PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang teknik komunikasi dan prinsif
komunikasi dalam mengkaji pasien terminal dan menjelang ajal.
2. Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas mengenai prinsip
dan teknik komunikasi dalam mengkaji pasien terminal dan menjelang
ajal
2
3. Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang penerapan prinsip dan
teknik komunikasi dalam mengkaji pasien terminal dan menjelang ajal.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian komunikasi
4
pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
4. Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi
dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang
professional dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan
perasaan dan emosi.
5. (Heri Purwanto, 1994) Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal.
6. (Mulyana, 2000) Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.
7. (Indrawati, 2003 48) Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah
adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
8. (Indrawati, 2003 : 48) Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang
bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional.
B. Prinsip Komunikasi
5
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter,memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan
latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga
hargadininya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya
(trust)harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan
danmemberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dan komunikasi
terapeutik.
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya
dan saling menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah
lakunya. Sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah
– masalahyang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun fungsi.
6
C. Teknik Komunikasi
1. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar
perawat mengetahui perasaan klien, member kesempatan lebih banyak
pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif
dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang disampaikan klien perlu
diluruskan. Tujuan teknik ini adalah memberi rasa aman klien dalam
mengungkapkan perasaannya dan menjaga kestabilan emosi/
psikologis klien.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya sesuai kehendak klien tanpa membatasi, contoh:
“Apa yang sedang Saudara pikirkan?”, “Apa yang akan kita bicarakan
hari ini?”.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat
dapat memberi dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan
“saya mengerti yang saudara katakan”.
3. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk
menguatkan ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien. Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa
tidur karena....”.
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien
berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang
diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah.
Contoh: “dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”.
Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
perawat-klien.
7
5. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya
komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar.
Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian
perawat.
2) Refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada
perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui
dan menerima perasaannya.
Teknik refleksi ini berguna untuk:
a) Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
b) Mengoreksi.
c) Memberi keterangan lebih jelas
Kerugiannya adalah:
a) Mengulang terlalu sering tema yang sama
b) Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting
serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik,
lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian
padapasiennya”.
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?”
7. Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan
pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan
memberi informasi.
Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.
8. Identifikasi Tema
8
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang
muncul selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian
dan mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangAn yang Anda jelaskan,
Anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
9. Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk member kesempatan berpikir dan memotivasi klien
untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat
menerima klien.
Misalnya:
Klien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (memberi kesempatan klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang jelas,
kalau saya tanya pasti marah.
10. Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan
kesehatan bagi lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab
panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya
sudah minum obat, kira-kira kenapa ya Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses
infeksi, dehidrasi atau karena metabolisme tubuh yang meningkat.
11. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab
batuk dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap
Anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.
9
D. Manfaat dan Jenis Komunikasi
10
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1. Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
2. Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah
diarsipkan.
3. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali
kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
4. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat
perintah,surat pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
1. Adanya dokumen tertulis
2. Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3. Dapat meyampaikan ide yang rumit
4. Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5. menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6. Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
7. Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8. Untuk penelitian dan bukti di pengadilan kerugian Komunikasi tertulis
11
keperawatan. Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non
verbal sebagai berikut:
a. Kinesik
b. Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam
bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan
bahwa dalam pengalihaninformasi mengenai kesehatan, para
penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi
juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk
mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab,
cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
c. Proksemik
d. Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh
“ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu
berkomunikasi atau antara individudengan objek.
e. Haptik
f. Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi
jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu
maka ada ahli komunikasi nonverbal yang mengatakan haptik itu
sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang,
mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda
dengan seseorang.
g. Paralinguistik
h. Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia
bermanfaat kalaukita hendak menginterprestasikan simbol verbal.
i. Artifak
j. Artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan
berbagai benda material disekitar kita.
k. Logo dan Warna Kreasi perancang untuk menciptakan logo
dalam penyuluhan merupakan karya komunikasi bisnis.
12
l. Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik
tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai
dari warna kulitnya,tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk,
gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau
warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan
pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya
bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga
mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui
informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau
menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber
informasi. (Liliweri, 2007:108).
E. Tujuan Komunikasi
13
penerapan prinsip dan teknik komunikasi dalam mengkaji pasien terminal
dan menjelang ajal
Perawat 1 : Selamat Pagi Tn A, saya perawat yani hari ini saya yang akan
merawat Tn A dari jam 7 sampai jam 2 siang, disini saya akan
merapikan tempat tidur Tn A, permisi ya Tn.
Perawat pun selesai merapikan tempat tidur dan melihat keadaan Tn
A.
Perawat 1 :Tn A saya sudah merapikan tempat tidur Tn,sekarang saya akan
kembali ke ruangan perawat,permisi ya Tn.
Setelah itu perawat Triya pergi ke ruangan dokter Eni untuk menyampaikan
keadaan Tn A saat ini.
14
Perawat 2: Permisi dok, tadi perawat Yani sudah melihat keadaan tanda –
tanda vital pasien Tn A di monitor ECG, hasilnya adalah Tekanan Darahnya
60/40mmHg, Nadi 50x/mnt, RR 12x/mnt dan suhu tubuhnya 32ºC.
Dokter : Mari sus kita ke ruangan Tn A untuk melihat keadaan Tn A.
Perawat 2 : Baiklah dok.
Di dalam Ruangan Tn A
Dokter : Suster keadaan Tn A tidak ada perubahan
Perawat 2 : Iya dok,tanda tanda vital pasien pun tidak ada perubahan.
Terlihat dimonitor ECG detak jantung pasien sudah tidak ada,
dan dokter pun meminta perawat 2 untuk mengambilkan alat
pemacu jantung.
Dokter : suster tolong ambilkan alat pemacu jantung
Perawat 2 : Iya dok
Setelah dokter dan perawat berusaha menolong Tn A dengan
pemacu jantung,akhirnya Tn A tidak bisa tertolong lagi
Dokter : suster Tn A tidak bisa tertolong lagi
Perawat 2 : innalilahi wainnalilahi rojiun
Dokter : mari kita sampaikan keadaan Tn A kepada keluarganya
Perawat 2 : Baik dok
Suster dan Dokter pergi keluar menemui keluarga pasien yang pada saat
itu Istri pasien menangis khawatir.
Istri : Bagaimana dok keadaan suami saya?
Dokter : Ibu, kami dan semua tim medis sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelamatkan suami ibu, tetapi tidak berhasil.
Baiklah Ibu saya akan kembali ke ruangan, untuk tindakan
selanjutnya akan dilakukan oleh suster Triya.
Istri : Iya Dok
Perawat 2: Ibu, saya turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tn A. Semoga
amal ibadah Tn A diterima disisi-Nya. Ibu yang sabar dan tabah ya...
Istri : Sus, saya ingin melihat suami saya
15
Perawat 2: Iya Ibu silahkan. jika ibu sudah mulai tenang, ibu dapat memanggil
saya kembali.
Istri : iya sus, terimakasih.
SELESAI
Kesimpulan :
Bagi seorang tenaga kesehatan mendampingi klien sudah menjadi suatu
kewajiban, tidak pandang buluh bagaimana keadaan klien tersebut. Termasuk
klien yang hampir meninggal dunia atau pada umumnya disebut sakaratul
maut/dying. Kita sebagai perawat dapat membantu keluarga pasien untuk
menguatkan hati dan menerima semuanya dengan baik.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html
http://www.scribd.com/doc/45819001/Pengertian-Komunikasi-Terapeutik#download
19