PENDAHULUAN
negara berkembang sampai saat ini. WHO memperkirakan terdapat 5000 kematian
neonatus setiap tahun dan 98% terjadi di negara berkembang (Vergnano, 2005).
Angka kejadian sepsis neonatorum di Asia bervariasi 7,1-38 per 1000 kelahiran
hidup dengan angka kematian berkisar 26-36% (WHO,2003). Data yang berhasil
diperoleh dari RSCM Jakarta tahun 2005 terdapat angka kejadian sepsis
Group Beta Streptococcus (GBS) dan E.Coli (Vergnano, 2005; Sweet et al.,
pada 113 ibu hamil dengan KPD aterm mendapatkan angka kejadian sepsis
neonatorum dini 4,4% dimana dikatakan risikonya meningkat 13,38 % pada ibu
asimptomatis sampai dengan sepsis. Implikasi klinis dari infeksi GBS pada
bakteriuria. Sedangkan pada fetus yaitu sepsis dan meningitis. Infeksi GBS pada
wanita hamil terjadi sekitar 20% (rata-rata 5 - 40%) dan sering tanpa gejala serta
tidak menimbulkan masalah kesehatan yang serius (Meyn et al., 2009). Penelitian
Jahromi et al (2008) mendapatkan hasil 9,1% ibu hamil trimester ketiga yang
1
terinfeksi GBS, sebesar 36,3% mengalami persalinan preterm dan 16,3%
mengalami KPD. Risiko terjadinya persalinan preterm dan KPD lebih dari dua
kali lipat dengan p<0,001 dibandingkan ibu hamil yang tidak terinfeksi GBS.
nilai prediktif positif saat inpartu lebih tinggi dibandingkan trimester lebih awal.
Umur kehamilan 35-37 minggu merupakan waktu yang optimal karena memiliki
nilai prediktif 85-95% untuk terjadinya infeksi GBS saat inpartu (Yancey et a.,l
Dengan mendeteksi infeksi GBS pada ibu hamil saat antenatal dan
mengidentifikasi risiko yang bisa terjadi bila terifeksi kuman tersebut seperti
pencegahan infeksi GBS pada fetus dan neonatus sehingga angka kejadian sepsis
neonatorum dini dapat ditekan. Untuk itu, pada penelitian ini terbatas untuk
mengetahui seberapa besar risiko terjadinya KPD dan persalinan preterm pada ibu
sebagai berikut : apakah infeksi GBS (+) dapat meningkatkan risiko terjadinya
2
1.3.2 Tujuan Khusus
Kolonisasi kuman dalam vagina selain kuman GBS, baik yang patogen
atau yang komensal tidak dievaluasi pada penelitian ini yang mungkin akan
memberikan bias.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengenai pola mikroorganisme yang terdapat pada liang vagina. Pada liang
patogen maupun flora normal. Mikroorganisme patogen pada liang vagina dapat
al., 1995).
ternyata membahayakan janin berupa infeksi hingga sepsis pada bayi setelah
persalinan. Hal ini terjadi karena adanya migrasi kolonisasi mikroorganisme liang
karena terdapat mekanisme pertahanan yang dapat melindungi fetus dan plasenta
dari “ascending infection” yaitu suatu “physical barrier” yang terjadi karena
44
adanya mukus serviks yang mengandung lysozyme, membrane fetus yang intak
dan aksi anti bakterial dari cairan amnion yang terdiri dari lysozyme, transiarin,
pada janin. Cara ini disebut sebagai descending peritoneal tubal route.
janin dan menyebabkan janin menjadi infeksi. Cara ini disebut transplacental
c) Mikroorganisme masuk melalui vagina bagian atas atau dari kanalis servikalis.
Cara ini disebut ascending cervical route. Rute ini merupakan cara infeksi
terbanyak dan terutama oleh bakteri. Infeksi yang terjadi melalui ascending
dan jamur (Eschenbach, 2002). Ada empat tahap terjadinya infeksi ascendens.
adalah tanda awal dari penyebaran infeksi tahap pertama. Tahap kedua bila
ketiga). Tahap keempat terjadi bila terjadi aspirasi cairan amnion terinfeksi
5
yang menyebabkan pneumonia kongenital atau kontak langsung dengan janin
(Escenbach, 2002).
2.2.1 Epidemiologi
gram positif yang berkolonisasi pada rektum atau vagina sekitar 5-40 % dari
seluruh kehamilan (Meyn, 2009). Angka karier bervariasi tiap negara dan grup
kelompok populasi di India sekitar 12% (Hickman et al., 2004). Pada Vaginal
kurang (Regan et al., 1996). Pada sebagian besar kasus, kolonisasi GBS pada
6
infeksi GBS pada maternal dengan kejadian infeksi saluran kencing,
lebih ringan, walaupun ada yang sampai tingkat berat seperti terjadi sepsis
dan neonatal di negara kawasan Amerika dan Eropa dengan angka kematian
sekitar 15-50%. Di Amerika, 35% ibu hamil sebagai karier asimtomatis dari
infeksi GBS pada genetalia dan saluran cerna pada saat persalinan. Prevalensi
wanita yang infeksi GBS positif pada kehamilan 26-28 minggu, ditemukan
kolonisasi GBS positif saat aterm sebesar 65% (Boyer et al., 1983). Pengobatan
ibu hamil terinfeksi GBS berhasil secara temporer mengeradikasi kuman, tetapi
kebanyakan terjadi rekolonisasi dalam 6 minggu. Saat persalinan, janin yang lahir
dari ibu terinfeksi GBS ditemukan positif kultur GBS sebesar 50-65% pada swab
daerah liang telinga luar, tenggorokan, umbilikus,dan anorektal. Sekitar 98% janin
baru lahir tampak sehat, tetapi 1-2% janin terinfeksi GBS secara invasif (Shet,
2003) .
2.2.2 Patogenesis
Faktor resiko terpenting terhadap terjadinya infeksi GBS onset awal pada
ketuban, biasanya setelah pecah ketuban. Dengan cara lain, janin baru lahir dapat
kontak dengan GBS selama perjalanannya melalui jalan lahir. Saat fetus
7
bawah dan merusak sel epitel paru, mengakibatkan pneumonia dan distress
pernafasan. Sepsis GBS yang berat terjadi bersamaan dengan invasi interavaskular
dari bakteri dan kegagalan host mengeliminasi bakteri patogen. Infeksi ascending
dapat juga terjadi melalui selaput ketuban yang intak yang selanjutnya
beberapa jam setelah bersalin. Patogenesis penyakit onset lambat dari infeksi
GBS masih belum jelas. Transmisi horisontal memainkan peranan yang penting,
seperti kontak langsung dengan ibu yang terinfeksi, menyusui dan infeksi
2.2.3 Klinis
seringkali fatal, morbiditas pada ibu hamil jarang yang mengancam nyawa.
satunya didukung oleh penelitian oleh Johrami (2008) yang menyebutkan dari
9,1% ibu hamil dengan kolonisasi GBS saat pemeriksaan antenatal, ditemukan
36,3% mengalami persalinan preterm, 16,3% dengan KPD dan 6,3% dengan
dan KPD pada ibu yang terinfeksi GBS adalah lebih dari dua kali lipat
dibandingkan ibu yang tidak terinfeksi GBS (Jahromi et al.,2008; Allen et al.,
1999). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan tanpa
8
termasuk diantaranya ras, status sosioekonomi yang rendah, merokok, riwayat
koitus 24 jam sebelumnya, infeksi dan lain sebagainya. Faktor yang paling
signifikan adalah adanya infeksi bakteri dari traktus genitalis. Bakteri-bakteri ini
Sampai saat ini masih sangat sedikit penelitian di Indonesia yang meneliti
tentang pola pertumbuhan bakteri pada ibu hamil dengan KPD. Data epidemiologi
menunjukkan ada hubungan antara kolonisasi dari vagina oleh Group Beta
lain dengan adanya peningkatan kejadian KPD (Mitchell, 2004; Maeyer, 1982).
liang vagina ibu hamil di RSU Soetomo mendapatkan sebanyak 37% hasil
pembenihan positif pada osteum cervix dan 47% pada forniks posterior vagina.
Dari osteum cervix terdiri dari Streptokokus (23%), Laktobasilus (31%), E. coli
GBS pada ibu hamil adalah pada pemilihan media bakteriologis, lokasi
daerah traktus genetalia dan gastrointestinal dimana juga terdapat sejumlah besar
pertumbuhan kuman batang gram negatif dan flora normal lainnya sehingga dapat
meningkatkan sensitivitas hasil kultur kuman GBS lebih dari 90%. Yang paling
9
banyak digunakan adalah Media Todd-Hewit dengan gentamisin (8mcg/ml) atau
colistin (10mcg/ml) dan nalidixic acid (15mcg/ml). Penelitian oleh Gupta (2004)
media Gramada Blood Agar untuk pemeriksaan GBS dengan nilai sensitivitasnya
91,7%. Kuman GBS berkolonisasi pada daerah rektum, vagina, serviks dan
vagina (Badri et al., 1977) sedangkan pada serviks dan tenggorokan dikatakan
lebih jarang (Regan et al., 1991). Lokasi pengambilan bahan kultur yang terbaik
adalah daerah vagina dan rektum. Tetapi pada penelitian lain menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan bermakna kolonisasi GBS pada vagina dan rektovagina
(Gupta et al., 2004). Waktu optimal pengambilan bahan kultur adalah umur
kehamilan 35-37 minggu. Kultur kuman GBS saat antenatal dikatakan memiliki
kolonisasi kuman GBS saat intrapartum memberikan nilai prediktif positif 87%
dan nilai prediktif negatif 96 % dan nilai sensitifitas 87% dan spesifisitas 96%.
Jika skrining kolonisasi GBS dikerjakan pada umur kehamilan kurang dari 35
minggu memberikan nilai prediktif kolonisasi saat inpartu lebih rendah. Hal ini
didukung oleh penelitian Hiller et al, (2005) yang membandingkan skrining GBS
memprediksi terjadinya infeksi GBS saat inpartu. Pada skrining umur kehamilan
32 minggu memiliki nilai prediktif positif 77% dan nilai prediktif negatif 90%
dengan nilai sensitivitas 63% dan spesifisitas 94%. Sedangkan pada skrining umur
10
kehamilan 36 minggu mempunyai nilai prediktif positif sebesar 82% dan nilai
prediktif negatif 92% dengan nilai sensitivitas 81% dan spesifisitas 95%. Rapid
polisakarida dari bahan swab dan penggunaan latex agglutination atau teknologi
sensitivitas yang rendah (20-24%) dimana tes yang negatif tidak dapat
media yang baik untuk tes antigen. Perkembangan penggunaan Polimerase chain
reaction (PCR) dan fluorescence labeling technologies menjadi alat deteksi baru
untuk identifikasi bakteri GBS dengan sensitivitas 97% dan spesifisitas 100%,
dikerjakan melalui dua cara, yaitu skrining kultur untuk semua ibu hamil dan
skrining universal kolonisasi GBS pada seluruh ibu hamil umur kehamilan 35-37
minggu. Hal ini dapat mendeteksi wanita yang beresiko terifeksi GBS saat
persalinan. Antibiotik intrapartum diberikan pada kasus dengan GBS positif tanpa
diberikan pada ibu hamil yang berisiko infeksi GBS pada antenatal atau
intrapartum. Faktor resiko maternal untuk GBS berdasarkan CDC tahun 2002
antara lain persalinan preterm, KPD pada umur kehamilan < 37 minggu, ketuban
11
pecah lama (lebih dari 18 jam), demam saat intrapartum (>38,0 C), riwayat
dengan janin terinfeksi GBS, dan bakteriuria dengan GBS selama kehamilan.
oleh karena spektrum luas, dapat melenyapkan organisme yang resisten dan
infeksi jamur pada ibu hamil. Klindamisin dan eritromisin dapat digunakan
sebagai obat pilihan lain untuk wanita yang alergi penisilin, walaupun angka
pemberian antibiotika profilaksis untuk infeksi GBS ada beberapa cara, yaitu
kolonisasi GBS saat persalinan, dan tidak ada perbedaan bermakna dengan
kelompok GBS(+) yang tidak diterapi (Hall et al., 1976; Gardner et al., 1979).
intrapartum yang diberikan pada kelompok ibu hamil yang diketahui status
GBS(+) prenatal atau pada kelompok ibu hamil yang tidak diketahui status
GBS(+) dengan salah satu dari gejala klinis sebagai berikut yaitu persalinan
preterm (umur kehamilan kurang dari 37 minggu), pecah ketuban lebih dari 18
12
jam, temperatur intrapartum lebih atau sama dengan 38 derajat celcius. Hal ini
tiga puluh kali lipat angka insiden infeksi GBS neonatus dini.
13
BAB III
PENELITIAN
pola mikroorganisme yang terdapat pada liang vagina. Pada liang vagina ibu
maupun flora normal. Beberapa organisme yang dapat menyebabkan KPD dan
persalinan preterm yang ditemukan pada liang vagina antara lain GBS. Umur ibu,
sebagai berikut :
A. KPD
KPD (+)
Ibu hamil dengan GBS (+)
KPD (-)
KPD (+)
Ibu hamil dengan GBS (-)
KPD (-)
B. Persalinan preterm
Persalinan preterm (+)
Ibu hamil dengan GBS (+)
Persalianan preterm (-)
14
14
3.3 Hipotesis penelitian
1. Risiko terjadinya KPD kehamilan trimester ketiga pada GBS (+) lebih
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
dan Kandungan serta ruang perawatan bayi di RSUP Sanglah dan RSUD di Bali
berpasangan sebagai kelompok dengan faktor risiko dan kelompok tanpa faktor
risiko.
4.3.1 Populasi
Populasi target penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester ketiga yang
4.3.2 Sampel
Sampel adalah kelompok dengan faktor risiko adalah ibu hamil trimester
ketiga dengan infeksi GBS (+) dan untuk kelompok tanpa faktor risiko adalah ibu
hamil dengan infeksi GBS (-) di Poli Kebidanan, kamar bersalin IRD Kebidanan
dan Kandungan serta ruang perawatan bayi di RSUP Sanglah dan RSUD di Bali
16
16
Pemilihan sampel penelitian ini adalah dengan cara consecutive sampling, yaitu
dengan mengikut sertakan semua ibu hamil trimester ketiga yang memenuhi
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
n n
Z 2 PQ Z P1Q1 P2Q2
2
P1 P2 2
1 2
Zβ = 0,842
P1 = 0,9
17
P2 = 0,68 (kepustakaan)
Q1 = 1-P1 = 0,1
P = (P1+P2)/2 = 0,75
Q = 1-P = 0,25
Q2=1-0,68 = 0,32
Jadi jumlah masing-masing sampel dibulatkan adalah 26 sampel yang terdiri dari
26 sampel dengan GBS(+) sebagai kelompok dengan faktor risiko dan 26 sampel
2. Infeksi kuman GBS pada vagina adalah apabila dari pemeriksaan apusan
3. Umur ibu adalah umur ibu hamil yang dihitung dari tanggal lahir atau
18
4. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil
setiap bulan
6. Paritas adalah jumlah anak lahir hidup yang dialami ibu hamil sebelum
7. Umur kehamilan adalah umur kehamilan yang dihitung dari Hari Pertama
8. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan saat
belum inpartu, dan dalam satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda
kertas lakmus merah yang berubah warna dari merah menjadi biru
persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu atau berat badan janin <
2500 gram
Materi sampel berupa apusan vagina (swab vagina) ibu hamil yang
diambil dengan menggunakan lidi kapas steril dan dilakukan kultur koloni kuman
19
4.7 Alat dan Instrument Penelitian
2. Deck glass
3. Media penyubur
1. Ibu hamil yang terpilih menjadi sampel akan diberikan penjelasan tentang
consent.
data
Spekulum dikeluarkan
Universitas Udayana
20
4.9 Alur penelitian
sampel
Prospektif
Analisis
bentuk tabel. Untuk menguji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilks. Uji
21
BAB V
HASIL PENELITIAN
Kebidanan dan kandungan serta ruang perawatan bayi di RSUP Sanglah dan
RSUD di Bali (Singaraja, Gianyar dan Karangasem), dilakukan mulai bulan Juli
2010 – Juni 2012. Untuk mencapai sampel ibu hamil dengan GBS (+) sebanyak 26
Tabel 5.1
Rerata Umur Ibu, Umur Kehamilan, Paritas, Kadar Hemoglobin, dan Kadar
Leukosit Pada Kelompok Risiko (+) dan Kelompok Risiko (-)
Kelompok
Variabel Risiko (+) Risiko (-) p
Umur (tahun) 27,77±5,13 28,81±3,58 0,345
Umur Kehamilan (minggu) 35,67±1,45 35,28±1,27 0,243
Paritas 1,08±0,98 1,46±0,81 0,086
Kadar Hemoglobin 11,32±1,02 11,12±0,67 0,160
Kadar Leukosit 10,93±2,81 11,58±2,19 0,288
Analisis kemaknaan dengan uji Mann Whitney pada variabel umur, umur
kehamilan, paritas, kadar hemoglobin, dan kadar leukosit pada masing masing
kelompok menunjukkan nilai p>0,05. Hal ini berarti bahwa kelima variabel
tersebut tidak berbeda bermakna antara kelompok dengan risiko (+) dan kelompok
22
22
5.2 Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga
Untuk mengetahui risiko terjadinya KPD pada GBS (+) dipakai uji Chi-
Tabel 5.2
Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini Pada Infeksi GBS (+)
KPD
RR IK 95% p
Ya Tidak
Positif 9 2
Infeksi GBS 4,5 1,07-18,85 0,017
Negatif 17 24
Jadi risiko terjadinya ketuban pecah dini pada kehamilan trimester ketiga
5.3 Risiko Terjadinya Persalinan Pretem Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga
trimester ketiga dengan infeksi GBS (+) dipakai uji Chi-Square yang dapat dilihat
Table 5.3
Persalinan Preterm
RR IK 95% p
Ya Tidak
Positif 6 2
Infeksi GBS 3,00 0,67-13,51 0,124
Negatif 20 24
23
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada ibu hamil terutama menjelang persalinan pada liang vagina terdapat
ketuban pecah dini, persalinan preterm serta menimbulkan masalah pada bayi
bakteriemia serta demam pada pasien post partum. Koloni GBS secara signifikan
Pada penelitian ini uji Chi-Square antara infeksi GBS dengan kejadian KPD
didapatkan dengan nilai p=0,017 yang artinya kejadian KPD pada ibu hamil yang
terinfeksi GBS (+) mempunyai perbedaan yang bermakna antara kejadian KPD
pada ibu hamil dengan infeksi GBS (-). Risiko Relatif (RR) didapatkan dengan
nilai sebesar 4,5 yang artinya pada ibu hamil yang terinfeksi GBS (+) mempunyai
risiko terjadinya KPD sebesar 4,5 kali dibandingkan dengan ibu hamil dengan
GBS (-). Sedangkan hubungan antara infeksi GBS dengan persalinan preterm
dilakukan dengan uji Fisher mempunyai nilai p=0,124 dengan RR sebesar 3,0.
Artinya kejadian persalinan preterm antara ibu hamil dengan infeksi GBS (+)
24
24
sebesar 3 kali tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan kejadian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan tanpa
dimana 94% diantaranya terjadi pada kehamilan cukup bulan (Mercer et al.,
status sosioekonomi rendah, merokok, infeksi, ststus nutrisi, paritas dan lain-lain.
Faktor yang paling signifikan adalah adanya infeksi bakteri dari traktus genetalis.
Bakteri yang paling sering ditemukan adalah Escherichia collie, klebsiela spesies
janin terdiri dari lapisan amnion dan korion. Keseimbangan terdapat pada faktor
amnion dan korion dan suatu enzim yang bernama metalloproteinase yang
menunjukkan adanya hubungan antara kolonisasi dari genital oleh GBS dan
25
Infeksi bakteri dan respon inflamasi juga menginduksi produksi prostaglandin
oleh selaput janin yang diduga meningkatkan risiko KPD. Hal ini sesuai dengan
penelitian dari Blok R et al, tahun 1997 terhadap ibu hamil cukup bulan dengan
riwayat infeksi vagina, ditemukan KPD pada 30,6% subyek. Hal senada juga
dengan penelitian Lewis JF et al, dimana ditemukan adanya hubungan yang kuat
Adanya peningkatan kejadian KPD dan persalinan preterm pada ibu hamil
dengan infeksi GBS (+), salah satunya didukung oleh penelitian Johrami tahun
2008 yang menyebutkan dari 9,1% ibu hamil dengan kolonisasi GBS (+)
ditemukan dengan 36,3% dengan persalinan preterm dan 16, 3% dengan ketuban
pecah dini. Kemungkinan yang bisa menjelaskan hal ini adalah dengan adanya
infeksi GBS(+) pada ibu hamil kemungkinan terjadinya korioamnitis juga tinggi
yang merupakan salah satu penyebab dari terjadinya KPD dan kelahiran prematur,
disamping juga dengan didukung oleh faktor risiko yang lain seperti paritas yang
tinggi. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara kejadian persalinan preterm
dengan infeksi GBS, mungkin ada beberapa hal yang bisa menjelaskan seperti
pada data sampel ini kejadian persalinan preterm bersamaan dengan kejadian
Serikat tahun 2000 menemukan insiden KPD preterm adalah sebesar 2,0% pada
kehamilan kurang dari 35 minggu dan 4,5% pada kehamilan kurang dari 37
persalinan preterm.
26
BAB VII
7.1 Simpulan
pada ibu hamil dengan infeksi GBS (+) dibandingkan dengan ibu hamil
dengan infeksi GBS (-), tetapi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
secara statistik risiko terjadinya persalinan preterm pada ibu hamil dengan
infeksi GBS (+) dibandingkan dengan ibu hamil dengan infeksi GBS (-)
mengalami KPD 4,5 kali dibandingkan dengan ibu hamil dengan infeksi
GBS (-).
7.2 Saran
asimtomatik GBS (+) berdasarkan hasil kultur swab vagina, yang sampai
saat ini masih dilema dengan tujuan akhir dapat menekan kejadian
hari.
27
27
Daftar Pustaka
Aminullah, A. (2008), Sepsis pada bayi baru lahir, dalam: Kasim,S &
Yunanto.(eds) Buku Ajar Neonatologi, Ikatan Dokter anak Indonesia, Jakarta,
hal.171-185
Allen, U., Nimrod, C., McDonald, N., Toye, B., Stephens, D., Marchessault, V.
(1999), ” Relationship between Antenatal Grup Beta Streptococcal Vaginal
Colonization and Premature Labor”, Paediatr Child Health, vol.4, no.7, pp.465-
469
Allen,U., Navas, L., King, S.M.(1993),” Effectiveness of intrapartum penicillin
prophylaxis in preventing early onset group B sterptococcal infection: result of a
meta-analysis”, Can Med Assoc J, vol.149,no.11,pp.1659-1665
Blok R, Klejewski, Szumala. (1997), The role of lower genital tract infection in
PROM.Ginekol vol 68(10);449-58
Budayasa, R. (2004), “Peranan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini terhadap
insidens Sepsis Neonatorum dini pada Kehamilan Aterm”, Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK UNUD/RS Sanglah (Tesis).
Boyer, K.M., Gadzala, C.A., Burd, L.I., Fisher, D.E., Paton, J.B., Gotoff, S.P.
(1983), “ Selective Intrapartum Chemoprophylaxis of Neonatal Grup Beta
Streptococcal Early Onset Disease “, J Infect Dis, vol.148, no.5, pp.795-801
Badri, M.S., Zawaneh, S., Cruz, A.C., Mantilla, G., Spellacy, W.N., Ayoub, E.M.
(1977), “ Rectal Colonization with Grup Beta Streptococcus : Relation to Vaginal
Colonization of Pregnant Women”, J Infect Dis, vol.135, no.2, pp.308-312
Bergeron, M.G., Ke, D., Menard, C., Picard, F.J., Gagnon, M., Bernier, M.,
Ouellette, M., Roy, P.H., Marcoux, S., Frasher, W.D. (2000), “Rapid detection of
Grup Beta Streptococci in Pregnant Women at Delivery”, NEJM, vol.343, no.3,
pp.175-179
CDC 2010 (revised).Prevention of perinatal group B streptococcal disease.
Avalaible: http://www.cdc.gov/mmwr/ (Accesed : 2012, Sep 9)
Cunningham, F.G., Gant, N.F., Laveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C.,
Wenstrom, K.D. (2001), “Premature Rupture of Membrane”, Williams
Obstetrics, 21 st edition, pp. 699-707
Child Health Research Project Special Report, 1999. Reducing Perinatal and
Neonatal Mortality, Child Health Research Project Special Report, vol.3, no.1,
pp.9
Escenbach, D.A. (2002), “Prevention of Neonatal Grup Beta Streptococcal
Infection”, The N Engl J Med, vol. 347 , pp. 280-281
Fernando,A. (1993), Premature rupture of the membrane. Practical guideline to
high risk pregnancy. Ed.3;100-113
28
Gardner,S.E., Yow,M.D., Leeeds,L.J.(1979),”Failure of penicillin to eradicate
group B streptococcal colonization in the pregnant woman: a couple study”, Am J
Obstet Gynecol, vol.135,pp.1062-1065
Goldenberg, R.L., Hauth, J.C., Andrews, W.W. (2000), “Intrauterine Infection and
Preterm Delivery”, NEJM, vol.342, no.40, pp.1500-1507
Greenwood, D, Soper, D.E., Gladwin, P. (1995), “ A Guide to Microbial
Infections : Pathogenesis, Immunity and Laboratory Diagnosis and Control”,
ELBS, pp. 318-320
Gupta, C., Briski, L.E. (2004), “ Comparison of Two Cultures Media and Three
Sampling Technique for Sensitive and Rapid Screening of Vaginal Colonization
by Grup Beta Streptococcus in Pregnant Women “, J.Clin Microbiol,
vol.42,no.9,pp.3975-3977
Hay, P.E., Lamont, R.F., Robinson, D.T., Morgan, D.J., Ison, C., Pearson, J.
(1994), “Abnormal Bacterial Colonisation of the Genital Tract and Subsequent
Late Misscarage”, BMJ, vol. 308, pp. 295-298
Hall, R.T., Barnes, W., Krishnan, L. (1976),”Antibiotic treatment of parturient
women colonized with group B Streptococci”, Am J Obstet Gynecol, vol.124,
pp.630-634
Herawati, S. (2005), “ Pola Mikroorganisme Pada Liang Vagina Ibu hamil di RSU
dr. Soetomo Surabaya” Penelitian Pendahuluan, Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
Hickman, M.E, Rench, M.A, Ferrieri, P., Baker, C.J. (1999), “Changing
Epidemiology of Grup Beta Streptococcal Colonization”, Am J Obstet Gynecol,
vol.104, pp.203-209
Hiller, J.E., McDonald, H.M., darbyshire,P., Crowther, C.A. (2005), “Antenatal
Screening for Grup Beta Streptococcus: A Diagnostic Cohort Study”, BMC
Pregnancy and Childbirth,vol.5,no.12,pp.1-8
Jahromi, B.N., Poorarian, S., Poobarfehee, S. (2008), “The Prevalence and
Adverse Effects of Grup Beta Streptococcal Colonization during Pregnancy”,
Arch Iranian Med, vol.11, no.6, pp.654-657
Mercer, BM., Goldenberg., et al., (2000), “The preterm prediction study
premature rupture of the membranes”, AmJ Obst-gynecol,vol.183,no.3,pp.1-9
Meyn, L.A., Krohn, M.A., Hillier, S.L. (2009), “Rectal Colonization by Grup Beta
Streptococcus as a Predictor of Vaginal Colonization “,AJOG, vol.201,no.76,
pp.1-7
Parry, S., Staruss, JF. (1998), ”Premature rupture of the membranes”, New Eng J
med, vol.338,no.10,pp. 663-669
Regan, J.A., Klebanof, M.A., Nugent, R.P., Escenbach, D.A., Blackwelder, W.C.,
Lou, Y., Gibbs, R.S., Rettig, P.J., Martin, D.H., Edelman, R. (1996),”
29
Colonization with Grup Beta Streptococci in Pregnancy and Adverse Outcome”,
Am J Obstet Gynecol, vol.4, no.174, pp.1354-1360
Shet, A., Ferrieri, P. (2004), ”Neonatal and Maternal Grup Beta Streptococcal
Infections:A Comprehensive Review”, Indian J Med Res, vol.120, pp.141-150
Sweet, R.L, Gibbs, R.S. (2009), Grup Beta Streptococcus, in: Infectious Disesease
of the Female Genital Tract, 5th ed, Wolters Klower, New York
Vergnano, S (2005), “Neonatal Sepsis : an international perspective. Arch Dis
Child Fetal Neonatal”, BMJ, vol. 90 , pp. 220-224
World Health Organization, 2003. Child and Adolescent Health and Development
: information, document, and tools. Available: http://www.who.int/child-
adolescent-health (Accesed: 2010, May 20)
Yancey, M.K., Schuchat, A., Brown, L.K., Ventura, V.L., Markenson, G.R.
(1996), “The Accuracy of Late Antenatal Screening Cultures in Predicting Genital
Grup Beta Streptococcal Colonization at Delivery”, Obstet Gynecol, vol.88, no.5,
pp.811-815
30
LEMBAR DATA PASIEN DAN HASIL ANALISIS
No Ins Umur Pddk Pkj Par U.Hamil WBC Hb Preterm KPD GBS
1 Sum 23.0 2.0 1.0 0.0 36.37 9.8 12.3 1.0 2.0 1.0
2 Ast 18.0 3.0 1.0 0.0 37.38 9.1 11.7 2.0 2.0 1.0
3 Sud 35.0 3.0 1.0 3.0 35.36 7.2 8.9 2.0 2.0 1.0
4 Wwk 26.0 4.0 1.0 1.0 35.36 7.1 11.9 1.0 1.0 1.0
5 Diat 22.0 2.0 2.0 1.0 34.35 13.9 9.2 2.0 2.0 1.0
6 Nga 37.0 3.0 1.0 1.0 36.37 14.3 11.3 2.0 2.0 1.0
7 Suk 24.0 2.0 2.0 1.0 37.38 12.1 11.3 2.0 2.0 1.0
8 Dun 30.0 1.0 1.0 2.0 36.37 10.1 11.1 2.0 1.0 1.0
9 Kar 28.0 2.0 1.0 0.0 37.38 8.3 11.5 1.0 2.0 1.0
10 Sul 27.0 3.0 1.0 1.0 36.37 9.3 12.8 2.0 2.0 1.0
11 Kik 28.0 3.0 1.0 1.0 37.38 11.5 11.3 2.0 2.0 1.0
12 Ime 29.0 3.0 2.0 2.0 35.36 14.8 11.8 2.0 1.0 1.0
13 Art 30.0 3.0 1.0 0.0 36.37 7.9 12.3 2.0 2.0 1.0
14 Suk 28.0 3.0 1.0 1.0 35.36 16.8 12.2 1.0 2.0 1.0
15 Sri 35.0 4.0 2.0 3.0 32.33 13.7 11.7 2.0 1.0 1.0
16 Wid 26.0 2.0 2.0 0.0 33.34 9.1 9.1 1.0 2.0 1.0
17 Sukr 29.0 1.0 1.0 0.0 36.37 12.9 12.3 2.0 1.0 1.0
18 Viv 25.0 3.0 1.0 1.0 36.37 7.8 12.0 2.0 2.0 1.0
19 Sit 29.0 3.0 1.0 1.0 34.35 12.7 10.8 2.0 2.0 1.0
20 Res 23.0 3.0 1.0 1.0 35.36 15.3 12.1 2.0 2.0 1.0
21 Wyn 30.0 3.0 1.0 2.0 36.37 11.7 11.1 2.0 2.0 1.0
31
22 Eka 36.0 3.0 1.0 2.0 35.36 8.7 11.3 2.0 1.0 1.0
23 Ari 37.0 1.0 1.0 3.0 37.38 7.2 12.2 2.0 1.0 1.0
24 Ary 22.0 2.0 2.0 0.0 32.33 12.7 11.1 1.0 2.0 1.0
25 Vin 24.0 3.0 2.0 1.0 36.37 8.9 11.0 2.0 1.0 1.0
26 Tri 21.0 4.0 1.0 0.0 34.35 11.2 10.1 2.0 1.0 1.0
27 Ati 31.0 2.0 1.0 2.0 35.36 12.9 11.3 2.0 1.0 2.0
28 Nov 21.0 3.0 1.0 0.0 34.35 12.9 9.7 2.0 2.0 2.0
29 Bet 25.0 3.0 1.0 0.0 32.33 12.9 11.3 2.0 2.0 2.0
30 Bud 33.0 2.0 1.0 3.0 36.37 17.2 10.3 2.0 2.0 2.0
31 Msy 28.0 2.0 2.0 1.0 34.35 12.3 10.3 2.0 2.0 2.0
32 Nov 27.0 3.0 2.0 2.0 34.35 13.2 11.4 2.0 2.0 2.0
33 Ruk 32.0 2.0 1.0 2.0 36.37 7.9 12.1 2.0 2.0 2.0
34 Buk 27.0 1.0 1.0 2.0 36.37 8.3 11.2 2.0 2.0 2.0
35 Kyt 25.0 2.0 1.0 1.0 36.37 13.4 10.7 2.0 2.0 2.0
36 Drt 31.0 3.0 2.0 2.0 34.35 13.2 12.0 2.0 2.0 2.0
37 Rus 24.0 3.0 2.0 1.0 35.36 10.2 12.0 2.0 2.0 2.0
38 Bag 34.0 3.0 1.0 2.0 36.37 10.9 11.2 2.0 2.0 2.0
39 Kdt 32.0 3.0 1.0 1.0 33.34 14.8 11.5 2.0 2.0 2.0
40 Myr 31.0 1.0 1.0 2.0 36.37 12.7 11.5 2.0 2.0 2.0
41 Bud 27.0 1.0 1.0 2.0 36.37 8.9 10.1 2.0 2.0 2.0
42 Kkl 32.0 3.0 2.0 2.0 34.35 10.2 11.2 1.0 2.0 2.0
43 Dew 28.0 3.0 2.0 1.0 35.36 12.0 10.2 1.0 1.0 2.0
44 Agg 25.0 1.0 1.0 2.0 33.34 10.8 10.5 2.0 2.0 2.0
32
45 Suk 27.0 4.0 2.0 1.0 36.37 10.2 10.9 2.0 2.0 2.0
46 Lus 32.0 2.0 1.0 2.0 33.34 8.2 11.3 2.0 2.0 2.0
47 Kar 34.0 2.0 1.0 1.0 36.37 13.9 11.5 2.0 2.0 2.0
48 Dar 28.0 1.0 1.0 1.0 36.37 11.7 12.0 2.0 2.0 2.0
49 Mal 34.0 1.0 2.0 3.0 34.35 11.0 12.2 2.0 2.0 2.0
50 Wed 25.0 2.0 1.0 1.0 36.37 12.1 11.3 2.0 2.0 2.0
51 Wwn 26.0 2.0 1.0 1.0 36.37 10.0 10.5 2.0 2.0 2.0
52 Arn 30.0 2.0 1.0 0.0 36.37 9.5 11.0 2.0 2.0 2.0
Keterangan :
Hasil Analisis :
33
34
35
Risk Estimate
N of Valid Cases 52
36