Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)


STUDI KASUS PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK DAN PT BANK
RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK

Oleh
ESTU RETNOWATI
H 24077016

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
STUDI KASUS PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK DAN PT
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
ESTU RENOWATI
H 24077016

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan


Metode Economic Value Added (EVA) Studi Kasus PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk.
Nama : Estu Retnowati
NIM : H24077016

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Farida Ratna Dewi, SE, MM


NIP : 197103072005012001

Mengetahui
Ketua Departemen,

Dr.Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc


NIP : 196101231986011002

Tanggal lulus :
RINGKASAN

Estu Retnowati. H24077016. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan


Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk). Di bawah
bimbingan Farida Ratna Dewi.

Krisis keuangan global menyebabkan bursa saham dunia menurun drastis,


hal ini berimbas pada saham-saham di BEI termasuk sektor bank. Akibatnya,
banyak investor yang menjual sahamnya dan tidak berani membeli saham-saham
lain di BEI, karena takut terkena dampak dari krisis ekonomi global. Dengan
adanya metode EVA diharapkan dapat membantu investor dalam memilih
perusahaan (bank) mana yang mampu memberikan nilai keuntungan bagi
pemegang sahamnya,
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah (1)
menganalisis kinerja keuangan bank yang masuk pada daftar LQ45 yaitu PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan
menggunakan metode EVA (2) membandingkan kinerja keuangan PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Lokasi
penelitian ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Pusat Referensi Pasar Modal
Bursa Efek Indonesia (PRPM-BEI).
EVA merupakan ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam
meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya jika
kinerja manajemen baik atau efektif (dilihat dari nilai tambah yang diberikan),
maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Kelebihan EVA
adalah EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan
memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi dan EVA dapat
digunakan sebagai tolok ukur pemberian bonus pada karyawan. Hal ini
disebabkan karena EVA dapat digunakan sebagai alat penetapan besar bonus yang
dibagikan kepada karyawan.
Berdasarkan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode
EVA, dari dua perusahaan yang dianalisis keduanya memiliki kinerja keuangan
yang baik dengan kata lain perusahaan mampu memberikan nilai tambah ekonomi
bagi pemegang sahamnya. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada periode
tahun 2007-2008 memiliki nilai EVA yang positif yaitu sebesar Rp
10.612.538.529.870 di tahun 2007 dan Rp 13.837.591.378.395 di tahun 2008 dan
mengalami peningkatan nilai EVA dengan persentase 30,39 persen atau setara
dengan Rp 3.225.052.848.525. Begitupun dengan PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk, periode tahun 2007-2008 perusahaan memiliki nilai EVA yang positif
sebesar Rp 13.840.443.798.734 pada tahun 2007 dan Rp 16.478.312.162.908 pada
akhir tahun 2008 dengan peningkatan nilai EVA sebesar 19,06 persen atau setara
dengan Rp 2.637.868.364.175. Secara garis besar dapat dilihat PT Bank Mandiri
Tbk memiliki nilai EVA lebih tinggi dibandingkan dengan nilai EVA yang
diperoleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Perbedaan yang signifikan itu
dikarenakan Bank Mandiri mempunyai biaya modal dan total aktiva yang jauh
lebih besar dibandingkan BRI pada periode tahun 2007-2008.
Dalam hal ini berlaku prinsip High Risk High Return, yaitu pengembalian
tinggi dengan resiko tinggi pula. Bank Mandiri pada awalnya memiliki modal
yang lebih besar dibandingkan dengan BRI, karena itu tingkat pengembalian yang
diperoleh Bank Mandiri pun jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat
pengembalian BRI. Akan tetapi dari perhitungan biaya modal dibagi nilai EVA
dari masing-masing perusahaan maka didapat persentase dari tingkat
pengembalian yang diperoleh, BRI memiliki persentase lebih besar yaitu 1.379,11
persen pada periode 2007 dan 2.443,27 persen pada akhir periode 2008.
Sedangkan Bank Mandiri memiliki persentase sebesar 839,62 persen pada periode
tahun 2007 dan 1.859,55 persen di tahun 2008. Namun demikian, kedua
perusahaan tersebut mengalami peningkatan kinerja keuangan pada tahun 2008
dan mampu mengatasi krisis ekonomi global. Oleh karena itu, kedua bank ini
dapat tergabung dalam indeks saham LQ45 sebagai saham yang diperhitungkan
dalam mengukur indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI dan dapat menarik
dimata para investor.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ketapang pada tanggal 02 Februari 1986. Penulis


merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Suwarno dan Tuti.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 30 Depok pada tahun
1997, lalu melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 4 Depok
pada Tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Umum YAPEMRI Depok. Tahun 2003, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur reguler di Program Diploma III Informatika,
Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan kembali di Institut Pertanian Bogor,
Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama perkuliahan, penulis sempat mengikuti pelatihan-pelatihan seperti
Pumping Talent, SPSS, Bisnis Plan dan TOEFL. Selain itu penulis sempat
mengikuti magang kerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong
pada tahun 2006. Pada tahun 2007-2010, penulis sempat bekerja pada
Procurement Support PT Telekomunikasi Seluler, Jakarta.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke khadirat Allah


SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Hasil skripsi ini didasarkan pada kegiatan
penelitian yang dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Skripsi yang
berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan
Metode Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk)” ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Program Sarjana
Penyelenggaraan Khusus Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berisi tentang penjabaran analisis kinerja keuangan perusahaan
pada beberapa bank yang masuk dalam daftar indeks LQ45 di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai
informasi dan referensi, dan juga bahan pertimbangan pihak-pihak yang
berkepentingan seperti manager dan investor untuk mengambil keputusan.

Bogor, Agustus 2010

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Terima Kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril
maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan saran, motivasi, dan
pegarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
2. Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, M.Si dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut.
MM selaku penguji yang telah memberikan saran-saran dan perbaikan dalam
laporan skripsi ini.
3. Staff dan Karyawan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Pusat Referensi Pasar
Modal Bursa Efek Indonesia (PRPM-BEI) yang telah membantu dalam
penelitian dilapangan.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Sarjana Manajemen
Penyelenggaraan Khusus atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Keluarga tercinta yang telah memberikan curahan kasih sayang, motivasi dan
do‟a yang tulus.
6. Rekan-rekan di Ekstensi Manajemen Angkatan „2 yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya.
7. Semua pihak yang telah membantu secara langsung ataupun tidak langsung
dalam pembuatan laporan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan
untuk hal yang lebih baik.

Bogor, Agustus 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.5. Ruang Lingkup ............................................................................................. 4
II.TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5
2.1. Bank ............................................................................................................. 5
2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan ..................................................................... 5
2.3. Laporan Keuangan ....................................................................................... 6
2.4. Economic Value Added (EVA) .................................................................... 6
2.4.1 Laba Operasi Bersih Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax) ... 9
2.4.2 Modal yang di Investasikan (Invested Capital/IC)................................. 9
2.4.3 Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) ....................................... 9
2.4.4 Biaya Modal ......................................................................................... 10
2.5 Strategi Perusahaan ..................................................................................... 13
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 14
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 16
3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 16
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 16
3.3. Pengumpulan Data ..................................................................................... 17
3.4. Pengolahan dan Analisis Data.................................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 22
4.1. Profil Perusahaan ....................................................................................... 22
4.1.1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ........................................................... 22
4.1.2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ............................................ 26
4.2. Perhitungan EVA ....................................................................................... 31
4.2.1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ........................................................... 31

vi
4.2.2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ............................................ 33
4.3. Ringkasan Perhitungan EVA ..................................................................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 38
1. Kesimpulan ....................................................................................................... 38
2. Saran .................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
LAMPIRAN ......................................................................................................... 42

vii
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Daftar saham bank yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45
periode Agustus 2008-Januari 2009 ................................................................... 2
2. Ringkasan neraca PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, periode
31 Desember 2007 dan 2008 ............................................................................ 25
3. Ringkasan laporan laba rugi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,
periode 31 Desember 2007 dan 2008 ............................................................... 26
4. Ringkasan neraca PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,
periode 31 Desember 2007 dan 2008 ............................................................... 29
5. Ringkasan laporan laba rugi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,
periode 31 Desember 2007 dan 2008 ............................................................... 30
6. Ringkasan perhitungan EVA PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,
periode 2007-2008 ............................................................................................ 37
7. Ringkasan perhitungan EVA PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,
periode 2007-2008 ............................................................................................ 37

viii
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ......................................................................... 17
2. Grafik NOPAT, biaya modal dan EVA PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk, periode 2007-2008.................................................................... 33
3. Grafik NOPAT, biaya modal dan EVA PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk, periode 2007-2008................................................................... 35

ix
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Laporan laba/rugi konsolidasi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,
Desember 2008 dan 2007 ................................................................................. 43
2. Laporan laba/rugi konsolidasi PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk, Desember 2008 dan 2007 ......................................................... 45
3. Perhitungan tingkat pengembalian saham bulanan PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk, periode 2007-2008.................................................................... 47
4. Perhitungan tingkat pengembalian saham bulanan PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk, periode 2007-2008 .................................................. 48
5. Perhitungan tingkat pengembalian pasar bulanan
periode 2007-2008 ............................................................................................ 49
6. Tingkat rata-rata suku bunga SBI bulanan tahun 2007-2008............................ 50
7. Perhitungan biaya saham (Ke) perusahaan tahun 2007-2008 ........................... 51
8. Perhitungan biaya utang perusahaan (Kd*) periode 2007-2008 ....................... 52
9. Perhitungan proporsi utang dan ekuitas perusahaan
periode 2007-2008 ............................................................................................ 53
10. Perhitungan modal yang diinvestasikan (Invested Capital/IC)
perusahaan periode 2007-2008 ......................................................................... 54
11. Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average
Cost of Capital) perusahaan periode 2007-2008 .............................................. 55
12. Perhitungan laba bersih setelah pajak (Net Operating Profit After
Tax /NOPAT) perusahaan periode 2007-2008 ................................................. 56
13. Perhitungan biaya modal (Cost of Capital/COC) perusahaan
periode 2007-2008 ......................................................................................... 57
14. Perhitungan Economic Value Added (EVA) perusahaan
periode 2007-2008 ............................................................................................ 58

x
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perbankan Indonesia sekarang ini boleh dikatakan sudah mempunyai
arah yang jelas dengan hadirnya Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Optimisme kini tertanam di jiwa para pelaku bisnis perbankan di Tanah Air.
Bukan hanya bankir lokal, bankir-bankir asing yang bekerja di bank-bank
lokal karena terkait dengan kepemilikan mayoritas saham pun memiliki
optimisme yang tinggi. Mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan sang
regulator, dalam hal ini pemerintah dan Bank Indonesia (BI), sangat
mendorong industri perbankan untuk tumbuh sehat, kuat, dan bisa melakukan
best practices perbankan secara internasional.
Perlu diketahui, jumlah bank di Indonesia per Desember 2008 sebanyak
124 bank, dengan jumlah kantor bank mencapai 10.868 kantor dan tersebar di
seluruh Indonesia. Dari 124 bank tersebut, beberapa di antaranya menguasai
pasar perbankan Indonesia dan umumnya bank-bank besar. Namun bank kecil
juga ada dan meskipun kecil, mereka sehat. Pengaruh mereka terhadap pasar
dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri sangat besar. Oleh karena itu, oto-
ritas perbankan merasa perlu untuk melindungi bank-bank tersebut. Otoritas
perbankan tidak mau melihat bank-bank penguasa pasar ini ambruk. Sebab,
sekali ada bank besar penguasa pasar bermasalah, bukan tidak mungkin
mengakibatkan risiko sistemik, yang bisa mempengaruhi sistem perbankan
yang ada (www.bi.go.id, 2009).
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk merupakan dua bank yang masuk dalam daftar LQ45 berturut-
turut selama periode Agustus 2006-Januari 2007 dan Agustus 2008-Januari
2009. Daftar LQ45 merupakan daftar dari 45 saham yang terpilih setelah
melalui beberapa kriteria pemilihan sehingga akan terdiri dari saham-saham
dengan likuiditas (LiQuid) dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Salah satu tolok
ukur dalam pemilihan saham pada daftar LQ45 adalah keadaan keuangan
perusahaan. Untuk dapat mengetahui gambaran tentang keadaan keuangan
bank yang masuk pada daftar LQ45, maka perlu diadakan analisis terhadap
2

data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Data tersebut tercermin


pada laporan keuangannya. Di bawah ini terdapat bank-bank yang masuk
dalam daftar indeks LQ45 periode Agustus 2008-Januari 2009.
Tabel 1. Daftar Saham Bank yang Masuk Dalam Perhitungan Indeks
LQ45 periode Agustus 2008-Januari 2009
No. Kode Efek Nama Perusahaan
1 BBCA Bank Central Asia Tbk
2 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk
3 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
5 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
6 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
7 BNII Bank International Indonesia Tbk
(Sumber : www.bi.go.id, 2009)

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan memiliki banyak


manfaat, baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Bagi
pihak internal, pimpinan perusahaan dan manajemen dapat mengetahui hasil-
hasil keuangan yang telah dicapai pada waktu lalu dan waktu yang sedang
berjalan dan dapat mengetahui apakah pelaksanaan suatu kegiatan berada
pada jalur yang telah ditetapkan sehingga dapat mengambil kebijakan untuk
periode mendatang. Bagi pihak eksternal, kreditur akan dapat mengetahui
kinerja keuangan perusahaan yang telah atau akan menjadi debiturnya,
sehingga kreditur dapat menentukan mana perusahaan yang layak diberikan
kredit dan mana perusahaan yang tidak layak untuk diberikan kredit. Selain
kreditur, investor pun perlu mengetahui keadaan keuangan perusahaan di
dalam rangka menentukan kebijaksanaan penanaman modalnya.
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan bukan hal yang mudah,
mengingat terdapat banyak sekali alat ukur penilaian kinerja keuangan
perusahaan yang dapat digunakan. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan metode
Economic Value Added (EVA). EVA dapat mengukur kinerja (prestasi)
manajemen berdasarkan besar kecilnya nilai tambah yang diciptakan. EVA
menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi sehingga dapat
diperoleh gambaran tentang posisi keuangan perusahaan serta dapat menilai
seberapa jauh tingkat efektifitas dan efisiensi yang telah dilakukan
3

perusahaan untuk tujuan tertentu. Kelebihan EVA adalah EVA memfokuskan


penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal
sebagai konsekuensi investasi dan EVA dapat digunakan sebagai tolok ukur
pemberian bonus pada karyawan. Hal ini disebabkan karena EVA dapat
digunakan sebagai alat penetapan besar bonus yang dibagikan kepada
karyawan. Selain EVA terdapat alat pengukur kinerja lain yaitu MVA
(Market Value Added). MVA merupakan pengukur kinerja yang tepat untuk
menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi
pemiliknya. Peningkatan MVA dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
EVA yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional tahunan.
Ada beberapa bank yang masuk dalam daftar LQ45, namun yang
dipilih untuk dianalisis kinerjanya adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kedua bank tersebut dipilih karena
merupakan Persero atau Perusahaan Perseroan, yaitu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bentuk usahanya adalah perseroan terbatas atau PT.
Bentuk persero semacam itu tentu saja tidak jauh berbeda sifatnya dengan
perseroan terbatas/PT swasta yakni sama-sama mengejar keuntungan yang
sebesar-besarnya. Saham kepemilikan Persero sebagian besar atau setara 51
persen harus dikuasai oleh pemerintah, karena Persero diharapkan dapat
memperoleh laba yang besar (http://organisasi.org, 2010).
Untuk itu dilakukan analisis dengan metode EVA pada PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, karena
kedua bank tersebut saat ini berkembang dengan cukup pesat. Economic
Value Added (EVA) merupakan selisih antara Net Operating Profit After Tax
(NOPAT) dengan Capital Charge (biaya modal). EVA sekarang ini mulai
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan oleh berbagai perusahaan
sebagai salah satu upaya untuk dapat menghubungkan antara kepentingan
manajemen perusahaan dengan investor (dalam hal ini para pemegang saham
perusahaan).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka masalah yang


ingin diangkat adalah :
4

1. Bagaimana kinerja keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT


Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang masuk dalam daftar LQ45 di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan metode EVA?
2. Manakah kinerja yang terbaik antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :


1. Untuk menganalisis kinerja keuangan bank yang masuk pada daftar LQ45
yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk dengan menggunakan metode EVA.
2. Untuk membandingkan kinerja keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tersebut adalah :


1. Bagi investor dan Kreditur
Investor, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
keputusan investasi dalam bentuk penanaman modal atau pembelian
saham perusahaan.
Kreditur, untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan sebelum
memberikan kreditnya.
2. Bagi peneliti berikutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan
sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya, khususnya bagi
peneliti lain yang berminat mempelajari masalah yang sama.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja keuangan


bank yang masuk dalam daftar LQ45 periode 2007-2008 dengan
menggunakan Economic Value Added (EVA). Bank yang diteliti adalah dua
bank yang masuk dalam daftar LQ45 yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank
Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut
penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal
tulisan, dan berlanjut sampai sekarang di mana bank sebagai institusi
keuangan yang menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi
yang memegang lisensi bank. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervisi
keuangan dan memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti
menerima tabungan dan memberikan pinjaman (id.wikipedia.org, 2009).

2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan

Hakim (2006) istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan


dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang
harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan
cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan
sumber daya nya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk
memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat
berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam
anggaran.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk
menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan
dimasa depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
6

perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada.
Disamping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan
perimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya.

2.3. Laporan Keuangan

Handayani (2005) laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun


oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu
adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau
daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi
perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus
atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan).
Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan biasanya terdiri dari :
1 Neraca : laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, modal dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu menunjukkan posisi keuangan (aktiva,
utang dan modal) pada saat tertentu.
2 Laporan laba rugi : suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dari
penjualan, berbagai biaya, dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama
periode tertentu.
3 Laporan saldo laba : menunjukkan perubahan laba ditahan selama periode
tertentu.
4 Laporan arus kas : Menujukkan arus kas selama periode tertentu.
5 Catatan atas laporan keuangan: berisi rincian neraca dan laporan laba rugi,
kebijakan akuntansi, dan lain sebagainya.

2.4. Economic Value Added (EVA)

Dalam perkembangannya muncul banyak pemikiran-pemikiran baru


dibidang manajemen keuangan dalam mengukur kinerja keuangan suatu
perusahaan. Salah satu diantaranya adalah konsep Economic Value Added
(EVA) yang mengukur kinerja keuangan perusahaan memperhatikan
ekspektasi para penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Economic
Value Added merupakan salah satu konsep ukuran kinerja keuangan yang
7

dicetuskan pertama oleh analisis keuangan Stern dan Stewart dalam usahanya
untuk memperoleh jawaban terhadap metoda penilaian yang lebih baik.
Economic Value Added merupakan ukuran keberhasilan manajemen
perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.
Asumsinya jika kinerja manajemen baik atau efektif (dilihat dari nilai tambah
yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham
perusahaan (www.mitrariset.com, 2009).
Economic Value Added menyebabkan perusahaan untuk lebih
memperhatikan kebijakan struktur modal. EVA secara eksplisit
memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dan mengakui bahwa karena lebih
tingginya risiko yang dihadapi pemilik ekuitas maka besarnya biaya modal
atas ekuitas adalah lebih tinggi dari pada tingkat biaya modal atas hutang. Ini
sering diabaikan perusahaan karena mengangap dana ekuitas adalah dana
murah yang diperoleh dari pasar modal, sehingga tidak perlu dikompesasi
dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Anggapan ini karena tidak
diperhitungkan biaya modal atas ekuitas di laporan laba-rugi seolah-olah dana
ekuitas tersebut gratis. Penggunaan EVA yang secara eksplisit memasukkan
biaya modal atas ekuitas akan mengubah pandangan ini dan mengharuskan
perusahaan-perusahaan untuk selalu berhati-hati dalam menentukan
kebijaksanaan struktur modalnya.
Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai
suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Nilai pasar yang
dimaksud adalah berhubungan dengan harga saham dari suatu perusahaan
dibandingkan dengan rata-rata harga saham yang beredar di pasar (capital
market). Nilai pasar tersebut dapat dihitung dengan market capitalization yaitu
harga saham dikalikan dengan jumlah saham perusahaan yang beredar di
pasar.
Besarnya biaya modal ditentukan berdasarkan rata-rata tertimbang dari
tingkat bunga setelah pajak dan tingkat bunga modal atas ekuitas (WACC =
Weighted Average Cost of Capital), sesuai dengan proporsi hutang dan ekuitas
pada struktur modal perusahaan. Beban bunga atas hutang tercermin dalam
8

Laporan Laba Rugi, sedangkan biaya modal atas ekuitas tidak diperhitungkan
didalam laporan tersebut karena itulah biaya modal harus dperhitungkan.
Langkah-langkah penghitungan EVA adalah sebagai berikut (Tunggal, 2001):
a. Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost)
dan non cash bookeeping entries seperti biaya penyusutan. NOPAT dapat
diperoleh dari laporan laba perusahaan yaitu data mengenai pendapatan
bersih setelah pajak dan besarnya biaya bunga yang ditanggung perusahaan.
b. Menghitung Invested Capital
Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar
pinjaman jangka pendek tanpa bunga, seperti hutang dagang, biaya yang
masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka untuk pelanggan. Invested
Capital dapat diperoleh dari laporan neraca perusahaan, yaitu data mengenai
total hutang, total ekuitas pinjaman jangkan pendek tanpa bunga yang
meliputi hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak,
uang muka untuk pelanggan.
c. Menghitung WACC ( Weighted Avarage Cost of Capital )
WACC adalah jumlah biaya masing-masing komponen modal, misalnya
jumlah dari masing-masing komponen modal misalnya pinjaman jangka
pendek dan pinjaman jangka panjang serta setoran modal saham yang
diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal
perusahaan.
d. Menghitung Capital Charges
Capital Charges adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para
investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan. Biaya modal adalah
tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi
proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya.
e. Menghitung EVA
EVA dapat didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi
9

semua biaya operasi dan biaya modal. EVA dapat dihitung dari laba
sebelum beban bunga dan pajak dikurangi beban pajak dikurangi biaya
modal.

2.4.1 Laba Operasi Bersih Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax)

Menurut Tunggal (2008), NOPAT merupakan laba yang diperoleh


dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan. Besarnya
NOPAT tidak dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan karena
diasumsikan restrukturisasi keuangan tidak akan memberi dampak pada
profitabilitas ataupun risiko bisnis yang ada sekarang. Dengan kata lain,
perusahaan yang membiayai bisnisnya dari utang atau modal sendiri, nilai
NOPAT akan selalu identik. Dan untuk perhitungan NOPAT dapat dilakukan
pada laporan laba rugi perusahaan.

2.4.2 Modal yang di Investasikan (Invested Capital/IC)

Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan


perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak
menangung bunga (non interest bearing liabilities), dan pajak yang akan
jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang di investasikan sama dengan
jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka
panjang yang menanggung bunga, hutang dan kewajiban jangka panjang
lainnya (Young dan O’byrne, 2001).

2.4.3 Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)

WACC adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing


dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal
perusahaan. Karena biaya bunga (interest) dapat dikurangkan dari
penghasilan dalam rangka menentukan pendapatan kena pajak (interest on
debt is tax deductible), maka cost of debt dalam perhitungan WACC adalah
after-tax cost of debt (Utomo, 1999). Menurut Young and O’byrne (2001),
dalam menghitung WACC suatu perusahaan perlu mengetahui :
1. Jumlah utang dalam struktur modal
2. Jumlah ekuitas dalam struktur modal
3. Biaya utang
10

4. Tingkat pajak
5. Biaya ekuitas

Keseluruhan komponen tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

WACC = Kd (1-t) Wd + KeWe….........................................................(1)


Dimana :
Kd = Biaya utang jangka panjang
t = Tingkat pajak perusahaan
Wd = Proporsi utang dalam struktur modal
Ke = Biaya pengembalian saham
We = Proporsi saham dalam struktur modal

Biaya penggunaan modal yang diukur melalui pendekatan WACC


akan berubah apabila terjadi perubahan struktur modal ataupun perubahan
biaya dari masing-masing komponen tersebut. Selama struktur modal dan
biaya masing-masing komponen dapat dipertahankan maka tingkat biaya
penggunaan modal akan tetap meskipun modal yang digunakan berubah.

2.4.4 Biaya Modal

Biaya modal (Cost Of Capital) menunjukkan besarnya kompensasi


atau pengembalian modal yang dituntut oleh investor atas modal yang
diinvestasikan di perusahaan. Biaya modal merupakan suatu biaya
kesempatan yang mencerminkan pengembalian yang diharapkan investor
dari investasi lain dengan risiko yang serupa (Young dan O’byrne, 2001).
Menurut Utomo (1999) Biaya modal atau cost of capital adalah tingkat
pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemegang saham (pemilik)
perusahaan dalam investasinya. Untuk praktisi bidang keuangan, istilah
cost of capital ini digunakan: 1. Sebagai tarif diskonto (discount rate) untuk
membawa arus kas masa mendatang suatu proyek ke nilai sekarang
(present value). 2. Sebagai tarif minimum yang diinginkan untuk menerima
project baru. 3. Sebagai biaya modal (capital charge) dalam perhitungan
Economic Value Added. 4. Sebagai bandingan (benchmark) untuk menaksir
tarif biaya pada modal yang digunakan Cost of capital sangat dipengaruhi
oleh hubungan antara risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return),
11

dimana semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor semakin tinggi
pula tingkat pengembalian yang dikehendaki sebelum nilai tambah dapat
diciptakan dan semakin tinggi biaya modal yang timbul. Menurut Sartono
(1997) model yang dipergunakan untuk menghitung biaya modal meliputi
biaya utang, biaya saham biasa dan biaya saham preferen.
1. Biaya Utang
Biaya utang merupakan besarnya tingkat keuntungan yang diminta oleh
investor (pemilik dana). Besarnya tingkat keuntungan yang diminta
investor tersebut adalah sama dengan tingkat bunga yang menyamakan
present value penerimaan di masa datang yang berupa bunga dan
pembayaran pokok pinjaman dengan dana yang diberikan saat ini (Sartono,
1997). Karena pembayaran bunga mengurangi pajak, maka biaya utang
setelah pajak harus disesuaikan dengan faktor koreksi (1-t).
2. Biaya Saham Biasa
Saham biasa merupakan sumber dana yang paling berisiko dibanding
dengan sumber dana lain, hal ini disebabkan karena pembayaran dividen
kepada pemegang saham biasa dibayarkan setelah pembayaran bunga dan
dividen saham preferen. Seperti halnya biaya modal yang berasal dari biaya
utang dan saham preferen, biaya saham biasa adalah sebesar tingkat
keuntungan yang disyaratkan investor saham biasa. Menurut Keown
(2004), terdapat dua metode untuk mengestimasi tingkat pengembalian
yang disyaratkan pemegang saham biasa, yaitu :
a) Model pertumbuhan deviden
Pendekatan ini dipakai bila pertumbuhan deviden dan pendapatan
perusahaan akan tumbuh pada tingkat yang konstan. Rumusnya adalah:
Ks = Di + g …………………………………………………………(2)
Po
Dimana,
Ks = Harga saham biasa
Di = Deviden tahun ke-i
Po = Nilai harga saham biasa
g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan
12

b) Penetapan harga aktiva modal (Capital Asset Pricing Model/CAPM)


CAPM merupakan pernyataan mengenai hubungan antara pengembalian
yang diharapkan dan risiko, dimana risiko sistematis untuk aset yang
berisiko. Risiko sistematis merupakan risiko yang terjadi karena faktor
perubahan pasar secara keseluruhan. Menurut Keown (2004), CAPM
memberikan dasar untuk menentukan harapan investor atau tingkat
pengembalian hasil dari investasi saham biasa. Model ini tergantung pada
tiga hal :
1. Tingkat bebas risiko.
2. Risiko sistematis dari pengembalian atas saham biasa dibandingkan
dengan pengembalian atas pasar secara keseluruhan atau koefisien beta
saham.
3. Premi risiko pasar yang setara dengan perbedaan tingkat pengembalian
yang diharapkan atas surat berharga rata-rata dikurangi tingkat bebas
risiko.
Young and O’byrne (2001), menjelaskan bahwa CAPM dikembangkan
secara independen oleh Professor William Sharpe dari Universitas
Standford dan John Lintner dari Universitas Harvard, menarik sumbangsih
sebelumnya terhadap teori keuangan oleh James Tobin dan Harry
Markowits. CAPM merupakan model pengharapan yang berdasarkan pada
apa yang diharapkan investor akan terjadi dan bukan pada apa yang sudah
terjadi. Rumus dari CAPM dapat dirumuskan sebagai berikut :
E(R) = Rf + βi MRP……………………………………………….(3)
MRP = Rm – Rf …………………………………………………...(4)
Dimana:
E(R) = Harapan pengembalian
Rf = Tingkat pengembalian atas risiko pasar
Βi = Faktor risiko (beta) yang berlaku spesifik untuk perusahaan
MRP = Market Premium Risk
3. Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen adalah tingkat pengembalian yang diperlukan
investor atas perusahaan yang dihitung sebagai deviden saham preferen
13

dibagi dengan harga penerbitan. Menentukan biaya saham istimewa begitu


sederhana karena kesederhanaan arus kas yang dibayarkan kepada
pemegang saham istimewa (Keown, 2004).

2.4. Strategi Perusahaan

Strategi perusahaan didasarkan bagaimana perusahaan mampu


menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya. Strategi perusahaan diambil
dari pendekatan penciptaan nilai sudah mencakup tingkat pengembalian
perusahaan tersebut. Penciptaan nilai pada suatu perusahaan dapat dicapai
ketika perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian diatas biaya modal
maka perusahaan mampu meningkatkan nilai pemegang sahamnya.
Penciptaan nilai di dalam suatu perusahaan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
EVA = (RONA - WACC) x modal yang diinvestasikan …………(5)
Dimana :
EVA = Nilai yang diciptakan dalam suatu periode
RONA = Laba operasi bersih setelah pajak dibagi dengan aktiva bersih
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan
Berdasarkan perumusan di atas, perusahaan dapat melakukan banyak
hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan
meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut (Stewart,
1993 dalam Utomo, 1999):
1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return
lebih besar dari biaya modal yang ada.
3. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Pengukuran EVA bersifat jangka pendek (setahun) bukan
kesinambungan. Karena kinerja manajemen diukur dari potret jangka
pendek. Manajemen berkepentingan meningkatkan EVA dan cenderung
enggan berinvestasi jangka panjang. Penundaan investasi mengakibatkan
turunnya daya saing perusahaan dimasa depan. EVA dapat digunakan secara
mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau
data perusahaan lain. Sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan
14

analisis rasio. Dalam prakteknya data pembanding ini seringkali tidak


tersedia.

2.5. Penelitian Terdahulu

Ningrum (2008) dengan “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan


Telekomunikasi Go Public dengan Metode Economic Value Added (EVA)”,
melakukan penelitian terhadap perusahaan telekomunikasi yang sudah go
public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan tahun penelitian 2002 - 2007.
Perusahaan yang diteliti antara lain PT Telekomunikasi Tbk, PT Indosat
Tbk, PT Excelcomindo Pratama, PT Bakrie Telecom dan PT Mobile-8.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari kelima perusahaan yang diteliti
dengan menggunakan EVA, terdapat satu perusahaan yang memiliki nilai
EVA positif yaitu PT Telekomunikasi Tbk dan PT Indosat Tbk menjadi
urutan kedua. Sedangkan tiga perusahaan lainnya yaitu PT Excelcomindo
Pratama, PT Bakrie Telecom dan PT Mobile-8 memiliki nilai EVA yang
negatif karena laba usaha yang dihasilkan lebih rendah dari biaya modalnya.
Dengan demikian, ketiga perusahaan tersebut belum dapat menciptakan
kekayaan bagi pemegang sahamnya dan belum dapat menciptakan nilai
tambah ekonomis bagi investornya.
Mubarok (2009) dengan “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
dengan Metode Economic Value Added (EVA)”, melakukan penelitian
terhadap perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan tahun penelitian 2007-2008. Perusahaan yang diteliti yaitu PT
Multistrada Tbk dan PT Gajah Tunggal Tbk. Hasil yang diperoleh
menunjukan bahwa terdapat satu perusahaan yang memiliki kinerja
keuangan yang baik dengan kata lain telah memenuhi harapan investor dan
kreditur serta bagi manajemen perusahaan itu sendiri yaitu PT Multistrada
Tbk, karena pada tahun 2008 PT Multistrada mengalami peningkatan kinerja
keuangan dari tahun 2007 yang memiliki nilai EVA negatif meningkat
menjadi positif pada tahun 2008, walaupun pada akhir tahun tersebut terjadi
krisis ekonomi global. Berbeda dengan PT Multistrada, PT Gajah Tunggal
Tbk memiliki penurunan kinerja pada tahun 2008. Pada tahun 2007
perusahaan memiliki nilai EVA yang positif, akan tetapi pada akhir tahun
15

nilai EVA menurun menjadi negatif, karena adanya kerugian yang cukup
besar akibat dari krisis ekonomi global.
16

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran


Pengukuran kinerja keuangan perusahaan pada dasarnya dilaksanakan
karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat
resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Dalam menilai faktor-faktor
yang berkaitan dengan pengukuran kinerja keuangan perusahaan, terdapat
berbagai alat ukur yang dapat digunakan, diantaranya yaitu menggunakan
EVA. EVA merupakan suatu alat analisis finansial untuk menilai
profitabilitas yang realistis dari operasi perusahaan, dengan penghitungan
EVA diharapkan dapat memperoleh hasil perhitungan pada upaya penciptaan
nilai perusahaan (Creating a Firms value) yang lebih realistis. Perusahaan
yang akan diteliti adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan
yang telah tercatat di BEI dalam LQ45 pada periode Agustus 2006-Januari
2007 sampai dengan Agustus 2008-Januari 2009. Perusahaan-perusahaan
yang terpilih adalah Bank Mandiri (Persero) Tbk dan Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk.
Data laporan keuangan berupa laporan laba rugi dan neraca diperlukan
untuk mengukur kinerja keuangan. Secara sederhana EVA dapat diketahui
dari NOPAT dikurangi dengan capital charges atau laba bersih setelah pajak
dikurangi biaya modal. Setelah nilai EVA diketahui, maka dapat dilihat
perusahaan mana yang mampu memaksimumkan nilai perusahaan serta
meningkatkan nilai pemegang sahamnya. Dan nilai tersebut pun berguna
bagi orang-orang yang berkepentingan seperti manajer, investor dan kreditur
untuk mengambil keputusan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar
1.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian yang terkait dengan penelitian yaitu Bursa Efek


Indonesia (BEI) dan Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia
(PRPM-BEI). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 –
Oktober 2009.
17

3.3. Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu melalui studi


pustaka dengan mengumpulkan data-data mengenai teori-teori kinerja
keuangan yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang terkait
serta searching data melalui internet. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder dari periode Januari 2007-Desember 2008.
Bank Mandiri (Persero) Tbk dan Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk

Laporan Keuangan

Laporan Laba Rugi Neraca

Net Operating After Biaya Hutang Biaya Saham Modal yang


Tax diinvestasikan (IC)
(NOPAT)

Biaya Modal Rata-rata


Tertimbang (WACC)
(WACC)

Biaya Modal
(COC)

Economic Value Added


(EVA)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan


keuangan, data bulanan indeks harga saham masing-masing perusahaan,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulanan dari tahun 2007 sampai
dengan 2008, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) per bulan
dari tahun 2007 hingga 2008 dan gambaran umum beberapa bank yang
masuk dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
18

3.4.Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, data-data yang diolah berasal dari data sekunder.
Pengolahan data dilakukan setelah data di lapangan terkumpul. Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Ms Excel 2003. Alat
analisis yang digunakan dalam mengolah data dalam penelitian ini adalah
analisis Economic Value Added (EVA). EVA merupakan alat analisis untuk
mengukur kinerja perusahaan dengan menghitung laba operasi setelah pajak
dikurangi dengan total biaya modal. Langkah-langkah dalam perhitungan
analisis EVA adalah sebagai berikut :
1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham yang
didefinisi- kan sebagai rata-rata dari keuntungan modal yaitu selisih antara
harga saham bulan ini dengan harga saham bulan sebelumnya. Rumusnya
adalah:

Pit – Pit-1 + Dt
Rit = ......................................................(6)
Pit-1

Dimana:
Rit = Tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
Pit = Harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t
Pit-1 = Harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t-1
Dt = Deviden pada bulan ke-t
2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian
rata-rata pasar. Rumusnya adalah:

IHSGt – IHSGt-1
Rmt = IHSGt-1 ..............................................(7)
n
∑ Rmt
E(Rm) = t-1 ………………………………………...(8)
N
Dimana:
Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke t-1
19

E(Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam


satu bulan
N = Jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12)
3. Menghitung risiko masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta usaha
(β). Beta dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
βi = σim ...…………………………………………….(9)
σ2m
n
∑ (Rit – Rt) (Rmt - Rm)
t-1
σim = n ……………………………(10)
n
∑ (Rmt – Rm)
σ2m = t-1 …………………….......................(11)
n-1
Dimana:
σim = Kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat pengembalian
pasar
σ2m = Varian tingkat pengembalian pasar
4. Menentukan tingkat bunga bebas risiko (Rf). Tingkat bunga bebas risiko
adalah tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa
menanggung risiko. Tingkat bunga bebas risiko yang digunakan adalah
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
5. Menghitung biaya ekuitas atau Modal Sendiri. Rumusnya:

E(R)/Ke = Rf + β(Rm – Rf) ………..... …………………..(12)

MRP = Rm – Rf ……………….……………………….... (13)

Dimana:
E(R) = Harapan pengembalian
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
Rm = Tingkat pengembalian atas risiko pasar
β = Faktor risiko (beta) yang berlaku untuk perusahaan
MRP = Market Premium Risk (Premi Risiko Pasar)
6. Perhitungan biaya utang, dengan rumus:

Kd = kd x (1-t) ………………….. ……………………….(14)


20

Dimana:
kd = Beban bunga dibagi jumlah utang jangka panjang
1-t = Faktor koreksi
7. Menghitung biaya atas modal dengan metode Weighted Average Cost of
Capital / WACC. Rumusnya adalah:

WACC = kd (1-t) Wd + Ke We ……………………......... (15)

Dimana:
Kd = Biaya utang jangka panjang
Ke = Biaya pengembalian saham
Wd = Proporsi utang dalam struktur modal
We = Proporsi saham dalam struktur modal
t = Tingkat pajak perusahaan
8. Perhitungan NOPAT (Net Operating Profit After Tax). Rumusnya adalah:

NOPAT = Laba Bersih + Beban Bunga …………………(16)

Dimana:
Beban Bunga = biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan
9. Perhitungan EVA. Rumusnya:

EVA = NOPAT – Biaya Modal ………………………… (17)

Dimana:
Biaya modal = WACC x modal yang diinvestasikan
Kinerja keuangan perusahaan melalui EVA, untuk menentukan strategi yang
dapat dijalankan agar kinerja keuangan lebih baik, dinilai dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Jika EVA > 0, maka terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja
perusahaan baik. Ini bermakna laba yang tersedia mampu melebihi
harapan investor, perusahaan dapat mengembalikan pinjaman kreditur
serta dapat menganggarkan pemberian bonus kepada karyawan.
2. Jika EVA = 0, maka menunjukan posisi impas perusahaan. Ini bermakna
laba yang tersedia impas untuk memenuhi harapan kreditur dan investor.
3. Jika EVA < 0, hal itu berarti total modal perusahaan lebih besar daripada
laba operasi setelah pajak yang diperolehnya, sehingga kinerja
21

perusahaan tersebut tidak baik. Ini bermakna di dalam perusahaan tidak


terjadi nilai tambah, laba yang tersedia tidak mampu memberikan
pengembalian setimpal dengan yang ditanam investor.
22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan


4.1.1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,
1. Pendirian dan Informasi Umum
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Perusahaan) didirikan pada
2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi
perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintahan Indonesia. Pada
bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya,
Bank Dagang Negara, Bank Exim dan Bank Bapindo dilebur
menjadi Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks
memainkan peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri
meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan
kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses
konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri
menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan mengurangi
jumlah karyawan, dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620.
Dan pada saat ini, berkat kerja keras dari 22.408 karyawan yang
tersebar di 1.027 kantor cabang dalam negeri dan 5 kantor cabang
luar negeri termasuk perwakilannya dan didukung oleh anak
perusahaan yang bergerak di bidang investment banking, perbankan
syariah, bancassurance, bank specialist dan multi-finance, Bank
Mandiri menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi
perusahaan swasta maupun milik Negara, komersial, usaha kecil dan
mikro serta nasabah consumer.
Brand Bank Mandiri diimplementasikan secara sekaligus ke
semua jaringan mereka dan pada seluruh kegiatan periklanan dan
promosi lainnya. Sampai dengan 31 Desember 2008, Bank Mandiri
dimiliki oleh 25.086 pemegang saham. Jumlah pemegang saham
tersebut terdiri dari 24.596 pemegang saham domestik dan 490
23

pemegang saham asing serta 36,53 persen dari total pemegang


saham yang tercatat tersebut merupakan pegawai Bank Mandiri.
Kepemilikan saham Bank Mandiri per 31 Desember 2008
diantaranya dimiliki oleh pemerintah RI sebesar 66,97 persen dan
oleh publik 33,03 persen.
Adapun visi perusahaan adalah Bank Mandiri berupaya untuk
menempatkan diri sebagai bank terpercaya pilihan masyarakat di
Indonesia maupun di luar Indonesia. Selain itu Bank Mandiri
mempunyai misi berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar,
mengembangkan sumber daya manusia profesional, memberi
keuntungan yang maksimal pada stakeholder, melaksanakan
manajemen terbuka dan peduli terhadap kepentingan masyarakat dan
lingkungan.

2. Karyawan, Direktur dan Komisaris

Berdasarkan laporan perusahaan, susunan anggota dewan


komisaris dan direksi perusahaan per 31 Desember 2008 adalah :
a. Dewan Komisaris :
 Komisaris Utama dan Komisaris Independen : Edwin Gerungan
 Wakil Komisaris Utama : Muchayat
 Komisaris : Mahmuddin Yasin
 Komisaris Independen : Soedarjono
 Komisaris Independen : Gunarni Soeworo
 Komisaris Independen : Pradjoto
b. Dewan Direksi :
 Direktur Utama : Agus M
 Wakil Direktur Utama : I Wayan Agus M.
 Direktur Commercial Banking : Zulkifli Zaini
 Direktur Technology dan Operations : Sasmita
 Direktur Special Asset Management : Abdul Rachman
 Direktur Risk Management : Sentot A. Sentausa
24

 Direktur Corporate Secretary, Legal dan : Bambang Setiawan


Customer Care
 Direktur Corporate Banking : Riswinandi
 Direktur Treasury dan International Banking : Thomas Arifin
 Direktur Micro dan Retail Banking : Budi G. Sadikin
 Direktur Compliance dan Human Capital : Ogi Prastomiyono
Jumlah karyawan perusahaan per 31 Desember 2008 adalah
22.408 orang dengan kantor cabang 1.027.

3. Anak Perusahaan

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memiliki beberapa Anak


Perusahaan yang dapat dilihat sebagai berikut :
 Bank Mandiri (Europe) Limited (“BMEL”)
BMEL bergerak dalam bidang perbankan yang berkedudukan di
London.
 PT Bank Syariah Mandiri (“BSM”)
BSM bergerak dalam bidang perbankan syariah yang
berkedudukan di Jakarta.
 PT Usaha Gedung Bank Dagang Negara (“UGBDN”)
UGBDN bergerak dalam bidang jasa pengelolaan dan penyewaan
gedung, UGDBDN memiliki 25 persen modal saham PT
Pengelolaan Investama Mandiri (PIM), suatu perusahaan yang
didirikan untuk mengelola penyertaan-penyertaan saham milik
Bank Mandiri.
 PT Mandiri Sekuritas (“MS”)
MS didirikan melalui penggabungan usaha PT Bumi Daya
Sekuritas, PT Exim Sekuritas dan PT Merincorp Securindo. MS
bergerak dalam bidang manajemen dan penasehat investasi yang
berkedudukan di Jakarta.
 PT Bumi Daya Plaza (“BDP”)
BDP bergerak dalam bidang jasa pengelolaan dan penyewaan
gedung yang berkedudukan di Jakarta.
25

 PT Bank Sinar Harapan Bali (“BSHB”)


BSHB dikelola secara terpisah dari Bank Mandiri sebagai bank
yang tetap berdiri sendiri (stand alone bank) dengan fokus utama
pada pengembangan bisnis mikro dan usaha kecil, BSHB
berkedudukan di Denpasar.

4. Kondisi Keuangan Perusahaan

Sebagai bank terbesar, Bank Mandiri memiliki keunggulan


komparatif dalam skala operasi, efisiensi dan komposisi aktiva
termasuk Obligasi Pemerintah yang jumlahnya besar. Pada akhir
tahun Desember 2008 Bank Mandiri mengalami penambahan aktiva
sebesar 12,33 persen atau setara dengan Rp 39.353.088.000.000, dari
tahun 2007 total aktiva sebesar Rp 319.085.590.000.000 meningkat
menjadi Rp 358.438.678.000.000 pada akhir tahun 2008.
Penambahan total akiva ini terjadi karena adanya peningkatan yang
cukup signifikan dari aktiva lancar dan aktiva tetap.
Tabel 2. Ringkasan Neraca PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,
periode 31 Desember 2007 dan 2008. (dalam jutaan
Rupiah)
Komponen 2007 2008 Persentase (%)
Aktiva lancar 305.297.033 342.317.065 12,13%
Aktiva tetap 13.788.557 16.121.613 16,92%
Total aktiva 319.085.590 358.438.678 12,33%
Kewajiban jangka
253.618.141 297.449.964 17,28%
pendek
Kewajiban jangka
36.217.371 30.446.776 (15,93%)
panjang
Total kewajiban 289.835.512 327.896.740 13,13%
Ekuitas 29.250.078 30.541.938 4,42%
Total ekuitas dan
319.085.590 358.438.678 12,33%
kewajiban

Total kewajiban Bank Mandiri mengalami peningkatan pada


tahun 2008 yaitu sebesar 13,13 persen atau Rp 38.061.228.000.000,
dari tahun 2007 total kewajiban bank sebesar Rp
26

289.835.512.000.000 menjadi Rp 327.896.740.000.000 pada tahun


2008. Penambahan total kewajiban ini terjadi karena adanya
peningkatan pada kewajiban jangka pendek, dengan kenaikan 17,28
persen.
Tabel 3. Ringkasan Laporan Laba Rugi PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk, periode 31 Desember 2007 dan 2008.
(dalam jutaan Rupiah)
Komponen 2007 2008 Persentase (%)
Pendapatan bunga
12.785.921 15.284.600 19,54%
bersih
Laba operasional 6.212.917 7.910.442 27,32%
Laba sebelum
6.333.383 8.068.560 27,40%
manfaat pajak
Laba sebelum hak
4.347.491 5.315.316 22,26%
minoritas
Laba bersih 4.346.224 5.312.821 22,24%

Laba bersih yang dihasilkan Bank Mandiri di akhir tahun


2008 mengalami peningkatan yaitu sebesar 22,24 persen atau senilai
Rp 966.597.000.000 dari Rp 4.346.224.000.000 pada tahun 2007
menjadi Rp 5.312.821.000.000 pada akhir 2008. Penambahan ini
terjadi karena adanya peningkatan pada pendapatan bunga bersih dan
laba operasional, dengan masing-masing kenaikannya adalah 19,54
persen untuk pendapatan bunga bersih dan 27,32 persen untuk laba
operasional. Peningkatan ini membuktikan bahwa Bank Mandiri
mampu mengatasi masalah krisis global pada pertengahan tahun
2008.

4.1.2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,

1. Pendirian dan Informasi Umum


PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah
satu bank terbesar dan tertua di Indonesia, didirikan pada tanggal 16
Desember 1895. Sebagai bank milik pemerintah, BRI banyak
berperan mewujudkan visi pemerintah dalam membangun ekonomi
27

kerakyatan. Pada tahun 1960, pemerintah mengubah nama BRI


menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN). Berdasarkan
Undang-undang No. 21 tahun 1968, pemerintah menetapkan kembali
nama Bank Rakyat Indonesia sebagai bank umum dan berdasarkan
Undangundang Perbankan No. 7 tahun 1992, BRI berubah nama dan
status badan hukumnya menjadi PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero). Dengan fokus bisnis pada segmen Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM), BRI telah menginspirasi berbagai pihak
untuk lebih mendayagunakan sektor UMKM sebagai tulang
punggung perekonomian nasional.
Pada tanggal 10 November 2003, BRI menjadi Perseroan
Terbuka dengan pencatatan 30 persen sahamnya di bursa efek yang
kini bernama Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kode saham BBRI
dan saat ini tergabung dalam indeks saham LQ45 sebagai salah satu
saham yang diperhitungkan dalam mengukur Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di BEI. Sampai dengan 31 Desember 2008,
Pemerintah Republik Indonesia memiliki 56,79 persen saham dan
sisanya dimiliki oleh masyarakat pemodal. Nilai kapitalisasi pasar
saham BRI pada akhir tahun 2008 mencapai Rp 55,85 triliun atau
sekitar 5,56 persen dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia.
Visi dari perusahaan BRI adalah menjadi bank komersial
terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Untuk
mewujudkan visi tersebut, BRI menetapkan tiga misi yang harus
dilaksanakan, yaitu melakukan kegiatan perbankan yang terbaik
dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat,
memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja
yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang
profesional dengan melaksanakan praktik tata kelola perusahaan
yang baik dan memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal
kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders).
28

2. Karyawan, Direktur dan Komisaris


Berdasarkan laporan perusahaan, susunan anggota dewan
komisaris dan direksi perusahaan per 31 Desember 2008 adalah :
a. Dewan Komisaris :
 Komisaris Utama dan Komisaris Independen : Bunasor Sanim
 Komisaris : Agus Pakpahan
 Komisaris : Agus Suprijanto
 Komisaris : Saifullah Yusuf
 Komisaris Independen : B. S. Kusmuljono
 Komisaris Independen : Baridjussalam H
 Komisaris Independen : Aviliani
b. Dewan Direksi :
 Direktur Utama : Sofyan Basir
 Direktur Operasional : Sarwono Sudarto
 Direktur Keuangan : Abdul Salam
 Direktur Bisnis Komersial : Sudaryanto S
 Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan : Sulaiman A. A
Menengah
 Direktur Bisnis Konsumer : A. Toni Soetirto
 Direktur Pengendalian Risiko Kredit : Lenny Sugihat
 Direktur Kepatuhan dan Direktur Manajemen : Bambang Soepeno
Risiko
 Direktur Bisnis Kelembagaan : Asmawi Syam
 Direktur Jaringan dan Layanan : Suprajarto
Jumlah karyawan perusahaan per 31 Desember 2008 adalah
37.565 orang dan 5.400 unit kerja yang terdiri dari Kantor Wilayah,
Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas maupun BRI
unit.

3. Anak Perusahaan

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memiliki Anak


Perusahaan yang dapat dilihat sebagai berikut :
29

 PT Bank Syariah BRI (“BSB”)


BSB merupakan anak perusahaan Bank Rakyat Indonesia yang
melayani kebutuhan perbankan dengan menggunakan prinsip
syariah.

4. Kondisi Keuangan Perusahaan

Periode Desember 2008 BRI mengalami peningkatan aktiva


sebesar 20,78 persen atau senilai dengan Rp 42.341.958.000.000,
dari tahun 2007 total aktiva sebesar Rp 203.734.938.000.000
meningkat menjadi Rp 246.076.896.000.000 pada tahun 2008.
Peningkatan aktiva lancar dan aktiva tetap mengakibatkan
penambahan total aktiva pada tahun 2008. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Ringkasan Neraca PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk, periode 31 Desember 2007 dan 2008.
(dalam jutaan Rupiah)
Komponen 2007 2008 Persentase(%)
Aktiva lancar 198.107.039 236.663.521 19,46%
Aktiva tetap 5.627.899 9.413.375 67,26%
Total aktiva 203.734.938 246.076.896 20,78%
Kewajiban jangka
171.269.577 210.689.345 23,02%
pendek
Kewajiban jangka
13.027.726 13.030.854 0,02%
panjang
Total kewajiban 184.297.303 223.720.199 21,39%
Ekuitas 19.437.635 22.356.697 15,02%
Total ekuitas dan
203.734.938 246.076.896 20,78%
kewajiban

Aktiva lancar periode Desember 2008 meningkat sebesar


19,46 persen atau senilai dengan Rp 38.556.482.000.000. Aktiva
lancar pada Desember 2007 sebesar Rp 198.107.039.000.000
menjadi Rp 236.663.521.000.000 pada akhir tahun 2008.
Sedangkan aktiva tetap meningkat cukup pesat yaitu sebesar 67,26
persen atau setara dengan Rp 3.785.476.000.000, dari Rp
30

5.627.899.000.000 pada tahun 2007 menjadi Rp 9.413.375.000.000


pada akhir tahun 2008. Penambahan aktiva ini dapat dilihat pada
Tabel 4.

Total kewajiban Bank BRI juga mengalami peningkatan


pada Desember 2008 sebesar 21,39 persen senilai dengan Rp
39.422.896.000.000 dari Rp 184.297.303.000.000 menjadi Rp
223.720.199.000.000. Peningkatan total kewajiban ini terjadi
karena adanya peningkatan kewajiban jangka pendek sebesar 23,02
persen dan ekuitas sebesar 15,02 persen di akhir Desember 2008.
Sedangkan untuk kewajiban jangka panjang hanya meningkat
sebesar 0,02 persen.
Tabel 5. Ringkasan Laporan Laba Rugi Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk, periode 31 Desember 2007
dan 2008. (dalam jutaan Rupiah)
Komponen 2007 2008 Persentase(%)
Pendapatan bunga
16.696.572 19.651.054 17,70%
bersih
Laba operasional 7.556.003 8.346.113 10,46%
Laba sebelum
7.780.074 8.822.012 13,39%
manfaat pajak
Laba bersih 4.838.001 5.958.368 23,16%

Pada akhir tahun 2008, BRI mencatat laba bersih sebesar


Rp 5.958.368.000.000, meningkat 23,16 persen dari laba bersih
tahun 2007. Peningkatan ini terjadi karena adanya kenaikan
pendapatan bunga bersih sebesar 17,70 persen atau setara dengan
Rp 2.954.482.000.000, dari Rp 16.696.572.000.000 pada tahun
2007 meningkat menjadi Rp 19.651.054.000.000 pada tahun 2008.
Berkat upaya keras serta didukung oleh program pemasaran yang
agresif melalui jaringan unit kerja yang luas, BRI mampu
menghasilkan laba bersih yang meningkat di periode tahun 2008.
31

4.2. Perhitungan EVA

4.2.1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,


1. Biaya Modal Saham
Berdasarkan data bulanan harga saham periode 2007-2008
Bank Mandiri memiliki beta (β) berturut-turut 1,44 dan 1,26.
Hal ini menunjukkan bahwa Bank Mandiri pada tahun 2007 dan
2008 memiliki resiko yang lebih besar dari resiko pasar, karena
perusahaan memiliki nilai beta (β) lebih dari satu.
Rata-rata tingkat pengembalian pasar yang
diharapkan/E(Rm) pada periode tahun 2007-2008 masing-
masing sebesar 3,689 persen dan negatif (5,102) persen. Rata-
rata tingkat suku bunga SBI perbulan pada tahun 2007 dan 2008
masing-masing adalah sebesar 8,6 persen dan 9,12 persen.
Diperoleh biaya modal saham (Ke) Bank Mandiri tahun 2007
dan 2008 sebesar 1,547 persen dan negatif (8,731) persen. Pada
tahun 2008 biaya modal saham (Ke) memiliki nilai negatif, ini
dikarenakan adanya penurunan IHSG yang signifikan di periode
akhir tahun 2008 dampak dari krisis ekonomi global.
2. Biaya Hutang
Berdasarkan laporan keuangan Bank Mandiri pada tahun
2007 dan 2008, nilai nominal beban bunga tahun 2007 sebesar
Rp 11.142.628.000.000 atau 30,77 persen dari nilai nominal
hutang. Sedangkan pada tahun 2008 nilai beban bunga
meningkat menjadi Rp 12.051.637.000.000 atau 39,58 persen
dari nilai nominal hutang. Selama tahun 2007-2008 hutang Bank
Mandiri mengalami penurunan sebesar 15,93 persen dari hutang
sebesar Rp 36.217.371.000.000 pada tahun 2007 turun menjadi
Rp 30.446.776.000.000 pada tahun 2008. Dari nilai beban bunga
dan hutang jangka panjang di atas dapat diperoleh biaya modal
hutang (Kd) Bank Mandiri pada tahun 2007 dan 2008 masing-
masing adalah 21,12 persen dan 26,08 persen.
32

3. EVA
Perusahaan memiliki nilai rata-rata biaya modal
tertimbang (WACC) selama periode tahun 2007 dan 2008
adalah masing-masing sebesar 2,54 persen dan 1,47 persen.
Penurunan nilai WACC pada tahun 2008 dikarenakan adanya
penurunan pada biaya pengembalian saham.
Pada tahun 2008, Bank Mandiri mengalami peningkatan
laba bersih setelah pajak (NOPAT) sebesar 12,11 persen dari
tahun sebelumnya sebesar Rp 15.488.852.000.000 menjadi Rp
17.364.458.000.000 di akhir tahun 2008. Peningkatan ini salah
satunya dipengaruhi oleh peningkatan laba bersih yang dimiliki
perusahaan dari tahun 2007-2008, sebesar 22,24 persen dari Rp
4.346.224.000.000 menjadi Rp 5.312.821.000.000.
Modal yang diinvestasikan (IC) perusahaan pada tahun
2008 mengalami penurunan sebesar 7,22 persen, dari Rp
64.926.841.000.000 pada tahun 2007 menjadi Rp
60.241.906.000.000 pada akhir tahun 2008. Penurunan ini
terjadi karena adanya penurunan pada hutang sebesar 15,93
persen dari tahun 2007-2008.
Berdasarkan hasil analisis dari laporan keuangan, Bank
Mandiri (Persero) Tbk pada tahun 2007 dan 2008 memiliki nilai
EVA positif (lebih dari nol) yaitu sebesar Rp
13.840.443.798.734 pada tahun 2007 dan Rp
16.478.312.162.908 pada akhir tahun 2008. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam Bank Mandiri mampu
menghasilkan nilai tambah ekonomi melalui kegiatan-kegiatan
operasionalnya sehingga mampu membayar seluruh
kewajibannya kepada penyedia dana (investor) dan pemerintah
(pajak) tetapi juga mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi
bagi perusahaan. Nilai EVA pada tahun 2008 pun mengalami
peningkatan sebesar 19,06 persen atau setara dengan Rp
33

2.637.868.364.175. Untuk lebih jelasnya peningkatan EVA dan


komponennya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik NOPAT, biaya modal dan EVA PT Bank


Mandiri (Persero) Tbk, periode 2007-2008
Dapat dilihat pada grafik diatas terjadi penurunan biaya
modal dari tahun 2007 sampai dengan periode tahun 2008
sebesar 46,24 persen atau setara dengan Rp 762.262.364.175.
Akan tetapi hal ini tidak mempengaruhi nilai EVA pada
akhirnya, karena nilai laba operasi setelah pajak meningkat di
akhir tahun 2008.

4.2.2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,

1. Biaya Modal Saham


Berdasarkan data bulanan harga saham periode 2007-2008
Bank Mandiri memiliki beta (β) berturut-turut 0,96 dan 1,2. Hal
ini menunjukkan bahwa BRI pada tahun 2007 memiliki resiko
yang lebih kecil dari resiko pasar karena perusahaan memiliki
nilai beta (β) yang kurang dari satu. Sedangkan pada tahun 2008
perusahaan memiliki resiko yang lebih besar dari resiko pasar,
karena memiliki nilai beta (β) lebih dari satu.
Rata-rata tingkat pengembalian pasar yang
diharapkan/E(Rm) pada periode tahun 2007-2008 masing-
masing sebesar 3,689 persen dan negatif (5,102) persen. Rata-
34

rata tingkat suku bunga SBI perbulan pada tahun 2007 dan 2008
masing-masing adalah sebesar 8,6 persen dan 9,12 persen.
Diperoleh biaya modal saham (Ke) BRI tahun 2007 dan 2008
sebesar 3,908 persen dan negatif (7,898) persen. Pada tahun
2008 biaya modal saham (Ke) memiliki nilai negatif, ini
dikarenakan adanya penurunan IHSG yang signifikan di periode
akhir tahun 2008 dampak dari krisis ekonomi global.
2. Biaya Hutang
Berdasarkan laporan keuangan BRI tahun 2007 dan 2008,
nilai nominal beban bunga tahun 2007 sebesar Rp
6.544.059.000.000 atau 50,23 persen dari nilai nominal hutang.
Sedangkan pada tahun 2008 nilai beban bunga meningkat
menjadi Rp 8.445.579.000.000 atau 64,81 persen dari nilai
nominal hutang. Selama tahun 2007-2008 hutang BRI
mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen dari hutang sebesar Rp
13.027.726.000.000 pada tahun 2007 menjadi Rp
13.030.854.000.000 pada tahun 2008. Dari nilai beban bunga
dan hutang jangka panjang di atas dapat diperoleh biaya modal
hutang (Kd) BRI pada tahun 2007 dan 2008 masing-masing
adalah 31,24 persen dan 43,77 persen.
3. EVA
Perusahaan memiliki nilai rata-rata biaya modal
tertimbang (WACC) selama periode tahun 2007 dan 2008
adalah masing-masing sebesar 2,37 persen dan 1,6 persen.
Penurunan nilai WACC pada tahun 2008 dikarenakan adanya
penurunan pada biaya pengembalian saham.
Pada tahun 2008, BRI mengalami peningkatan laba bersih
setelah pajak (NOPAT) sebesar 26,55 persen dari tahun
sebelumnya sebesar Rp 11.382.060.000.000 menjadi Rp
14.403.947.000.000 di akhir tahun 2008. Peningkatan ini salah
satunya dipengaruhi oleh peningkatan laba bersih yang dimiliki
35

perusahaan dari tahun 2007-2008, sebesar 23,16 persen dari Rp


4.838.001.000.000 menjadi Rp 5.958.368.000.000.
Modal yang diinvestasikan (IC) perusahaan pada tahun
2008 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 9
persen, dari Rp 32.465.361.000.000 pada tahun 2007 menjadi
Rp 35.387.551.000.000 pada akhir tahun 2008. Peningkatan
modal ini terjadi karena adanya kenaikan pada ekuitas sebesar
15,02 persen dari tahun 2007-2008, dan tidak adanya hutang
beban di perusahaan tersebut.
Berdasarkan hasil analisis dari laporan keuangan, Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2007 dan 2008
memiliki nilai EVA positif (lebih dari nol) yaitu sebesar Rp
10.612.538.529.870 pada tahun 2007 dan Rp
13.837.591.378.395 pada akhir tahun 2008. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam BRI terjadi nilai tambah dan
kinerja keuangan perusahaan baik, karena perusahaan mampu
memenuhi harapan investor dan kreditur. Nilai EVA pada tahun
2008 pun mengalami peningkatan sebesar 30,39 persen atau
setara dengan Rp 3.225.052.848.525. Untuk lebih jelasnya
peningkatan EVA dan komponennya dapat dilihat pada Gambar
3.

Gambar 3. Grafik NOPAT, biaya modal dan EVA Bank Rakyat


Indonesia (Persero) Tbk, periode 2007-2008
36

Dapat dilihat pada grafik diatas terjadi penurunan biaya


modal dari tahun 2007 sampai dengan periode tahun 2008
sebesar 26,40 persen atau setara dengan Rp 203.165.848.525.
Akan tetapi hal ini tidak mempengaruhi nilai EVA pada
akhirnya, karena nilai laba operasi setelah pajak meningkat di
akhir tahun 2008.

4.3. Ringkasan Perhitungan EVA

Dari kedua bank go publik yang dapat dilihat kinerja keuangan


perusahaan dengan metode EVA, kedua bank tersebut sama-sama
memiliki nilai EVA yang positif dan meningkat pada periode tahun
2007-2008. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, pada tahun 2007 dan 2008
memiliki nilai positif dan mengalami peningkatan nilai EVA di tahun
2008. Peningkatan ini dipengaruhi oleh laba operasi setelah pajak yang
juga meningkat dari tahun 2007 sampai dengan akhir Desember 2008.
Pertengahan tahun 2008 terjadi krisis perekonomian di Amerika
khususnya di bidang keuangan yang memiliki dampak yang cukup
signifikan terhadap perekonomian global termasuk Asia Pasifik. Salah
satu krisis global yang terjadi yaitu penurunan nilai ekspor dan nilai tukar
mata uang. Untuk dapat mengantisipasi keadaan yang tidak menentu,
penilaian dan pemahaman terhadap kondisi neraca serta pengaruh dari
turbulensi global dan domestik terhadap keuangan para nasabah
merupakan kebutuhan yang utama dan menjadi signal awal untuk tetap
menjaga kualitas aset, dan Bank Mandiri mampu melakukan hal tersebut.
Begitupun dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, pada
tahun 2007-2008 perusahaan memiliki nilai EVA yang positif
dikarenakan perusahaan mampu mengatasi tekanan krisis ekonomi global
yang terjadi sekitar tahun 2008 dengan ditopang oleh komitmen serta
kerja keras. Penurunan biaya modal dari tahun 2007 ke tahun 2008 pada
kedua bank tersebut tidak mempengaruhi hasil dari nilai EVA.
Berdasarkan analisis ini diketahui perbedaan kinerja keuangan
perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk, bahwa nilai EVA Bank Mandiri periode tahun
37

2007-2008 lebih besar dibandingkan BRI karena terdapat perbedaan


biaya modal dan strategi perusahaan pada masing-masing bank. Akan
tetapi, laba yang diperoleh BRI pada tahun 2007-2008 lebih besar
dibandingkan laba yang diperoleh Bank Mandiri pada periode tahun 2007
sampai dengan 2008.
Tabel 6. Ringkasan Perhitungan EVA PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk, periode 2007-2008
Komponen 2007 2008
Resiko (β) perusahaan 1.436 1.255
Hutang 36,217,371,000,000 30,446,776,000,000
Ekuitas 29,250,078,000,000 30,541,938,000,000
Invested Capital 64,926,841,000,000 60,241,906,000,000
Proporsi Hutang 11.35% 8.49%
Proporsi ekuitas 9.17% 8.52%
Biaya saham 1.55% -8.73%
Biaya hutang 21.12% 26.08%
WACC 2.54% 1.47%
NOPAT 15,488,852,000,000 17,364,458,000,000
Biaya Modal 1,648,408,201,266.35 886,145,837,091.78
EVA 13,840,443,798,733.70 16,478,312,162,908.20

Tabel 7. Ringkasan Perhitungan EVA PT Bank Rakyat Indonesia


(Persero) Tbk, periode 2007-2008
Komponen 2007 2008
Resiko (β) perusahaan 0.955 1.197
Hutang 13,027,726,000,000 13,030,854,000,000
Ekuitas 19,437,635,000,000 22,356,697,000,000
Invested Capital 32,465,361,000,000 35,387,551,000,000
Proporsi Hutang 6.39% 5.30%
Proporsi ekuitas 9.54% 9.09%
Biaya saham 3.91% -7.90%
Biaya hutang 31.24% 43.77%
WACC 2.37% 1.60%
NOPAT 1,382,060,000,000 4,403,947,000,000
Biaya Modal 769,521,470,130.20 566,355,621,605.31
EVA 10,612,538,529,869.80 13,837,591,378,394.70
38

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan
metode EVA dapat disimpulkan bahwa:
a. Dari dua perusahaan yang dianalisis keduanya memiliki kinerja
keuangan yang baik dengan kata lain perusahaan mampu memberikan
nilai tambah ekonomi melalui kegiatan-kegiatan operasionalnya
sehingga mampu membayar seluruh kewajibannya kepada penyedia
dana (investor), kreditur dan pemerintah (pajak). PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk pada periode tahun 2007-2008 memiliki nilai
EVA yang positif dan mengalami peningkatan kinerja. BRI sebagai
sebagai bagian dari perbankan nasional mampu melewati tahun 2008
dengan baik dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya. Sama
halnya dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, periode tahun 2007-
2008 perusahaan memiliki nilai EVA yang positif dan juga mampu
meningkatkan laba di akhir tahun 2008, walaupun pada pertengahan
tahun 2008 terjadi krisis global. Ini semua dikarenakan Bank Mandiri
mampu mengatasi krisis tersebut dengan penilaian dan pemahaman
terhadap kondisi neraca serta pengaruh turbulensi global dan domestik
terhadap keuangan nasabah, dan itu merupakan kebutuhan yang utama
serta menjadi signal awal untuk tetap menjaga kualitas asset.
b. Dengan melihat hasil analisis kinerja keuangan yang menggunakan
metode Economic Value Added (EVA), secara garis besar PT Bank
Mandiri Tbk memiliki nilai EVA lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai EVA PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Perbedaan yang signifikan
itu dikarenakan Bank Mandiri mempunyai biaya modal dan total aktiva
yang jauh lebih besar dibandingkan BRI pada periode tahun 2007-
2008. Dalam hal ini berlaku prinsip High Risk High Return, yaitu
pengembalian tinggi dengan resiko tinggi pula. Bank Mandiri pada
awalnya memiliki modal yang lebih besar dibandingkan dengan BRI,
karena itu tingkat pengembalian yang diperoleh Bank Mandiri pun
39

jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengembalian BRI.


Akan tetapi dari perhitungan biaya modal dibagi nilai EVA dari
masing-masing perusahaan maka didapat persentase dari tingkat
pengembalian yang diperoleh, BRI memiliki persentase lebih besar
yaitu 1.379,11 persen pada periode 2007 dan 2.443,27 persen pada
akhir periode 2008. Sedangkan Bank Mandiri memiliki persentase
sebesar 839,62 persen pada periode tahun 2007 dan 1.859,55 persen di
tahun 2008. Namun demikian, kedua perusahaan tersebut mengalami
peningkatan kinerja keuangan pada tahun 2008 dan mampu mengatasi
krisis ekonomi global. Oleh karena itu, kedua bank ini dapat tergabung
dalam indeks saham LQ45 sebagai saham yang diperhitungkan dalam
mengukur indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI dan dapat
menarik dimata para investor.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah


peneliti selanjutnya dapat mengkombinasikan alat analisis Economic Value
Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA).
40

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. Suku Bunga SBI. Periode Januari 2007 sampai Desember 2008.
Dalam www.bi.go.id. 2009.

Bank Mandiri. Laporan Keuangan Konsolidasi dan Harga Saham. Periode Januari
2007 sampai Desember 2008. Dalam www.bankmandiri.co.id. 2009.

Bank Rakyat Indonesia. Laporan Keuangan Konsolidasi dan Harga Saham.


Periode Januari 2007 sampai Desember 2008. Dalam www.bri.co.id. 2009.

Hakim, R. 2006. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode


Eva, ROA, dan Pengaruhnya terhadap Return Saham Pada Perusahaan
yang Tergabung dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Program Studi
Akuntansi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Keown, A. J. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip dan Aplikasi. Edisi


9. PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Mubarok, R.2009. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan


Metode Eonomic Value Added (EVA). Skripsi pada Program Sarjana
Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, IPB Bogor.

Handayani, Y. 2005. Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengevaluasi Kinerja


Keuangan Konsolidasi Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia Beserta
Anak Perusahaannya. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jaya Negara, Malang.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia, Jakarta.

Ningrum, A P. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go


Publik dengan Metode Eonomic Value Added (EVA). Skripsi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Pusat Referensi Pasar Modal Indonesia, Bursa Efek Indonesia. Jsx Monthly
Statistics Januari 2007 sampai Desember 2008. Jakarta.

Sartono, A. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi 3. BPFE:Yogyakarta.

Statistik Perbankan Indonesia. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank


Umum. Periode Januari 2007 sampai Desember 2008. Dalam
www.datastatistik-indonesia.com. 2009.
41

Tunggal, A W. 2008. Memahami Economic Value Added (EVA) teori, soal dan
kasus. Harvarindo. Jakarta.

Utomo, L L. 1999. Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja


Manajemen Perusahaan: Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 1 No 1.

www.mitrariset.com. 2009. Economic Value Added.

www.infobanknews.com. 2009. Kualitas Pelayanan Bank.

Wikipedia. Bank. http://id.wikipedia.org/wiki/Bank. [Desember 2009].

Young, S. D and S. E. O’byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai:


Panduan Praktis untuk Implementasi. Salemba Empat. Jakarta.

http://organisasi.org. 2010. Persero.

Anda mungkin juga menyukai