Anda di halaman 1dari 9

1

GAMBARAN UMUM
PEMBUKUAN

Menjelaskan Pengertian Pembukuan

Menerangkan Dasar Hukum Pembukuan

Menguraikan Ruang Lingkup Pembukuan

Menerangkan Ketentuan Umum Pembukuan

Menjelaskan Pemeriksaan Kas

Menguraikan Rekonsiliasi Internal


Uraian dan Contoh

Pengertian Pembukuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan (KBBI Luring) versi 1.5,
terdapat dua arti pembukuan, yaitu 1) pencatatan dalam buku; 2) proses pemindahan
transaksi dari jurnal ke buku besar. Arti yang pertama bersifat umum, sesuai kaidah dalam
bahasa Indonesia, awalan pe- dan akhiran –an mengandung arti proses, kegiatan, atau
aktivitas yang dilakukan sesuai kata dasarnya. Seperti pengujian, artinya aktivitas menguji;
pengelolaan artinya kegiatan mengelola. Jadi pembukuan secara harfiah dapat dikatakan
sebagai aktivitas membukukan/mencatat. Sedangkan arti yang kedua lebih bersifat khusus,
yakni salah satu tahapan dalam siklus akuntansi yang dilakukan setelah jurnal, yang akan
menghasilkan neraca saldo. Dalam konteks bendahara pengeluaran, maka arti yang
pertama lebih cocok untuk digunakan, yaitu pencatatan dalam buku. Pertanyaannya adalah
apa yang dicatat?, buku apa saja yang digunakan untuk mencatat?, bagaimana
mencatatnya? dan apa tujuan pencatatan?

Berdasarkan tugas bendahara pengeluaran, pencatatan dilakukan atas aktivitas


penerimaan dan pengeluaran kas oleh bendahara pengeluaran. Aktivitas penerimaan kas
mencakup semua penerimaan kas oleh bendahara pengeluaran. Contohnya adalah
penerimaan uang dari penerbitan SP2D UP/TUP/GUP/LS Bendahara oleh KPPN,
penerimaan uang dari pungutan pajak atas pembayaran yang dilakukan oleh bendahara
pengeluaran, dan penerimaan lain yang menjadi hak negara, misalnya penerimaan denda
atas keterlambatan penyerahan hasil pekerjaan oleh pihak ketiga atau penerimaan kembali
belanja karena kelebihan pembayaran.

Aktivitas pengeluaran kas mencakup semua pengeluaran kas dari bendahara


pengeluaran, baik untuk pembayaran belanja yang sudah definitif pembayaran yang bersifat
uang muka, maupun pengeluaran kas dalam rangka penyetoran pajak yang dipungut
bendahara pengeluaran ke kas negara. Belanja yang sudah definitif adalah belanja yang
sudah diserahterimakan barang/jasanya, misalnya pembayaran tagihan pengadaan ATK,
pembayaran perjalanan dinas yang sudah dilaksanakan, pembayaran uang makan pegawai.
Sedangkan pembayaran yang bersifat uang muka adalah pembayaran yang dilakukan di

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 5


muka atas barang/jasa yang belum diterima, misalnya pembayaran uang muka perjalanan
dinas.

Di samping itu, bendahara pengeluaran juga membukukan pembayaran langsung dari


KPPN kepada pihak ketiga melalui SP2D LS. Dalam hal SP2D LS pihak ketiga, bendahara
pengeluaran hanya membukukannya dalam buku pengawasan anggaran belanja saja.
Mengapa bendahara pengeluaran turut membukukan pegeluaran kas yang tidak melalui
dirinya? Hal tersebut berkaitan dengan realisasi belanja yang mempengaruhi saldo
anggaran. Salah satu keharusan bendahara pengeluaran adalah melakukan pengujian atas
ketersediaan anggaran belanja, sehingga semua realisasi anggaran di satker dibukukannya,
termasuk yang tidak melalui bendahara pengeluaran.

Berdasarkan tempatnya, pencatatan oleh bendahara pengeluaran dilakukan dalam


suatu buku yang terdiri dari Buku Kas Umum yang biasa disingkat BKU, buku-buku
pembantu, dan/atau buku pengawaan anggaran belanja. BKU adalah suatu buku yang
mencatat semua penerimaan dan pengeluaran kas melalui bendahara pengeluaran. Buku
pembantu adalah buku tambahan yang menjelaskan sumber dan tempat kas yang diterima
dan dibayarkan oleh bendahara pengeluaran. Sedangkan buku pengawasan anggaran
belanja merupakan suatu buku yang mencatat realisasi belanja negara yang terjadi di
satker, baik yang melalui bendahara pengeluaran maupun tidak.

Berdasarkan prosesnya, pencatatan didahului dengan identifikasi dokumen sumber


dan analisis transaksi. Identifikasi dokumen sumber dimaksudkan untuk memastikan bahwa
dokumen sumber yang akan dibukukan adalah valid dan memang harus dibukukan.
Sedangkan analisis transaksi merupakan aktivitas logic untuk menentukan tempat dan
pengaruh pembukuan suatu dokumen sumber, artinya di buku apa dan sebagai apa suatu
dokumen sumber harus dibukukan. Analisis transaksi yang dilakukan berdasarkan prinsip
pembukuan yang akan dipelajari pada kegiatan belajar 2

Berdasarkan tujuannya, pencatatan yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran


dapat dibagi dua, yaitu tujuan manajerial dan pertanggungjawaban. Tujuan manajerial,
artinya pencatatan dimaksudkan sebagai alat manajemen dalam mengawasi pengelolaan
kas oleh bendahara pengeluaran. Tujuan pertanggungjawaban artinya hasil pencatatan
akan digunakan sebagai dasar penyusunan laporan pertanggungjawaban dari bendahara
pengeluaran kepada KPPN.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pembukuan


bendahara pengeluaran secara lengkap adalah kegiatan pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas satker oleh bendahara pengeluaran dalam buku kas umum, buku-
buku pembantu, dan/atau buku pengawasan anggaran belanja yang diawali dengan

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 6


identifikasi dokumen sumber dan analisis transaksi untuk tujuan manajerial maupun
pertanggungjawaban.

Dasar Hukum Pembukuan

Pembukuan merupakan wujud nyata upaya bendahara pengeluaran untuk mengelola


keuangan negara secara tertib dan dapat dipertanggungjawabkan. Dasar hukum
pembukuan secara umum adalah:

1. UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 35 ayat (2);


Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar, dan/atau
menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara adalah Bendahara
yang wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.

2. UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 1 angka 18;


Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah.

3. PP Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi


Pemerintah, pasal 31 ayat (1);
Bendahara Pengeluaran wajib menatausahakan dan menyusun laporan
pertanggungjawaban atas uang yang dikelolanya dalam rangka pelaksanaan APBN.

4. PP Nomor 45 tahun 2013 tentang Tatacara Pelaksanaan APBN, pasal 23 ayat (2);
Pelaksanaan tugas kebendaharaan atas uang persediaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf h, meliputi:
h. menyelenggarakan pembukuan transaksi uang persediaan;

5. PMK Nomor 190 tahun 2012 tentang Tatacara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN, pasal 24 ayat (2) huruf a;
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat
berharga dalam pengelolaannya;

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 7


Sedangkan secara khusus, pembukuan dilakukan berdasarkan pada:

6. PMK Nomor 162 Tahun 2013 tentang Kedudukan dan Tanggung jawab Bendahara
pada Satuan Kerja Pengelola APBN, khususnya pasal 30 ayat (1); “Bendahara
menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran yang
dilakukan pada satker”.
7. Perdirjen Perbendaharaan Nomor 03 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Penatausahaan, Pembukuan, dan Pertanggungjawaban Bendahara pada Satuan
Kerja Pengelola APBN, khususnya pasal 3; “Bendahara menyelenggarakan
pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran uang/surat berharga yang
dilakukan pada satker, termasuk hibah dan bantuan sosial”.

Ruang Lingkup Pembukuan

Pembukuan dilakukan dalam rangka pertanggungjawaban. Oleh karena itu, ruang


lingkup pembukuan seharusnya juga terbatas pada lingkup tanggung jawab bendahara
pengeluaran. Menurut PMK 162 tahun 2013 tanggung jawab dimaksud adalah:

1. Bendahara pengeluaran merupakan pejabat perbendaharaan yang secara


fungsional bertanggung jawab kepada Kuasa BUN dan secara pribadi
bertanggung jawab atas seluruh uang/surat berharga yang dikelolanya dalam
rangka pelaksanaan APBN.
Bendahara Pengeluaran selaku pejabat fungsional yang bertanggung jawab kepada
Kuasa Bendahara Umum Negara, wajib membukukan dan mempertanggungjawabkan
seluruh uang negara yang dikuasainya. Disamping itu, selaku pejabat yang diangkat
oleh Menteri/pimpinan lembaga, Bendahara Pengeluaran juga wajib membukukan
seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran satuan kerja sebagaimana
tertuang dalam DIPA.
2. Jenis-jenis uang/surat berharga yang dikelola oleh bendahara pengeluaran meliputi:
a. Uang Persediaan;
b. Uang yang berasal dari Kas Negara melalui SPM LS Bendahara;
c. Uang yang berasal dari potongan atas pembayaran yang dilakukannya
sehubungan dengan fungsi bendahara selaku wajib pungut;
d. Uang dari sumber lainnya yang menjadi hak negara; dan
e. Uang lainnya yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan boleh
dikelola oleh Bendahara.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 8


Ketentuan Umum Pembukuan

Ketentuan umum pembukuan merupakan kaidah-kaidah yang harus dipatuhi oleh


bendahara pengeluaran dalam penyelenggaraan pembukuan di satker. Ketentuan umum
dimaksud, sesuai pasal 30 PMK 162 tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Bendahara menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukan pada satker.
2. Pembukuan sebagaimana dimaksud terdiri dari Buku Kas Umum, Buku-Buku
Pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran.
3. Pembukuan yang dilakukan oleh Bendahara dimulai dari Buku Kas Umum, Buku-
buku Pembantu, dan selanjutnya pada Buku Pengawasan Anggaran.
4. Bendahara pengeluaran segera mencatat setiap transaksi penerimaan dan
pengeluaran dalam Buku Kas Umum sebelum dibukukan dalam buku-buku pembantu.
5. Buku-buku pembantu bendahara pengeluaran paling sedikit terdiri dari buku pembantu
kas, buku pembantu UP, buku pembantu LS Bendahara, buku pembantu pajak, dan
buku pembantu lainnya sesuai kebutuhan.
6. Dalam hal bendahara menyalurkan dana kepada BPP, bendahara membuat buku
pembantu BPP.
7. Dalam hal bendahara memberikan uang muka, bendahara harus membuat buku
pembantu uang muka.
8. Pada akhir tahun anggaran, Bendahara Pengeluaran menutup Buku Kas Umum
dan Buku-buku Pembantu dengan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran
dan KPA atau PPK atas nama KPA.
9. Pada akhir tahun anggaran, BPP menutup Buku Kas Umum dan Buku-buku Pembantu
dengan ditandatangani oleh BPP dan PPK.
10. Bendahara yang mengelola lebih dari satu DIPA, harus memisahkan pembukuannya
sesuai DIPA masing-masing.
11. Pembukuan terhadap seluruh pengeluaran sebagaimana dimaksud dilakukan dengan
aplikasi yang dibuat dan dibangun oleh Kementerian Keuangan cq. Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
12. Dalam hal Bendahara tidak dapat melakukan pembukuan menggunakan aplikasi
sebagaimana dimaksud Bendahara dapat melakukan pembukuan secara manual
baik dengan tulis tangan maupun dengan komputer.
13. Dalam hal pembukuan dilakukan menggunakan aplikasi atau dengan komputer,
Bendahara harus:
a. mencetak Buku Kas Umum dan Buku-Buku Pembantu paling sedikit satu
kali dalam satu bulan yaitu pada hari kerja terakhir bulan berkenaan; dan

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 9


b. menandatangani hasil cetakan sebagaimana dimaksud dan diketahui oleh KPA
atau PPK atas nama KPA.
14. Bendahara harus menatausahakan hasil cetakan sebagaimana dimaksud beserta
dokumen sumber terkait.

Pemeriksaan Kas

Prinsip-prinsip pengendalian intern dalam pengelolaan kas menghendaki adanya


pemeriksaan kas secara mendadak dan berkala. Pemeriksaan kas penting untuk
memastikan bahwa kas yang dikelola bendahara pengeluaran benar-benar digunakan
sesuai dengan aturan dan mencegah dari penyelewengan. Ketentuan tentang pemeriksaan
kas dalam PMK 162 Tahun 2013 adalah:

1. KPA atau PPK atas nama KPA melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran
paling sedikit satu kali dalam satu bulan.
2. PPK melakukan pemeriksaan kas BPP paling sedikit 1 kali dalam satu bulan.
3. Pemeriksaan kas dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
4. Pemeriksaan kas dilakukan untuk meneliti kesesuaian antara saldo buku dengan
saldo kas.
5. Sebagai bagian dari pemeriksaan kas, KPA atau PPK atas nama KPA melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. monitoring atas kepastian/kepatuhan Bendahara Pengeluaran/BPP dalam
melakukan penyetoran pajak/PNBP ke Kas Negara secara tepat jumlah dan
tepat waktu; dan
b. memastikan bahwa uang yang diambil oleh Bendahara Pengeluaran/BPP
dari Bank/Kantor Pos telah sesuai dengan kebutuhan dana pada hari itu
dan disesuaikan dengan jumlah uang tunai yang ada di brankas.
6. Hasil pemeriksaan kas diituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Kas. BA
Pemeriksaan Kas paling sedikit memuat hasil pemeriksaan berupa:
a. kesesuaian kas tunai di brankas dan di rekening dalam rekening koran dengan
pembukuan;
b. penyetoran penerimaan negara/pajak ke Kas Negara; dan
c. penjelasan apabila terdapat selisih antara hasil pemeriksaan dengan
pembukuan.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 10


Rekonsiliasi Internal

Rekonsiliasi internal adalah pencocokan data yang dilakukan antara bendahara


pengeluaran dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA). Rekonsiliasi
dilakukan dengan cara menandingkan antara saldo UP menurut pembukuan bendahara
pengeluaran dengan saldo UP menurut pencatatan UAKPA. Rekonsiliasi internal berguna
sebagai mekanisme saling kontrol antara pengelola keuangan di satker, sehingga data yang
direkonsiliasi dengan KPPN merupakan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ketentuan rekonsiliasi internal antara bendahara pengeluaran dan UAKPA dalam PMK 162
Tahun 2013 adalah:
1. KPA atau PPK atas nama KPA melakukan rekonsiliasi internal antara
pembukuan Bendahara Pengeluaran dengan Laporan Keuangan UAKPA paling
sedikit satu kali dalam satu bulan sebelum dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN.
2. Rekonsiliasi internal bertujuan untuk meneliti kesesuaian antara pembukuan
bendahara dengan Laporan Keuangan UAKPA.
3. Rekonsiliasi internal dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pemeriksaan
kas bulanan.
4. Hasil rekonsiliasi internal dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Kas dan
Rekonsiliasi.
5. Perbedaan antara pembukuan bendahara pengeluaran dan UAKPA dapat dilihat pada
Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Perbedaan antara Pembukuan Bendahara Pengeluaran dengan UAKPA

No. Pembeda UAKPA Bendahara Pengeluaran


1. Kuitansi Belum dianggap Sudah dianggap sebagai realisasi yang
pembayaran sebagai realisasi mengurangi Pagu Anggaran dalam
dengan yang DIPA.
UP yang belum mengurangi
Disahkan/ Pagu Anggaran
belurn di dalam DIPA.
SPM/SP2D-kan
2. Kas di Terbatas pada Mencakup seluruh saldo kas yang ada
Bendahara saldo UP pada bendahara:
Pengeluaran a. Kas yang bersumber dari UP
b. Kas yang bersumber dari SPM
LS/SP2D-LS yang ditujukan
kepada bendahara
c. Kas dari potongan/ pungutan pajak
dan bukan pajak yang dilakukan
oleh bendahara;
d. Kas dari sumber lainnya.
Sumber: Perdirjen 03 tahun 2014

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 11


Rangkuman

• Pembukuan merupakan wujud upaya bendahara pengeluaran untuk mengelola


keuangan negara secara tertib dan dapat dipertanggungjawabkan.
• Pembukuan adalah pencatatan penerimaan dan pengeluaran satker yang dilakukan di
Buku Kas Umum, buku-buku pembantu, dan buku pengawasan anggaran oleh
bendahara pengeluaran.
• Ruang lingkup pembukuan mengacu pada batasan tanggung jawab bendahara
pengeluaran.
• Pemeriksaan kas dilakukan minimal sekali setiap bulan.
• Rekonsiliasi internal dilakukan antara bendahara pengeluaran dengan UAKPA setiap
bulan.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 12

Anda mungkin juga menyukai