian
mengenai teknologi bioproses.

1.2 Ruang Lingkup


Ada dua komponen penting dalam bioproses, yaitu biokatalis (berupa enzim
atau sel makhluk hidup) dan kondisi lingkungan. Untuk berlangsungnya setiap
reaksi metabolisme sel dibutuhkan enzim spesifik yang bertindak sebagai
biokatalis. Bahan penyusun utama biokatalis berupa protein, yang dapat berfungsi
pada lingkungan yang sesuai. Lingkungan optimal dapat dicapai dengan
menempatkan biokatalis dalam wahana yang disebut bioreaktor. Bioreaktor
memberikan lingkungan fisik sehingga sel atau biokatalis dapat melakukan
interaksi dengan lingkungan dan nutrisi yang dimasukkan ke dalamnya. Bioreaktor
sebagai wahana bioproses memegang peranan penting untuk mendayagunakan
reaksi-reaksi biokimiawi yang dilakukan oleh enzim atau sel (mikroba, tanaman,
dan hewan).
Pemilihan bioreaktor sangat ditentukan oleh jenis makhluk hidup yang
digunakan, sifat media tumbuh makhluk hidup tersebut, parameter bioproses yang
akan dicapai, dan faktor-faktor produksi. Optimasi bioproses dalam bioreaktor
dapat dicapai dengan memasok sumber energi, nutrisi, inokulum sel atau makhluk
hidup yang unggul, dan kondisi fisiko kimiawi yang optimal.
Teknologi bioproses adalah teknologi yang berkaitan dengan segala operasi
dan proses yang memanfaatkan mikroorganisme baik dalam fasa hidupnya maupun
produk- produk enzimnya. Mikroorganisme berkedudukan sebagai jasad pengubah
substrat atau bahan baku menjadi suatu produk melalui reaksi enzimatiknya.
Bioproses itu sendiri memerlukan bantuan kajian menganai mikrobiologi yang
membantu kita mengetahui pemahaman tentang mikroba (jenis, struktur, dan
komponen sel), fisiologi dari proses dan aktivitas suatu organisme, biokimia
melalui reaksi- reaksi dan proses kimiawi dalam sel, dan yang terakhir adalah
materi genetik pada sel.
Bioteknologi didefinisikan sebagai manipulasi dan rekayasa genetika
terhadap sistem atau proses biologi berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah dengan
bantuan agen biologi. Prinsip ilmiah yang dipakai dalam bioteknologi berdasarkan
pada berbagai disiplin ilmu, terutama mikrobiologi, biokimia, genetika, rekayasa
biokimia dan kimia. Yang dimaksud agen biologi adalah katalisator-katalisator
biologi untuk menekan pada mikroorganisme berenzim, sel hewan dan sel
tumbuhan.
Bioteknologi juga dikatakan sebagai penggunaan ilmu biokimia,
mikrobiologi dan rekayasa genetika secara terpadu dengan tujuan untuk mencapai
penerapan teknologi dari kemampuan mikroorganisme dan sel-sel jaringan yang
dibiakan. Dalam penertian sekarang, secara umum bioteknologi diartikan sebagai
teknologi yang bermanfaat bagi makhluk hidup atau bagian-bagiannya untuk
menghasilkan barang dan jasa untuk kesejahteraan manusia dan lingkungannya.
Saat sekarang ini bioteknologi telah merambah berbagai bidang, dan dianggap
sebagai suatu terobosan untuk memecahkan beberapa persoalan sehari-hari.
Bidang kajian bioteknologi memiliki ruang lingkup yang luas, mulai dari
yang sederhana, misal pembuatan tempe sampai dengan bioteknologi yang sangat
rumit, misalnya kloning hewan. Sebagian besar teknik yang diterapkan dalam
bioteknologi cenderung lebih ekonomis, lebih sedikit dalam pemakaian energi dan
lebih aman bila dibandingkan dengan proses tradisonal sekarang. Di samping itu,
sebagian besar proses bioteknologi menghasilkan residu yang dapat diurai secara
biologis serta tidak mengandung racun.
Bioproses adalah kajian mengenai proses-proses yang melibatkan
organisme (mikroorganisme) sebagai jasad pemroses substrat (bahan baku) menjadi
suatu produk; “Teknologi bioproses adalah teknologi yang berkaitan dengan segala
operasi dan proses yang memanfaatkan mikroba baik dalam fase hidupnya maupun
produk-produk enzimnya. Teknologi Bioproses adalah bagian tak terpisahkan dan
sangat berperan penting dalam aplikasi bioteknologi secara masif. Teknologi
bioproses lahir dari berbagai disiplin ilmu seperti teknik kimia, bioteknologi,ilmu
kimia, ilmu fisika, dan ilmu biologi. Pada awalnya ilmu dasar biologi dan kimia
melahirkan teori-teori dasar mikrobiologi dan biokimia. Perkembangan ilmu-ilmu
lain yang juga mendasari perkembangan ilmu rekayasa, seperti: matematik dan
fisika turut mendorong berkembangnya bioteknologi sehingga melahirkan
teknologi bioproses.”Secara mudahnya, teknologi bioproses itu merupakan
gabungan dari beberapa disiplin ilmu yang saling mempengaruhi. Bioteknologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang rekayasa genetika dan bagaimana cara
memanfaatkan mikroba untuk menghasilkan suatu produk. Dalam bioteknologi
akan dipelajari tentang mikrobiologi, molekular genetika, dan biokimia. Nah,
disinilah teknologi bioproses dengan bioteknologi memiliki kesamaan, yakni sama-
sama memanfaatkan mikroorganisme. Hanya saja, produk yang dihasilkan
bioteknologi terbatas, baik jumlah maupun jenisnya, sementara bioproses dapat
menghasilkan produk yang lebih beragam dengan jumlah yang lebih banyak. Secara
mudahnya, teknologi bioproses itu merupakan gabungan dari beberapa disiplin
ilmu yang saling mempengaruhi. Bioteknologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang rekayasa genetika dan bagaimana cara memanfaatkan mikroba untuk
menghasilkan suatu produk. Dalam bioteknologi akan dipelajari tentang
mikrobiologi, molekular genetika, dan biokimia. Nah, disinilah teknologi bioproses
dengan bioteknologi memiliki kesamaan, yakni sama-sama memanfaatkan
mikroorganisme. Hanya saja, produk yang dihasilkan bioteknologi terbatas, baik
jumlah maupun jenisnya, sementara bioproses dapat menghasilkan produk yang
lebih beragam dengan jumlah yang lebih banyak (Misri Gozan)
Bioproses merupakan salah satu disiplin ilmu yang didukung (gabungan)
oleh beberapa kajian-kajian ilmu seperti mikrobiologi yang membahas tentang
pemahaman mikroba (jenis, struktur, komponen sel, dll), fisiologi (proses-proses
dan aktivitas sel yang terjadi pada suatu organisme), biokimia (reaksi-reaksi dan
proses kimiawi yang terjadi di dalam suatu sel), dan genetika (materi genetik pada
sel).
Kajian dalam teknologi bioproses ada 3, yaitu sebagai agen biologi
(mikroba dan enzim), pendayagunaan secara teknologi dan industri, serta produk
dan jasa yg dihasilkan.
Dalam teknologi bioproses yang makhluk hidup yang digunakan adalah
mikroorganisme, mikroorganisme digunakan dalam bioproses tentu saja memiliki
peranan yang sangat penting untuk kemaslahatan hidup manusia. Alasan
digunakannya mikroorganisme dalam bioproses ini adalah karena ukurannya yang
kecil, sehingga rasio luas dengan volume sel menjadi tinggi, perkembangbiakannya
cepat, materi genetiknya sederhana, dapat tumbuh pada berbagai medium, dan
relatif tidak menghasilkan limbah toksin atau aman bagi lingkungan.
Pada kehidupan sehari - hari, sudah banyak sekali aktivitas dan produk
bioproses yang dihasilkan. Misalnya pada bidang kedokteran yang menghasilkan
antibiotik, vaksin, vitamin, steroid, hormon, antibodi, interferon dan lain- lain.
Kemudian ada juga dari bidang pertanian yang menghasilkan biopestisida, pakan
ternak, enzim xylase, kompos dan pupuk, bakteri penambat nitrogen, dan lain
sebagainya. Selanjutnya adalah bidang industri kimia yang telah menghasilkan
etanol, aseton, butanol, asam organik, surfaktan, parfum, dan lain- lain. Pada bidang
lingkungan, bioproses ini digunakan untuk penanganan limbah secara aerobik dan
anaerobik, pendayagunaan limbah dan residu organik, akumulasi dan biosorpsi
logam, detoksifikasi senyawa xenobiotik, dan sebagainya. Dan yang terakhir adalah
bidang yang sangat penting dalam ranah kita, yaitu bidang agroindustri. Pada
bidang ini telah diproduksi sejumlah pangan yang memanfaatkan reaksi enzimatik
mikroorganisme seperti minuman beralkohol, prosuk susu fermentasi, PST, asam
organik, enzim, antioksidan, zat pemanis, pewarna, aroma, dan lain- lain.
Teknologi bioproses mencakup 2 hal, yaitu produksi dan pengolahan. Untuk
produksi, secara komersial ada 4 jenis produksi, yaitu biomassa sel, bio enzim,
metabolit, dan transformasi/ biokonversi (Modifikasi suatu persenyawaan yang
ditambahkan ke dalam proses fermentasi). Setiap zat yang terlibat dalam suatu
proses metabolisme (baik sebagai produk metabolisme maupun yang diperukan
untuk proses metabolisme) adalah metabolit. Metabolit terbagi menjadi 2, yaitu
metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer adalah metabolit yang essensial
untuk pertumbuhan dan reproduksi sel, contohnya adalah asam-asam organik (asam
asetat, asam laktat, asam glutamat, asam amino, polisakarida, etanol, dll).
Sementara metabolit sekunder hanya dibentuk oleh sejumlah kecil organisme, tidak
essensial untuk pertumbuhan dan reproduksi sel, pembentukannya sangat
tergantung pada kondisi lingkungan, dihasilkan sebagai suatu grup yang
strukturnya berhubungan, contohnya zat antimikroba, zat pengatur tumbuh, zat-zat
farmakologis.
Untuk pengolahan, cakupan bioproses dapat dilihat dalam proses
pengolahan limbah industri, dengan teknologi bioproses suatu limbah industri bisa
dimanfaat menjadi suatu produk yang lebih berguna dan juga dapat mengurangi
bahkan mencegah terjadinya polusi dengan menggunakan mikroorganisme seperti
persenyawaan xenobiotik/ rekalsitron, serta dapat juga digunakan dalam proses
bioleaching (pelindian bijih) dan perolehan minyak.
Teknologi bioproses dimulai dari generasi awal (sekitar tahun 6000 SM)
yaitu fermentasi makanan dan minuman (bir, anggur, yoghurt, keju, tempe, oncom,
tape, dsb). Seiring berkembangnya zaman, teknologi bioproses diapliasikan dalam
bidang kedokteran pada generasi kedua, yaitu penemuan antibiotika penisilin oleh
Alexander Flemming (1928/1929). Semakin lama, teknologi semakin canggih, dan
pemanfaat teknologi bioproses pun semakin kompleks. Pada generasi ketiga
(sekitar tahun 1970-an) teknologi bioproses digunakan dalam rekayasa genetika
yaitu produksi antibodi monoklonal (1975).
Dalam aplikasi pemanfaatan teknologi bioproses, ada tahapan-tahapan
sebelum produksi aplikasi teknologi bioproses dapat di produksi secara massa.
Yang pertama adalah skala laboratorium, pada tahap ini mikroba di seleksi atau
pendeskripsian enzim (eksperimen terhadap produk yang ingin dihasilkan),
biasanya fermentor yang digunakan juga dalam skala kecil (1-5 liter). Kemudian
skala pilot-plant, pada tahap ini sudah dilakukan optimalisasi kondisi-kondisi/
variabel-variabel bioproses karena produksi pada tahap ini semakin meningkat, dan
fermentor yang digunakan juga semakin banyak (5-500 liter). Dan yang terakhir
adalah skala industri, pada tahap ini segala aspek dipertimbangkan termasuk
perhitungan ekonomi karena pada tahap ini sudah dilakukan produksi secara massal
(besar), karena produksi dalam skala industri, tentunya fermentor yang digunakan
juga akan banyak yakni 500-5000 liter. Jumlah fermentor di atas tidaklah baku,
jumlah fermentor di atas hanyak untuk perbanding penggunaan fermentor pada
masing-masing skala, semakin tinggi skalanya, maka jumlah fermentor yang
digunakan semakin banyak pula.
Prinsip yang digunakan dalam teknologi bioproses adalah efisiensi dan
reproduksibilitas. Kinerja yang ditinjau dalam teknologi bioproses ada 4, yaitu
identifikasi produk, substrat, dan produk-produk antara; stoikiometri proses;
kinetika laju bioproses; dan rancang bangun/ pemodelan reaktor.
Untuk menghasilkan suatu produk dalam teknologi bioproses terdapat
beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui. Teknolgoi bioproses dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu isolasi mikroba dari alam/laboratorium kultur dan ekstraksi atau
sintesis mikrobial. Untuk cara pertama isolasi mikroba dari alam, setelah diisolasi
dari alam/menggunakan mikroba di laboratorium kultur. Ada 3 cara yang dapat
digunakan untuk tahapan selanjutnya (mutasi dan seleksi, hibridisasi, atau rekayasa
genetik), setelah itu mikroba tersebut akan termodifikasi baik secara genetika
maupun sifatnya, tahapan selanjutnya adalah perancangan dan pemodelan
bioreaktor untuk pembiakan dalam, setelah itu mikroba tersebut dibiakkan dalam
bioreakor, dan tahap terakhir adalah ekstraksi dan purifikasi produk. Untuk cara
kedua yaitu ekstaksi atau sintesis mikrobial, mikroba dimodifikasi menjadi suatu
enzim, lalu dikembangkan dalam bioreaktor enzimatik dan tahap terakhir ekstraksi
dan purifikasi produk.
Terdapat 3 tingkatan aplikasi pada teknologi bioproses. Yang pertama
tingkat rendah, yaitu produksi metana, etanol, biomassa, penanganan limbah, dll.
Yang kedua adalah tingkat sedang, yaitu asam amino, enzim, asam organik,
polimer, dll. Dan yang ketiga adalah tingkat tinggi (canggih) yaitu interferon,
hormon, vitamin, vaksin, antibiotika, dll. Jika dilihat dari tiap tingkatan, proses
yang terlibat serta produk yang dihasilkan tentu berbeda-beda dan semakin tinggi
tingkatannya semakin rumit proses yang terlibat di dalamnya dan semakin tinggi
pula teknologi yang digunakan untuk memproduksi produk dari teknologi
bioproses tersebut.
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata,
tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer,
biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai
cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan
reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu
dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun
masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna.
Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur.
Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam
teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan,
pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan
kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis
yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang
pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun
penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh
dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi
rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman
dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan
lingkungan. Penerapan bioteknologi pada masa ini juga dapat dijumpai pada
pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak
bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat
toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang
melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan
rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-
macam golongan.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme
melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi
biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merekayasa gen pada organisme tersebut.Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa
genetika tersebut menyebabkan "lahirnya organisme baru" produk bioteknologi
dengan sifat - sifat yang menguntungkan bagi manusia.

Perbedaan Bioteknologi dan Bioproses adalah terletak pada skalanya.


Bioteknologi berperan untuk menemukan dan menciptakan ‘sesuatu’ yang baru (ex:
produk rekayasa yang baru), sedangkan teknologi bioproses berperan untuk
memproduksi produk bioteknologi secara massa (skala industri). Melalui produksi
skala industri tersebut, harga produk menjadi lebih terjangkau. Hal tersebut
dilakukan sebab walau bagimanapun, apabila produk bioteknologi bermanfaat
tetapi belum dapat dijangkau seluruh kalangan, maka hal tersebut tidak akan begitu
berarti bagi masyarakat banyak. Dengan adanya teknologi bioproses produk hasil
dari bioteknologi tersebut dapat dikomersiilkan sehingga dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat banyak.

Produk bioteknologi, antara lain:


 Jagung resisten hama serangga
 Kapas resisten hama serangga
 Pepaya resisten virus
 Enzim pemacu produksi susu pada sapi
 Padi mengandung vitamin A
 Pisang mengandung vaksin hepatitis

Ruang lingkup bioteknologi :


 Rekayasa genetika, meliputi tumbuhan dan hewan.
 Bioteknologi bidang industry, meliputi pangan dan minuman.
 Bioteknologi reproduksi, hewan, tumbuhan dan manusia.
 Bioteknologi kedokteran/farmasi/obat-obatan.
 Bioteknologi bidang pertanian.
 Bioteknologi bidang industry pertambangan.

Penerapan Bioteknologi
Beberapa jenis mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk produksi
makanan dan minuman serta keperluan lainnya , contoh : Bahan Makanan Hasil
Mikroorganisme yang dipakai Beras
- Sacharomyces (ragi) : Minuman berakohol(anggur, bir Kedelai
- Rhizopus : Tempe kedelai
- Aspergilus wenti : oncom Kacang tanah
- Neurospora crassa : oncom Air kelapa
– Acetobacter xylinum : Nata de coco

Bioteknologi Tradisional
Salah satu penerapan bioteknologi secara tradisional adalah dalam pembuatan
tempe dari kacang kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus. Secara tradisional
tempe dibuat dengan tahapan sebagai berikut :
1. Perendaman
Kacang kedelai direndam dalam air mengalir ± 8 jam agar kulitnya mudah lepas
2. Pelepasan
Kulit Tujuannya agar ragi dapat tumbuh dengan baik karena mendapat makanan
yang cukup.
3. Perebusan Tujuannya agar kedelai lebih mudah dicerna, mempermudah
pertumbuhan ragi, menghilangkan bau dan menambah cita rasa.
4. Pengeringan Setelah direbus, kedelai didinginkan dan ditiriskan sampai
permukaan menjadi kering agar terhindar dari pertumbuhan mikroba yang tidak
dikehendaki.
5. Pemberian Ragi kedelai ditaburi dengan ragi kemudian diaduk-aduk sampai
benar-benar rata.
6. Pembungkusan Campuran kedelai dan ragi dibungkus dengan daun pisang atau
plastic yang berlobang-lobang dalam bentuk dan ukuran tertentu sesuai selera
masing-masing.
7. Pemeraman bungkusan-bungkusan tersebut kemudian disimpan pada suhu
30oC selama 24 jam.

Struktur bioreaktor.
Uraian singkat mengenai bioreaktor:
Pemilihan bioreaktor ditentukan oleh beberapa hal, antara lain:
 Jenis makhluk hidup yang digunakan
 Sifat media
 Parameter bioproses
 Faktor produksi
Dua komponen penting dalam bioreaktor:
 Sel atau enzim (biokatalisator)
 Kondisi Lingkungan
Bioreaktor memberikan lingkungan fisik sehingga sel/ biokatalisator dapat melakukan
interaksi dengan lingkungan dan nutrisi yang dimasukkan ke dalamnya.
Optimasi bioproses dalam bioreaktor dapat dicapai dengan memasok:
 Sumber energi
 Nutrisi
 Inokulum sel/ makhluk hidup yang unggul
 Kondisi fisikokimiawi optimal
Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam perancangan bioreaktor:
 Bentuk mudah untuk operasi dan pemeliharaan
 Aerasi dan agitasi
 Konsumsi energi seminimal mungkin
 Pengendalian suhu, pH, dan faktor fisikokimia lain
 Fasilitas pengambilan contoh
 Proses evaporasi
 Bentuk geometri serupa pada penggandaan skala
Jenis makhluk hidup yang digunakan:
 Sifat aerobik atau anaerobik
-pasokan oksigen dengan pendispersian udara
 Jenis dan ukuran makhluk hidup
-sel tunggal tidak tahan terhadap gaya geser dan perlu disprsi udara lebih tinggi
 Letak pertumbuhan dalam bioreaktor
-tumbuh di permukaan
Sifat media:
 Sifat fisik substrat
Gas, cairan dan senyawa larut air, bahan padat larut air, bahan cair tidak larut air,
padatan larut sebagian, padatan tidak larut
 Biokinetik substrat
Substrat yang menghambat/ repeesi pertumbuhan, misal dengan fedbatch
Produk pada konsentrasi tinggi yang menghambat/ represi misal dengan
pengaturan multistage
 Viskositas substrat dan produk
Viskositas tinggi mengganggu agitasi dan laju perpindahan oksigen
Parameter bioproses:
 OTR (Oxygen Transfer Rate)
Laju perpindahan oksigen menentukan pertumbuhan sel aerobik
 Suhu
Laju pertumbuhan dan pembentukan produk tergantung suhu, sehingga suhu dikendalikan
misal dengan air pendingin atau sel tahan panas (termofilik)
 pH
Kecepatan reaksi enzimatis dan laju pertumbuhan terbaik pada pH optimal
Faktor produksi :
 Biaya
 Kemudahan mendapatkan bahan
 Ketersediaan dan mutu tenaga kerja
 Keadaan pasar
 Ketersediaan energi
 Aturan kerja dan keselamatan
 Undang-undang tentang pembatasan polusi lingkungan
Mengapa dinamakan bioreaktor?
Bioreaktor berasal dari dua kata yaitu bio dan reaktor, kata bio digunakan karena pada
bioreaktor terjadi proses biokimia yang melibatkan organisme tertentu. Sedangkan kata
reaktor digunakan karena bioreaktor merupakan suatu alat proses tempat di mana terjadinya
suatu reaksi berlangsung, dari bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki.

Perancangan bioreaktor adalah suatu pekerjaan teknik yang cukup


kompleks. Pada keadaan optimum, mikroorganisme atau enzim dapat melakukan
aktivitasnya dengan sangat baik. Keadaan yang memengaruhi kinerja agensia
biologis terutama temperatur dan pH. Untuk bioreaktor dengan menggunakan
mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup seperti oksigen, nitrogen, fosfat,
dan mineral lainnya perlu diperhatikan. Pada bioreaktor yang agensia biologisnya
berada dalam keadaan tersuspensi, sistem pengadukan perlu diperhatikan agar
cairan di dalam bioreaktor tercampur merata (homogen). Seluruh parameter ini
harus dimonitor dan dijaga agar kinerja agensia biologis tetap optimum.
Untuk bioreaktor skala laboratorium yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya
terbuat dari bahan kaca atau borosilikat, namun untuk skala industri, umunya
digunakan bahan baja tahan karat (stainless steel) yang tahan karat. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi senyawa metal pada saat fermentasi
terjadi di dalamnya. Bahan baja yang mengandung < 4% kromium disebut juga baja
ringan, sedangkan bila kadar kromium di dalamnya >4% maka disebut stainless
steel. Bioreaktor yang umum digunakan terbuat dari bahan baja 316 yang
mengandung 18% kromium, 2-2,5% molibdenum, dan 10% nikel. Bahan yang
dipilih harus bersifat non-toksik dan tahan terhadap sterilisasi berulang-ulang
menggunakan uap tekanan tinggi. Untuk mencegah kontaminasi, bagian atas
biorektor dapat ditambahkan dengan segel aseptis (aseptic seal) yang terbuat dari
campuran metal-kaca atau metal-metal, seperti O-ring dan gasket. Untuk
meratakan media di dalam bioreaktor digunakan alat pengaduk yang disebut
agitator atau impeler. Sementara itu, untuk asupan udara dari luar ke dalam sistem
biorektor digunakan sistem aerasi yang berupa sparger. Untuk bioreaktor aerob,
biasanya digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga pertumbuhan
mikrooganisme dapat berlangsung dengan baik.
Pada bagian dalam bioreaktor, dipasang suatu sekat yang
disebut baffle untuk mecegah vorteks dan meningkatkan efisiensi aerasi. Baffle ini
merupakan metal dengan ukuran 1/10 diameter bioreaktor dan menempel secara
radial di dindingnya. Bagian lain yang harus dimiliki oleh suatu bioreaktor
adalah kondensor untuk mengeluarkan hasil kondensasi saat
terjadi sterilisasi dan filter (0,2 μm) untuk menyaring udara yang masuk dan keluar
tangki. Untuk proses inokulasi kultur, pengambilan sampel, dan pemanenan,
diperlukan adanya saluran khusus dan pengambilannya harus dilakukan dengan
hati-hati dan aseptis agar tidak terjadi kontaminasi. Untuk menjaga kondisi dalam
bioreaktor agar tetap terkontrol, digunakan sensor pH, suhu, anti-buih,
dan oksigen terlarut (DO). Apabila kondisi di dalam sel mengalami perubahan,
sensor akan memperingatkan dan harus dilakukan perlakuan tertentu untuk
mempertahankan kondisi di dalam bioreaktor. Misalkan terjadi perubahan pH maka
harus ditambahkan larutan asam atau basa untuk menjaga kestabilan
pH. Penambahan zat ini dapat dilakukan secara manual namun juga dapat dilakukan
secara otomatis menggunakan bantuan pompa peristaltik. Selain asam dan basa,
pompa peristaltik juga membantu penambahan anti-buih dan substrat ke dalam
bioreaktor.

Aplikasi bioreaktor

Awalnya bioreaktor hanya digunakan untuk memproduksi ragi,


ekstrak khamir, cuka, dan alkohol. Namun, alat ini telah digunakan secara luas
untuk menghasilkan berbagai macam produk dari makhluk hidup seperti antibiotik,
berbagai jenis enzim, protein sel tunggal, asam amino, dan senyawa metabolit
sekunder lainnya. Selain itu, suatu senyawa juga dapat dimodifikasi dengan
bantuan mikroorganismesehingga menghasilkan senyawa hasil transformasi yang
berguna bagi manusia. Pengolahan limbah buangan industri ataupun rumah tangga
pun sudah dapat menggunakan bioreaktor untuk memperoleh hasil buangan yang
lebih ramah lingkungan.
1.3 Sejarah Bioproses.
Perkembangan bioteknologi dan industri bioproses sebenarnya telah
berkembang jauh sejak lama dan berkembang beriringan dengan perkembangan
manusia. Nnah, dalam postingan saya kali ini, saya akan menjelaskan secara singkat
bagaimana perkembangan bioteknologi dan industri bioproses secara umum.

 4000-6000 SM

Ketika kita menelusuri sejarah, kita akan menemukan bahwa


perkembangan bioteknoogi dimulai ketika bangsa Mesir menggunakan khamir
sebagai pengembang roti. Selain itu, pada masa itu mereka juga menggunakan
khamir sebagai bahan baku pembuatan minumab beralkohol.

 Abad 14 M

Perkembangan bioteknologi berlanjut ketika pada abad ke-14 ditemukan


metode destilasi alkohol. Selain itu, ditemukan pula bahwa pada awal abad ke-14
ini bangsa China dan juga Timur Tengah telah menggunakan bakteri asam laktat
untuk mengawetkan susu. Pada abad ke-14 ini, ditemukan pula bakteri asam asetat
serta seorang penjelajah terkenal, yakni Christoper Colombus mulai
mengembangkan fermentasi jagung.

 Abad 18-19 M

Pada abad ke-18, bioteknologi berkembang dengan cukup pesat. Hal ini
ditandai dengan: Pada tahun 1800-an, Carlsberg mengembangkan starter untuk
inokulum bir.

1803, Thenard menemukan khamir penghasil alkohol


1857, Edward Buchner menemukan mikrobia penghasil alkohol.
Makanan terfermentasi (Keju, yoghurt, tape, tempe, petis, terasi) mulai
dikembangkan dan diproduksi lebih lanjut

 Abad 20 M (1900-1930)

Pada masa ini, perkembangan fermentasi dan antibiotika berkembang


dengan pesat. Masa ini juga merupakan periode yang penting dalam perkembangan
fermentasi gliserol, aseton, butanol dan juga enzim. Beberapa penemuan penting
yang ditemukan pada masa ini antara lain adalah: • Penemuan Pionase antibiotik
yang dihasilkan oleh bakteri Pseudomonas geruginosa pada tahun 1901 oleh Rudolf
Emmerich & Oscarlow • Penemuan Clostridium penghasil aseton oleh Chaim
Wismann pada tahun 1918 • Penemuan Penicilin yang dihasilkan oleh bakteri P.
notatum yang digunakan untuk menghambat Staphylococcus aureus oleh
Alexander Flemming pada tahun 1928 • Pfizer menemukan Aspergillus niger
penghasil asam sitrat pada tahun 1923 • Selman Waksman menemukan
Streptomyces griseus, mikrobia penghasil streptomisin. • PenemuanVaksin (Vaksin
anti NCD, vaksin anti polio) • Penemuan Transformasi steroid (DOPA)

o Tahun 1957

Tahun 1957 merupakan tahun yang penting dalam sejarah manusia. Hal
ini disebabkan karena Louis Pasteur menemukan khamir penghasil alkohol,
fermentasi vitamin, antibiotik, asam amino dan steroid. Selain itu, pengembangan
produk-produk alkohol untuk kepentingan non pangan (Etanol, Butanol, aseton,
gliserol), asam organik (Asam sitrat, asam asetat), teknologi fermentasi media cair,
dan juga teknologi biakan jaringan hewan juga dimulai pada tahun ini.

o Tahun 1970-an

“Sejak tahun 1970-an, Bioteknologi ”lahir kembali” di dunia dan


berkembang sangat pesat sehingga dipercaya sebagai gelombang baru ekonomi
dunia setelah teknologi informasi.”

Kutipan tersebut benar adanya disebabkan karena pada masa ini


perkembangannya sangat maju, diantaranya:

• Asam amino (Asam glutamat, lisin, aspartam)

• Protein sel tunggal

• Enzim (amilase, glukosa isomerase, glukosa dehidrogenase)

• Teknologi imobilisasi sel dan ensim

• Teknologi pengolahan limbah cair anaerob (Biogas)

• Polisakarida bakteri (Xanthan, Trehalosa)

• 1973, pertama kali gen berhasil diklon dan juga berlangsungnya


penelitian rekombinan DNA pertama oleh Cohen and Boyer

• 1974, ekspresi gen terklon di jasad lain

• 1975, Teknologi hibridoma (Antibodi monoklonal) dan uji diagnostik


dengan antibodi dikembangkan

• Teknologi uji diagnostik dengan antibodi


• Vaksin artifisial

• Insulin dari khamir

Tahun 1980-2000 Pada tahun 1980, Bioteknologi modern mulai


dikembangkan dengan adanya teknologi DNA rekombinan. Model prokariotnya, E.
Coli, digunakan untuk memproduksi insulin dan obat lain bagi manusia. Hal ini
merupakan sebuah perubahan besar, hal itu disebabkan karena ekitar 5 % pengidap
diabetes alergi terhadap insulin hewan. Pada tahun 1992, FDA (Food and Drug
Administration) menyetujui makanan GM pertama dari Calgene. Dan pada tahun
2000, Human Genome Project yang telah dimulai perkembangannya sejak tahun
1990 awal selesai dirampungkan.

o Tahun 2000-sekarang

Perkembangan industri bioproses dan bioteknologi berkembang pesat


pada masa sekarang. Hal itu dapat dilihat dari beberapa peristiwa seperti:

• Produksi enzim murah untuk bioenergi

• Biopolymer, Industrial enzim, asam-asam amino dan organik, Reagen


dan kits, Bioagrokimia, dll mulai dikembangkan dan diproduksi secara
massal untuk kepentingan industri

• Pengolahan limbah dan monitoring polusi, evaluasi keselamatan dan


efikasi, biostandarisasi, bioinformatik, dsb.

• Immunomodulator, faktor pertumbuhan, protein darah, rekayasa sel dan


jaringan, terapi gen, dll.,

• Biomasa dan biogas, bibit dan tanaman artifisial, hewan dan tanaman
transgenik , dll.

• Chip-chip DNA, Protein, Laboratorium pada permukaan Chip,


Biosensor, dsb. Selain itu, di berbagai universitas di dunia, jurusan-
jurusan yang berkaitan dengan bioteknologi dan bioproses mulai
dikembangkan. Salah satunya pada tahun 2008, dimana Universitas
Indonesia mendirikan jurusan teknoogi bioproses yang merupakan
jurusan teknologi bioproses pertama yang ada di Indonesia.
Contoh Produk Bioproses
Jurnal Chemistry Senses menyebutkan, Monosodium Glutamat (MSG)
mulai terkenal tahun 1960-an, tetapi sebenarnya memiliki sejarah panjang. Selama
berabad-abad orang Jepang mampu menyajikan masakan yang sangat lezat.
Rahasianya adalah penggunaan sejenis rumput laut bernama Laminaria japonica.
Pada tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang profesor Kimia Fisis pada Fakultas Sains
Imperial Universitas Tokyo ini, menemukan kunci kelezatan itu pada kandungan
asam glutamat. Penemuan ini melengkapi 4 jenis rasa sebelumnya asam, manis,
asin dan pahit, dengan umami (dari akar kata umai yang dalam bahasa Jepang
berarti lezat). Sementara menurut beberapa media populer, sebelumnya di Jerman
pada tahun 1866, asam glutamat dan mengubahnya dalam bentuk Monosodium
Glutamat (MSG), tetapi belum tahu kegunaannya sebagai penyedap rasa.
Sejak penemuan itu, Jepang memproduksi asam glutamat melalui ekstraksi
dari bahan alamiah. Tetapi karena permintaan pasar terus melonjak, tahun 1956
mulai ditemukan cara produksi L-glutamic acid melalui fermentasi. L-glutamic acid
inilah inti dari MSG, yang berbentuk butiran putih mirip garam. MSG sendiri
sebenarnya tidak memiliki rasa. Tetapi bila ditambahkan ke dalam makanan, akan
terbentuk asam glutamat bebas yang ditangkap oleh reseptor khusus di otak dan
mempresentasikan rasa dasar dalam makanan itu menjadi jauh lebih lezat dan gurih.
Sejak tahun 1963, Jepang bersama Korea mempelopori produksi masal
MSG yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Setidaknya sampai tahun 1997 sebelum krisis, setiap tahun produksi MSG
Indonesia mencapai 254.900 ton/tahun dengan konsumsi mengalami kenaikan rata-
rata sekitar 24,1% per tahun.

Monosodium Glutamat (MSG) adalah kristal putih yang biasanya dibuat


sebagai pelengkap bumbu masak yang mempunyai cita rasa yang kuat.
Monosodium Glutamat (MSG), merupakan turunan kimia L-Glutamic acid
monosodium salt, yang jika di-Indonesia-kan menjadi garam natrium dari asam
glutamat (natrium glutamat atau sodium glutamat). Sodium itu nama lain dari
Natrium. Sedangkan ikatan aslinya adalah asam glutamat atau glutamic acid yang
mampu mengikat dua ion positif. Karena unsur Na hanya memiliki satu valensi,
maka masih ada satu unsur asam. Karena yang diikat baru satu, maka disebut mono,
artinya satu. Satu sodium asam glutamat alias monosodium glutamate disingkat
menjadi MSG. Dan rumus kimianya: C5H8NNaO4. Rumus struktur dari
Monosodium Glutamat menurut Winarno (1989) sebagai berikut :

Dari struktur ini terlihat bahwa MSG memiliki satu karbon asimetrik yaitu
karbon empat dari kiri. Karbon tersebut terikat oleh 4 gugus yang saling berbeda
sehingga merupakan bentuk isomer yang aktif. Bentuk garam yang terikat pada
karbon empat dari kiri ini memiliki kekutan membangkitkan atau mempertegas
citarasa dari daging, ikan atau jenis makanan lainnya. Pada zaman dahulu di Cina
dari rumput laut. Sekarang senyawa MSG dibuat dan diproduksi dengan
menggunakan bahan mentah gluten dari gandum, jagung, kedelai dan hasil samping
dari pembuatan gula bit atau molase (tetes) gula tebu. Selain itu juga dibuat dari
hasil fermentasi karbohidrat. Tetapi secara komersil MSG diproduksi dari gluten
gandum hasil samping gula bit atau molases. Di Indonesia MSG lebih banyak
dibuat dari molases (tetes).
Glutamat biasanya terdapat dalam zat asam amino yang terdapat dalam
protein dalam tubuh kita dan pada makanan yang kita makan. MSG yang
dibutuhkan dalam makanan adalah sama halnya dengan glutamat alami yang
terdapat dalam bahan makanan. Glutamat “alami” dan bumbu masakan tidak dapat
dibedakan oleh analisa kimia. Sebagai glutamat, mereka selalu ada di setiap
makanan. Secara tomat, jamur, kobis, keju, ikan laut, daging dan bahkan air susu
ibu (yang kadarnya 20 kali lebih tinggi dari susu sapi).
Versi monosodium pada hakikatnya merupakan bentuk glutamat dengan
konsentrasi paling tinggi dan mudah ditangani. Indera pengecap kita bekerja
melalui tepatnya glutamat beraksi sulit dijabarkan. Akan tetapi ada beberapa
gagasan yang dianggap dapat diterima.
Orang sudah tahu bahwa molekul-molekul dengan citarasa tertentu
melekat ke reseptor dalam sistem pengecap kita dengan lama yang berbeda-beda
sebelum glutamat berfungsi memastikan agar molekul-molekul tertentu bisa
melekat lebih lama, dan karena itu memberi rasa lebih kuat. Begitu pula, tidak
mustahil glutamat mempunyai seperangkat reseptor mereka sendiri, terpisah dari
resptor - reseptor untuk empat kelompok rasa yang sudah kita kenal yaitu manis,
asam, asin dan pahit. Yang menjadikan lebih rumit, ternyata hanya beberapa zat
selain glutamat memiliki kemampuan meningkatkan citarasa.
1.3. Manfaat Monosodium Glutamat (MSG)

Manfaat MSG sebagai penguat cita rasa, MSG menguatkan rasa atau
aroma bahan makanan pokok itu sendiri. Manfaat lainnya adalah menghilangkan
rasa tidak enak yang terdapat pada bahan makanan tertentu, misalnya
menghilangkan rasa langu kentang. Namun, tidak berarti bahwa MSG dapat
menghilangkan rasa tidak enak bahan makanan yang sudah rusak. MSG mudah
larut dalam air. Keunikan MSG adalah, selain sebagai penguat cita rasa, bila
dimakan, dalam tubuh manusia mudah bersenyawa dengan asam amino lainnya dan
akan membentuk protein.
Monosodium pada hakikatnya merupakan bentuk glutamat dengan
konsentrasi paling tinggi dan mudah ditangani. Indera pengecap kita bekerja
melalui beberapa reaksi kimia dan fisiologis yang rumit sekali. Bagaimana tepatnya
glutamat beraksi sulit dijabarkan. Akan tetapi ada beberapa gagasan yang dianggap
dapat diterima.

2.4. Efek Monosodium Glutamat (MSG)

Pemberian MSG dapat menimbulkan beberapa efek, baik pada manusia


ataupun hewan. Penambahan MSG pada makanan dapat menurunkan kandungan
zat gizi makanan tersebut, dimana terjadi pengurangan berat bahan pembuatnya,
sehingga nilai gizinya pun menurun. Penambahan MSG memang dapat
meningkatkan kadar natrium dalam makanan. Dalam 1 gram MSG, kira-kira
mengandung 200 mg natrium. Natrium merupakan zat yang harus dibatasi oleh
kelompok usia lanjut, terutama mereka yang mengidap penyakit jantung, hipertensi,
dan ginjal.
Di otak memang ada asam amino glutamat yang berfungsi sebagai
neurotransmitter untuk menjalarkan rangsang antar neuron. Tetapi bila
terakumulasi di sinaps (celah antar sel syaraf) akan bersifat eksitotoksik bagi otak.
Karena itu ada kerja dari glutamat transporter protein untuk menyerapnya dari
cairan ekstraseluler, termasuk salah satu peranannya untuk keperluan sintesis
GABA (Gamma Amino Butyric Acid) oleh kerja enzim Glutamic Acid
Decarboxylase (GAD). GABA ini juga termasuk neurotransmitter sekaligus
memiliki fungsi lain sebagai reseptor glutamatergik, sehingga bisa menjadi target
dari sifat toksik glutamat.
Disamping kerja glutamate transporter protein, ada enzim glutamine
sintetase yang bertugas merubah amonia dan glutamat menjadi glutamin yang tidak
berbahaya dan bisa dikeluarkan dari otak. Dengan cara ini, meski terakumulasi di
otak, asam glutamat diusahakan untuk dipertahankan dalam kadar rendah dan non-
toksik. Reseptor sejenis untuk glutamat juga ditemukan di beberapa bagian tubuh
lain seperti tulang, jantung, ginjal, hati, plasenta dan usus.
Pada konsumsi MSG, asam glutamat bebas yang dihasilkan sebagian akan
terikat di usus, dan selebihnya dilepaskan ke dalam darah. Selanjutnya menyebar
ke seluruh tubuh termasuk akan menembus sawar darah otak dan terikat oleh
reseptornya. Sayangnya, seperti disebutkan sebelumnya, asam glutamat bebas ini
bersifat eksitotoksik sehingga dihipotesiskan akan bisa merusak neuron otak bila
sudah melebihi kemampuan otak mempertahankannya dalam kadar rendah.
Laporan FASEB 31 Juli 1995 menyebutkan, secara umum MSG aman
dikonsumsi. Tetapi memang ada dua kelompok yang menunjukkan reaksi akibat
konsumsi MSG ini. Pertama adalah kelompok orang yang sensitif terhadap MSG
yang berakibat muncul keluhan berupa : rasa panas di leher, lengan dan dada, diikuti
kaku-kaku otot dari daerah tersebut menyebar sampai ke punggung. Gejala lain
berupa rasa panas dan kaku di wajah diikuti nyeri dada, sakit kepala, mual,
berdebar-debar dan kadang sampai muntah. Gejala ini mirip dengan Chinese
Restaurant Syndrome, tetapi kemudian lebih tepat disebut MSG Complex
Syndrome. Syndrom ini terjadi segera atau sekitar 30 menit setelah konsumsi, dan
bertahan selama sekitar 3 - 5 jam. Berbagai survei dilakukan, dengan hasil
persentase kelompok sensitif ini sekitar 25% dari populasi.
Sedang kelompok kedua adalah penderita asma, yang banyak mengeluh
meningkatnya serangan setelah mengkonsumsi MSG. Munculnya keluhan di kedua
kelompok tersebut terutama pada konsumsi sekitar 0,5-2,5 g MSG. Sementara
untuk penyakit-penyakit kelainan syaraf seperti Alzheimer dan Hungtinton chorea,
tidak didapatkan hubungan dengan konsumsi MSG.

2.5. Menggunakan MSG Yang Aman

Sekarang MSG apapun mereknya Ajinomoto, Sasa atau Miwon, atau


merek dagang lainnya yang semuanya mengandung 100% murni MSG, harus
dilarang dijual untuk umum dan secara bebas. Seperti telah diuraikan diatas bahwa
MSG yang murni mempunyai efek samping yang cenderung menyebabkan
penyakit hipertensi dan kanker. Oleh karena itu untuk amannya, maka sebaiknya
menggunakan MSG yang 10% saja dengan dicampur garam dapur. Di Jepang,
pabrik Ajinomoto sendiri untuk mensuplei bangsanya sendiri membuat campuran
MSG-Garam 10% dan diberi nama Aji-Shio. Dan Aji-Shio inilah yang dijual secara
bebas di Jepang. Menurut Dr. Waluyo, Bagian Gizi, FK,UI., di Jepang MSG 100%
tidak dijual bebas untuk umum, melainkan untuk pabrik makanan.
Bagaimana cara membuat MSG 10% adalah sangat mudah sekali. Ambil
100 gram MSG 100% ditambahkan pada 900 gram bubuk garam dapur yang halus.
Sebelum dicampurkan, sebaiknya garam halus tadi disangrai (digoreng tanpa
minyak) dulu agar betul betul kering. Setelah kering, dibiarkan sebentar agar sedikit
dingin, campurkan sekarang 100 gram MSG yang 100% tadi dan diaduk aduk
sampai merata. Masukan dalam pot atau toples yang bersih dan kering. Yang bisa
kita tambahkan untuk menambah cita rasa makanan selain MSG adalah kombinasi
penggunaan garam, gula, kaldu, serta rempah-rempah lain dalam makanan,
walaupun harus diakui sensasi rasa lezatnya memang berbeda dengan MSG.
1.4 Dampak Negatif Bioproses
A. Masalah Pencemaran

Masalah yang ditimbulkan oleh industri Monosodium Glutamat adalah


berupa limbah cair yang dibuang ke badan air, sehingga badan air tersebut menjadi
tercemar. Air limbah yang dihasilkan dari industri ini dapat mencapai COD hinga
300.000 mg/L – 400.000 mg/L.

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang


diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal
ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan
menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan
katalisator perak sulfat.

Secara umum, konsentrasi COD yang tinggi dalam air menunjukkan


adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak. Sejalan dengan hal ini
jumlah mikroorganisme, baik yang merupakan patogen maupun tidak patogen juga
banyak. Adapun mikroorganisme patogen dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit bagi manusia.

Konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen terlarut di


dalam air menjadi rendah, bahkan habis sama sekali. Akibatnya oksigen sebagai
sumber kehidupan bagi makhluk air (hewan dan tumbuh-tumbuhan) tidak dapat
terpenuhi sehingga makhluk air tersebut manjadi mati.

B. Solusi Pencemaran

Melihat besarnya COD yang dihasilkan oleh limbah dari industri ini, maka
teknologi yang dapat digunakan adalah proses anaerobik. Sama dengan penggunaan
proses anaerobik buat industri-industri lain yang memiliki kandungan COD tinggi
seperti : pulp & paper, sloughter house, petrochemical, dll, maka air dari limbah
industri MSG dapat diterima untuk dioalah secara anaerobik.

Dari berbagai sistem pengolahan anaerobik yang ada, maka sistem yang
dapat digunakan adalah Anaerobic Fludizied Bed, Fix Bed Anaerobic Filter, dan
Upflow Anaerobic Sludge Blanket.

1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Untuk mengolah limbah dari pabrik MSG maka tidak hanya dibutuhkan
proses anaerobik tetapi juga harus didahului dengan pre-treatment dan proses
aerobik.

Sebagai contoh maka proses flow diagramnya adalah sebagai berikut :

Coarse & Fine Screen

Sedimentation

Acidification

UASB or Anaerobic Anaerobic Sludge


Filter Tank

Aeration

Sedimentation Thickener Sludge Dewatering

Dry Sludge

Dari proses flow diagram di atas maka dapat dilihat bahwa air limbah
sebelum dan sesudah pengolahan anaerobik memiliki tahapan-tahapan pengolahan.
Air limbah yang baru keluar dari pabrik perlu diambil padatan-padatan
kasarnya dengan menggunakan coarse screen dan fine screen dan kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan bak sedimentasi. Bak sedimentasi ini berfungsi
untuk mengambil padatan tersuspensi dan padatan terlarut bila memang diperlukan.
Untuk itu maka perlu ditambahkan bahan kimia atau tidak, tergantung hasil analisa
dari efisiensinya dengan menggunakan jar test. Lumpur yang dihasilkan dari bak
pengendapan ini dikirimkan ke thickener untuk diolah lebih lanjut agar
konsentrasinya meningkat. Sedangkan air hasil olahannya dimasukkan ke dalam
bak asidifikasi atau conditioning tank.

Pada conditioning tank maka dilakukan pengaturan pH dan penambahan


nutrient agar bakteri anaerobik tetap hidup. Dalam conditioning tank ini, maka zat-
zat organik rantai panjang akan diuraikan menjadi zat-zat organik dengan rantai
yang lebih sederhana dengan menggunakan bakteri asidogenesis. Hal ini akan
sangat membantu bakteri methanogenesis yang ada pada bak anaerobik. Pada bak
anaerobik maka COD akan diuraikan menjadi CH4, CO2, dan SO4, dan bakteri-
bakteri anaerobik lainnya. Tanpa menggunakan energi maka COD dapat terurai
menjadi CH4 yaitu gas metan yang dapat dibakar.

Dengan menggunakan proses anaerobik maka di samping terjadi


penghematan listrik, juga akan terjadi penghematan biaya pengolahan lumpur.
Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan anaerobik dapat mencapai sepersepuluh
dari pengolahan aerobik. Maka pemakaian bahan-bahan kimia dan biaya
pemindahan lumpur menjadi berkurang.

2. Upflow Anaerobic Sludge Blanket

Pada proses dengan menggunakan Upflow Anaerobic Sludge Blanket,


maka air limbah dimasukkan ke dalam reaktor melalui dasar bak anaerobik dengan
menggunakan pompa. Untuk mencapai terjadinya distribusi yang merata dari air
limbah maka perlu direncanakan suatu distribution sistem yang sempurna.
Air limbah yang mengandung COD akan melalui lapisan anaerobik
granular sludge yang dapat mencapai konsentrasi antara 60 – 100 kg/m3. Maka air
limbah akan terurai dan akan menghasilkan biogas yang mengandung metan.

Sehingga air limbah yang ada akan terdiri dari 3 fase, yaitu air, gas ,dan
padatan. Untuk itu maka perlu direncanakan suatu alat pemisah 3 fase atu sering
disebut 3 fase separator yang berfungsi untuk memisahkan air gas atau padatan.

Air hasil olahan akan dilewatkan oleh 3 fase separator yang kemudian
diolah dalam bak aerasi. Sedangkan gas akan dikumpulkan pada gas storage tank
yang kemudian dapat dibakar dan dapat digunakan dalam boiler. Sedangkan
padatan yang dalam hal ini adalah anaerobik sludge, harus tetap tertinggal dalam
reaktor.

3. Anaerobic Filter

Pada anaerobic filter, maka lumpur tidak bergerak bebas seperti dalam
UASB. Anaerobic sludge akan melekat/tertahan pada filter media atau packing.
Ketingian reaktor bervariasi tergantung dari beban air limbah dan kelayakan secara
teknis.

Air limbah dapat masuk dari atas atau dari bawah, sehingga ada dua jenis
anaerobik filter yaitu downflow dan upflow filter. Gas pada anaerobic filter akan
melewati bagian atas reaktor kemudian dibakar atau disimpan dalam gas holder
untuk pemakaian selanjutnya.

Efisiensi dari kedua jenis pengolahan ini hampir sama tergantung dari
pengawasan parameter-parameter operasinya.

Namun sebelum melakukan solusi, ada baiknya dilakukan pencegahan


sebelum terjadi dampak pencemaran yang dihasilkan dari industri ini. Sebaiknya
para pekerja dan pengusaha industri mengerti baku mutu limbah cair dari industri
monosodium glutamat agar tidak melebihi dari batas ambang yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai