1. Diagnosa Medis
Hipotermi
b. Etiologi
Berdarkan Rahardjo dan Marmi (2015) penyebab hipotermi adalah
1) Jaringan lemak subkutan tipis
2) Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
3) BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan
4) Syok hipovolemik
5) Infeksi
6) Gangguan termoregulasi.
c. Manifestasi Klinis
Berdasarkan Sudarti dan Fauziah (2013) tanda dan gejala hipotermi adalah
1. Vasokonstriksi perifer
a) Akral sianosis, ekstremitas dingin
b) Perfusi menurun
2. Non-shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf sirnpatis
untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap
jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan
meningkatkan produksi panas dan dalam tubuh
3. Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf simpatis, kemudian sistem
saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi
sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran
darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.
Respon fisiologis pada bayi terhadap paparan dingin adalah proses
oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada BBL, NST (proses
oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu peningkatan
produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun
pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST
selanjutnya akan menurun (Kosim, 2008). Jaringan lemak coklat berisi suatu
konsentrasi yang tinggi dari kandungan trigliserida, merupakan jaringan yang
kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang berakhir pada
pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-
masing sel mempunyai banyak mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah
proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang mana akan membatasi enzim
dalarn proses produksi panas. Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan
protein ini, maka apabila lemak dioksidasiakan terjadi produksi panas, dan bukan
energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan
merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga
dengan begitu akan menghasilkan panas (Kosim, 2008).
e. Penanganan
1. Kontak kulit dengan kulit
Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah
hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada
atau perut ibu, merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk
mendapatkan lingkungan suhu yang tepat. Apabila oleh karena sesuatu hal
melekatkan BBL ke dada atau ke perut ibunya tidak dimungkinkan, maka
bayi yang telah dibungkus dengan kain hangat dapat diletakkan dalam
dekapan lengan ibunya (Saifuddin, 2014). Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat
menjaga kehangatan tubuh. Mencegah kehilangan panas dan anjurkan ibu
untuk menyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran. Bayi diletakkan telungkup
di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi untuk menjaga
agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian
(merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru.
Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan (Saifuddin,
2014).
2. Perawatan Metode Kangguru (PMK)
PMK adalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terus- menerus, dan
dikombinasi dengan pemberian Asi eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi
kecil tetap hangat. PMK dapat dimulai dengan segera setelah lahir atau
setelah bayi stabil. PMK dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah
pulang. Bayi tetap dapat dirawat dengan PMK, meskipun belum bisa
menyusui, berikan Asi peras dengan menggunakan salah satu alternatif
pemberian minum (Rizema Putra, 2012). Perawatan metode kangguru di
defenisikan sebagai kontak kulit antara ibu dan bayi secara sering dan
eksklusif. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang efektif, hal
ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi.
Keuntungan yang didapat dari metode kangguru bagi perawatan bayi:
meningkatkan hubungan emosional antara ibu dan bayi, menstabilkan suhu
tubuh, denyut jantung, dan pernafasan bayi, meningkatkan pertumbuhan dan
berat badan bayi dengan lebih baik.
Pelaksanaan metode kangguru dapat dilakukan pada waktu:
a) Segera setelah lahir
b) Sangat awal, setelah 10-15 menit
c) Awal, setelah umur 24 jam
d) Menengah, setelah 7 hari perawatan
e) Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2
f) Setelah keluar dari perawatan inkubator.
Kriteria bayi untuk metode kangguru:
a) Bayi dengan berat badan < 2000 gram
b) Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai
c) Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik
d) Perkembangan selama di inkubator baik
e) Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam
keberhasilan.
3. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera setelah
dilahirkan dengan air susu ibunya sendiri dalam satu jam pertama kelahiran.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu upaya menyusui satu jam pertama
kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi. Upaya
tersebut dilakukan oleh bayi segera setelah dipotong tali pusatnya.
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut
syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin
akan mempengaruhi kelenjar ASI ini untuk memproduksi ASI di alveoli.
Semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan semakin banyak
prolaktin dan ASI yang diproduksi. Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD)
akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain menjalin/memperkuat
ikatan emosional antara ibu dan bayi, memberikan kekebalan pasif yang
segera kepada bayi melalui kolostrum, merangsang kontraksi uterus dan lain
sebagainnya (Indrayani, 2013).
4. Inkubator
Cara lainnya menghangatkan bayi adalah dengan menggunakan inkubator.
Inkubtor untuk bayi kurang dari 1500 gr yang tidak dapat dilakukan metode
kanguru dan untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas berat) (Sudarti,
2013).
Suhu inkubator
Suhu inkubator (oC) menurut umur
Berat bayi
35 oC 34 oC 33 oC 32 oC
<1.500 gr 1-10 hari 11 hari-3 minggu 3-5 minggu > 5 minggu
1.500-2.000 gr 1-10 hari 11 hari-4 minggu > 4 minggu
2.100-2.500 gr 1-2 hari 3 hari- 3 minggu > 3 minggu
>2.500 gr 1-2 hari > 3 minggu
Penatalaksanaan hipotermi pada bayi berdasarkan Dwiendar (2014):
1) Menyiapkan kamar bersalin yang hangat, bersih, dan aman
2) Segera mengeringkan bayi setelah lahir
3) Merawat bayi bersama ibunya
4) ASI eksklusif
5) Menjaga bayi tetap hangat dan aman dalam perjalanan selama
rujukan/pemindahan bayi
6) Melatih semua yang terlibat dalam proses kelahiran dan perawatan bayi
secara berkala.
f. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk hipotermi yaitu (Sudarti
dan Fauziah, 2013):
1) Siapkan lingkungan hangat (lingkungan netral)
2) Segera keringkan bayi setelah lahir
3) Jangan memandikan bayi segera setelah lahir, lebih baik tunda mandi
4) Jangan hilangkan verniks
5) Tutup kepala dengan kain/topi
6) Berikan bayi ke dada ibu dan selimuti
7) BBLR jika kondisi stabil lakukan perawatan dengan metode kangguru
8) Susukan bayi 30 menit setelah lahir.
3. Pathway
Penurunan reflek
Hipoglikemi Distres Penurunan Kurangnya
hisap
pernafasan jumlah darah paparan informasi
Andriyani, R., A. Triana, dan W. Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Ed. 1. Yogyakarta: Deepublish.
Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. 2015. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. 2015. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Deslidel. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.
Dwiendar, O. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish.
Indrayani. 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: CV Trans Info
Media.
Marmi dan Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nanda Internasional 2015. Diagnosis Keperawatan 2015-2017. Oxford: Willey
Backwell.
Saifuddin, AB. Dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Sembiring, J. B. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Edisi
1. Cetakan 1. Yogyakarta: Deepublish.
Sudarti dan A. Fauziah. 2013. Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Yulianti, L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info
Medika.