Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelenjar Tiroid

Embriologi

Kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitelium farings. Evaginasi ini

berjalan turun dari dasar lidah ke daerah leher sampai akhirnya mencapai

letak anatomisnya. Sebagian jaringan tiroid ini kadang tertinggal di

sepanjang lintas tersebut sehingga membentuk duktus thyroglossus. Dalam

keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10-20

gram. (13,14,15)

Anatomi dan Fisiologi

Kelenjar tirod terletak pada leher, bagian anterior daripada trakea,

dan terdiri dari 2 lobus konikal yang dihubungkan oleh suatu jaringan yang

disebut isthmus tiroid. Kadang-kadang ditemukan juga lobus ke 3, terdapat

pada isthmus ke atas atau di bagian depan larings yang disebut lobus

piramidalis. Lobus-lobus ini dibagi atas septa-septa jaringan ikat fibrous

menjadi lobulus-lobulus, yang masing-masing terdiri dari 30-40 folikel.

Kelenjar tiroid ini mengandung banyak pembuluh darah dan mempunyai

kecepatan arus darah yang tinggi. (7,13,14,15,16)


Gambar 1. Tiroid manusia. (13)

Kelenjar tiroid berperanan mempertahankan derajat metabolisme

dalam jaringan pada titik optimal. Hormon tiroid merangsang penggunaan

O2 pada kebanyakan sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan

hidrat arang, dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan serta maturasi

normal. Apabila tidak terdapat kelenjar tiroid, orang tidak akan tahan dingin,

akan timbul kelambanan mental dan fisik, dan pada anak-anak terjadi

retardasi mental dan dwarfisme. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan

meninbulkan penyusutan tubuh, gugup, takikardi, tremor, dan terjadi

produksi panas yang berlebihan. (13)

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4)

yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3).

Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku

hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga

mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4


yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam

tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan

sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di

sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin pengikat

tiroid (thyroid binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat albumin

(thyroxine binding prealbumine, TBPA). Hormon stimulator tiroid (thyroid

stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur

sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar

hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting

dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Dengan demikian,

sekresi tiroid dapat mengadakan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan

di dalam maupun di luar tubuh. Juga dijumpai adanya sel parafolikuler yang

menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme

kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang. (13,14,15,16)

Gambar 2. Diagram pengaturan sekresi tiroid. (13)


Histologi

Unit struktural daripada tiroid adalah folikel, yang tersusun rapat,

berupa ruangan bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk

gepeng, kubus sampai kolumnar. Konfigurasi dan besarnya sel-sel folikel

tiroid ini dipengaruhi oleh aktivitas fungsional daripada kelenjar tiroid itu

sendiri. Bila kelenjar dalam keadaan inaktif, sel-sel folikel menjadi gepeng

dan akan menjadi kubus atau kolumnar bila kelenjar dalam keadaan aktif.

Pada keadaan hipertiroidism, sel-sel folikel menjadi kolumnar dan

sitoplasmanya terdiri dari vakuol-vakuol yang mengandung koloid. (7,13,15)

Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogen

eosinofilik. Variasi densiti dan warna daripada koloid ini juga memberikan

gambaran fungsional yang signifikan; koloid eosinofilik yang tipis

berhubungan dengan aktivitas fungsional, sedangkan koloid eosinofilik

yang tebal dan banyak dijumpai pada folikel dalam keadaan inaktif dan

beberapa kasus keganasan. Pada keadaan yang belum jelas diketahui

penyebabnya, sel-sel folikel ini akan berubah menjadi sel-sel yang besar

dengan sitoplasma banyak dan eosinofilik, kadang-kadang dengan inti

hiperkromatik, yang dikenal sebagai oncocytes (bulky cells) atau Hürthle

cells. (7)
Gambar 3. Histologi kelenjar tiroid normal. (16)

2.2. Lesi-lesi pada Kelenjar Tiroid

Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid dapat merupakan suatu

kelainanradang, hiperplasia atau neoplasma, dimana secara klinis kadang

sulit dibedakan. (6,7,17)

Radang

Tiroiditis atau radang kelenjar tiroid mencakup sejumlah kelainan

pada tiroid dari radang akut supuratif sampai terjadinya proses kronik.

Tiroiditis akut jarang dijumpai. Berupa lesi berwarna merah, terasa nyeri,

dan demam. Termasuk disini yakni tiroiditis granulomatous (subakut,

deQuervain’s), tiroiditis limfositik (Hashimoto’s disease), dan struma

Riedel. (7

Goiter atau Struma

Ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid; nodular atau

difus. Disebut juga adenomatous goiter, endemik goiter, atau multinodular

goiter. Keadaan ini biasanya disebabkan adanya hiperplasia kelenjar tiroid


oleh karena defisiensi iodine. Keadaan ini dapat mengenai keseluruhan

daripada kelenjar atau muncul secara fokal dan membentuk nodul yang

soliter. Merupakan lesi yang paling sering ditemukan pada biopsi aspirasi.
(7)

Neoplasma

Neoplasma tiroid mencakup neoplasma jinak (adenoma folikular)

dan neoplasma ganas (karsinoma). Nodul tiroid dapat diraba secara klinis
(3)
sekitar 5-10% populasi orang dewasa di Amerika Serikat. Ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan apakah nodul tiroid tersebut

jinak atau ganas. (3,18,19)

Beberapa hal yang mengarahkan diagnosis nodul tiroid jinak, antara

lain: (2,3,18,19)

• Ada riwayat keluarga menderita penyakit autoimun (Hashimoto

tiroiditis) atau menderita nodul tiroid jinak.

• Adanya disfungsi hormon tiroid (hipo atau hipertiroidisme)

• Nodul yang disertai rasa nyeri

• Nodul yang lunak dan mudah digerakkan

• Struma multinodosa tanpa adanya nodul yang dominan

• Gambaran kistik pada USG.

Beberapa hal yang mendukung kemungkinan kearah keganasan pada

nodul tiroid, yaitu : (2,3,18,19)


• Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 70 tahun

• Jenis kelamin laki-laki

• Disertai gejala–gejala disfagi atau distoni

• Adanya riwayat radiasi leher

• Adanya riwayat keluarga menderita karsinoma tiroid.

• Nodul yang padat, keras dan sulit digerakkan

• Adanya limfadenopati servikal

• Gambaran solid atau campuran pada USG.

Karsinoma tiroid

Karsinoma tiroid merupakan penyakit yang jarang ditemukan.

Tumor ini banyak mendapat perhatian dari kalangan medik, karena sering

ditemukan pada umur belasan tahun dan ukuran tumor yang relatif kecil,

bahkan sering tersembunyi atau sulit diraba walaupun sudah terjadi

metastasis. (20)

Karsinoma tiroid umumnya tergolong keganasan yang pertumbuhan

dan perjalanan penyakitnya lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang

rendah, walau sebagian kecil ada yang tumbuh cepat dan sangat ganas

dengan prognosis yang buruk. Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi

dokter untuk menentukan secara cepat apakah nodul tersebut jinak atau

ganas. (1,20,21)
Insiden

Angka insiden kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia, yaitu dari

0,5-10 jiwa per 100.000 populasi. American Cancer Society memperkirakan

bahwa sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap tahunnya di Amerika Serikat

dan sekitar 1.700 diantaranya mengakibatkan kematian. Lebih banyak

ditemukan pada wanita dengan distribusi berkisar 2:1 sampai 3:1. (20)

Epidemiologi

Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan

tersering di Indonesia.(17) Di Amerika Serikat, karsinoma tiroid ini relatif

jarang ditemukan, mencakup 1% dari seluruh jenis kanker dan 0,4%

kematian akibat kanker. Karsinoma tiroid ini merupakan jenis keganasan

jaringan endokrin yang terbanyak, yaitu 90% dari seluruh kanker

endokrin.(20)

Prevalensi keganasan pada nodul tiroid berkisar antara 5-10% pada

populasi dewasa. Anak-anak usia di bawah 20 tahun dengan nodul tiroid

dingin mempunyai resiko keganasan 2 kali lebih besar dibandingkan

kelompok dewasa. Kelompok usia diatas 60 tahun, disamping mempunyai

prevalensi keganasan lebih tinggi juga mempunyai tingkat agresivitas

penyakit yang lebih berat, dengan lebih seringnya dijumpai kasus-kasus

jenis karsinoma tiroid tidak berdiferensiasi. (3)


Etiologi

Etiologi yang pasti dari tumor ini belum diketahui; yang berperan

khususnya untuk karsinoma dengan diferensiasi baik (papiler dan folikular)

adalah radiasi dan goiter endemis sedangkan untuk jenis medular adalah

faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk

kanker anaplastik dan medular. Diperkirakan kanker tiroid anaplastik

berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan

folikular) dengan kemungkinan jenis folikular dua kali lebih besar. (21-27)

Faktor resiko (22)

1. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau.

Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada

kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah

5-25 tahun.

2. Pengaruh usia dan jenis kelamin.

Apabila nodul tiroid terdapat pada penderita berusia dibawah 20 tahun

dan diatas 70 tahun, resiko keganasan lebih tinggi. Penderita laki-laki

memiliki prognosa keganasan yang lebih jelek dibandingkan dengan

penderita wanita.

3. Pemakaian iodin yang berlebihan, terutama pada daerah endemik.

4. Genetik.

Diagnosis

Pada anamnesis awal, kita berusaha mengumpulkan data untuk

menentukan apakah nodul tiroid tersebut toksik atau non toksik. Biasanya
nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri kecuali pada kelainan tiroiditis

akut/subakut. Sebagian besar keganasan pada tiroid tidak memberikan gejala

yang berat, kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat membesar bahkan

dalam hitungan minggu. Pada pasien dengan nodul tiroid yang besar,

kadang disertai dengan adanya gejala penekanan pada esofagus dan trakea.
(22)

Nodul diidentifikasi berdasarkan konsistensinya keras atau lunak,

ukurannya, terdapat tidaknya nyeri, permukaan nodul rata atau berbenjol-

benjol, berjumlah tunggal atau ganda, memiliki batas yang tegas atau tidak,

dan keadaan mobilitas nodul.

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas

tiroid belum ada yang khusus. Kecuali karsinoma meduler, yaitu

pemeriksaan kalsitonin (tumor marker) dalam serum. Pemeriksaan T3 dan

T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi

tirotoksikosis walaupun jarang. Human Thyroglobulin (HTG) Tera dapat

dipergunakan sebagai tumor marker terutama pada karsinoma

berdiferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk karsinoma

tiroid, namun peninggian HTG setelah tiroidektomi total merupakan

indikator tumor residif.

Klasifikasi Histopatologi Neoplasma Tiroid

Klasifikasi WHO 1988


(23,24,25,26,27)
• Tumor-tumor epitelial
o Adenoma folikuler

o Karsinoma papilari

o Karsinoma folikuler

o Karsinoma medulari

o Karsinona undiferensiasi

• Tumor-tumor non-epitelial

• Limfoma malignan

• Tumor-tumor miselaneous

Adenoma Folikular.

Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari epitel folikel. Lesi

biasanya soliter. Tumor ini sulit dibedakan dengan karsinoma folikular pada

pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus, maka pendiagnosaannya disebut

dengan neoplasma folikular. Merupakan tumor yang berbatas tegas dan

berkapsul jaringan ikat fibrous dengan diferensiasi sel folikel yang

menunjukkan gambaran yang seragam. Pada pemotongan tampak massa

yang homogen tapi kadang-kadang disertai perdarahan dan berkistik. Secara

mikroskopis, sel-sel tersusun dalam folikel-folikel yang mengandung massa


(22)
koloid dengan dinding kapsulnya yang tebal.

Karsinoma Papilari

Karsinoma papilari adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering

ditemukan (75-85%) yang timbul pada akhir masa kanak- kanak atau awal

kehidupan dewasa. Merupakan karsinoma tiroid yang terutama berkaitan

dengan riwayat terpapar radiasi pengion. Tumor ini tumbuh lambat,


penyebaran melalui kelenjar limfe dan mempunyai prognosis yang lebih

baik diantara jenis karsinoma tiroid lainnya. Faktor yang mempengaruhi

prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun, wanita dan jenis histologik

dominan papilari. Sifat biologik daripada tumor jenis papilari ini yakni

tumor atau lesi primer yang kecil bahkan mungkin tidak teraba tetapi

metastasis ke kelenjar getah bening dengan massa atau tumor yang besar

atau nyata. Lesi ini sering tampil sebagai nodul tiroid soliter dan biasanya

diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus,

dengan angka ketahanan hidup 10 tahun mencapai 95%. (1,3,19-23)

Mikroskopis, karsinoma papilari berupa tumor yang tidak berkapsul

dengan struktur berpapil dan bercabang. Sel karakteristik dengan inti sel

yang berlapis-lapis dan sitoplasma yang jernih. Ada beberapa varian dari

karsinoma papilari yaitu microcarcinoma, encapsulated, follicular, tall-cell,

columnar-cell, clear-cell dan diffuse sclerosing carcinoma. Dua puluh

sampai delapan puluh persen berupa tumor yang multisentrik dan bilateral

pada 1/3 kasus. (20,22,28)

Karsinoma Folikular

Karsinoma folikular meliputi sekitar 10-20% keganasan tiroid dan

biasa ditemukan pada usia dewasa pertengahan atau diatas 40 tahun. Pada

kasus yang jarang, tumor ini mungkin hiperfungsional (tirotoksikosis).

Insiden karsinoma folikular meningkat di daerah dengan defisiensi yodium.

Diagnosa tumor ini secara sitologi sulit dibedakan dengan adenoma

folikular, diagnosa pasti dengan pemeriksaan frozen section pada durante

operasi atau dengan pemeriksaan histopatologi untuk melihat adanya invasi


ke kapsul atau pembuluh darah. Karsinoma folikular bermetastasis terutama

melalui pembuluh darah ke paru, tulang, hati dan jaringan lunak. Karsinoma

folikular diterapi dengan tiroidektomi total diikuti pemberian iodine

radioaktif. Juga karena sel karsinoma ini menangkap yodium, maka

radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan dengan pengukuran kadar TSH

sebagai follow up bahwa dosis yang digunakan bersifat supresif dan untuk

memantau kekambuhan tumor. Angka ketahanan hidup 10 tahun mencapai

85%. (20,22,28)

Karsinoma Medular

Karsinoma medular meliputi sekitar 5 % keganasan tiroid dan

berasal dari sel parafolikuler, atau sel C yang memproduksi kalsitonin.

Karsinoma ini timbul secara sporadik (80%) dan familial (20%), dimana

tumor ini diturunkan sebagai sifat dominan autosom; apakah berhubungan

dengan MEN-2a atau MEN-2b atau endokrinopati lainnnya. Karsinoma

medular terutama ditemukan pada usia 50-60 tahun tetapi pernah juga

ditemukan pada usia yang lebih muda bahkan anak. Penyebarannya

terutama melalui kelenjar limfe. Bila dicurigai adanya karsinoma medulr

maka perlu diperiksa kadar kalsitonin darah. Angka ketahanan hidup 10

tahun mencapai 40%.(3,19-23)

Massa tumor berbatas tegas dan keras pada perabaan, pada lesi yang

lebih luas tampak daerah nekrosis dan perdarahan dan dapat meluas sampai

ke kapsul. Mikroskopis, tampak kelompokan sel-sel bentuk poligonal

sampai lonjong dan membentuk folikel atau trabekula. Tampak adanya


deposit amiloid pada stromanya yang merupakan gambaran khas pada
(20,22,28)
karsinoma tipe medular ini.

Karsinoma Anaplastik

Karsinoma anaplastik tiroid merupaka salah satu keganasan pada

manusia yang paling agresif dan jarang dijumpai yaitu kurang dari 5%.

Karsinoma anaplastik ini berkembang dengan menginfiltrasi ke jaringan

sekitarnya. Tumor ini terutama timbul pada usia lanjut, terutama di daerah

endemik gondok dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kasus

muncul dengan riwayat pembengkakan yang cepat membesar pada leher,

disertai dengan adanya kesulitan bernafas dan menelan, serta suara serak

karena infiltrasi ke nervus rekurens. Pertumbuhannya sangat cepat walaupun

diterapi. Metastasis ke tempat jauh sering terjadi, tetapi umumnya kematian

terjadi dalam waktu kurang dari setahun. Angka ketahanan hidup 5 tahun

<5%.(3,19-23,25)

Tampak massa tumor yang tumbuh meluas ke daerah sekitarnya.

Mikroskopis, tampak sel-sel anaplastik (undifferentiated) dengan gambaran

morfologi yang sangat pleomorfik, serta tidak terbentuknya gambaran

folikel, papil maupun trabekula. (20,22,28)

Staging Karsinoma Tiroid (20)

Stadium Klinik Berdasarkan Sistem TNM

T- (Tumor primer)

• Tx Tumor primer tidak dapat dinilai

• T0 Tidak didapat tumor primer

• T1 Tumor dengan ukuran 1 cm atau kurang masih terbatas pada tiroid


• T2 Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm namun tidak lebih dari 4cm

masih terbatas pada tiroid

• T3 Tumor dengan ukuran lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid

• T4 Tumor dengan ukuran berapa saja yang telah berekstensi keluar kapsul

tiroid

N- (Kelenjar getah bening regional)

• Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai

• N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening

• N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening

• N1a Metastasis ke kelenjar getah bening cervical ipsilateral

• N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical bilateral, midline,

contralateral atau ke kelenjar getah bening mediastinal

M- (Metastasis jauh)

• Mx Metastasis jauh belum dapat dinilai

• M0 Tidak terdapat metastasis jauh

• M1 Terdapat metastasis jauh

2.3. Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Si-BAJAH)

Biopsi jarum sebagai pendiagnosaan pada nodul tiroid pertama kali

diperkenalkan oleh Martin dan Ellis pada tahun 1930 dengan menggunakan

jarum ukuran 18-gauge. Metode ini awalnya banyak yang menolaknya

karena kekhawatiran akan implan sel-sel ganas pada jarum, hasil yang

negatif palsu dan komplikasinya yang serius. Hingga akhirnya Scandinavian

memperkenalkan biopsi aspirasi tiroid dengan jarum halus pada tahun 1960,

dan mulai banyak dipergunakan secara luas sejak tahun 1980. (4)
Pada sekarang ini, pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus

(Si-BAJAH) pada kelenjar tiroid merupakan suatu test diagnostik yang

dapat diandalkan, murah, mudah dilaksanakan, dapat segera dilakukan

pengambilan ulang kembali dan akurat yang dapat dilakukan sebagai

langkah awal dalam mengevaluasi kelainan-kelainan nodular pada kelenjar

tiroid dengan komplikasi yang minimal seperti infeksi dan perdarahan. Pada

penelitian dari American Thyroid Association terbukti hampir 96% nodul

tiroid dilakukan biopsi aspirasi jarum halus untuk pendiagnosaan. (4)

Sitologi biopsi jarum halus terutama diindikasikan pada nodul tiroid

soliter atau nodul dominan pada multinodul goiter. Empat sampai tujuh

persen orang dewasa memiliki nodul tiroid yang dapat diraba dan

angka ini meningkat dengan ultrasonografi atau pada pemeriksaan otopsi

(>60%). (29,30)

Klasifikasi Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus

1. Jinak

Sel-sel epitel tersebar dan sebagian membentuk kelompokan atau

mikrofolikular. Inti sel bulat atau oval dengan kromatin yang dense dan

homogen. Sitoplasma sedikit dan agak eosinofilik, tetapi kadang-kadang

ditemukan sel-sel onkositik. Sejumlah koloid dapat ditemukan.

2. Curiga

Sel-sel epitel membentuk kelompokan atau susunan folikular. Inti sel

membesar, bulat atau oval dengan kromatin yang bergranul dan anak inti
yang menonjol. Sitoplasma eosinofilik, bergranul, karakteristik akan

perubahan sel-sel onkositik. Koloid sedikit atau tidak dijumpai.

3. Ganas

a. Bentuk papilari – sel-sel epitel tersusun dalam gambaran papilari.

Inti bulat atau oval dengan adanya pseudoinklusi nuklear, nuclear

grooves dan/atau bentuk palisada.

b. Bentuk medular – sel-sel yang hiperselular. Bentuk bervariasi

denganinti bentuk bulat, oval atau lonjong. Inti terletak eksentrik

dengan gambaran plasmasitoid. Struktur amiloid jarang terlihat.

c. Bentuk anaplastik – terdiri dari sel-sel yang kecil, adanya

multinukleated sel raksasa dan sel-sel bentuk lonjong. Inti besar,

bizarre, satu atau banyak, dan kromatin kasar dan anak inti yang

menonjol. Kadang dijumpai mitosis atipik.

Klasifikasi Diagnosa Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Si-BAJAH)


(31)

Kategori Sitologi
Si-Bajah
THY 1 Bahan tidak cukup
(Insufficient material)
THY 2 Jinak (nodul goiter)
( Benign (nodular goitre)
THY 3 Curiga suatu neoplasma
(Suspicious of neoplasm (follicular))
THY 4 Curiga keganasan (papilari/meduler/anaplastik)
(Suspicious of malignancy (papillary/medullary/anaplastic))
THY 5 Positif ganas
(Definite malignancy)
Akurasi Diagnosa Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Si-BAJAH)

Carpi dkk melaporkan sensitivitas dan spesifitas Si-BAJAH masing-

masing sebesar 90% dan 80%. Nilai prediksi negatif dan positif masing-

masing sebesar 97% dan 40% (Cap dkk, 1999). Gharib dkk melaporkan

bahwa Si-BAJAH mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifitas 92%.

Angka negatif palsu kurang dari 5% dan angka positif palsu hampir

mendekati 1%. Tjahjono melaporkan mendapati nilai sensitivitas sebesar

85,89%, spesifitas 89,69%, dan akurasi 87,3%. (2,7) Hal ini membuktikan Si-

BAJAH cukup handal digunakan sebagai alat diagnostik preoperatif. (7,12)

2.4. Ultrasonografi Tiroid

Ultrasonografi pertama kali digunakan untuk pemeriksaan jaringan

tubuh sekitar tahun 1937 yaitu menjelang Perang Dunia ke II, tetapi hasilnya

belum memuaskan. Dan sekarang, diagnostik ultrasonik berkembang dengan

pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan yang penting untuk

menentukan kelainan berbagai organ tubuh.(2) Misken dan Rosen pada tahun

1973 pertama kali menggunakan USG pada pemeriksaan kelenjar tiroid.


(5,11)

Ultrasonografi dapat membedakan apakah lesi nodul tersebut berada

pada intra atau ekstratiroid. Selain itu, juga dapat membedakan lesi kistik

dari lesi solid, dengan nilai akurasi diagnostik mencapai 100%. Hal ini

penting, karena keganasan lebih sering dijumpai pada lesi solid. USG
dengan lebih mudah dapat menentukan apakah lesi di tiroid tersebut tunggal

atau lebih dari satu, dimana hal ini cukup penting karena kecenderungan

untuk keganasan tiroid banyak ditemukan pada lesi tunggal. Beberapa

penulis melaporkan bahwa jika secara klinis teraba satu tonjolan di tiroid,

maka sebanyak 40-50% akan ditemui lesi yang multipel pada pemeriksaan

USG dan histopatologi. Sampai saat ini USG belum dapat membedakan lesi

jinak dari lesi ganas secara pasti, walaupun ada beberapa kriteria secara
(11,31,32,33-44)
USG untuk menyatakan satu lesi itu cenderung ganas atau jinak.

USG juga mempunyai peranan pada golongan resiko tinggi untuk

menemukan keganasan tiroid yaitu kelompok pasien yang pernah

memperoleh radiasi di daerah leher semasa anak-anak. Selain itu,

pemeriksaan serial USG juga bermanfaat untuk menilai respon pengobatan

supresif. (11)

USG dapat memberikan gambaran atau informasi yang akurat yang

bisa dipakai dalam menilai nodul tiroid, seperti : (32)

• Ukuran nodul

• Banyaknya nodul

• Struktur ekografi (solid, kistik atau campuran)

• Ekogenisiti (iso-, hiper- atau hipoekoik)

• Ada tidaknya kalsifikasi

• Batas lesi

• Bentuk pembuluh darah


Akurasi Ultrasonografi Tiroid

Dalam membedakan lesi jinak dan ganas, ultrasonografi mempunyai

nilai rata-rata sensitifiti 63-94%, spesifisitas 61-95% dan akurasi 80-94%.

Analisa statistik yang dilakukan di FK Universitas Baskent tahun 2001,

dilaporkan angka sensitivitas, spesifitas, dan akurasi masing-masing sebesar

60%, 59%, dan 59% untuk USG. (33)

Ultrasonografi sebagai pengarah pada biopsi aspirasi jarum halus,

secara signifikan meningkatkan sensitivitas dan spesifitas daripada Si-

BAJAH. Terutama pada nodul tiroid yang sulit di palpasi oleh karena

ukurannya yang sangat kecil, letaknya yang lebih dalam dan pada kasus-

kasus adanya perubahan kistik yang luas atau adanya fibrosis; dengan

panduan USG maka jarum halus dapat diarahkan ke bagian yang solid untuk

mendapatkan spesimen yang akurat. Angka sensitivitas, spesifitas, akurasi,

nilai prediksi positif dan negatif untuk BAJAH dipandu USG. masing-

masing sebesar 100%, 73%, 85%, 57.1% dan 100%. (12)

Anda mungkin juga menyukai