Anda di halaman 1dari 7

Saraf Olfaktori

Saraf olfaktori atau saraf kranial I adalah saraf pertama dari dua belas saraf kranial. Saraf ini penting
dalam penciuman. Saraf kranial I (olfaktorius) merupakan sel reseptor utama untuk indera penciuman.
Saraf ini memonitor asupan bau yang dibawa udara ke dalam sistem pernapasan manusia dan sangat
menentukan rasa, aroma dan palatabilitas dari makanan dan minuman. Selain fungsinya yang dalam
meningkatkan nafsu makan melalui bau, saraf olfaktorius juga dapat berperan dalam memperingatkan
adanya makanan yang busuk, kebocoran gas, polusi udara dan asap yang berbahaya untuk tubuh. Selain
itu saraf olfaktorius juga berperan sebagai elemen yang menengahi komunikasi dasar (misalnya, interaksi
ibu-bayi).

Kelainan Saraf Olfaktori

Hyposmia: Merupakan penurunan sebagian dari nilai rasa bau. Umumnya tidak disebabkan karena
kelainan neurologis, tapi berasal dari kelainan dalam hidung itu sendiri.

Parosmia: Merupakan pengenalan yang salah dari bau.

Cacosmia: Merupakan persepsi abnormal dari bau yang tidak menyenangkan (dengan atau tanpa
substrat yang sebenarnya menjadi berbau).

Anosmia: Merupakan ketidakmampuan total dari indera penciuman.

Saraf Optik

Saraf optik atau saraf kranial II, adalah susunan saraf yang berfungsi untuk mengirimkan informasi
penglihatan dari retina ke otak.

Kelainan Saraf Optik

Jenis kelainan lapang pandang terjadi akibat rusaknya saraf optikus, bisa diidentifikasi dari lokasinya
sehingga dapat menghasilkan Diagnosis Topis. Kelainan lapang pandang dapat berupa monokuler atau
binokuler. Kelainan lapangan pandang monokuler dapat disebabkan oleh lesi/jejas/luka retina unilateral
atau akibat lesi sebagian dari saraf optik. Sedangkan kelainan lapang pandang binokuler dapat
disebabkan oleh lesi unilateral dari jalur visual yang berada di belakang dari kiasme optik.

Berikut beberapa jenis kelainan lapang pandang yang ditandai oleh konfigurasi ruang mereka:

Hemianopsia: Merupakan cacat yang menempati setengah dari lapangan pandang (kiri atau kanan).

Quadrantanopsia: Merupakan cacat yang menempati seperempat dari lapang pandang.

Scotoma: Merupakan cacat yang menempati titik kecil di tengah lapang pandang. Scotoma pusat terjadi
karena lesi padamakula lutea atau karena serat saraf eferennya yang mengakibatkan penurunan nilai
pengelihatan sentral yang dengan demikian akan mengurangi ketajaman visual.
Temporal Sabit: Merupaka daerah pengelihatan yang dipertahankan di bidang penglihatan jauh di lateral
pada sisi visual yang dekat dengan bagian hemianopic.

Penyebabnya adalah lesi dari lobus oksipital kontralateral yang meminimalisir pengunaan bagian rostral
dari korteks visual pada kedua sisi celah calcarine.

Saraf Okulomotor

Saraf okulomotor atau saraf kranial III, adalah susunan saraf yang berfungsi untuk mengontrol sebagian
besar gerakan mata, konstriksi pupil dan mempertahankan terbukanya kelopak mata (saraf kranial IV dan
VI juga membantu pengontrolan gerakan mata).

Nukleus dari saraf okulomotor dan troklearis berada di atas tegmentum otak tengah, sedangkan nukleus
dari saraf abdusen berada di bagian tegmentum pons yang menutupi lantai dari ventrikel ke empat.

Saraf kranial III menginervasi beberapa otot eksternal mata seperti rektus medial, rektus superior, rektus
inferior dan oblique inferior, serta sfingter pupil dan levato palpebrae yang berfungsi untuk mengangkat
kelopak mata bagian atas. Saraf kranial III berasal dari kelompok rostrocaudally, memanjang dari
subnuclei dan berkerumun di otak tengah, hanya rostral ke tingkat inti saraf kranial ke empat.

Kelainan Saraf Okulomotor

Selain saraf okulomotor, troklearis dan abdusen, saraf vestibular dan cerebellar juga memainkan peran
penting dalam mengendalikan gerakan mata. Lesi apapun yang mempengaruhi struktur supranuclear
dapat menjadi penyebab paresis gerakan mata horizontal atau vertikal atau internuclear
ophthalmoplegia (INO).

Saraf Troklearis

Inti dari saraf kranial IV ini terletak di bagian ventral dari gray matter periaqueductal dan berada
langsung di bawah kompleks inti okulomotor di tingkat colliculi rendah. Serat radikuler yang berada di
sekitar gray matter pusat dan menyeberang ke sisi yang berlawanan dalam velum medulla superior. Saraf
troklearis kemudian keluar menuju permukaan dorsal batang otak (dimana hal ini hanya dilakukan oleh
saraf kranial) dan muncul dari tectum otak tengah menuju quadrigeminal.

Saraf troklearis menyarafi otot obliks superior dan menghasilkan gerakan mata depresi, rotasi internal
(cycloinversion) dan sedikit abduksi. Nukleus dari saraf okulomotor dan troklearis berada di atas
tegmentum otak tengah, sedangkan nukleus dari saraf abdusen berada di bagian tegmentum pons yang
menutupi lantai dari ventrikel ke empat.

Saraf Trigeminus

Saraf trigeminus adalah saraf yang berperan dalam mengirimkan sensasi dari kulit bagian anterior
kepala, rongga mulut dan hidung, gigi dan meninges (lapisan otak). Saraf trigeminus memiliki tiga divisi
(mata/oftalmik, rahang atas/maksilaris dan rahang bawah/mandibula) yang selanjutnya diperlakukan
sebagai saraf-saraf terpisah. Pada divisi mandibula terdapat juga serabut saraf motorik yang menyarafi
otot-otot yang digunakan untuk mengunyah. Saraf trigeminus merupakan saraf campuran dimana
sebagian besar merupakan serat saraf sensoris wajah dan sebagian yang lain merupakan serat saraf
motoris dari otot mastikasi.

Saraf Abdusen

Saraf abdusen memiliki sebuah inti yang terletak pada bagian kaudal dari tegmentum pons, tepat di
bawah lantai ventrikel ke empat. Serat radikuler dari saraf kranial ketujuh (saraf fasialis) melingkar di
sekitar inti dari saraf abdusen pada daerah ini. Serat radikuler dari saraf abdusen melintasi pons dan
keluar dari batang otak di persimpangan pontomedullary. Saraf abdusen kemudian berjalan sepanjang
permukaan ventral pons di bagian lateral dari arteri basilar, menembus dura, dan bergabung dengan
saraf lain untuk otot-otot mata di sinus kavernosa. Dalam sinus tersebut, ketiga saraf kranial tersebut
berada cukup dekat dengan cabang pertama dan kedua dari saraf trigeminal, seperti halnya dengan
arteri karotis interna. Selain itu, saraf di sinus kavernosa terletak sangat dekat dengan bagian superior
dan lateral sphenoid dan ethmoid sinus. Nukleus dari saraf okulomotor dan troklearis berada di atas
tegmentum otak tengah, sedangkan nukleus dari saraf abdusen berada dibagian tegmentum pons yang
menutupi lantai dari ventrikel ke empat.

Kelainan Saraf Abdusen

Kelumpuhan saraf abdusen dapat disebabkan oleh lesi dari saraf kranial ke enam; dapat menyebabkan
strabismus internus dari mata yang terkena. Diplopia horizontal juga kadang-kadang bisa muncul
(bahkan di posisi utama dari lapang pandangan) dan memburuk ketika pasien berusaha melihat ke arah
sisi yang terkena.

Saraf Fasialis

Saraf fasialis adalah saraf kranialis VII yang berperan besar dalam mengatur ekspresi dan indera perasa di
kulit wajah manusia. Saraf fasialis memiliki dua komponen utama. Komponen yang lebih besar
merupakan murni saraf motorik dan berperan dalam persarafan otot ekspresi wajah. Komponen inilah
yang merupakan saraf fasialis sesungguhnya. Akan tetapi sepanjang perjalanan komponen besar
terdapat komponen yang lebih tipis yang disebut saraf intermedius. Saraf intermedius mengandung
serabut saraf viseral dan serabut aferen somatis.

Saraf fasialis berasal dari sudut cerebellopontine —bagian lateral dari persimpangan pontomedullary;
memiliki dua akar saraf yang berdekatan yakni motor root (lebih besar, lebih medial) dan saraf
intermedius (lebih kecil, lebih lateral). Disebut sebagai saraf intermedius karena ditemukan di antara dua
saraf yang lebih besar (akar utama VII dan VIII). Nervus intermedius memiliki serat parasimpatis dan
sensorik, yang awalnya merupakan bagian dari saraf VIII.

Peran utama saraf fasialis adalah untuk memasok impuls bagi otot-otot ekspresi wajah. Disamping itu
saraf fasialis juga berfungsi sebagai penyalur sensasi dari bagian anterior lidah dan rongga mulut; melalui
persarafan parasimpatis, saraf facialis, kelenjar saliva, lakrimal, hidung dan kelenjar palatina bisa
menghasilkan sekret.
Kelainan Saraf Fasialis

Penyakit Parotis: Tumor parotis, trauma atau operasi parotis dapat merusak cabang dari saraf fasialis. Hal
ini akan mengakibatkan palsy wajah ipsilateral (satu sisi) dan kehilangan fungsi fungsionalnya. Sejauh ini
tidak ada pasien yang dapat pulih sempurna dari kondisi ini.

Gangguang pada Otot Stapedius (Hyperacusis): Disfungsi dari otot terkecil diakibatkan oleh saraf fasialis.
Ini dapat menyebabkan gejala yang menyedihkan. Otot stapedius mengatur gerakan dari rantai tulang
pendengaran, dan jika tidak aktif, maka suara akan menyimpang dan bergema (kelainan hyperacusis).

Bell Palsy: Merupakan kelainan yang sering dijumpai akibat kerusakan saraf fasialis, biasa disebut sebagai
facial palsy. Hingga kini etiologi sebenarnya masih belum diketahui secara pasti. Akan tetapi beberapa
faktor seperti spasme pembuluh darah arteri di kanal wajah yang memasok nutrisi dari saraf fasialis
ataupun peradangan dan pembengkakan saraf dalam kanal tulang kemungkinan bertanggung jawab
terhadap kondisi ini.

Saraf Vestibulokoklearis

Saraf vestibulokoklear adalah saraf kranial VIII yang berperan dalam proses mendengar dan menjaga
keseimbangan tubuh. Vestibulokoklear berasal dari dua kata yaitu ‘vestibular’ (keseimbangan) dan
‘koklear’ (pendengaran). Saraf ini merupakan saraf sensoris yang juga memiliki nama lain: saraf
statoacoustic.

Saraf vestibulokolear berasal dari bagian lateral dari sudut yang dibentuk di antara cerebelum dan pons,
melewati saraf VII, menuju internal acoustic meatus di bagian tulang temporal bone. Bagian koklear
terletak di anterior, sedangkan vestibular terletak di bagian posteriornya.

Di dalam telinga dalam terdapat saluran koklear yang bersambung dengan saccule, utricle dan saluran
semicircular. Mereka membentuk sebuah sistem tertutup yang mengandung endolimfe yang merupakan
turunan dari otocyst. Kelainan koklear sejatinya bisa berpengaruh terhadap sistem vestibular dan begitu
pula sebaliknya.

Kelainan Saraf Vestibulokoklearis

Tuli Konduktif: Ketulian ini disebabkan oleh gangguan dari penyaluran gelombang suara ke endolimfe.
Hal ini bisa disebabkan oleh penutupan meatus akustikus eksternus, kerusakan membran timpani,
kelainan pada gerakan tulang pendengaran, dislokasi rantai tulang pendengaran, penyakit sendi tulang
pendengaran, dll.

Tuli Sensorineural: Ketulian ini disebabkan oleh gangguan pada koklea, saraf vestibulokoklear, ataupun
jalur auditori. Jenis tuli ini harus dibedakan dengan jenis tuli konduktif karena sifatnya yang lebih
ireversible. Salah satu contoh tuli sensorineural yakni presbyacusis (tuli karena usia).
Tuli Saraf: Tuli saraf merupakan bagian dari tuli sensorineural yang spesifik terhadap gangguan pada
saraf vestibulokolearnya. Akan tetapi kondisi ini jarang ditemukan karena persarafan dari nukleus saraf
yang bilateral (dua arah).

Acoustic Neuroma: Merupakan keganasan yang mengenai sel schwann pada saraf vestibular di sudut
antara cerebelar dan pons. Jika tumor tersebut tumbuh ke dalam meatus akustikus, maka ia akan
menekan saraf vestibulokoklear dan saraf fasialis yang dapat menyebabkan ketulian saraf dan terkadang
disertai juga dengan fasial palsy sesisi.

Hiperakusis: Merupakan keadaan yang disebabkan karena kelainan pada tulang stapedius. Kondisi ini
bisa mengakibatkan sensasi bergema yang ganjil pada penderita, walau tidak selamanya terdengar
terlalu keras (hiperakusis).

Nistagmus: Merupakan keadaan yang disebabkan karena kelainan dari sistem vestibular, cerebelum dan
fasiculus longitudinal media dari batang otak. Kondisis nistagmus ditunjukkan dengan adanya gerakan
mata lambat pada satu arah yang diikuti gerakan cepat pada bagian mata yang lainnya.

Mabuk Kendaraan: Merupakan kelainan yang biasa ditemukan pada orang yang berada dalam
perjalanan. Gejala yang paling menonjol adalah rasa mual dan muntah. Hal ini menunjukkan hubungan
dari jalur vestibular dan cerebelum dengan pusat muntah di medula.

Penyakit Meniere: Penyakit meniere menunjukkan kondisi yang terdiri dari beberapa gejala yakni
serangan ketulian, vertigo dan tinitus. Hal ini disebabkan oleh kelainan dari endolimfe, dan gejala yang
ditimbulkan juga menunjukkan kontinuitas dari endolimfe antara koklea, sakula, utrikel dan saluran
semisirkularis.

Saraf Glosofaringeal

Saraf glosofaringeal adalah saraf kranial IX yang tidak memiliki peran cukup penting, kecuali terkait
dengan peranannya dalam gag reflex. Fungsi utama dari saraf glosofaringeal adalah sebagai penyuplai
persarafan sensoris dari orofaring, dan bagian posterior (belakang) dari lidah. Selain itu saraf
glosofaringeal juga memiliki fungsi motorik terhadap otot stilofaringeus, fungsi otonom parasimpatis
pada kelenjar parotis, serta fungsi sensoris dari sinus karotis, badan karotis, dan terkadang kulit dari
meatus acusticus externus dan membran timpani.

Saraf glosofaringeal berasal dari medula bersamaan dengan saraf kranialis X dan XI. Melalui foramen
jugularis, saraf glosofaringeal membentuk dua ganglion sensoris superior and petrosal/inferior. Akson
parasimpatis dari nukleus saliva inferior menuju ganglion otis (pada kelenjar parotis) kemudian
memasuki cabang timpani, sehingga bisa sekaligus menyalurkan serat sensoris dari telinga. Saraf
glosofaringeal selanjutnya turun ke leher lalu menyarafi otot stilofaringeus dan badan karotis. Melewati
arteri karotis internal dan eksternal untuk masuk ke faring. Di dalam faring, serat sensoris dari plexus
faringeal menyarafi mukosa dari faring dan bagian posterior lidah.

Saraf Fagus
Saraf vagus adalah saraf kranialis X yang sebagian besar serat sarafnya merupakan saraf parasimpatis.
Fungsi utama dari vagus adalah untuk fonasi/berbicara dan menelan. Saraf vagus juga berperan dalam
mentransmisikan serat sensorik dari kulit bagian posterior, dari meatus auditori eksternal dan membran
timpani. Saraf ini juga meyarafi lajur usus sejauh lengkungan lienalis dari usus besar transfersal (kasar)
dan jantung, cabang trakeobronkial dan bagian interna abdomen.

Vagus adalah saraf yang paling luas distribusinya jika dibandingkan dengan saraf kranialis yang lain.
Namanya mencerminkan distribusi yang luas dan jenis sensasi yang disampaikannya (arti ‘vagus’ dalam
bahasa Latin: samar, tidak terbatas, mengembara).

Saraf Vagus berkembang dari medula. Kemudian saraf ini meninggalkan fosa kranial posterior melalui
foramen jugularis. Di bawah foramen tersebut terdapat dua ganglia sensorik yakni jugularis dan nodose,
keduanya mengandung badan sel dari serat sensorik. Cabang aurikuler dari saraf vagus melewati kanal
dalam tulang temporal dan menyampaikan impuls sensorik dari meatus akustik eksternal dan membran
timpani. Selanjutnya saraf vagus turun melalui selubung karotis posterior di belakang vena jugularis
interna dan arteri karotid internal. Dan diujungnya terbagi menjadi dua saraf yakni saraf faringeal dan
saraf laringeal superior yang terbagi kembali menjadi dua yakni saraf internal (berperan dalam
persarafan sensorik di atas pita suara) dan cabang eksternal (krikotiroid).

Cabang cardiac dan trakea timbul pada bagian dada leher dan bagian atas. Cabang trakealis berperan
dalam fungsi sensoris sedangkan bagian cardiac memiliki fungsi otonom yakni untuk melambatkan
denyut jantung. Adapula saraf laring rekuren yang berawal di mediastinum superior. Terakhir, terdapat
pembentukan pleksus esofagus, melalui hiatus esofagus pada diafragma sebagai cabang anterior dan
posterior yang memberikan kontribusi serat saraf untuk organ visera abdomen dan celiac, pleksus
mesenterika superior dan pleksus myenteric.

Saraf Aksesorius

Saraf aksesorius merupakan saraf kranialis XI yang berperan dalam persarafan otot-otot leher. Secara
umum saraf aksesorius terbagi menjadi dua bagian yakni kranialis dan spinalis. Anehnya, hampir selalu
ketika dokter menyatakan saraf aksesorius yang dimaksud adalah saraf asesoris spinalis yang sebenarnya
kurang tepat untuk dikategorikan sebagai saraf kranialis.

Saraf Aksesorius Kranialis: Merupakan perpanjangan dari nukleus gabungan dengan saraf IX dan X.
Bahkan ada yang menduga bahwa saraf asesoris juga berperan dalam persarafan otot laring dan faring
bersamaan dengan saraf vagus. Akan tetapi tidak ada perbedaan yang berarti pada aplikasi klinisnya
karena setiap kerusakan yang terjadi berpengaruh terhadap batang otak secara keseluruhan dan
bukannya saraf kranialis itu pribadi.

Saraf Aksesorius Spinalis: Merupakan saraf yang memberikan impuls motoris untuk otot-otot di daerah
segitiga posterior dari leher yaitu sternocleidomastoid dan trapezius.

Saraf aksesorius merupakan saraf yang rentan karena lokasinya yang berada di atas segitiga posterior.
Cidera pada saraf aksesorius mengakibatkan paralisis dari otot trapezius (tapi tidak berpengaruh
terhadap otot sternocleidomastoid) dan menyebabkan terganggunya gerakan abduksi bahu di atas 90°
yang melibatkan rotasi skapula. Saraf aksesorius juga dapat terganggu saat dilakukan diseksi leher
dikarenakan keganasan, bisa juga terjadi saat sedang dilakukan biopsi dari pembesaran limfe nodus di
sekitar daerah segitiga posterior.

Saraf Hipoglossus

Saraf hipoglossus adalah saraf yang berperan dalam memberikan persarafan pada otot-otot lidah.
Gerakan lidah memiliki berbagai macam peranan mulai dari untuk mengunyah, menelan dan bahkan
berbicara. Selain itu, saraf ini juga menyalurkan serat saraf dari C1 yang berfungsi untuk menyarafi otot-
otot tali.

Kelainan Saraf Hipoglossus

Kerusakan saraf hypoglossal di leher dapat mengakibatkan sebuah lesi neuron motorik bawah sesisi. Hal
ini akan menyebabkan lidah menyimpang ke sisi lesi. Pada operasi arteri karotis (misalnya karotis
endarterektomi, blok diseksi dari leher untuk penyakit ganas), saraf hipoglossus sangat rentan
mengalami cidera dimana saraf hipoglossus melewati di bawah arteri oksipital.

Anda mungkin juga menyukai