Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang
mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering
digunakan secara bergantian.
Etika dan moral merupakan merupakan sumber dalam merumuskan standard an
prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk
melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi yang tercermin dalam standar
praktek professional (Doheny et all, 1982).
Profesi keperawatan mempunyai kontrak social dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan
yang di butuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan
keperawatan harus mampu di pertanggung jawabkan dan dipertanggung gugatkan dan setiap
pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan memperhatikan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat di gunakan sebagai acuan bagi perlaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan tang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan
merupakan seuatu kewajiban dan tanggungjawab moral. (Mila Ismani, 2001)
Sehingga dalam bekerja, perawat harus mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan,
ethichal issue dalam praktik keperawatan, dan prinsip-prinsip legal dalam praktik
keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami prinsip etika dan moral dalam keperawatan
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui dan memahami 8 prinsip etika dan moral keperawatan
b) Untuk mengetahui dan memahami cara pemecahan masalah dalam
keperawatan
c) Untuk mengetahui dan memahami hubungan 8 prinsip etika dan moral
keperawatan dengan kasus yang ada
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. 8 Prinsip Etika dan Moral Keperawatan

Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar
dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan
kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam
Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika
sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN
(1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk.
Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik adalah Segala sesuatu yang berhubungan/alasan
tentang isu moral.

Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih


tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap
prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan bagian dari
filosofi yang berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee, 1994).
Menurut Webster’s “The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty
and obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and guide moral decision making
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan
susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang
diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau
undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia
sebagai dasar prilakunnya. Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk
ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur
dalam kode etik keperawatan. Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh
perawat dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan
masyarakat.

1. Otonomi (Autonomi) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu


mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu
contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan
baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat
menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum,
tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan
jantung.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan
ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah
ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi
penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan
harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina
hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan
berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam
kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang
keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan
tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti.
Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji
dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda
tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame
teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang
memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

B. Cara Pemecahan Masalah dalam Keperawatan

Masalah adalah perbedaan antara keadaan nyata sekarang dengan keadaan yang
dikehendaki. Dalam manajemen diperlukan proses pemecahan masalah secara sistematis. Hal
ini perlu untuk mengatasi kesulitan pada waktu membuat keputusan, misalnya menghadapi
situasi yang tidak diduga (pada keputusan yang tidak terprogram atau tidak rutin).

Elemen-elemen dari proses pemecahan masalah:

 Masalah

 Desired state (keadaan yang diharapkan)

 Current state (keadaan saat ini)

 Pemecah masalah/manajer

 Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah

 Solusi.

Hal lain yang harus diketahui dalam pemecahan masalah adalah, harus mengetahui
perbedaan antara masalah dengan gejala. Pertama, gejala dihasilkan oleh masalah. Kedua,
masalah menyebabkan gejala. Ketiga, ketika masalah dikoreksi maka gejala akan berhenti,
bukan sebaliknya.

Masalah mempunyai beberapa struktur

 Masalah Terstruktur. Adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan hubungan
antar elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah masalah. Pemecah masalah
tersebut adalah komputer. Karena komputer dapat memecahkan masalah tanpa perlu
melibatkan manajer.

 Masalah Tidak Terstruktur. Adalah masalah yang berisi elemen-elemen atau


hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah
dilakukan oleh manajer. Karena manajer harus melakukan sebagian besar tugas
memecahkan masalah.

 Masalah Semi Terstruktur. Adalah masalah yang berisi sebagian elemen atau
hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh
manajer dan komputer, yang harus bisa bekerja sama memecahkan masalah

Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia University


pada tahun 1970, mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:

 Mengenali kontroversi (masalah)

 Menimbang klaim alternatif.

 Membentuk penilaian (solusi).

Secara umum, pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan tahap pemecahan


masalah sebagai berikut:

1. Menyelidiki Situasi

Suatu penyelidikan yang diteliti perlu dilakukan berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek
penentuan masalah, pengenalan tujuan dan penentuan diagnosis.

2. Mengembangkan Alternative

Sebelum mengambil keputusan, pemecahan masalah memerlukan penemuan berbagai


alternative yang kreatif dan imajinatif.

3. Mengevaluasi berbagai alternative dan menetapkan pilihan yang terbaik


Setelah mengembangkan seperangkat alternative, manajer harus mengevaluasinya
untuk melihat keefektifan setiap alternative melalui dua kriteria, yaitu seberapa realistis
alternative itu dipandang dari sumber daya organisasi yang dimiliki dan seberapa baik
alternative itu akan membantu memecahkan masalah.

4. Melaksanakan keputusan dan Menetapkan tindak lanjut

Dalam memecahkan masalah yang menyangkut masalah teknis, ada beberapa langkah
yang dapat ditempuh :

 Menggunakan inferensi, yaitu menarik simpulan dari beberapa bukti untuk mencari
arti atau penafsiran, yang merupakan suatu cara untuk menghasilkan data dan
informasi baru dari data yang ada.
 Menentukan hambatan, yaitu menentukan hambatan yang sesungguhnya dari
perwujudan sasaran.
 Membuat subsasaran, dengan mencoba membagi masalah menjadi beberapa bagian
masalah yang lebih sederhana agar dapat dipecahkan secara sendiri-sendiri.
 Mencari kunci melalui proses yan logis, seperti menarik simpulan dari bukti,
pengertian dan penghayatan.

 Mengatur data untuk mengatur data dan keterkaitannya.

 Memulai dari sasaran dan menggunakan konsep sebab akibat dari sasaran kepada data
yang ada.

Kerangka pemecahan dilemma etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah.
Adapun model pemecahan masalah menurut Megan 1989 yaitu ada 5 langkah dalam
pemecahan masalah dilemma etik.

1) Mengkaji situasi
2) Mendiagnosa masalah etik moral
3) Membuat tujuan dan rencana pemecahan masalah
4) Malaksanakan rencana
5) Mengevaluasi hasil
KASUS CONFIDENTIALY

Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah
Sakit di kota Padang dengan gejala demam, mual dan muntah darah kurang lebih selama 3
hari. Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) merasa mudah lelah dalam melakukan aktifitas,
dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3
bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini
merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan
jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam
karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn.
A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya untuk pemeriksaan
biopsi. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk
segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul
16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh
dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif penyakit CA Lambung. Disini keluarga
pasien menanyakan tentang penyakit yang di derita pasien tersebut, sebelumnya Pasien
meminta perawat untuk merahasiakan penyakit yang dideritanya kepada keluarga karena
tidak ingin menambah beban pikiran keluarga yang sebelumnya sudah memiliki banyak
masalah. Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus menjawab
pertanyaan dari keluarga tentang penyakit pasien namun di sisi lain perawat tersebut harus
menjaga hak privasi dari pasien untuk tetap merahasiakan penyakitnya.

PEMBAHASAN KASUS

Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk
menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang
dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981)
dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan
atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan
emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien dan keluarga.
Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam memenuhi hak-
hak pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau
informasi tentang kondisi dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam
pelayanan kesehatan menurut American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights.
Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien dan
tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan faktor utama dalam
menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan
keinginan pasien tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing
alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia
dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berfokus pada
pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung
jawab perawat. Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Dalam pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility)
terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya
karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang
terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut
maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal.
Hal ini jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan
keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah
dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan Murphy,
model Levine-ariff danGron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan
model Thompson dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang merawat
Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1. MENGKAJI SITUASI
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi
dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai
berikut :
 Tn. A menderita penyakit CA LAMBUNG yang mana penyakit tersebut sudah
dikategorikan penyakit kronik
 Dokter dan perawat menginstruksikan Tn A untuk melakukan pemeriksaan biopsi
 Pasien setuju untuk dilakukan pemeriksaan
 Perawat meyakinkan dan memberikan penjelasan pada Tn. A terkait dengan pemeriksaan
yang dilakukan agar Tn. A tidak merasa cemas.
 Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus
menjawab pertanyaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya pasien
untuk tetap menjaga rahasianya

2. MENDIAGNOSA ETIK MORAL


Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan etik
moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada keluarga akan tetapi jika
perawatat memberi tahu keluarga, perawatan akan mengalami permasalahan etik
confidentiality (kerahasiaan) karena tidak menjaga rahasia rekam medis pasien, karena
sebelumnya pasien sudah meminta perawat untuk merahasiakan penyakitnya
Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.

3. MEMBUAT TUJUN DAN RENCANA PEMECAHAN


Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat bersama
tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun alternatif
rencana yang bisa dilakukan antara lain :
a) perawat tetap melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil
pemeriksaan/ penyakit pasien saat keluarga menanyakannya, alternatif yang dapat
dilakukan perawat agar tetap menjaga kode etik nya yaitu memberi tahu keluarga untuk
menanyakan langsung tentang apa yang dialami pasien kepada pasien langsung.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan
informasi yang dibutuhkan keluaraga saat itu walaupun pada akhirnya perawat tersebut
akan menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran
merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.
b) perawat tetap melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak hak
pasien, dan tetap menjaga kerahasiaannya, alternatif yang dapat dilakukan yaitu meminta
izin terlebih dahulu kepada pasien untuk memberi tahu keluarga hasil rekam medis
pasien, karena keluarga meminta informasi terkait kondisi yang dialami pasien saat ini.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien untuk tetap menjaga rahasianya serta perawat tetap tidak melanggar etika
keperawatan. Dengan perawat yang sebelumnya berdiskusi dengan pasien untuk
memberi tahu langsung kepada keluarga karena penyakit yang diderita pasien tidak akan
sembuh jika dibiarkan terus menerus dan selalu didiamkan

Kendala-kendala yang mungkin timbul :


1. pasien tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada keluarga
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah baik, karena pasien tidak ingin
menambah beban pikiran keluarga dengan penyakit yang dialaminya

4. MELAKSANAKAN RENCANA
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan
tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa
diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien
dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat
secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi
tertentu ( John Stone, 1989 ), yang meliputi :

a) Confidentiality (kerahasiaan)
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik.
dengan tetap menjaga kewajibannya untuk tetap merahasiakan penyakit pasien selama pasien
masih tetap tidak ingin memberitahu keluarga tentang penyakitnya. Sehingga perawat bisa
memilih diantara 3 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat untuk Tn. A
Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa diambil
dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara langsung
meminta pasien untuk membei tahu tetang penyakitnya sendiri, dengan ini perawat tidak akan
melanggar prinsip etika keperawatannya untuk tetap menjaga rahasia dari pasien

5. MENGEVALUASI HASIL
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana pasien
dapat menerima saran dan nasehat dari perawat, beradaptasi tentang informasi yang sudah
diberikan. Perawat sebagai ahli medis maupun media tempat keluarag selalu bertanya
bagaimana keadaan pasien, tetap harus menjaga etika keperawatannya untuk tetap
melindungi privasi pasien dan rahasia pasien selama pasien masih meminta untuk
merahasiakan penyakitnya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar
dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan
kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. . Ada 8
prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan layanan
keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat, yaitu : otonom, berbuat
baik, keadilan, tidak merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan dan akuntabilitas.
Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia University
pada tahun 1970, mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:

 Mengenali kontroversi (masalah)

 Menimbang klaim alternatif.

 Membentuk penilaian (solusi).

Kerangka pemecahan dilemma etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah.
Adapun model pemecahan masalah menurut Megan 1989 yaitu ada 5 langkah dalam
pemecahan masalah dilemma etik.

1) Mengkaji situasi
2) Mendiagnosa masalah etik moral
3) Membuat tujuan dan rencana pemecahan masalah
4) Malaksanakan rencana
5) Mengevaluasi hasil
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, M Jusuf&Amit, Amri. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan E/3. Jakarta
: Buku kedokteran EGC
TUGAS ETIK KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN

CA LAMBUNG

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. DARA JINGGA
2. DINI RAHMADANI
3. GIAN PUTRA
4. INTAN PERMATA SARI
5. MARTINA WESDAYENTI
6. MONICA AULIANDA
7. NUSRAT AHMATUL ISRA
8. QORII SURYA VERANTIKA
9. RESSY RAHMADANI
10. SAFIRA HASANAH
11. TIKA YULASNI

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai