Anda di halaman 1dari 9

Nama : Laila Rismawati

NIM : 1720525320013
Tugas : Ekonomi Sumber Daya Alam
Dosen : Prof. Dr. Ir. H. Luthfi Fatah, M.S

EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM BATUBARA UNTUK


MEMAJUKAN PEREKONOMIAN INDONESIA
Indonesia merupakan salah satu negaar yang memiliki kekayaan sumber
daya alam yang melimpah, baik sumber daya alam yang dapat diperbarui maupun
tidak dapat diperbarui. “Melimpah”, namun sebenarnya apabila kita melihat data
sumber daya alam yang kita miliki sekarang, maka kita akan berpikir bahwa
sumber daya alam tersebut merupakan sumber daya yang kecil dan terbatas.
Contohnya sendiri adalah sumber daya batubara Indonesia. Indonesia memiliki
sumber daya batubara sebesar 104 miliar ton dan cadangan sebesar 21 miliar ton,
angka ini memang besar, namun dalam tingkat dunia, angka ini masih relatif kecil.
Sumber daya batubara di I ndonesia sendiri tersebar dari Pulau Sumatera hingga
Pulau Papua. Endapan batubara paling banyak ditemukan di daerah-daerah Aceh,
Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, atau Kalimantan Selatan.
Pakar LNG Yoga Soeprapto mengatakan bahwa cadangan sumber energi
Indonesia tidak sebanding dengan jumlah penduduknya, hal ini dipaparkan oleh
Yoga pada saat memberi keterangan pers di kantor Kementerian Koordinator
Kemaritiman di Jakarta pada tanggal 22 Desember 2015. Berdasarkan data yang
dimilikinya, Indonesia memiliki cadangan minyak hanya 0,36 persen dari 99,64
persen cadangan dunia, sementara batubara 0,55 persen dari 99,45 persen
cadangan dunia, sedangkan gas alam hanya 1,53 dari 98,47 persen. Dari total
produksi batubara di Indonesia, sekitar 25 persen digunakan untuk kepentingan
dalam negeri, sedangkan 75 persen dikekspor keluar negeri. Pada tahun 2012,
Indonesia menjadi eksportir terbesar batubara dunia dan menjadi produsen kedua
terbesar batubara di dunia (World Coal Institute, 2013).
Batubara merupakan batuan campuran yang sangat kompleks dari zat kimia
organik yang mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dalam sebuah rantai
karbon. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang mineral dan
batubara, batubara merupakan endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk
secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan dan bisa terbakar. Batubara sendiri
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui karena proses
pembuatannya yang begitu lama, memerlukan waktu berjuta-juta tahun. Karena
memiliki banyak manfaat dalam perindustrian, batubara digunakan di berbagai
sektor, yaitu sebagai berikut:
1. Sumber tenaga pembangkit listrik
Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama pada pembangkit listrik di
beberapa negara seperti China, India, Australia, Jepang, Jerman, dan beberapa
negara lainnya. Batubara menjadi bahan bakar yang dikonversikan ke dalam
bentuk uap panas dan menjadi sumber tenaga pembangkit listrik. Batubara
akan dihancurkan dengan mesin penggiling dan berubah menjadi bubuk hlus
kemudian akan dibakar dalam sebuah mesin dengan sistem ketel uap. Uap
akan ditampung dalam sebuah tempat khusus dan disalurkan ke turbin yang
berisi kumparan magnet. Selanjutnya kumparan magnet yang bergerak cepat
akan menghasilkan listrik. Tenaga listrik yang dihasilkan mencapai tegangan
sekitar 400 ribu Volt.
2. Industri produksi baja
Batubara merupakan industri yang sangat tergantung pada ketersediaan
sumber batubara. Produksi baja mentah banyak memakai metalurgi batubara
dari bahan batubara kokas.
3. Bahan bakar cair
Batubara dapat dirubah dalam bentuk bahan bakar cair dan sangat efektif
untuk menggantikan bahan bakar minyak. Afrika merupakan salah satu
negara yang memiliki kekurangan sumber minyak dan memanfaatkan
batubara sebagai alternatif untuk bahan bakar cair. Pengolahan batubara
menjadi bahan bakar cair akan akan merubah batubara bubuk atau bongkahan
yang dilarutkan dalam suhu tinggi. Produk batubara cair dapat dimurnikan
dengan proses ulang dan bisa menghasilkan bahan bakar minyak dengan
kualitas yang lebih baik dari bahan bakar minyak yang didapatkan dari kilang
minyak secara langsung.
4. Industri produksi semen
Batubara merupakan salah satu bahan bakar utama dalam produksi semen.
Semen terbuat dari campuran antara kalsium karbonat, oksida besi, oksida
aluminium dan silika. Batubara menjadi bahan bakar untuk mengolah
berbagai bahan mentah tersebut dan merubahnya menjadi semen.
5. Industri produk aluminium
Batubara menjadi bahan bakar yang mendukung industri aluminium. Bahan
ini diperoleh dari hasil sampingan dari proses oksidasi besi pad aindustri baja.
Batubara mendukung proses pengolahan dan oksidasi besi yang
menghasilkan panas tinggi. Baja yang dihasilkan dari olahan besi akan
dipisahkan sesuai dengan kualitas dan produk yang tidak memiliki syarat baja
tertentu akan diolah kembali menjadi aluminium.
6. Industri pabrik kertas
Kertas terbuat dari komponen utama berupa sel serat dari kayu. Sel serat dari
kayu hanya bisa didapatkan dari proses rumit yang mampu memisahkan
bagian serat dengan ukuran tertentu. Batubara menghasilkan panas yang
stabil dalam sebuah mesin pengolahan serat untuk industri bahan baku kertas.
7. Produksi bahan metanol
8. Produksi Naftalen
9. Industri bahan kimia
10. Industri farmasi
11. Batubara menghasilkan produk gas
12. Produksi fenol
13. Produksi benzena
14. Produksi garam amoniak
15. Produksi asam nitrat
16. Produksi produk pupuk pertanian
17. Komponen bahan sabun
18. Komponen produk aspirin
19. Produksi zat pewarna
20. Produksi plastik
21. Produksi serat
22. Produksi karbon aktif
23. Produksi bahan pengeras
24. Produksi logam silikon

Berdasarkan paragraf sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa batubara


memiliki banyak manfaat, namun yang menjadi permasalahan, seiring
meningkatnya pemanfaatan batubara untuk kepentingan industri serta status
Indonesia sebagai negara pengekspor terbesar batubara dunia, jumlah sumber
daya batubara yang dimiliki Indonesia akan habis. Berdasarkan hal tersebut,
apakah akan lebih baik sumber daya alam batubara dimanfaatkan sekarang atau 20
tahun yang akan datang?
Berdasarkan perspektif saya, lebih baik batubara tersebut dimanfaatkan
sekarang. Kenapa? Saya memilih pilihan tersebut karena ada beberapa alasan
tertentu. Dilihat dari banyaknya industri yang memanfaatkan batubara sebagai
bahan dasar dalam pembuatan produk mereka, maka ada baiknya kita mengkaji
kembali kebijakan ekspor pemerintahan. Saat ini Indonesia merupakan
pengekspor batubara terbesar di dunia, dimana 75 persen dari hasil produksi
Indonesia diekspor keluar negeri. Saya rasa angka ini terlalu besar. Kita bisa
mengambil contoh negara Cina, mereka memanfaatkan sepenuhnya sumber daya
alam mereka untuk kebutuhan mereka sendiri. Mereka memanfaatkan sumber
daya alam tersebut untuk membuka industri-industri baru dan dapat menyerap
tenaga kerja yang sangat banyak karena Cina sendiri merupakan negara dengan
jumlah penduduk terbesar di dunia, yaitu mencapai 1,3 miliar.
Kita, Indonesia merupakan negara yang lucu. Kenapa saya mengatakan lucu?
Hal ini dikarenakan kita mengekspor secara besar-besaran sumber daya alam kita
keluar negeri dengan harga yang cukup rendah karena jatuhnya harga batubara
saat ini. Namun, kita akan mengimpor amonia, etanol, dan produk olahan
batubara lainnya. Kita menjual dengan harga murah, dan kita membeli produk
hasil olahan dari luar negeri dengan harga tinggi. Hal ini merupakan hal yang lucu
bukan? Maka dari itu mind set serta pola pikir masyarakat kita harus diperbaiki.
Seandainya masyarakat kita mengurangi tingkat ekspor dan memanfaatkan
sumber daya alam tersebut untuk dijadikan produk olahan lebih lanjut, maka hal
tersebut akan bernilai lebih tinggi dan tentu saja akan meningkatkan pendapatan
negara.
Selain meningkatkan pendapatan negara, dengan adanya kegiatan produksi
pengolahan batubara menjadi produk lainnya, maka akan semakin banyak
perusahaan industri yang akan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu saja akan
berdampak positif bagi negara, dimana jumlah angka penganngguran di Indonesia
akan menurun karena banyak tenaga kerja yang akan diserap. Saat ini jumlah
pengangguran di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 128,06 juta penduduk, dan
angka ini bertambah 2,62 juta orang dari Agustus 2016.
Saya berharap ke depannya Indonesia dapat memanfaatkan sepenuhnya
sumber daya alam yang kita miliki dan mengolahnya menjadi bahan olahan yang
memiliki nilai jual lebih tinggi. Kita dapat mencontoh negara Cina yang memiliki
mind set pikiran seperti ini dan mereka telah membuktikan bahwa mereka bisa
menjadi negara yang berkembang dengan sangat pesat. Bahkan pada tahun 2050,
ekonom dunia meramalkan bahwa negara seperti Brazil, India, dan China lah yang
akan menjadi negara kuat dan mengalah negara-negara yang kuat dan kaya saat
ini, misalnya seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Perancis. Melihat dari
keadaan pada tahun-tahun dimana Jepang dan Jerman mengalami kehancuran
pada Perang Dunia Ke-II dan bisa bangkir bahkan menjadi salah satu negara yang
kuat di dunia, tidak menutup harapan di masa depan Indonesia juga akan menjadi
negara yang kuat. Semoga.

PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)


UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN
DI SEKITAR KAWASAN HUTAN

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Kehutanan, penyelenggaran dan
pemanfaaatn kehutanan ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat
Indonesia. Adapun penyelenggaran kehutanan yang berkeadilan dan berkelanjutan
dengan:
1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional.
2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkugan, sosial,
budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lestari.
3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.
4. Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan
keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan
lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi
serta ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat
perubahan eksternal.
5. Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Menurut data Kementerian Kehutanan tahun 2009, sekitar 25.000 desa berada
di dalam dan di sekitar hutan-hhutan-hutan Indonesia dan dari 48,8 juta orang
yang tinggal di desa-desa tersebut, 10,2 juta di antaranya dikategorikan sebagai
desa “miskin” (CIFOR). Selama empat dasawarsa terakhir, pola eksploitasi hutan
yang paling menonjol adalah melalui pemberian hak pemanfaatan oleh
pemerintah pusat kepada perusahaan swasta atau badan usaha milik negara
sedangkan masyarakat sekitar hutan hanya kebagian sedikit manfaat dan hanya
dapat menyaksikan sumber-sumber daya alam tempat mereka menggantungkan
mata pencaharian mereka menghilang.
Sejak 10 tahun terakhir telah disadari bahwa laju degradasi hutan cukup
tinggi yakni laju kerusakan 1,08 juta Ha/th dan lahan kritis 30,197 juta ha.
Persoalan mendesak di sektor kehutanan saat ini cukup kompleks seperti; (a)
semakin kurang berkembangnya investasi; (b) rendahnya kemajuan pembangunan
hutan tanaman; (c) minimnya pengendalian pembalakan dan perdagangan kayu
liar, (d) meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak terkelola dengan baik (e)
merosotnya perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan yang
diindikasikan dengan masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat di sekitar
hutan. Tingginya tingkat deforestasi dan degradasi hutan dan semakin kuatnya
dorongan untuk memberikan pengakuan pada hak-hak masyarakat atas sumber
daya alam - seiring dengan kisah keberhasilan pengelolaan hutan berbasis
masyarakat - telah menciptakan kesadaran baru tentang perlunya keterlibatan
masyarakat secara lebih intensif dalam pengelolaan hutan.
Pelimpahan kendali atas sumber daya alam kepada masyarakat melalui
skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) diharapkan dapat
membantu meningkatkan kelestarian hutan di masa mendatang serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks inilah, pada tanggal 16
Mei 2013 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mengeluarkan putusan
bersejarah bagi masyarakat adat karena putusan ini secara efektif mengembalikan
yurisdiksi dan kepemilikan hutan adat kepada masyarakat adat (MK 35/2012).
Strategi PHBM bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan dan
kepemilikan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan lestari. Kebijakan
pemerintah dewasa ini tentang berbagai skema PHBM mengakomodasi kearifan
lokal dalam mengelola dan melestarikan sumber daya hutan, mendukung
peningkatan mata pencaharian dalam kerangka sasaran pembangunan nasional
yang berpihak pada penduduk miskin, berpihak pada penyediaan lapangan kerja,
berpihak pada pertumbuhan dan berpihak pada lingkungan (pro-poor, pro-
job, pro-growth and pro-environment).
Visi PHBM adalah agar masyarakat setempat dapat secara aktif mengelola
hutan mereka secara berkelanjutan, mampu memenuhi kebutuhan mereka sehari-
hari sekaligus mendiversifikasi sumber-sumber pendapatan yang dihasilkan
melalui pemasaran sumber daya hutan dan hasil hutan olahan. Oleh karena itu,
PHBM akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang
berkelanjutan dan peningkatan mata pencaharian serta konservasi
keanekaragaman hayati dan pengurangan dampak negatif dari dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.
Kementerian Kehutanan mendorong pengembangan program PHBM melalui
Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD) dan kemitraan dengan Hutan
Rakyat (HR). HKm dan HD dapat dikembangkan pada hutan lindung dan hutan
produksi yang belum dibebani hak dan diperuntukkan bagi masyarakat yang
punya ketergantungan dengan hutan. Ijin diberikan kepada kelompok atau
lembaga desa selama 35 tahun dan dapat diperpanjang. Sementara itu
pengembangan kemitraan Hutan Rakyat dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan
pengembangan industri kayu yang berubah orientasi dari memanfaatkan kayu
hutan alam ke Hutan Rakyat.
Keadilan distribusi pengelolaan hutan dapat dicermati dari dokumen Rencana
Kehutanan Nasional (RKN) 2011–2030 dari Kementerian Kehutanan. Dari luas
hutan efektif sebesar 112,34 juta hektar 43,62 juta hektar (39 persen) dialokasikan
untuk ijin pengelolaan bagi korporasi, sementara kawasan hutan yang
diperuntukkan bagi rakyat hanya sebesar 5,57 juta hektar (5 persen) dari kawasan
hutan efektif. Sementara itu dari jumlah total 88.361 desa di Indonesia, 33.957
(36,17 persen) berada di dalam, di tepi atau di sekitar kawasan hutan.
Ketimpangan distribusi pengelolaan hutan antara masyarakat dan kelompok usaha
sangat jelas terlihat.
Adapun beberapa tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dalam
pengelolaan PHBM adalah sebagai berikut:
1. Pemasaran produk hasil hutan masih didominasi oleh para tengkulak.
2. Tidak ada pengawasan dan penialaian dai pemerintah daerah setelah
pemberian ijin usaha.
3. Petani rehabilitasi belum mendapatkan ijin resmi dari pihak Taman Nasional.
4. Kemiskinan dan kapasitas sumberdaya manusia masih rendah.
5. Akses permodalan kurang.
6. Sebagian besar lahan masih dikuasai pemerintah dan perusahaan.
7. Kesinambungan pendampingan dalam mengelola hutan setelah perijinan
masih kurang.
8. Proses fasilitasi yang terlalu panjang dan susah.
9. Status legal atas lahan yang dikelola masyarakat belum mantap

Adapun untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka ada beberapa hal yang
dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Pelatihan penguatan kelembagaan
a. Pelatihan manajemen kelompok dan penyusunan AD/ART.
b. Pelatihan budidaya dan pengolahan hasil hutan kayu dan non-kayu.
c. Studi banding pengolahan hasil hutan kayu dan non-kayu.
2. Membangun pemasaran hasil hutan kayu dan non kayu
a. Membangun jaringan pemasaran hasil hutan (kayu dan non-kayu) melalui
koperasi.
b. Membentuk jaringan nasional dengan pertemuan rutin di tingkat provinsi.
3. Monitoring dan evaluasi rutin
4. Menyediakan pendamping dan fasilitator PHMB
5. Peningkatan kapasitas pendamping dan masyarakat
6. Advokasi revisi PP, Permenhut tentang HD, HKm, dan kawasan konservasi

PHBM ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam


pengelolaannya, begitu banyak tantangan yang dialami oleh masyarakat, oleh
karena itu diperlukan kerjasama lintas sektoral dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Ke depannya, diharapkan PHBM ini akan memiliki dampak yang positif
terhadap perubahan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan.

Anda mungkin juga menyukai