Isi KDM

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai
substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah
merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar
mengajar (Wongkar, 2011).

Dengan perkembangan teknologi yang akhir-akhir semakin pesat, seorang guru


dituntut untuk lebih menambah kualitas ilmu dengan banyak belajar dari berbagai
sumber ilmu yang dimiliki oleh guru harus diajarkan kepada siswa dengan
keterampilan mengajar yang baik. Selain pengetahuan ilmu yang harus ditambah,
guru juga penting menguasai beberapa keterampilan mengajar, karena betapapun
tingginya ilmu yang dimiliki oleh seorang guru itu, jika tidak menguasai
keterampilan mengajar, maka akan sulit bagi seorang siswa menyerap ilmu yang
diberikan oleh guru tersebut. Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang
mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan
yang sangat mendasar ini (Wongkar, 2011).

Salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah
ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Dalam kelompok kecil
maupun perorangan akan terjadi hubungan interpersonal yang sehat dan akrab
antara guru-siswa, maupun antara siswa dan siswa (Wongkar, 2011). Dalam hal ini
kami berusaha menjelaskan pembahasan tentang keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan. Hal ini dimaksudkan agar para guru dapat bekerja dengan
professional sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan


oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran saja, melainkan
juga ditentukan oleh keterampilan pengelolaan kelas yang dikuasainya.
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan
kondisi belajar yang optimal(Wongkar, 20110). Keterampilan Mengelola kelas
terbagi menjadi dua jenis keterampilan yaitu: Keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dan
keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal. Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja
dengan tertib sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Untuk melatih kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas dapat
melalui dua cara, yaitu melalui pengalaman dan melalui belajar. Oleh karena itu,
makalah ini dibuat agra kita memahami dan mampu mengelola kelas dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ?


2. Apa Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kecil dan Perorangan?
3. Apa Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi Agar Pengajaran Kelompok
Kecil dan Perorangan Dapat Terwujud?
4. Apa Pola Penggunaan Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan
Dalam Kelas?
5. Apa saja komponen ketrampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan ?
6. Apa pengertian ketrampilan mengelola kelas?
7. Apa saja komponen-komponen dalam keterampilan mengelola kelas?
8. Apa saja prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas?
9. Apa saja pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas ?
10. Bagaimana peran guru dalam pengelolaan kelas ?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian ketrampilan mengajar kelompok kecil dan


perorangan.
2. Mengetahui peran guru dalam pembelajaran kecil dan perorangan
3. Mengetahui Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi Agar Pengajaran
Kelompok Kecil dan Perorangan Dapat Terwujud
4. Mengetahui pola penggunaan pengajaran kelompok kecil dan perorangan
dalam kelas.
5. Mengetahui komponen ketrampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan
6. Mengetahui pengertian ketrampilan mengelola kelas
7. Mengetahui komponen-komponen dalam keterampilan mengelola kelas
8. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas
9. Mengetahui pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas
10. Mengetahui peran guru dalam pengelolaan kelas

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang akan diperoleh setelah penulisan makalah ini


adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa sebagai calon guru dapat menguasai ketrampilan mengajar


kelompok dan perorangan.

2. Mahasiswa sebagai calon guru dapat membina dan mengembangkan


ketrampilan tertentu dalam mengajar.

3. Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui Syarat-syarat yang Harus


Dipenuhi Agar Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan Dapat
Terwujud

4. Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui Syarat-syarat yang Harus


Dipenuhi Agar Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan Dapat
Terwujud

5. Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui Pola Penggunaan Pengajaran


Kelompok Kecil dan Perorangan Dalam Kelas

6. Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui pengertian ketrampilan


mengelola kelas.
7. Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui komponen-komponen dalam
keterampilan mengelola kelas

8. Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui prinsip-prinsip dalam


pengelolaan kelas

9. Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui pendekatan-pendekatan dalam


pengelolaan kelas

10. Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui peran guru dalam pengelolaan
kelas
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan


“kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah “melatih”.
Menurut Slameto (2010:30) mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada
seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Berdasarkan pengertian tersebut
maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat
kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan
pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri
kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru
adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap
kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan
pengertian untuk ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah
kecakapan menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok siswa dan
pada siswa secara individu (Muhidin, 2011).

Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar
antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara
guru dan siswa dengan siswa (Muhidin, 2011).

Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk


pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap
peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta
didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan
pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir
peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta
didik (Djoeulie, 2010).
3.2 Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kecil dan Perorangan

Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, maka guru berperan


sebagai:

3.2.1 Organisator Dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Tugas guru sebagai organisator dalam kegiatan pembelajaran adalah


menentukan dan mengarahkan bagaimana cara siswa melakukan kegiatan,
mengatur lingkungan belajar, dan mengoptimalkan sumber belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengorganisasian ini yang lebih penting
adalah mengatur siswa dan memberikan tanggung jawab kepadanya untuk
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

2.2.2 Sumber Informasi Bagi Siswa

Guru adalah salah satu sumber informasi bagi siswa. Informasi yang
disampaikan guru dapat berupa informasi mengenai langkah-langkah pelaksanaan
tugas, mauun informasi lain yang diperlukan siswa untuk mengajar kelompok
kecil dan perorangan. Selain informasi dari guru, siswa juga dapat menggali
sumber informasi dari berbagai sumber, seperti buku teks, majalah, surat kabar,
televisa, radio, dan sebagainya.

2.2.3 Pendorong Siswa Untuk Belajar Motivator

Agar siswa mau belajar, maka guru memberikan dorongan (motivasi)


kepada siswa. Sebagai motivator , guru harus menciptakan kondisi kelas yang
merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam kelompok kecil dan
perorangan. Untuk menjadi motivator belajar guru hendaknya:

 Mengetahui kebutuhan para siswa dan latar belakang pribadinya


sehingga upaya memberikan motivasi belajar kepada siswa sejalan
dengan kebutuhan siswa tersebut.
 Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan para siswa agar kepatuhan
dan kepercayaan siswa kepada guru tertanam pada siswa.
 Kaya akan berbagai bentuk dan jenis upaya untuk melakukan motivasi
kepada siswa.
 Memiliki perasaan humor yang positif dan normative sehingga tetap
disegani dan disenangi oleh siswa.
 Menampilkan sosok kepribadian guru yang menjadi panutan siswa.

2.2.4 Pendiagnosaan Kesulitan Siswa serta Pemberian Bantuan Sesuai


Kebutuhan Siswa

Guru mempunyai peranan sebagai diagnostician dalam proses belajar


mengajar, yaitu mengenal anak secara individual mengenai kemajuan belajar,
kelemahan mereka, kesulitan yang mereka hadapi, dan memberikan bantuan
sesuai kebutuhan siswa.

2.2.5 Penyediaan Materi Dalam Kesempatan Belajar Bagi Siswa

Guru juga bertugas menyediakan pelajaran yang akan dipelajari siswa dalam
pengajaran kelompok kecil maupun perorangan. Berbagi sumber yang diperlukan
siswa dalam proses belajar mengajar tersebut perlu disediakan agar proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepada siswa
sehingga dapat mengaktualisasikan kemampuan-kemapuan yang mereka miliki
untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang mereka hadapi.

2.2.6 Guru Mempunyai Hak Dan Kewajiban Yang sama Seperti Siswa

Guru sebagai peserta kegiatan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
seperti siswa berarti guru ikut menyumbangkan pendapatnya untuk memecahkan
masalah atau mencari kesepakatan bersama seperti halnya para siswa.
3.3 Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi Agar Pengajaran Kelompok Kecil
dan Perorangan Dapat Terwujud

Menurut Adikara (2008) pada dasarnya, siswa mempunyai karakteristik yang


sangat berbeda satu dengan lainnya. Untuk melayani perbedaan ini, diperlukan
variasi pengorganisasian kegiatan klasikal, kelompok kecil, dan perorangan.
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan hanya mungkin terwujud jika
terpenuhi syarat-syarat berikut:

1. Ada hubungan yang sehat dan akrab antara guru-siswa dan antar siswa.

2. Siswa belajar dengan kecepatan, kemampuan, cara, dan minat sendiri.

3. Siswa mendapat bantuan sesuai dengan kebutuhannya

4. Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar

3.4 Pola Penggunaan Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan Dalam


Kelas

Ada empat pola pengorganisasian yang bervariasi dalam melaksanakan


pengajaran kelompok kecil dan perorangan, antara lain:

1. Kelas Besar → Kelompok Kecil + Perorangan → Kelas Besar

Dalam pola ini kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai dengan pertemun
klasikal (kelas besar) untuk memberikan infomasi umum yang diperlukan siswa
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Informasi yang diberikan kepada
siswa antara lain:

1. Pokok bahasan yang akan dipelajari


2. Tugas-tugas yang akan dikerjakan
3. Langkah-langkah mengyelesaikan tugas
4. Informasi lain yang diperlukan
Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk memilih kegiatan dengan
bekerja dalam kelompok kecil atau bekerja perorangan. Setelah siswa
mengyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam kelompok kecil atau
perorangan, kegiatan belajar mengajar berikutnya adalah mengikuti pertemuan
klasikal kembali untuk melaporkan tugas-tugas yang mereka kerjakan.

2. Kelas Besar → Kelompok Kecil + Kelompok Kecil → Kelas Besar

Dalam pola ini, pertama, siswa mengikuti penjelasan secara klasikal


mengenai pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari, tugas-tugas yang akan
dikerjakan, serta langkah-langkah melaksanakan tugas tersebut. Kedua, siswa
diminta untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian, siswa diminta melaporkan
hasil-hasil yang diperoleh dari pengetahuan dalam kelompok kecil dalam kelas
(laporan secara klasikal).

3. Kelas Besar → Perorangan → Kelompok Kecil → Kelas Besar

Dalam pola ini pertemuan diawali dangan penjelasan umum mengenai


materi pelajaran yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan dikerjakan
siswa. Setelah mengikuti penjelasan umum, siswa langsung mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru secara perorangan, kemudian siswa diminta
bergabung dalam kelompok kecil untuk membahas hasil yang telah diperoleh dari
bekerja secara perorangan untuk di diskusikan bersama dalam kelompok kecil.
Setelah itu, siswa diminta untuk melaporkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan
kelompok kecil kepada seluruh siswa dalm kelas.

4. Kelas Besar → Perorangan + Perorangan → Kelas Besar

Proses belajar mengajar dimulai dengan pemberian penjelasan umum


kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan
dikerjakan oleh siswa. Setelah itu, siswa diminta bekerja secara perorangan untuk
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian siswa diminta
melaporkannya di kelas (secara klasikal).

3.5 Komponen Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.

Menurut Sofa (2010), komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan


perorangan terdiri dari:

1. Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang ditampilkan dengan cara:

a. Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku


siswa,

b. Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan


siswa,

c. Merespon secara positif pendapat siswa,

d. Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,

e. Menunjukkan kesiapan untuk membantu,

f. Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh


pengertian, serta

g. Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan


mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.

2. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan


dengan cara:

a. Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara


mengerjakannya,

b. Memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa


dalam belajar,

c. Membentuk kelompok yang tepat,

d. Mengkoordinasikan kegiatan,
e. Membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta

f. Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.

3. Keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar, yang ditampilkan


dengan cara:

a. Memberi penguatan secara tepat,

b. Melaksanakan supervisi proses awal,

c. Melaksanakan supervisi proses lanjut, serta

d. Melaksanakan supervisi pemaduan.

4. Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang


ditampilkan dengan cara:

a. Membantu siswa menetapkan tujuan belajar,

b. Merancang kegiatan belajar,

c. Bertindak sebagai penasihat siswa, serta

d. Membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri

3.6 Prinsip-Prinsip dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru perlu memperhatikan


hal-hal sebagai berikut:

1) Guru yang terbiasa mengajar secara klasikal,sebaiknya mulai belajar


mengajar dengan menggunakan kelompok kecil dan kemudian
perorangan.

2) Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil
dan perorangan.
3) Pengorganisasian siswa, sumber materi serta waktu merupakan langkah
pertama yang diperhatikan guru.

4) Kegiatan pengajaran harus diakhiri dengan kulminasi.

5) Dalam pengajaran perorangan guru perlu mengenal sisswa secara pribadi.

4 Kelebihan dan Kelemahan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

a. Kelebihan

1. Dalam proses mengajar ini memungkinkan penyerapan pelajaran pada


setiap siswa dapat lebih maksimal.

2. Guru dapat lebih mudah melakukan pendekatan pada setiap


masing-masing siswa sehingga guru dapat memahami karakter
masing-masing siswa, jadi guru lebih mudah menentukan metode
pembelajaran yang cocok untuk siswa.

b. Kelemahan

1. Pengembangan informasi kurang luas karena keterbatasan siswa.

2. Kurangnya motivasi siswa dalam bersaing karena variasi karakter siswa


terbatas.

3. Kurangnya jiwa social pada siswa.

2.7 Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas secara umum adalah penciptaan kondisi yang


memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Sedangkan pengertian pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan
pendekatannya menurut weber (1977) diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pengelolaan kelas


adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Guru berperan
menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin
secara ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru memang mempunyai
hak kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru misalnya
kepala sekolah, dan lain-lain.

2. Berdasarkan pendekatan permisif (permissive approach), pengelolaan


kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan
kepada siswa dalam melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan apa yang
mereka inginkan. Fungsi guru adalah menciptakan kondisi siswa agar
merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.

3. Berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelas


adalah upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku
yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin
mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan
oleh siswa.

2.8 Komponen Katerampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) Preventif, keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan


kondisi belajar yang optimal.

2) Represif, keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar


yang optimal.

Pada keterampilan preventif, berkaitan dengan kemampuan guru didalam


mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan hal tersebut yaitu:

a. Menunjukkan sikap tanggap

Keterampilan ini menggambarkan tingkah laku guru yang telah


memperhatikan siswanya sehingga siswa merasa bahwa guru hadir bersama
mereka. Cara yang dilakukan dalam menunjukkan sikap tanggap ini dengan cara
memandang secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan,
memberikan reaksi terhadap gangguan atau ketakacuhan siswa.

b. Membagi perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi


perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang
sama. Cara yang digunakan dalam membagi perhatian yaitu melalui visual dan
verbal.

c.Memusatkan perhatian kelompok

Seorang guru harus mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang


diberikan sehingga siswa tetap terlibat dalam kegiatan belajar. Cara yang
dilakukan yaitu dengan menyiagakan siswa atau memusatkan pada suatu topic dan
menuntut tanggung jawab siswa untuk memperagakan alat atau melaporkan hasil
diskusi.

d. Memberikan petunjuk yang jelas

Petunjuk yang jelas sangat diperlukan oleh siswa sehingga siswa tidak mengalami
kebingungan dalam mengerjakan tugas atau perintah.

e. Menegur

Siswa yang telah mengganggu proses pembelajaran dapat diberi teguran. Teguran
harus tegas dan jelas namun menghindari perkataan kasar atau menghina. Namun
teguran ini dapat disepakati bentuknya saat membuat aturan-aturan tertentu antara
siswa dan guru. Guru harus lebih berhati-hati dalam menasehati siswa terhadap
kelas maupun perorangan.

f. Memberikan penguatan

segala tingkah laku hendaknya diberi penguatan baik itu penguatan positif
maupun negatif dan teguran pada perilaku siswa yang telah menyimpang.

Pada keterampilan represif, berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan


siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan
remedial untuk mengembalikan kodisi belajar yang optimal. Strategi yang dapat
dilakukan yaitu:

a. modifikasi tingkah laku

Guru harus menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau
kesulitan dan memodivikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan
pemberian penguatan secara sistematis.

b. pengelolaan kelompok

Guru dapat menggunakan alternatif lain dalam mengatasi masalah pengelolaan


kelas antara lain dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah kelompok.
Ada dua jenis keterampilan yang diperlukan yaitu memperlancar tugas-tugas dan
memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.

c. menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah

Kadang-kadang perilaku siswa yang mengganggu kegiatan di kelas akan


menyebabkan proses pembelajaran yang kurang optimal maka seorang guru harus
mampu meningkatkan kesadaran siswa akan tindakannya dengan cara
memindahkan benda-benda yang bersifat mengganggu, menghilangkan
ketegangan dengan humor, memindahkan penyebab gangguan, pengekangan fisik,
dan pengasingan

2.9 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu


diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:

a. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas


yang menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang optimal.
Guru yang bersikap hangat dan akrab serta secara ajek menunjukkan
antusiasmenya terhadap tugas-tugas, kegiatan-kegiatan, atau siswanya akan lebih
mudah melaksanakan komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas.
b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan


meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang. Selain itu perhatian dan minat siswa
akan tetap terpelihara. Diusahakan, saat guru memberi tantangan, soal dimulai
dari yang mudah dan semua siswa bisa menjawab sebagai motivasi untuk
menjawab selanjutnya.

c. Bervariasi

Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar


merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta
pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan
tingkah laku positif siswa. Jika terdapat banyak variasi maka kejenuhan akan
berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas
dan tidak akan menunggu temannya.

d. Keluwesan

Selama proses belajar mengajar, terdapat kemungkinan munculnya


ganggua-gangguan dari siswa. Untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan
keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah strategi mengajarnya
mengajarnya dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan mengajar
yang lain.

e. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif

Cara guru memelihara suasana yang positif diantaranya adalah dengan:


a. Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan
menghindari celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar.
b. Menyadari akan kemungkinan kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan
mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa.

f. Penanaman disiplin diri


Siswa dapat mengembangkan diri sendiri merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk mencapai tujuan ini guru harus selalu mendorong siswa
untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru
sendiri menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan
tanggung jawab.

2.10 Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Dalam mengelola kelas, kita telah dihadapkan pada siswa yang bersifat
individual atau kelompok, sehingga kita perlu berhati-hati dalam menanganinya.
Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman,
teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan
kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:

a. Pendekatan Alodifikasi Perilaku

Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan dasar


bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu
merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang
bagaimana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan
lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam
membina siswa, yaitu:
1) Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang
tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang
timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya guru ingin agar siswa berani mengeluarkan pendapat, guru
selalu menunjuk langsung siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar
mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak menyenangkan). Bila suatu saat
siswa berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk guru maka guru
mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan
negatif). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin
seringnya,siswa mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk guru hingga akhirnya
ditiadakan bila siswa telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negatif:
a) Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
b) Sasaranya jelas
c) Pemberian penguatan dengan segera
d) Penyajian stimulus yang bervariasi
e) Keantusiasan.
2) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku siswa dengan cara
menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang semula
dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh, seorang siswa yang selalu
mengomentari penjelasan guru saat guru sedang menerangkan, misalnya, mungkin
karena setiap kali siswa mengomentari penjelasan guru, guru selalu memberikan
respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa guru tidak berkeberatan
dengan komentar komentar seperti itu (padahal guru sebenarnya tidak
mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi artau menghilangkan
kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah
penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang memberikan
kesan pada siswa bahwa guru tidak berkebertaan terhadap kebiasan siswa tersebut.
Contoh lain yaitu pada siswa yang sering menjawab maka guru berkata “Yang
sudah menjawab tolong berikan kesempatan pada yang lain ya…!”
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:
a) Untuk mengurangi kekecewaan siswa sebagai akibat ditiadakannya pengukuh
yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan teknik lain,
khususnya teknik penguatan positif, bila ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh
siswa.
b) Bila guru sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku siswa,
lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal, sebaiknya
digunakan teknik lain agar siswa tidak terlalu larut dalam tingkah laku yang
hendak dihapus tersebut.
c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah laku siswa
yang menyimpang bila menggunakan teknik penghapusan. Sementara
penghapusan berlangsung dan siswa melakukan tindakan yang sangat
mengganggu kelancaran proses pembelajaran, misal menyebabkan siswa sekelas
tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan pemakaiannya dan
diganti dengan teknik lain.
d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada siswa,
maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.Untuk itu perlu ada
koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada guru tidak memberikan
penguatan, dipihak lain ada guru yang tetap memberikan.Bila hal demikian terjadi
akan semakin sulit menghapus tingkah laku siswa yang menyimpang tersebut.
3) Hukuman.
Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan
segera tingkah laku siswa yang tidak dikehendaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:
a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara guru dengan
siswa atau minimal disepakati oleh siswa dan lebih baik dikatakan pada awal
pertemuan. Dengan demikian siswa lebih ikhlas bila dihukum.
b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi sehingga
siswa memiliki kesan yang kuat tentang kaitan antara pelanggaran dan hukuman.
c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama teknik
penguatan positif, bila ada haI-hal positif pada diri siswa.
d) Setelah menghukum siswa, guru hendaknya bersikap wajar seperti semula agar
hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat
pulih kembali.
e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan bervariasi agar siswa tidak menjadi
jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.

b. Pendekatan Sosial Emosional

Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan
dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan
hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan siswa dan antarsiswa.
Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting dalam menciptakan
hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan
pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan
kejasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman
mudah dicari jalan keluarnya. Demikian halnya dengan proses pembelajaran di
sekolah, bila hubungan antara guru dengan siswa baik, maka proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi
dengan mudah.

Berikut ini adalah sikap-sikap yang diperlukan oleh guru dalam mengatasi
kenakalan siswa:
1) Sikap umum,

Yaitu terbuka, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, empati,


membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis (melibatkan
siswa dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingannya).
2) Sikap khusus.

Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku siswa yang
biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi empat macam yaitu:
a) Siswa yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha
memakai berbagai cara untuk menarik perhatian guru. la mungkin tertawa lebih
keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman disebelahnya,
pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya terus dan sebagainya.
Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja.
b) Siswa yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha
mengalahkan orang lain. Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan
melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali dan tidak
mau melaksanakan kewajibannya. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan tugas
untuk memimpin yang membutuhkan keberanian atau kekuatan fisik.
c) Siswa yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan
tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini
sebaiknya diserahkan pada psikolog dan guru hanya membantu pelaksanaanya di
kelas.
d) Siswa yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu
mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas. Karena biasanya ia yakin
akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan langsung
melainkan berikan dorongan dan bimbingan.
c. Pendekatan Proses kelompok

Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan


anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung
dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan guru
dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang
mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada
awal pelajaran, para siswa biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan
tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas guru adalah memadu
kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok,
kemudian membentuk kerumunan tersebut menjadi satu kelompok dengan ikatan
yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif. Untuk mengikat kerumunan
siswa menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah
unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan,
aturan, dan pemimpin.
1) Tujuan Kelompok.

Siswa biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas guru
yang pertama adalah mengarahkan para siswa ke tujuan kelas, khususnya
indikator. Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk mencapainnya antara lain
adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab itu, guru perlu merumuskan
tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya secara jelas kepada siswa.
2) Aturan.

Aturan yang mampu mengikat siswa menjadi kelompok yang padu adalah
aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan siswa atau minimal disetujui
oleh siswa. Bila ada siswa yang tidak menyetujui aturan dalam kelompok akan
mengurangi daya ikat aturan tersebut.
3) Pemimpin.

Seorang guru dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok siswa di


kelas saat mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus dilaksanakan
adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selain itu
dalam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat ada
beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan memeratakan partisipasi,
mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan
antarpribadi atau antarkelompok dan menunjukkan kehadiran serta

2.11 Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas

Secara umum peran guru dalam mengelola kelas yaitu:


a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya.
b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah
lakunya dengan tata tertib kelas.
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku
yang sesuai dengan aktivitas kelas.

Menurut Darmadi (2010:6-7) ada beberapa peran guru dalam pengelolaan


kelas yaitu:
a) Memelihara lingkungan fisik kelas
b) Mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial siswa dalam
kelas
c) Mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien.

Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang dapat


menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efesien dan efektif. Untuk
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan

prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut


yaitu:
a) Guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa
b) Guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat
menimbulkan kesenyapan atau pembicaraan terhenti tiba-tiba
c) Menghindari ketidaktepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan atau
guru harus tepat waktu
d) Guru harus dapat mengelola waktu karena berkaitan dengan disiplin diri siswa.
e) Memberikan penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele.
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menetapkan aturan kelas (class routine)

Kita mengetahui bahwa kebiasaan tiap siswa berbeda. Seorang guru tidak
boleh menyalahkan atau membenci siswa karena kebiasaan mereka karena
kebiasaan baik dan buruk diperoleh dari pengalaman di jenjang pendidikan
sebelumnya dan lingkungan siswa berada. Sehingga untuk membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan melalui pemberian aturan saat proses
pembelajaran terutama pada awal pertemuan pembelajaran sehingga terjadi
kesepakatan antara siswa dan guru.
2. Memulai kegiatan tepat waktu (getting started)

Dalam memulai suatu materi pembelajaran diperlukan ketepatan waktu bagi


guru maupun siswa (masalah keterlambatan telah diatur pada saat menetapkan
aturan kelas) sehingga pembelajaran efektif dan tidak ada waktu yang terbuang
banyak.
3. Mengatur pelajaran (managing the lesson)

Proses pembelajaran yang efektif, guru harus mengatur dan menjaga agar
proses kegiatan berjalan lancer dan tidak mengalami gangguan atau hambatan.
Guru harus mengoptimalkan keikutsertaan siswa, kesempatan melakukan,
penggunaan peralatan, serta mengorganisir pembagian kelompok, tidak terlalu
banyak ceramah sehingga siswa tidak jenuh.
4. Mengelompokkan siswa (grouping the student)

Pada saat meembahas materi tertentu, diperlukan juga siswa harus


berkelompok agar mereka dapat bekerja sama dan tidak individualis.
Kadang-kadang diperlukan adanya ketua kelompok sehingga ketua tersebut dapat
memanage dirinya sendiri dan teman-temannya.
5. Mengakhiri pelajaran (ending the lesson)

Pada akhir pelajaran diharapkan siswa memiliki kesan yang baik selama
kegiatan berlangsung sehingga siswa selalu mengingat hal-hal yang berupa
pengalaman selama kegiatan. Maka dari itu, seorang guru harus membuat klimaks
naik pada saat pertemuan sehingga siswa berharap adanya kegiatan lanjut yang
lebih menarik pada pertemuan berikutnya.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

1. Mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat diartikan sebagai perbuatan


guru dalam konteks belajar-mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk
kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk
pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
2. Ada empat komponen yang perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok
kecil dan perorangan, yaitu keterampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan
memudahkan belajar, keterampilan merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.
3. Pengelolaan kelas secara umum adalah penciptaan kondisi yang
memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
4. Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu. Preventif,
keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal. Represif, keterampilan yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal.

3.2 SARAN

Sebagai calon guru seharusnya mahasiswa menguasai keterampilan mengajar


kelompok kecil,perorangan dan kemapuan mengelola kelas. Hal ini dimaksudkan
agar para guru dapat bekerja dengan professional sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.Menyadari bahwa penulis masih banyak
kekurangan dari kata sempurna,penulis akan lebih fokus kepada materi dan lebih
mendalami dengan baik,dan materi yang di sampaikan secara konseptual.
DAFTAR RUJUKAN

Adikara,Irvin. 2008. Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.(online),


(http://irvinadikara.blogspot.com/2008/02/mengajar-kelompok-kecil-dan
-perorangan.html,diakses 2 September 2018)

Ali Muhidin,Sambas. 2011. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan


Perorangan,(online),
(http://pgsd-unlambjb.tk/keterampilan-mengajar-kelompok-kecil-dan-per
orangan-dalam-pkr/,diakses 2 September 2018)

Djoeulie,Adie. 2010. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil,(oline),


(http://joe11penjasorkes.blogspot.com/2010/04/keterampilan-mengajar-k
elompok-kecil.html,diakses 2 September 2018)

Darmadi,Hamid.2010.Kemampuan Dasar Mengajar.Bandung:Alfabeta

Slameto 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta

Sofa. 2010. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan,(online)

S uwarna.2006.Pengajaran Mikro.Yogyakarta:Tiara Wacana

Anda mungkin juga menyukai