Anda di halaman 1dari 4

Belajar Menyenangkan Untuk Sekarang dan Masa Depan

Dunia saat ini tengah berada pada masa perubahan yang begitu cepat dan massal.
Perubahan terjadi dalam semua aspek kehidupan. Tampaknya perubahan akan
terus terjadi secara lebih masif. Informasi akan lebih mudah diperoleh dan kemajuan
teknologi akan lebih cepat terjadi, yang kemudian bisa mengakibatkan perubahan
budaya. Sementara itu, tuntutan akan kebutuhan hidup semakin kuat. Kondisi ini
berpotensi menghasilkan masyarakat yang gagap dan gugup menghadapi
perubahan. Masyarakat yang didera ketakutan, stres berkepanjangan, dan tidak bisa
menikmati hidup.
Nah, sebagai sebuah lembaga yang mempunyai tanggung jawab untuk
mempersiapkan anak menghadapi kehidupan secara lebih baik, sekolah sudah
seharusnya melakukan usaha yang terstruktur dengan visi yang jelas. Visi yang
dibangun haruslah sesuai dengan tuntutan masa depan. Ini sangat penting,
pendidikan harus visioner. Pendidikan yang visioner berarti menyiapkan anak untuk
hidup dan berkembang di masa depan, dengan membekali anak keterampilan
belajar sepanjang hayat dengan tetaap berpijak pada kodrat bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang harus selalu terhubung dengan orang lain.
Manusia sukses di masa depan bukanlah yang paling banyak hafalannya. Yang
dituntut adalah kemampuan beradaptasi, berpikir positif dan kreatif, manajemen diri,
kemampuan belajar (how to learn), bekerjasama, dan menentukan pilihan. Semua
kemampuan tadi tidak akan datang begitu saja. Perlu usaha sungguh-sungguh dan
terstruktur. Artinya, sekolah harus mampu membekali anak dengan kemampuan-
kemampuan tersebut.
Di era revolusi teknologi informasi seperti saat ini, berbagai informasi begitu mudah
diperoleh. Bukan saatnya lagi sekolah menjejalkan berbagai informasi. Alangkah
lebih baik kalau sekolah mengajarkan anak bagaimana menyaring dan memilih
informasi agar tidak tersesat.
Tingkat stres kemungkinan juga akan lebih tinggi. Di sinilah perlu kemampuan untuk
keluar dari rasa penat. Menikmati hiburan secara lebih pasif bukanlah jalan keluar
yang terbaik. Anak perlu dibiasakan kegiatan-kegiatan kreatif untuk menikmati hidup.
Daya kreatif harus dikembangkan di ruang-ruang kelas, di semua sekolah. Sekolah
semestinya menjadi lahan subur tumbuhnya ide-ide kreatif. Bila sudah demikian,
sekolah merupakan tempat yang dipenuhi dengan kegairahan dan selalu bergerak
dinamis.
Sudah bukan masanya lagi sekolah menjadi sumber stres bagi anak, orangtua, dan
guru. Sekolah adalah tempat yang menyenangkan, tempat menghidupkan hati dan
pikiran. Sekali lagi ini perlu usaha serius. Bisa jadi usaha tersebut kontradiktif atau
revolusioner karena bertentangan dengan arus, tidak sesuai dengan paradigma
berpikir sebagian besar masyarakat, bahkan para guru sekalipun.
Pada tataran praktik perlu adanya perubahan. Proses pembelajaran yang teoritis
dan kurang berwawasan lingkungan (kontekstual) pada akhirnya menghasilkan mutu
sumber daya manusia yang rendah. Jika keberhasilan belajar semata didasarkan
pada nilai, ternyata banyak lulusan dari sekolah terbaik yang terpuruk di dunia kerja.
Ini lebih banyak terjadi karena tidak ada kemampuan menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah untuk memcahkan masalah yang dihadapii dalam kehidupan.
Mengapa sampai terjadi hal seperti ini? Sebagian besar (mungkin hampir semua)
sekolah lebih mengedepankan hafalan dan mementingkan hasil. Kemampuan
berpikir kreatif dan analitis, memecahkan masalah dengan beragam cara,
membangun kerjasama dan kesadaran sosial, komunikasi positif, mengambil
keputusan, dan kepemimpinan tidak menjadi bagian penting program pembelajaran.
Kondisi ini diperparah dengan praktek pembelajaran yang tidak ramah.
Muara dari semua hal di atas adalah belajar diibaratkan mengisi kertas putih atau
mengisi wadah yang kosong. Belajar menjadi aktivitas pasif. Anak hanya menerima
dan menerima. Tentu saja ini mengingkari sisi kemanusiaan anak, yang seharusnya
mendapat kesempatan menjadi aktif dan berinteraksi secara intensif. Apalagi kalau
bersifat dogmatis, makna belajar akan benar-benar hilang.
Dalam era perubahan secara global di semua aspek kehidupan, ternyata bukan
kemampuan menghafal yang memegang kendali. Keterampilan berinteraksi dengan
orang lain, negosiasi, mengambil keputusan, fleksibilitas, berpikir dan bertindak
kreatif, serta kemampuan mengembangkan diri merupakan kunci sukses.
Semua itu hanya akan didapat bila belajar dibangun dengan proses yang tepat.
Pengetahuan bukan sesuatu yang ditransfer, tapi dibangun. Belajar terjadi ketika
ada kegiatan yang menambah atau meningkatkan keterampilan belajar (learn how to
learn).
Pada fase awal, pembelajaran mensyaratkan adanya rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu tidak muncul begitu saja, tapi hadir sebagai sesuatu yang memang
direncanakan. Sehingga belajar merupakan cara untuk memuaskan rasa ingin tahu.
Ini merupakan motivasi intrinsik yang begitu hebat.
Masih di awal, anak selalu dirangsang untuk menemukan manfaat bagi dirinya
sendiri. Kondisi yang harus diciptakan adalah suasana yang penuh tantangan, tapi
sekaligus penuh cinta. Tantangan yang penuh cinta.
Kemudian anak diajak mengenali masalah atau fenomena. Keterampilan yang
dibangun adalah mengajukan hipotesis dan melihat kesalingterhubungan. Kemudian
dimunculkan sikap berani mencoba. Mencoba dengan mempertimbangkan data atau
informasi yang telah didapatkan sebelumnya. Anak pun menggunakan daya
kreativitas dan kemampuan berpikir kritisnya untuk menjawab masalah. Sikap yang
dikembangkan adalah pantang menyerah.
Kesabaran menjadi kata kuncinya. Sabar mengantarkan anak melalui tahap demi
tahap pembelajaran, yang di dalamnya ada kegagalan dan juga kesuksesan.
Hendaknya anak tidak selalu dihindarkan dari kegagalan. Kegagalan dalam proses
belajar adalah hal yang lumrah, sangat wajar. Namanya juga belajar. Kalau tidak
pernah atau tidak boleh gagal, buat apa belajar?
Sabar dan menahan diri mengantarkan anak untuk berpikir dan mencari ide.
Tentunya anak perlu merasa aman dan nyaman. Komentar dan kritik negatif
ditinggalkan jauh di dasar lautan. Yang ada adalah dukungan dan motivasi.
Akhirnya, setelah semua tahap pembelajaran dilalui, tibalah saat merayakannya.
Ada dua hal yang patut dirayakan. Pertama, keberhasilan menyelesaikan belajar
dan keberhasilan mencapai tujuan belajar. Kedua, keberhasilan tersebut sama
pentingnya.
Manfaat perayaan adalah menghargai usaha dan membangun motivasi untuk
sukses selanjutnya. Perayaan bisa dengan banyak cara, mulai dari bertepuk tangan
atau juga lompatan kegembiraan.
Semua proses tadi dikemas dalam suasana yang menyenangkan. Kesan
menyeramkan, susah, atau membosankan tidak seharusnya ada.
Menyenangkan bukan hanya kegiatan yang asyik, tetapi juga karena anak tidak
dituntut melakukan sesuatu di luar kemampuannya. Anak diberi aktivitas sesuai
dengan kemampuannya. Yang selalu diharapkan ada diri anak adalah melakukan
sesuatu dengan kemampuan terbaik.
Hal ini menjadikan anak tidak perlu terbeban oleh faktor-faktor di luar
dirinya,sehingga anak akan merasa nyaman bekerja, selanjutnya rasa percaya
dirinya tumbuh dan berkembang. Efek lanjutannya adalah anak merasa semakin
nyaman dan bernilai yang membuat kinerjanya juga semakin baik, sehingga kian
percaya diri. Ini adalah lingkaran malaikat yang memacu anak menuju
perkembangan terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai