Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
- Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative intensivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
- Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
- Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakterikstik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah)
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya.
2. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus Tipe I : Insulin Dependen Diabetes Mellitus (
IDDM )/ Diabetes melitus tergantung insulin (DMTI). Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar
gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30
tahun.
b. Diabetes Mellitus Tipe II : Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(NIDDM), yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin
(DMTTI), kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap
insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin. Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30
tahun dan pada mereka yang obesitas.
c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sinrom
lainnya.
d. Diabetes Mellitus Gatasional (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
3. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pangkreas, kombinasi
faktor genetik imunologi dan mungkin pada lingkungan misalnya
infeksi virus diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
1) Faktor genetik : penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1
itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes millitus tipe 1 di temukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leukosit
antigen) tertentu.
2) Faktor imunologi : terdapat bukti adanya suatu respon autoimun,
merupakan respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi pada jaringan tersebut.
3) Faktor lingkungan : penyelidikan sedang dilakukan terhadap
kemungkinan faktor eksternal yang dapat memicu distruksi sel
beta.
Contoh : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destroksi sel beta.
b. Diabetes Meilitus tipe II
Mekanisme tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui.
Faktor genetik berperan penting dalam proses resistensi insulin.
Faktor resiko:
1) Usia diatas 65 tahun
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
c. Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sidrom lain
Disertai dengan keadaan yang diketahui atau di curigai dapat
menyebabkan penyakit : Pangkreatitis, kelainan hormonal, obat-
obatan (glukortikoid estrogen) bergantung pada kemampuan
pangkreas yang menghasilkan insulin, pasien mungkin memerlukan
terapi dengan obat oral atau insulin.
d. Diabetes Mellitus Gestational
Terjadi selama kehamilan, biasanya trimester ke-2 atau ke-3
disebabkan oleh hormon yang sekresikan plasenta dan menghambat
kerja insulin.
4. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM)
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel bata pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa dapat terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak teratur oleh hati (Glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam darah sehingga
menimbulkan hiperglikemia postpramidial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut akan muncul dalam urine (glukosuri). Ketika
glukosa yang berlebihan disekresi kedalam urine ekskresi ini disertai
dengan pengumpulan cairan dan elektrolit yang berlebihan. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsi). Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
b. Diabetes Mellitus Tipe II (NIDDM)
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan Insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Resistensi insulin pada diabetes mellitus II disertai dengan penurunan
reaksi intra sel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan. Jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan Insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi Diabetes Mellitus tipe II (Brunner dan Suddarth, edisi 8 .
1223).
5. Manifestasi Klinik
a. Diabetes Mellitus Tipe I
Gejala timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat
kedalam suatu keadaan yang disebut ketosidosis diabetikum.
Gejala-gejalanya adalah :
1) Poliuri
2) Polifagia dan polidipsi
3) Berat badan menurun
4) Kelelahan
5) Penglihatan kabur
6) Infeksi pada kulit yang berulang
7) Meningkatnya kada gula dalam darah dan air senih
8) Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun
b. Diabetes Mellitus tipe II
Gejala muncul secara bertahap sampai menjadi gangguan yang jelas,
dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe I yaitu :
1) Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit
2) Poliuri
3) Polifagi dan polidipsi
4) Kelelahan yang berkepanjangan, mudah sakit
Gejala lain yang bisa muncul adalah:
1) Penglihatan kabur
2) Luka yang lama sembuh
3) Kaki terasa geli dan terbakar
4) Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
5) Impotensi pada pria
6) Biasa terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun
6. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnostik WHO (1985) untuk diabetes mellitus pada orang
dewasa yang tidak hamil pada sedikitnya dua kali pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktun (random) > 200 mg/dl
b. Glukosa plasma pada puasa (nuchter) > 140 mg/dl
c. Glukosa 2 jam PP > 200 mg/dL
Kemihan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa
darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk diagnosis DM. Bila hasil
pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan Test Toleransi
Glukosa oral (TTGO) diperlukan untuk diagnotik DM.
Data penunjang:
1. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
2. Asam lemak bebas; kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Osmolalitas serum; meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/ I
4. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K
normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor
sering menurun.
5. Gas darah arteri: menunjukkan ph rendah dan penurunan HCO3.
6. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
7. Ureum/ kreatinin: mungkin meningkat atau normal
8. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal
sampai tinggi (Tipe II).
9. Urine: gula dan aseton positif.
10. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi
pernapasan dan infeksi luka.
7. Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis Diabetikum
Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak bisa menggunakan
glukosa sebagai energi dan karenanya lemak tubuh di imobilisasi
tempat penyimpanannya. Penghancuran Iemak untuk melepas
energi menghasilkan formasi asam lemak. Asam lemak ini
melewati hepar dan membentuk satu kelompok senyawa kimia
bernama benda keton, benda keton dikeluarkan lewat urin disebut
ketonuria. Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut
ketosis. Ketosis bisa meningkatkan keasaman cairan tubuh dan
jaringan sehingga kadar yang sangat tinggi dan menyebabkan satu
kondisi yang disebut asidosis. Asidosis akibat dari benda keton
yang meningkat disebut ketoasidosis.
Gejala-gejalanya :
Dehidrasi: kekeringan di mulut dan hilangnya elastisitas kulit
a) Napas berbau kecut
b) Mual-mual, muntah-muntah dan rasa sakit di perut
c) Napas berat
d) Tarikan napas meningkat
e) Merasa sangat lemah dan mengantuk
2) Hipoglikemia
Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi dan
seringkali membahayakan hidup penderitannya serta ditandai
dengan kadar gula darah yang melonjak turun di bawah 50-60
mg/dl.
Gejala hipoglikemia mula-mula berupa gejala adrenergik seperti :
pucat, berkeringat, takikardi, palpitasi, lapar, lemas, dan gugup.
Kemudian pada fase selanjutnya disusul gejala neuroglikopenia
yang meliputi : cepat lelah, cepat marah, sakit kepala, kehilangan
konsentrasi, gangguan kesadaran, gangguan sensorik dan motorik,
bingung, kejang dan bahkan korila.
3) Infeksi
Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena 3 alasan
utama:
a. Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi
b. Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang terkena
diabetes
c. Komplikasi terkait diabetes yang meningkatkan resiko infeksi.
d. Infeksi yang umumnya menyerang pengidap diabetes termasuk
infeksi kulit, infeksi saluran kencing, penyakit pada gusi,
tuberkulosis, dan beberapa jenis infeksi jamur.
b. Komplikasi kronis
1) Penyakit jantung dan pembuluh darah
Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam
pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki bisa mempengaruhi
otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang
mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan.
Jika suplai darah pada kaki sangat kurang atau terputus dalam
waktu lama bisa terjadi kematian pada Jaringan.
2) Kerusakan pada ginjal ( Nefropati)
Diabetes mempengaruhi pembuluh darah kecil ginjal akibatnya
efisiensi ginjal untul menyaring darah terganggu. Pasien dengan
nefropati menunjukan gambaran gagal ginjal menahun seperti
lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak napas akibat penimbunan
cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2% sampai 7,1 %
pasien diabetes melitus adanya proteinuria yang persisten tanpa
adanya kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal
nefropati diabetik.
3) Kerusakan saraf ( Neuropati )
Gula darah tinggi menghancurkan serat saraf dan satu lapisan
lemak di sekitar saraf. Saraf yang rusak tidak bisa mengirimkan
sinyal ke otak dan dari otak dengan baik sehingga akibatnya bisa
kehilangan indra perasa, meningkatnya indra perasa atau nyeri di
bagian yang terganggu. Kerusakan saraf tepi tubuh lebih sering
terjadi Kerusakan dimulai dari jempol kaki serta berlanjut hingga
telapak kaki dan selurul kaki yang menimbulkan mati rasa,
kesemutan, seperti terbakar, rasa sakit, rasa tertusuk, atau kram
pada otot kaki.
4) Kerusakan pada mata ( Retinopati )
Retina mata terganggu sehinga terjadi kehilangan sebagian atau
selurul penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik akan
mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan.
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Diabtes Mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas Insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler dan neuropati.
Ada empat komponen dalam pelaksanaan diabetes mellitus, yaitu:
a. Pengaturan diet
Pada konsensus perkumpulan Endokriologi Indonesia (PERKENIN)
telah ditetapkan bahwa standar yang diajukan adalah santapan dengan
komposisi yang seimbang berupa : karbohidrat (60% - 70%), protein
(10% - 15%) dan lemak (20% - 25%).
Jumlah kalori yang sesuai dengan kebutuhan penderita.
1) Pada umumnya jumlah kalori dibutuhkan 35 kkal/BB ideal, cara
perhitungan jumlah kalori menurut Bocca :
Pada laki – laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan yang
tingginya < 150 cm berlaku rumus :
BB ideal = (TB – 100 ) x 1 kg
- Gambaran keadaan gizi seseorang dapat digunakan rumus :
BBR = BB x (TB – 100) x 100%
Kurus BBR < 90%, normal 90 – 100%, gemuk > 110%, obesitas >
170%.
b. Olahraga
Dianjurkan Latihan jasmani secara teratur ( 3 - 4 kali ) seminggu
selama 30 menit, yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit klien. Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama
30 menit dan olahraga berat misalnya jogging.
c. Pengobatan Farmakologik
1) Obat Hipoglikimia Oral (OHO)
a) Sulfonylurea, diberikan pada DM tipe II yang tidak gemuk
b) Biguanid (metformin) pada DM gemuk
c) Inhibitor glukosiudase alfa (acarbose), diberikan pada diabetes
dengan kadar glukosa darah sesudah makan yang tinggi.
Kontra Indikasi pemberian OHO yaitu :
a) Wanita hamil,penderita dengan infeksi berat
b) Penderita yang akan mengalami pembedahan besar
2) Suntikan Insulin
Insulin terdapat 3 bentuk dasar
a) Insulin kerja cepat : Contohnya adalah insulin reguler
digunakan oleh penderita menjalani beberapa kali suntikan
setiap harinya dengan kecepatan reaksi setelah 20 menit.
b) Insulin kerja sedang : Contohnya adalah Insulin suspensi mulai
bekerja dalam waktu 1 – 3 jam dan bekerja selama 18 – 26 jam.
Insulin ini disuntikkan pada pagi hari dan malam hari
c) Insulin kerja lambat : Contohnya adalah insulin suspensi seng,
mulai bekerja setelah 6 jam dengan lama kerja 28 – 36 jam.
d. Penyuluhan
Dilakukan pada kelimpok resiko tinggi seperti :Umur diatas 45 tahun,
bagi mereka yang obesitas, hipertensi, riwayat keluarga DM.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Lidah jatuh ke belakang (coma Hipoglikemik), benda asing/ darah
pada rongga mulut.
2) Breathing
Ekspos dada, evaluasi pernapasan.
- KAD : pernapasan kussmaul
- HONK : Tidak ada pernapasan kussmaul (cepat dan dalam).
3) Circulation
- Tanda dan gejala syok
- Resusitasi : kristaloid, koloid, akses vena
4) Disability
Pemeriksaan neurologis GCS.
A : Allert : Sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon terhadap suara
P : Pain Respon : kesadaran menurun, tidak berespom terhadap suara,
berespon terhadap rangsangan nyeri.
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tidak berespon terhadap
suara, tidak berespon terhadap nyeri.
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas / istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, keram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur
2) Sirkulasi
Kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki dan penyembuhan
yang lama, hipertensi, takikardi, nadi yang menurun.
3) Integritas Ego
Stres, peka rangsang
4) Eliminasi
Poliuria, nokturia, nyeri tekan abdomen, diare, perut kembung,
dan pucat.
5) Makanan / Cairan
Hilang nafsu makan, mual / muntah, tidak mengikuti diet,
penurunan berat badan, kulit bersisik / kering, turgor kulit jelek.
6) Neuro sensorik
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, disorentasi,
mengantuk, stupor/koma (tahap lanjut)
7) Nyeri / kenyamanan
Abdomen yang tegang dan nyeri (sedang / berat) wajah
meringis.
8) Pernapasan
Batuk/tanpa ruluren, merasa kekurangan oksigen
9) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, demam, menurunnya kekuatan
otot
10) Seksualitas
Impoten pada pria, vagina (cederung infeksi)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hyperglikemia,
diuresis orosmotik, diare, muntah, masukan dibatasi.
2. Nutrisi, perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidak cukupan inisulin, penurunan masukkan oral
3. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
4. Perubahan sensorik perseptual berhubunagn dengan perubahan kimia
endogen ketidak seimbangan glukosa / insulin elektrolit
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik,
perubahan kimia darah, insuvisiensi insulin
3. Intervensi Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hyperglikemia,
diuresis orosmotik, diare, muntah, masukan dibatasi.
Data Penunjang : Peningkatan haluaran urine, urine encer
kelemahan, haus, penurunan berat badan tiba - tiba, kulit / membran
mukosa kering, torgor kulit buruk, hipotensi, takikardia.
Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat
dengan kriteria: - Tanda-tanda vital stabil
- Nadi perifer dapat terabah
- Turgor kulit baik
- Haluaran urine baik
- Kadar eletrolik dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Dapatkan riwayat klien / orang 1.Membantu dalam memperkiraka
terdekat sehubungan dengan kekurangan velume total,tanda dan
lamanya intensitas dari gejala gejala mungkin sudah ada beberapa
seperti mual pengekuaran urine waktu sebelumnya
yang berlebihan dan evavorasi
2. Pantau tanda-tanda vital, catat 2.hipoglikemia dapat dimanivestzikan
adanya perubahan tekanan darah oleh hipertensi dan takikadi
ortostatik
3. Monitor pola pernapasan kusmaul 3. Para-para mengeluarkan asam
atau pemapasan yang keton karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan
hyperglikemia dan asidosis akan
menyebabkan pola dan frekuensi
pemapasan dangkal cepat dan
sianosis merapakan indikasi
kelelahan pemaasan, hilangnya
kemampuan untuk melakukan
konpensasi pada asidosisi
4. Observasi suhu, warna kulit dan 4. Demam dengan kulit kemerahan,
kelembabannya kerint sebagai cerminan dehidrasi.
5. Kaji nadi perifer, pengisian 5. Merupakan indikator dari tingkat
kapiler, torgor kulit dan membran dehidrasi atau volume sirkulasi yang
mokosa adekuat
6. Catat masukan dan pengeluaran, 6. Memperkirakan kebutuhan akan
catat berat jenis urine cairan pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang
diberikan
7. Pertahankan untuk memberikan 7. Mempertahankan hidrasi / volume
cairan < 2500 ml/hari dalam batas sirkulasi.
yang dapat ditoleransi oleh
jantung.

2. Nutrisi, perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


ketidak cukupan inisulin, penurunan masukkan oral
Data Penunjang : Melaporkan masukan makanan tidak
adekuat, kurang nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan,
kelemahan, tonus otot buruk.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan berat badan stabil

INTERVENSI RASIONAL
1. Timbang berat badan sesuai 1. Mengkaji pemasukan makanan
indikasi yang adekuat
2. Tentukan program diet, pola makan 2. Mengidentifikasi kekurangan dan
klien dan bandingkan dengan adanya penyimpangan dari
makanan yang dapat di habiskan kebutuhan terapeutik
klien.
3. Identifikasi makanan yang di sukai 3. Jika makanan yang di sukai klien
atau di kehendaki termasuk dapat di masukkan dalam
kebutuhan etnik, perencanaan makanan, kerja sama
ini dapat di upayakan setelah
pulang.
4. Observasi tanda-tanda gipoglikemia 4. Metabolisme karbohidrat mulai
seperti perubahan tingkat terjadi (gula darah akan berkurang
kesadaran, kulit lembab, dingin dan sementara tetap di berikan
denyut nadi cepat lapar, peka insulin maka hipoglikemia dapat
ransang, cemas, sakit kepala. terjadi).
5. Lakukan konsultasi dengan ahli 5. Perhitungan dan penyesuaian diet
diet. untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

3. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis berhubungan dengan kadar glukosa


tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
Data penunjang : Adanya tanda-tanda dan gejala yang membuat
diagnosa aktual.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tanda-tanda infeksi 1. Mengetahui adanya peradangan
2. Terapkan teknik septic dan 2. Mencegah infasi kuman
antiseptic
3. Rubah posisi tiap dua jam 3. Tidak terjadi penekanan pada satu
tempat
4. Perubahan sensorik perseptual berhubunagn dengan perubahan kimia
endogen ketidak seimbangan glukosa / insulin elektrolit
Data penunjang : Tidak dapat di terapkan, adanya tanda-tanda
dan gejala yang membuat diagnosa aktual.
Tujuan : Klien mampu mengenali dan mengkompensasi
adanya kerusakan sensori.
INTERVENSI RASIONAL
1. Panggil pasien dengan nama, 1. Menurunkan kebingungan dan
orientasikan kembali sesuai dengan membantu untuk mempertahankan
kebutuhan, misalnya : terhadap kontak dengan realitas.
tempat, orang dan waktu.
2. Jadwalkan intervensi keperawatan 2 .Meningkatkan tidur, menurunkan
agar tidak mengganggu waktu rasa letih, dan dapat memperbaiki
istirahat pasien, daya fikir.
3. Lindungi pasien dari cedera 3. Pasien mengalami disorientasi
(gunakan pengikat) ketika tingkat merupakan awal kemungkinan
kesadaran klien terganggu. timbulnya cedera, terutama malam
hari dan perlu pencengan sesuai
indikasi,
4. Evaluasi lapang pandang 4. Edema/lepasnya retina, katarak,
penglihatan sesuai indikasi akan mengganggu penglihatan.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik, perubahan
kimia darah, insuvisiensi insulin
Data penunjang : Kurang energi yang berlebihan,
ketidakmampuan untuk mempertahankan
rutinitas biasanya penurunan kinerja.
Tujuan : Klien akan menunjukkan perbaikan
kemampuan dalam aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan dengan klien 1. Pendidikan dapat memberikan
tentang kebersihan dan aktifitas motivasi untuk meningkatkan
aktivitas meskipun klien mungkin
sangat lemah
2. Berikan aktifitas alternatif dengan 2. Mencegah kelelahan yang sangat
periode aktifitas yang cukup berlebihan.
3. Pantau nadi, prekuensi pernafasan, 3. Mengidentifikasi tingkat efektifitas
tekanan darah sebelum dan sesudah yang dapat di toleransi secara
melakukan aktifitas. fisiologi
4. Diskusikan cara menghemat kalori 4. Klien dapat melakukan kegiatan
selam mandi, berpindah lebih dengan penurunan kebutuhan

4. Implementasi
a. Mengkaji ulang klien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi
memberikan mekanisme perawat untuk menentukan tindakan
keperawatan yang masih sesuai.
b. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan
Status kesehatan klien berubah secara kontinue oleh karenanya
rencana asuhan keperawatan fleksibel untuk dapat memasukkan
perubahan yang penting.
c. Mengidentifiasi bidang bantuan
Beberapa situasi keperawatan mengharuskan perawat untuk mencari
bantuan, dapat berupa tambahan tenaga, pengetahuan atau
keterampilan perawat.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
Praktek keperawatan terdiri atas keterampilan kognitif yang
mencakup pengetahuan keperawatan.
e. Mengkonsumsi intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dituliskan atau didokumentasikan secara
verbal.
5. Evaluasi Kepeawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan dengan cara
menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawata tercapai atau
tidak.dalam mengevluisi, perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami intervensi kemampuan menggambarkan.
Kriteria evaluasi sesui dengan diagnosa kepeawatan diatas menurut
Merlynn E, Doenges 2003 adalah :
1. Mencapai keseimbangan cairan dan elektolit.
2. Mencapai keseimbangan metabolik.
3. Tidak terjadi infeksi.
4. Menunjukkan kemampuan mengenali dan menkonvensasi adanya
kerusakan sensori.
5. Menunjukkan kemampuan dalam aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-10.
Jakarta: EGC.
Corwin, EJ. (2009). Buku saku Patofisiologi. Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi ke-2.
Jakarta: Salemba Medika.
Marilynn E, Doengoes. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC.
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2011). Patofisiologi Penyakit: Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. (2006). Diagnosa NANDA Nic & Noc 2007-2008. Jakarta: EGC
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC Edisi ke-6.

Anda mungkin juga menyukai