Anda di halaman 1dari 6

Skala Global

Skala Regional
Faktor Regional

MJO : Diagram fase MJO mengilustrasikan perkembangan MJO melalui fase yang berbeda, yang
umumnya bertepatan dengan lokasi di sepanjang khatulistiwa di seluruh dunia. RMM1 dan RMM2
adalah metode matematika yang menggabungkan jumlah awan dan angin di tingkat atas dan bawah
atmosfer untuk memberikan ukuran kekuatan dan lokasi MJO. Ketika indeks berada dalam lingkaran
pusat, MJO dianggap lemah, yang berarti sulit untuk membedakan menggunakan metode RMM. Di
luar lingkaran ini, indeks lebih kuat dan biasanya bergerak berlawanan arah jarum jam karena MJO
bergerak dari barat ke timur.

Untuk mengetahui pengaruh MJO terhadap propagasi hujan selama periode IOP, hasil rataan intensitas hujan
digambarkan dalam diagram Hovmoller pada beberapa periode, berdasarkan data indeks real-time multivariate
MJO (RMM) (Wheeler dkk, 2004) yang diperoleh dari Bureau of Meteorology, Australia (BOM). Berdasarkan
indeks RMM, periode analisis dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu periode Sebelum, Saat dan Setelah MJO
Aktif. Periode MJO Aktif untuk wilayah Indonesia pada tanggal 18 November 2018 didefinisikan sebagai
periode ketika posisi indeks RMM telah memasuki fase 5 atau wilayah barat Indonesia (Maritime Continent).

Diagram fase MJO periode 12 Oktober 2018 sampai 20 November 2018. Pada gambar terlihat bahwa
pada tanggal 18 November 2018, MJO berada pada fase-5 yang berada di Indonesia bagian Timur.
MJO pada 18 November 2018 bersifat kuat yang terlihat dari indeks RMM yang berada di luar
lingkaran dan bergerak berlawanan arah jarum jam yang berarti pergerakan MJO dari barat ke timur.
Ini menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi hujan di bagian Indonesia Timur dengan intensitas yang
kekcil karena fase MJO dekat dengan lingkaran.

OLR: Data OLR dalam bentuk grafik yang terkait dengan peta ini menunjukkan OLR untuk wilayah di
Indonesia. Garis putus-putus horisontal mewakili apa yang normal untuk waktu tersebut (berdasarkan
periode 1979 hingga 1998). Kurva berwarna adalah rata-rata OLR bergerak 3 hari dalam W / m². Di
bawah garis OLR normal menunjukkan kondisi yang lebih berawan daripada kondisi normal,
ditunjukkan dengan warna biru. Di atas garis OLR normal menunjukkan kondisi kurang berawan dan
ditampilkan dalam warna kuning.

Citra OLR (Outgoing Longwave Radiation) di wilayah Indonesia periode Tahun 2015-2018. Nilai OLR
diperoleh dengan menghitung banyaknya radiasi gelombang panjang yang diterima oleh sensor
satelit cuaca. OLR sendiri adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari bumi dan
atmosfernya ke angkasa dalam bentuk radiasi termal. Berdasarkan gambar tersebut, nilai OLR di
Indonesia pada bulan November 2018, awal bulan November pada citra OLR menunjukkan warna
kuning yang berarti positif yang berarti radiasi yang sampai ke satelit cuaca lebih besar karena
sedikitnya awan yang disebabkan sistem konvektif terhambat. Pada grafik terlihat Intensitas yang
berkurang dan pada pertengahan November terlihat warna biru yang menunujukkan kondisi berawan
daripada kondisi normal. Kemudian terlihat warna kuning yang menunujukkan awannya sedikit. Ini
menunjukkan bahwa di wilayah Indonesia terjadi hujan tetapi memiliki intensitas yang kecil.

SST : terlihat pada gambar bahwawilayah indo memiliki sst yang lebih dingin dibandingkan dengan
wilayah samudera pasifik timur. Hal ini menyebabkan terjadinya aliran udara menuju wilayah pasifik
timur yang berakibat berkurangnya masa udara basah di Indonesia, analisis ini didukung oleh data
Index soi yang menunjukkan nilai positif yang artinya pada saat itu tidak terdapat aktifitas la nina di
Indonesia. berdasarkan citra satelit pada tanggal 18 November terlihat bahwa awan tidak tebal (tipis)
yang artinya kondisi cuaca cerah berawan. berdasarkan analisis ini faktor global tidak memiliki
pengaruh terhadap kondisi cuaca pada tanggal 18 November 2018

Anda mungkin juga menyukai