Anda di halaman 1dari 7

1.

BAGASING

Gasing sendiri merupakan salah satu khasanah permainan tradisional anak-anak Nusantara yang layak
untuk dilestarikan, namun sangat disayangkan permainan gasing tradisional ini pada masa sekarang
cenderung terlupakan dan tergantikan oleh beragam jenis permainan produk asing. Padahal permainan
gasing tradisional pada masa lalu tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera,
Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Sulawesi, NTT, NTB, Kalimantan hingga Papua.

Gasing sendiri adalah benda yang dibuat sedemikian rupa dari bahan kayu atau bambu dengan cara
memainkannya yang harus diputar menggunakan seutas tali. Bentuk gasing sendiri cukup banyak dan
setiap daerah juga memiliki beberapa bentuk Gasing, jika di Jawa memiliki gasing dengan delapan
bentuk, sedangkan di Toraja, Sulawesi Selatan mengenal gasing dalam 32 bentuk. Sementara di
Kalimantan khususnya Kalteng dalam permainan gasing tradisional atau Bagasing mengenal Gasing
dalam dua varian bentuk yakni Gasing Pantau dan Gasing Balanga.

Permainan ini memiliki nama atau istilah masing-masing untuk setiap daerah di Indonesia. Jika
permainan gasing tradisional khas Kalteng ini di Kalimantan Tengah disebut dikenal dengan sebutan
Bagasing maka di Jawa Timur Bagasing dikenal sebagai “Kekehan”, di Yogyakarta Bagasing disebut
“Patu“, Masyarakat Sunda mengenal Bagasing dengan sebutan “Bansing“, sedangkan warga
Banyumas menyebut Bagasing dengan nama “Panggalan“.

Sementara di Kalimantan, Meliputi Kalteng (Kalimantan Tengah), Kalsel (Kalimantan Selatan) dan
Kaltim (Kalimantan Timur) permainan gasing tradisional ini disebut sebagai Bagasing
2. BATAMAT AL-QUR’AN

Batamat Qur’an adalah upacara di daerah Kalimantan Selatan yang menandai bahwa seorang anak
telah menyelesaikan pelajaran membaca Al-Qur’an. Umumnya si anak berusia antara 9-10 tahun,
karena pelajaran membaca Al-Qur’an dimulai pada usia 6-7 tahun.
<>
Batamat Qur’an bisa disebut sebagai bentuk “wisuda” tradisional yang menandai bahwa si anak sudah
mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai makhraj dan kaidah tajwid. Acara ini
digelar oleh orang tua si anak yang telah menamatkan pelajaran membaca Al-Qur’an tersebut secara
pribadi, namun bisa juga diselenggarakan dengan teman-temannya yang lain secara bersama-sama,
jika kebetulan mereka menyelesaikan pelajaran membaca al-Qur’an dalam waktu bersamaan.

Acara dihadiri oleh teman-teman si anak, para tetangga, dan handai tolan lainnya. Acara bisa diadakan
di rumah guru tempat belajar mengaji, di masjid atau langgar, atau bisa juga di rumahnya sendiri.

Di dalam prosesinya, setelah pembukaan yang didahului dengan pembacaan al-Fatihah oleh pimpinan
acara yang biasanya guru mengaji si anak atau kiai setempat, si anak kemudian disuruh membaca Al-
Qur’an secara tartil mulai surat ad-Dhuha (QS: 93) hingga surat an-Naas (QS: 114).

Jika yang melaksanakan batamat adalah beberapa anak, maka surat-surat itu dibaca secara bergantian.
Bagian akhir dari setiap surat akan dibaca secara bersama-sama (koor). Jika terjadi kekeliruan dalam
membaca, guru mengaji yang membimbingnya segera mengoreksi dan membenarkannya. Para hadirin
menyaksikan dan mendengarkan pembacaan itu dengan saksama.

Di dalam upacara ini, orang tua si anak akan menyajikan ketan yang dibentuk seperti gunungan,
bagian atasnya dikasih inti (kelapa parut yang dikasih gula), di lereng sekelilingnya terdapat telur
pindang, dan beberapa bendera kertas dengan batang bambu yang ditancapkan, serta kembang sarai.
Beras ketan yang bersifat lengket melambangkan suatu pengharapan agar pengetahuan dan kesetiaan
si anak pada ajaran Al-Qur’an terus melekat, lestari, dan abadi sepanjang hidupnya.

Ketika pembacaan sampai pada permulaan surat al-Fiil (QS: 105), telur pindang yang menghiasi
gunungan ketan diambil dan diserahkan kepada anak yang menjalani acara batamat. Setelah
pembacaan al-Qur’an selesai, disambung dengan pembacaan bagian awal surat al-Baqarah (QS: 2)
dan doa khatmul Qur’an yang dipimpin oleh si guru mengaji atau mualim setempat.

Seusai doa, anak-anak biasanya akan ramai memperebutkan hiasan-hiasan pada gunungan ketan,
sedangkan orang dewasa disuguhi makanan ketan dan telur yang telah disajikan. Untuk memeriahkan
acara, kue yang disajikan kadang-kadang lebih banyak dan bervariasi seperti wajik, dodol, dan lain-
lain.

Upacara Batamat Qur’an juga menjadi bagian dari prosesi perkawinan di kalangan masyarakat Banjar.
Hal ini terutama berlaku bagi calon pengantin yang belum pernah tamat al-Qur’an atau belum
melakukan acara Batamat Qur’an.

Maknanya, dengan acara itu, calon pengantin sudah dinyatakan siap untuk menikah, berkeluarga, dan
mengarungi hidup karena sudah selesai mempelajari al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman
hidup. Dengan demikian, acara ini lebih banyak bersifat formal-simbolis.

Pernik-pernik acara Batamat Qur’an sebagai bagian dari prosesi perkawinan ini umumnya lebih
kompleks, meski rangkaian acaranya kurang lebih sama. Acara biasanya dilakukan sehari sebelum
persandingan, baik bagi calon pengantin laki-laki maupun pengantin perempuan yang digelar di
tempat terpisah.

Calon pengantin dengan berpakaian muslim atau muslimah (kalau laki-laki menggunakan baju koko
atau jas, sarung, dan peci, sedangkan perempuan menggunakan jilbab atau kerudung, sarung, dan baju
kurung) yang akan menjalankan acara duduk di atas lapik, yang dialasi kain putih atau sajadah. Lapik
ini bagian dari saji yang akan dihadiahkan kepada guru mengajinya. Acara dipimpin oleh guru
mengaji atau kiai setempat dan dihadiri oleh teman dan handai tolan. Sesajian berupa kue di dalam
acara ini lebih bermacam-macam, seperti nasi lemak kuning, telur dadar, wajik, dan telur bebek rebus.
Kadang-kadang acara ini disertai makan besar di akhirnya untuk para undangan dan tamu yang
mengikuti acara. (Sumber: Ensiklopedi NU)

3. ANYAMAN BAMBU

Anyaman bambu atau kerajinan anyaman dari bambu merupakan salah satu jenis dari berbagai macam
hasta karya yang anda di Indonesia. Di tambah lagi iklim tropis yang ada di Indonesia sangat
mendukung perkembangan tanaman bambu yang. Sehingga ketersedian bahan baku untuk membuat
anyaman dari bambu sangat melimpah.

Selain digunakan sebagai anyaman bambu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan alat-alat
rumah tangga. Tapi bambu paling banyak dimanfaatkan sebagai anyaman. Anyaman bisa dibuat dari
bahan yang hemat tapi bisa menghasilkan berbagai kerajinan tangan yang memiliki banyak manfaat
dan juga nilai ekonomis yang tinggi.

Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan bambu sebagai bahan
anyaman. Berbagai barang rumah tangga dibuat dengan anyaman bambu seperti tampah, kap lampu,
piring, loka penyajian makanan, meja, dipan, dan juga topi caping.
Berbagai benda dari anyaman bambu ini ternyata memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Oleh
karena itu tidak heran bila banyak berkembang usaha rumahan membuat usaha kerajinan tangan
dengan memanfaatkan bambu.

Contoh Hasil Kerajinan Anyaman Bambu

Hasil anyaman bambu tidak hanya memiliki sekedar fungsi praktis tetapi juga memiliki fungsi estetis.
Dengan kreativitas banyak tercipta berbagai karya dari anyaman bambu yang telah dibuat oleh
masyarakat. Bentuk yang unik membuat anyaman bambu bisa juga dijadikan aneka ragam souvenir
baik sebagai oleh-oleh khas daerah dan juga souvenir pernikahan. Berikut ini adalah berbagai
kerajinan dari anyaman bambu yang memiliki nilai estetika dan juga nilai jual yang tinggi.

Aneka Tempat Tisu dar Anyaman Bambu

Ayaman bambu bisa dibuat berbagai souvenir yang memiliki nilai estetis. Dengan membuat tempat
tisu unik dari anyaman bambu kamu bisa mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjualnya
untuk dijadikan penghias ruangan dengan meletakan di meja tamu. Berikut ini adalah berbagai model
tempat tisu yang terbuat dari anyaman bambu.

4. SULING
berbagai macam suling | photo : wikipedia

Penjelasan alat musik tradisional suling. Suling merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bamboo
dan hampir dapat kita temui diseluruh indonesia. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan
dengan alat musik lainnya dengan baik.

Jenis bahan suling

Suling dibuat dari beberapa macam bahan, seperti :

1. Suling Bambu yang umum kita jumpai

2. Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya.

3. Suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.

Jenis suling berdasarkan nada

Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle C.
Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di
bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi,
hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling.

Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo
juga umumnya digunakan dalam orkes.

Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat standar yang diciptakan dan
dirintis oleh Briccialdi. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas
dan profesional.
Suling open-holed biasa disebut juga French Flute yang di mana beberapa kunci memiliki lubang di
tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya. Jenis ini umum pada pemain tingkat
konser. Namun beberapa pemain suling memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya
menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai
penempatan jari yang sangat tepat.

Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih keras
dan lebih jelas pada nada-nada rendah.

5. ANYAMAN PURUN

Membuat Anyaman dari Tumbuhan Purun

Cara mendapatkan purun yaitu dengan dicabut batang yang sudah panjang dan tua (Berwarna hijau
tua dan berbuah). Proses selanjutnya yaitu batang purun dipotong sesuai dengan ukuran yang akan
kita anyam. Setelah itu batang purun ditaburi dengan abu atau tanah liat yang diaduk dengan air.
Kemudian dijemur sampai kering sekitar 2-3 hari atau berwarna coklat. Batang purun yang sudah
kering diikat dengan cara melilitkan batang dari pangkal sampai keujung, agar memudahkan proses
penumbukan. Sebelum ditumbuk, ikatan batang purun diinjak sampai pipih. Kemudian ikatannya
dirapikan agar padat. Barulah bundalan atau ikatan tersebut ditumbuk sampai benar-benar pipih dan
lentur. Batang purun pun siap dianyam.

Langkah awal membuat anyaman tikar:

Ambilah beberapa batang purun yang disusun berjejer. Kemudian ambil lagi satu batang purun dan
dimasukkan diantara batang purun yang sudah disusun. Lakukan berulang-ulang sehingga membentuk
anyaman. Apabila ingin memberi motif maka purun yang sudah ditumbuk diberi warna sesuai dengan
keinginan.

1. Apabila besar anyaman sudah sesuai dengan yang diinginkan, pinggir anyaman dikunci
dengan anyaman pengunci atau dalam bahasa Dayak disebut dengan Lipi.

2. Ujung purun yang masih tersisa dipinggir anyaman yang sudah dikunci dipotong dengan
menggunakan pisau atau gunting.

3. Tikar selesai dan siap digunakan

Anda mungkin juga menyukai