Anda di halaman 1dari 9

A.

LATAR BELAKANG

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan
oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut
merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan
tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan lain-lain.

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya. Jangka waktu
antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun.

Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar maupun tidak pengidap HIV
dapat menularkan virusnya pada orang lain.

B. PENULARAN HIV / AIDS

Karena AIDS bukan penyakit, AIDS tidak menular yang menular adalah HIV yaitu virus yang
menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah cairan sperma dan
cairan vagina, dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain
konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.

Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang mengidap HIV
tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang terinfeksi HIV bisa saja tidak
merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan
gejala klinis yang khas tetapi baru tampak pada tahap AIDS.

Ada empat cara penularan HIV. Pertama, melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa
perlindungan atau menggunakan kontrasepsi (kondom). Cara kedua, HIV dapat menular melalui transfusi
dengan darah yang sudah tercemar HIV. Cara ketiga, seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkannya
kepada bayi yang dikandung, itu tidak berarti HIV /AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit turunan
berada di gen-gen manusia sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan
cairan atau darah anaknya. Dan cara keempat adalah melalui pemakaian jarum suntik akufuntur, jarum tindik
dan peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.

Kemungkinan penularan HIV melalui empat cara diatas tidak sama, hal tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Penularan melalui Kemungkinan
terinfeksi per kontak
(%)
12 Tranfusi darah yang terinfeksi HIV 89,5

3 Dari ibu yang HIV + ke anak yang 15 – 30


dikandungnya
3.1 0,67
Jarum
3.2 0,29
Jarum suntik
3.3 0,5 – 10
Jarum tusuk
4 0,06 – 5,10
Jarum suntik pada pecandu narkotika
4.1 0,05 – 0,23
Hubungan seksual
4.2 0,03 – 5,60
Laki-laki ke laki-laki
4.3 Belum dapat dipastikan
Laki-laki ke perempuan
4.4 Idem
Perempuan ke laki-laki
4.5 Idem
Anal seks*
4.5.1 Idem
Oral seks*
4.5.2
Penis ke mulut*

Mulut ke Vagina*

Sumber : TIME (23/6-1997) dan AIDS and Men : Taking Risk of Taking Responsibility (Panos, London, 1999)
serta sumber-sumber lain. Pengolahan data oleh penulis.
Data diatas menunjukkan kemungkinan penularan paling besar bila seseorang mendapat tranfusi dengan
darah yang sudah terinfeksi HIV 89,5% akan terinfeksi, antara 15-30% ibu hamil yang positif akan menularkan
virus pada anak yang dikandungnya. Kemungkinan penularan ini dapat ditekan sampai 8% dengan penanganan
dokter ahli dan pemakaian obat-obat khusus saat hamil (Mutiara, 873,15-21 1997), dan kemungkinan cukup
besar tertular sampai 10% perkontak, terdapat pada kalangan pecandu narkotik suntikan.

Ada satu kondisi lagi yang kondusif untuk penularan HIV/AIDS bila seseorang sudah terkena satu penyakit
kelamin, penyakit kelamin yang dikenal umum adalah sifilis, gonore / GO, herpes dan chlanydia. Penderita
penyakit diatas bisa membuat seorang rentan terhadap penularan HIV karena penyakit yang sudah ada padanya
bisa menyebabkan infeksi saluran reproduksi, HIV bisa masuk dengan mudah melalui bagian yang sudah sakit.

TAHAP DAN GEJALA HIV / AIDS

Gejala-gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah masa inkubasi, yang biasanya
berlangsung antara 5-7 tahun setelah terinfeksi. Selama masa inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah
sedangkan jumlah sel T semakin berkurang, kekebalan tubuhpun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit.

Masa inkubasi terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV masuk kedalam aliran darah,
disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu berkisar antara 1-6 bulan, pada rentang waktu ini tes
HIV akan menunjukkan hasil yang negativ karena tes yang menditeksi anti body HIV belum dapat ditemukan,
tetapi walaupn seseorang yang terinfeksi HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia dapat menularkan HIV
kepada orang lain. Tahap kedua disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan
gejala-gejala walaupun dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat dideteksi melalui tes. Kondisi ini bisa
berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap inipun seseorang yang positif bisa menularkan HIVnya pada orang
lain. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe yang menetap dibanyak bagian tubuh. Dan tahap
keempat ditandai dengan kondisis seseorang yang sel T– 4 (sel darah putih sebagai pertahanan tubuh saat antigen
masuk) pada dirinya sudah berada dibawah 200 / microliter sehingga muncul berbagai macam penyakit, terutama
penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik. Sebenarnya infeksi oportunistik ini juga sudah sering
muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia belum akan dikatakan dalam kondisi AIDS apabila
sel T – 4 didalam darahnya masih diatas 200 / microliter.

WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam mendiagnosis AIDS, ada
yang disebut gejala mayor dan gejala minor. Gejala minor atau ringan antara lain :batuk kronis lebih dari satu
bulan, bercak-bercak merah dan gatal dipermukaan kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter (infeksi
yang disebabkan virus yang menggangu saraf) yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan pada
mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan kelenjar getah bening
yang menetap di sekujur tubuh. Gejala-gejala mayor antara lain : demam yang berkepanjangan lebih dari tiga
bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang-ulang maupun terus-menerus dan penurunan berat badan lebih
10 persen dalam kurun waktu tiga bulan.

C. PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI DUNIA

Setelah kasus pertama HIV /AIDS ditemukan pada tahun 1981, dewasa ini telah merupakan pandemi,
menyerang jutaan penduduk disetiap negara didunia dan menyerang pria, wanita serta anak-anak. WHO
memperkirakan bahwa sekitar 10-12 juta orang dewasa dan anak-anak didunia telah terinfeksi dan setiap hari
sebanyak 5000 orang tertular virus HIV. Menurut estimasi, pada tahun 2000 sekarang sekitar 10 juta penduduk
akan hidup dengan AIDS, 8 juta diantaranya akan mati. Pada saat itu laju infeksi pada wanita akan jauh lebih
cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi HIV 90% akan terjadi di negara berkembang terutema di Asia, negara
yang paling parah terkena antara lain : Thailand diperkirakan antara 500 ribu dan 800 ribu penduduknya telah
terinfeksi, India sudah mencapai rata-rata antara 2-5 juta, di Bombay sudah 50% pekerja seks dan 22,5%
perempuan hamil sudah terinfeksi virus HIV. Sementara itu negara-negara maju telah berhasil menekan laju
infeksi HIV di negaranya. Untuk lebih jelasnya dapatb dilihat tabel estimasi epidemi HIV / AIDS didunia (juni
1998).

Kawasan Jumlah
Amerika Utara 860.000

Karibia 310.000

Amerika Latin 1.300.000

Eropa Barat 480.000

Eropa Timur dan Asia Tengah 190.000

Afrika Utara dan Timur Tengah 210.000

Sahara Afrika 21.000.000


Asia Selatan dan Asia Tenggara 5.800.000

Asia Timur dan Pasifik 420.000

Australia dan Selandia Baru 12.000


Total
30.582.000

Sumber : Report on the Global HIV/AIDS Epidemic, Juni 1998, UNAIDS/WHO.

Tahun 2000 penanganan AIDS diseluruh dunia akan menghabiskan dana 514 milliar dollar AS. Setiap hari
7500 penduduk dunia terinfeksi HIV, lebih dari separo yang terinfekssi rata-rata berusia dibawah 25 tahun.

Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut pemerintah menganggap perlu melakukan satu
tindakan pencegahan dan penanggulangan AIDS baik secara nasional ataupun regional dan global dengan
berdasarkan kemanusiaan dan keadilan, sehingga akhirnya dibentuk suatu komisi penaggulangan AIDS. Komisi
penaggulangan AIDS ini ditetapkan dengan keppres NO. 36 tahun 1994.

D. SITUASI DAN MASALAH HIV DI INDONESIA

Kasus penularan AIDS pertama di Indonesia pada tahun 1987 kemudian disusul dengan kasus-kasus
berikutnya, sehingga pada tanggal 31 januari 1995 tercatat pengidap HIV 211 orang dan 69 penderita AIDS, 44
orang diantaranya meninggal. Data terakhir bulan Juni 1999 tercatat 88 mengidap HIV dan 26 penderita AIDS
(sampai dengan 31 Agustus 1999). Serupa dengan pola penyebaran dinegara lain, di Indonesiapun mulainya
diantara orang-orang homo seks, kemudian muncul pada sekelompok kecil orang-orang yang berperilaku resiko
tinggi seperti pecandu obat narkotika dan para tuna susila. Sasaran umum pembangunan jangka panjang kedua
(PJP-II) sebagaimana dinyatakan dalam GBHN 1993 adalah terciptanya kwalitas manusia dan kwalitas
masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. Penyebaran HIV / AIDS dalam masyarakat bukan semata-mata
hanya masalah kesehatan saja, tetapi mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, etis, agama dan hukum,
bahkan dampaknya secara nyata cepat atau lambat menyentuh semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Hal
ini mengancam upaya bangsa untuk meningkatkan kwalitas sumber daya manusia.

Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang
diharapkan, perlu peningkatan upaya penaggulangan HIV / AIDS, yang melibatkan semua sektor pembangunan
nasional melalui program yang terarah, terpadu dan menyeluruh.
Untuk itu disusunlah strstegi nasional penanggulangan HIV / AIDS yang komprehensif, menyeluruh dan
multi sektorel, guna mewujudkan satu gerak langkah dalam penaggulangan AIDS tersebut dan yang berdasarkan
Keputusan Presiden NO. 36 tahun 1994 tentang komisi penanggulangan AIDS.

Tujuan Penanggulangan HIV/AIDS adalah untuk :

1. Mencegah penularan virus HIV.


2. Mengurangi sebanyak mungkin penderitaan perorangan, serta dampak sosial dan ekonomis dari
HIV/AIDS di seluruh Indonesia.
3. Menghimpun dan menyatukan upaya-upaya nasional untuk penanggulangan HIV/AIDS.

E. STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya penanggulangan
HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga, perorangan, universitas dan lembaga-
lembaga penelitian, donor dan badan-badan internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif
dan saling melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan
Presiden nomor 36 Tahun 1994.

Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS,
Lingkup program, peran dan tanggung jawab, kerjasama internasional dan pendanaan. Kegiatan penanggulangan
AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah
oleh KPAD. Kegiatannya meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.

Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS.

1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah.


2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang ada di Indonesia.
3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan
keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.
4. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk memantapkan perilaku
yang baik dan mengubah perilaku yang berisiko tinggi.
5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan orang lain terhadap
infeksi HIV.
6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan martabat dari
para pengidap HIV/penderita AIDS dan keluarganya.
7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan
mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent), sebelum dan sesudahnya harus diberikan
konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan.
8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan Strategi Nasional
Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat.
9. Setiap pemberi pelayanan kepada pengidap HIV/penderita AIDS berkewajiban memberikan pelayanan
tanpa diskriminasi.
10. 3 Aspek Kepedulian :
11. Lingkup Program Utama :

Program

1. Pengamanan sumberdaya manusia.


2. Penggerakan, perorangan, keluarga, masyarakat untuk pencegahan, penyebaran dan penanggulangan
HIV/AIDS.
3. Pelayanan, perawatan, pengobatan.

1. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE).


2. Pencegahan.
3. Penelitian dan Kajian.
4. Monitoring dan Evaluasi.

Sasaran Masyarakat Terkena Infeksi HIV/AIDS, terutama :

1. Kelompok resiko tinggi :


2. Kelompok resiko rendah :

1. Wanita Tuna Susila (WTS).


2. Karyawati panti pijat, night club, bar dan diskotik.
3. Waria.
4. Narapidana.
5. Kelompok gay.
6. Penderita penyakit menular seksual.
1. Donor darah.
2. Ibu hamil.
3. Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
4. Pelajar/mahasiswa.
5. Karyawan.

Upaya Kebijakan Untuk Mencegah Penyebaran HIV :

– Agama sebagai benteng.

– Kartu bebas AIDS.

STRATEGI YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI PENYEBARAN PENYAKIT


HIV/AIDS ANTARA LAIN :

1. melakukan promosi kondom bagi WTS atau pekerja sex lainnya dengan cara memberikan penjelasan
tentang fungsi dan cara pemakaiannya.
2. Membangun tempat-tempat rehabilitasi khusus untuk orang-orang yang menderita penyakit AIDS.
3. Gencar melakukan pentuluhan di berbagai tempat yang ditujukan kepada masyarakat umum tentang
bahaya HIV/AIDS baik itu di sekolah-sekolah (SMU), Perguruan Tinggi jika perlu sampai ke Pondok
Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan para pembimbing sekolah.
4. Pemerintah dan LSM yang ada banyak melakukan penyuluhan ketahanan keluarga karena dengan
ketahanan keluarga diharapkan Ayah, Ibu dan anak memahami bahaya dari penularan HIV/AIDS.
5. Merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah positif dalam rangka pencegahan dan penyebarluasan
AIDS.
6. Meningkatkan pengetahuan petugas dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.
7. Berusaha agar pengidap HIV dan golongan resiko tinggi (WTS) dibekali keterampilan tertentu agar
mampu bekerja di bidang lain dalam kehidupnnya.
8. Membentuk kelompok kerja teknis komunikasi, informasi, dan idukasi khusus untuk menagani
HIV/AIDS.

Sebab-sebab tertular atau terkena HIV/AIDS antara lain :

1. banyak persepsi yang keliru tentang pemahaman penyakit HIV/AIDS dikalangan masyarakat.
2. Kurang adanya pendekatan orang tua terhadap anak-anaknya yang menginjak remaja sehingga mereka
terjerumus pada pergaulan bebas.
3. Kurangnya pengetahuan sex dan seringnya berganti-ganti pasangan dengan orang yang sudah terinfeksi
HIV.
4. Banyaknya tempat-tempat rawan yang dapat menimbulkan penularan HIV diantaranya panti pijat,
diskotik, tempat lokalisasi dan lain-lain.
5. Maraknya bisnis esek-esek dikalangan masyarakat tanpa perasaan malu melakukan hal tersebut.

– Skrining darah.

– Menutup tempat pelacuran.

F. KESIMPULAN

Dengan melihat data maupun keterangan yang telah dijabarkan diatas, jelaslah bahwa penyakit/virus HIV sangat
membahayakan bahkan lambat laun bisa mematikan. Untuk itu kita semua harus selalu waspada dengan cara
menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam
arti tanpa menggunakan alat kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai