Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No 2 Edisi Desember 2015 ISSN: 19779-469X

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEPRESI


PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA BUMI II LAMPUNG UTARA

Fepi Susilawati 1), Helmi Yenie 2)


1)
Program Studi Keperawatan Kotabumi Politehnik Kesehatan Tanjungkarang
1)
Jurusan Kebidanan Tanjungkarang Politehnik Kesehatan Tanjungkarang

E-mail: fepisusilawati05@gmail.com

Abstrak
Depresi pada usia lanjut dapat terjadi karena proses menua karena terjadi penurunan fungsi fisiologis tubuh,
penurunan penghasilan, perpisahan, kehilangan pasangan hidup dan faktor lain.Lansia memerlukan dukungan
keluarga untuk mencegah depresi.Namun, tidak semua lansia mendapatkan dukungan keluargawalaupun tinggal
bersama keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungandukungan keluarga terhadap kejadian
depresi pada lansia yang tinggal bersama keluarga. Studi penelitian menggunakan desain cross sectional.
Populasi penelitian adalah lansia dengan sampel 400 lansia dengan depresi. Teknik pengambilan sampel
menggunakan proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen A.P.G.A.R
(Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve) untuk variabel dukungan keluarga dan Geriatric
Depression Scale (GDS) untuk variabel depresi. Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga terhadap kejadian depresi pada lansia yang tinggal bersama keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Kotabumi II Lampung Utara (p=0,020). Pentingnya upaya memberdayakan keluarga dengan usia
lanjut oleh Puskesmas untuk mencegah atau mengurangi kejadian depresi pada usia lanjut dengan penyuluhan
tugas-tugas keluarga dengan lansia dan membentuk karang werdha untuk menggalakkan senam lansia di setiap
desa saat Posyandu Lansia.
Kata kunci: Dukungan keluarga, depresi,lansia

Abstract: Related to Family Support to the Incidence of Depression in the Elderly in Health Center Kotabumi II
North Lampung District
Depression in the elderly can occur because of the aging process due to a decline in physiological functions of
the body, decreased income, separation, loss of a spouse and other factors. The eldery need family support to
prevent depression. But, not all elderly people get the family support, altough staying with family. This study
purpose to determine related family support on the incidence of depression in the elderly who live with their
families. Research studies using cross-sectional design. The study population is elderly with a sample of 400
elderly people with depression. The sampling technique using proportional random sampling. Collecting data
using instruments A.P.G.A.R (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve) for variable support of
family and Geriatric Depression Scale (GDS) for the variable depression. The study concluded there was a
significant relationship between family support on the incidence of depression in the elderly who lived with the
family in Health Center Kotabumi II North Lampung District (p = 0.020). The importance of empowering
families with elderly by health centers to prevent or reduce the incidence of depression in the elderly with chores
counseling families with elderly and form reefs to promote gymnastics elderly in every village when Elderly
Posyandu.
Keywords: Family support, depression, elderly

Fepi Susilowati; Helmi Yenie, Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kejadian Depresi pada Lansia..... 31
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No 2 Edisi Desember 2015 ISSN: 19779-469X

Pendahuluan dengan adanya penuaan (Doengoes, 2007)7)


sehingga dengan peran dan fungsinya perawat
Penuaan merupakan suatu hal yang dapat ikut berpartisipasi menciptakan lansia
normal, tetapi kenyataannya akan menjadi yang sehat, bahagia dan sejahtera (Nugroho,
beban bagi orang lain jika dibandingkan dengan 20081) dan Tamher; Noorkasiani, 20096)).
proses lain yang terjadi (Nugroho, 20081) dan Depresi menyerang hampir 10 juta
Darmojo; Martono, 20042)). Lansia akan orang dinegara maju seperti Amerika (Steanley;
mengalami penurunan fungsi tubuh secara Beare, 2007)4), di negara Barat depresi terjadi
fisiologis, rentan terhadap berbagai problematik 15-20% pada populasi lansia yang hidup di
hidup apalagi bila individu tersebut menua masyarakat dan akan terus meningkat,
dengan disertai keadaan yang patologik, seperti sedangkan di negara berkembang depresi pada
penyakit yang menahun, kehilangan lansia 15,9% dan pada tahun 2020 akan
produktifitas yang harus dihadapinya. Lansia mengantikan penyakit-penyakit infeksi pada
tidak mampu mengkompensasi, sehingga urutan teratas, tetapi di Asia angka ini jauh
merasa kehilangan karakter yang melekat pada lebih rendah (Darmojo; Martono, 2004) 2).
dirinya semasa muda, merasa terisolasi karena Menurut perkiraan dari United Stated
hilangnya pasangan hidup, lingkungan yang Bureau Of Census 1993 populasi usia lanjut di
tidak mendukung, dan sebagainya. Dampak Indonesia diproyeksi antara tahun 1990-2023
pada Lansia dapat mengalami gangguan emosi, akan naik 414 %, suatu angka tertinggi di
gangguan alam perasaan, gangguan psikologis seluruh dunia dan pada tahun 2020 Indonesia
dan mental yang menjadi faktor pencetus merupakan urutan ke 4 jumlah penduduk lanjut
terjadinya depresi (Nugroho, 20081) dan usia terbanyak sesudah Cina, India dan
3)
Watson, 2003 ). Amerika Serikat (Depkes, 2008) dalam Winoto,
Sebagian besar penduduk di Indonesia Soesanti Inna (2011)8) akan meningkatkan
hidup dan bertempat tinggal bersama prevalensi depresi di dunia dan khususnya di
keluarganya, dengan berbagai faktor yang dapat Indonesia. Penelitian lain adalah penelitian Fitri
mempengaruhi, bila depresi sudah timbul maka Ayu (2011)9), dengan hasil kejadian depresi
akan sangat menguras emosi, finansial baik pada lansia yang tinggal bersama keluarga di
bagi penderita maupun keluarga sebagai sistem komunitas terdapat 60%, sedangkan penelitian
pendukung sosial informal dan formal yang Saputra (2011)10) memperoleh hasil yang tidak
dimilikinya (Stanley; Beare, 2007) 4). Ternyata berhubungan antara kejadian depresi pada
dukungan keluarga sangat memegang peranan lansia di komunitas dengan dukungan keluarga.
penting dalam mencegah depresi, karena Puskesmas Kotabumi merupakan
keluarga merupakan sistem pendukung utama Puskesmas dengan jumlah lansia terbanyak
yang dapat memberi perawatan langsung pada terutama pada empat wilayah kerjanya yaitu
setiap keadaan sehat sakit individu (Soejono Tanjung Aman, Kota Alam, Tanjung Harapan
dkk, 2000) 5). dan Mulang Maya. Banyak lansia yang datang
Gangguan depresi pada lansia kurang berobat dengan frekwensi dua-tiga kali
dipahami, sehingga banyak kasus depresi lansia seminggu menunjukkan adanya permasalahan
tidak dikenali (under diagnosed) dan tidak yang dapat terjadi pada lansia karena berbagai
diobati (under treated) yang menyebabkan faktor baik fisiologis karena penurunan fungsi
sepertiga penderitanya mengalami kematian tubuh maupun patologis. Tujuan penelitian ini
(Stuart; Sundeen, 1995 dalam Tamher; untuk mengetahui hubungan dukungan
Noorkasiani, 2009)6). Saat ini WHO sedang keluarga terhadap kejadian depresi pada lansia
disibukkan dengan peningkatan tuntunan untuk yang yang tinggal bersama keluarga di wilayah
melaksanakan perawatan, pengobatan dan kerja puskesmas Kotabumi II Lampung Utara.
pencegahan depresi termasuk diantaranya
adalah depresi pada lansia. Perawat sebagai Metode
salah satu tenaga kesehatan yang tugasnya
terintegrasi dengan tenaga kesehatan lainnya Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
tentu dalam memberikan upaya perawatan analitik dengan rancangan cross sectional.
kepada lansia harus mengerti keadaan lansia, Rancangan ini untuk mengetahui dukungan
mengerti tentang sesuatu aspek penuaan yang keluarga terhadap kejadian depresi pada lansia
normal dan tidak normal dan juga harus yang tinggal bersama keluarga di wilayah kerja
mengerti akibat-akibat yang dapat timbul Puskesmas Kotabumi II Lampung Utara.
Fepi Susilowati; Helmi Yenie, Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kejadian Depresi pada Lansia..... 32
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No 2 Edisi Desember 2015 ISSN: 19779-469X

Populasi pada penelitian ini adalah lansia di Analisis Bivariat


wilayah kerja Puskesmas Kotabumi II. Populasi
lansia dikomunitas sebanyak 2.502 orang lansia Hasil analisis bivariat dengan uji
yang tinggal di 4 kelurahan yaitu Tanjung chisquare menunjukkan terdapat hubungan
Aman, Kota Alam, Tanjung Harapan dan antara dukungan keluarga dengan kejadian
Mulang Maya. Sampel dalam penelitian ini depresi pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas
berjumlah 400 orang lansia yang dihitung Kotabumi II (p=0,020; CI 95%: 1,230-6,160)
dengan rumus Solvin menggunakan N=2.502 (Lihat tabel 1).
lansia (Slovin, 2006 dalam Amirin, 2011)11).
Tehnik pengambilan sampel menggunakan Pembahasan
proporsional random sampling, yaitu: Tanjung
Aman 115 lansia, Kota Alam 106 lansia, Dukungan Keluarga
Tanjung Harapan 114 lansia dan Mulang Maya Hasil penelitian diketahui bahwa
65 lansia. Kriteria inklusi sampel penelitian dukungan keluarga pada lansia yang tinggal
meliputi: 1) Tinggal bersama keluarga 2) bersama keluarga dengan kategori kurang
Berumur ≥ 60 tahun 3) Berdomisili di Desa sebanyak 139 lansia (34,8%).
Tanjung Aman, Kota Alam, Tanjung Harapan Menurut Friedman (2002)12) dukungan
dan Mulang Maya. keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
Pengumpulan data dukungan keluarga keluarga terhadap penderita yang sakit.
dengan wawancara menggunakan A.P.G.A.R Keluarga juga berfungsi sebagai sistem
(Adaptation, Partnership, Growth, Affection, pendukung bagi anggotanya dan anggota
Resolve) keluarga yang merupakan instrumen keluarga memandang bahwa orang yang
baku dari Smilkstein dan TL. Brink, dengan bersifat mendukung, selalu siap memberikan
sistem akumulasi skor, bila skor < 7 pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.
dikategorikan menjadi dukungan keluarga Sedangkan, menurut DSM-IV-TR dalam
kurang dan bila skor jumlahnya ≥ 7 Videbeck 2008 dalam Sari (2012)13) dukungan
dikategorikan dukungan keluarga baik. keluarga merupakan salah satu sumber
Pengukuran tingkat depresi pada lansia penanggulangan terhadap depresi yang paling
menggunakan GDS (Geriatric Depresion penting dan mempunyai pengaruh terhadap
Scale) yang dikemukakan oleh Yesavage kondisi kesehatan seseorang.
dengan jumlah pertanyaan sebanyak 30 Responden atau lansia dengan usia ≥ 60
pertanyaan. Skoring menjadi skala ukur, bila tahun mengemukakan banyak mengeluh tentang
skor < 10 dikategorikan depresi berat, penyakit yang dideritanya. Lansia mengatakan
sedangkan bila skor ≥ 10 dikategorikan depresi bahwa penyakitnya adalah penyakit yang terjadi
ringan. Analisis data dilakukan dengan analisis karena usia sudah tua, sehingga banyak sekali
univariat dan bivariat menggunakan uji chi keluhan yang timbul seperti ngilu pada sendi,
square. tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar,
kesemutan lehar, rasa mual, dan lansia
Hasil merasakan bahwa keluhan ini terasa sulit untuk
diatasinya seorang diri. Menghadapi setiap
Gambaran Responden keluhan tersebut, anggota keluarga siap
Dukungan keluarga terdapat Lansia memberikan pertolongan minimal merespon
yang tinggal bersama keluarga dengan kategori secara subjektif keluhan tersebut dan
kurang terdapat 34,8% (139) dari 400 orang. mengantarkan berobat ke Puskesmas.
Sedangkan, Lansia yang mengalami depresi
berat 6,5% (26) dari 400 orang.

Tabel 3
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Depresi pada Lansia

Kejadian Depresi
Dukungan Total P-value
Berat Ringan
Keluarga (CI 95%)
n % n % n %
Baik 250 95,8 11 4,2 261 100
0,020
Kurang 124 89,2 15 10,8 139 100
(1.23-6.16)
Total 374 93,5 26 6,5 400 100

Fepi Susilowati; Helmi Yenie, Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kejadian Depresi pada Lansia..... 33
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No 2 Edisi Desember 2015 ISSN: 19779-469X

Respon yang diberikan oleh keluarga menyenangkan, dan perasaan kurang


merupakan bentuk peran keluarga terhadap diperhatikan. Selain itu, depresi juga
lansia dan bentuk dukungan keluarga yang menimbulkan perasaan sedih (disforia) yang
bersifat penilaian, emosional dan instrumental, berlangsung antara dua-empat minggu, yang
yaitu memberikan bimbingan, menengahi disertai prilaku seperti perubahan tidur,
gangguan alam perasaan yang sewaktu-waktu gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat
terjadi pada lansia dengan memberikan cemas, kurang bersemangat bahkan sampai
perhatian, kasih sayang, sikaf empatik penuh sering menangis.
cinta hingga mengantarkan berobat, sehingga
lansia yang menghadapi persoalan merasa Kejadian Depresi Pada Lansia
tidak sendiri, tidak terabaikan dan merasa tetap Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
dihargai. Hasil observasi terhadap pencatatan gambaran perbedaan kejadian depresi pada
dan pelaporan di Poli lansia, rata-rata lansia lansia, terdapat depresi berat (6,5%), walaupun
berobat ke Puskesmas 2-3 kali seminggu, sebagian besar lansia dengan depresi ringan
sesuai dengan pengakuan dari lansia yang 93,5%.
mengatakan bahwa ia berobat dan datang ke Menurut Maramis (2009)16), depresi
Puskesmas sekitar 2-3 kali seminggu. merupakan gangguan perasaan dengan ciri-ciri
Kenyataan ini menunjukkan bahwa penurunan semangat berkurang, rasa harga diri rendah,
fisiologis pada fungsi tubuh lansia, keadaan ini menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan
akan saling silang, sehingga dapat pola makan. Pada depresi terdapat gejala
menimbulkan keadaan patologis berupa psikologi dan gejala somatik. Gejala psikologi,
penyakit pada lansia, yang tentunya yaitu menjadi pendiam, rasa sedih, pesimis,
membutuhkan suatu bentuk dukungan dari putus asa, nafsu bekerja dan bergaul kurang,
keluarga sebagai upaya pencegahan terjadinya tidak dapat mengambil keputusan, mudah lupa
penurunan secara drastis dan mengurangi dan timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Gejala
dampak psikologis yang bisa berakibat somatic, yaitu penderita kelihatan tidak
gangguan mental. Menurut Maryam, dkk. senang, lelah, tidak bersemangat, apatis, bicara
(2012)14) dan Marsetio; Tjokronegoro (1991)15) dan gerak geriknya pelan, terdapat anoreksia,
keluarga merupakan support system utama insomnia, dan konstipasi.
dalam mempertahankan kesehatan lansia, Pada lansia yang dilakukan penelitian
menjaga dan merawat lansia, mempertahankan berdasarkan keterangan dari keluarga terdapat
dan meningkatkan status mental, kedamaian gejala psikologi dan somatik, seperti menjadi
dan kesejahteraan jiwa, dukungan keluarga pendiam, rasa sedih, putus asa, napsu makan
dapat mencegah terjadi depresi (Soejono, dkk., berkurang, kurang bergaul, tidak mampu
2000)16). Proses menua dapat menimbulkan mengambil keputusan bahkan timbul fikiran
berbagai masalah baik fisik, biologis, mental bunuh diri (pada depresi berat). Melihat gejala
maupun sosial (ekonomi) sehingga dapat yang ada pada lansia dan juga berdasarkan
meningkatkan ketergantungan yang keterangan keluarga, lansia sebagai responden
memerlukan bantuan orang lain (Tamher; menderita depresi mayor, ditunjukkan dengan
Noorkasiani, 20096) dan Stanley; Beare, adanya sekumpulan gejala baik depresi berat
20074)). maupun ringan yang menyertai kesehariannya
Hal di atas sejalan dengan penelitian hingga beberapa waktu, yaitu gejala afektif
sebelumnya oleh Jongonelisab (2004 dalam berupa jiwa yang tertekan, kesedihan,
Saputra, 2011)10) menyebutkan bahwa derajad menangis, timbul pikiran bunuh diri dan timbul
dukungan social berhubungan dengan derajat gejala kognitif, seperti tidak mampu
depresi pada lansia. Pada depresi indikator mengambil keputusan. l. Hal ini sesuai dengan
resiko yang signifikan meliputi penyakit, kriteria Standart Diagnostik and Statistic
keterbatasan fungsional seperti penurunan Manual of Mental Disorder (DMS-IV)
penglihatan, pendengaran, dan lain-lain juga American Psychiatric Assosiation, yang
karena kehilangan pasangan yang menyatakan bahwa depresi pada lansia dikenal
menimbulkan kesepian serta kurangnya dengan sebutan Late Life Depression yang
dukungan social, misalnya menurun aktifitas dijumpai adalah depresi mayor (Sari, 2012)13).
terhadap lingkungan, kejadian yang tidak

Fepi Susilowati; Helmi Yenie, Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kejadian Depresi pada Lansia..... 34
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No 2 Edisi Desember 2015 ISSN: 19779-469X

Faktor lain yang menimbulkan gejala dapat terjadi sebagai suatu kumpulan syndrom
depresi berat terjadi pada lansia karena merasa yang disebabkan oleh gangguan fisik maupun
kehilangan pasangan, merasa sedih berpisah kognitif dan stresor dari luar seperti
dengan anak, merasa tidak dihargai, dianggap berkurangnya aktifitas dalam lingkungan,
tidak berguna, selain terjadi karena faktor penghasilan menurun, perpisahan, kehilangan
penurunan fungsi tubuh sehingga pasangan, dan lain-lain. Dukungan sosial atau
menimbulkan berbagai keluhan penyakit yang dukungan keluarga sangat dibutuhkan para
dirasakan oleh lansia sulit untuk lanjut usia dalam menyesuaikan diri
ditanggulanginya seorang diri. Phenomena ini menghadapi stresor psikososial terutama
juga dapat dibuktikan setelah melihat rekam stresor yang berhubungan dengan kehilangan,
medis di poli lansia Puskesmas yang ketidakmampuan menghadapi kehilangan atau
melihatkan data berbagai gangguan penyakit sedih berpisah dengan anak.
dengan frekwensi berobat 2-3 kali seminggu, Faktor pencetus meningkatnya
dengan prosentase terbanyak adalah menderita kejadian depresi (dari ringan menjadi berat),
rheumatik (51,3%). Penyakit rheumatik apalagi bila terjadi dalam waktu yang lama
menimbulkan rasa nyeri pada seluruh (dua-empat minggu), sehingga lansia
persendian apalagi pada lansia yang secara mengalami rasa cemas yang tinggi, sering
fisiologi mengalami osteoporosis (terutama menangis dan akhirnya akan merasa lemah
pada perempuan) pada responden perempuan serta kurang semangat terutama semangat
terdapat 59,75%. Rasa nyeri merupakan respon hidup. Bila depresi sudah timbul maka akan
subjektif dengan ambang batas yang umumnya sangat menguras emosi, finansial baik bagi
sulit untuk ditolerir individu apalagi lansia. penderita maupun bagi keluarga, hampir
Gejala depresi pada lansia sering semua populasi lanjut usia lebih membutuhkan
tersamar, bahkan lansia cenderung dukungan emosional (Stanley; Beare, 2007)4).
menyembunyikannya dengan alasan tertentu, Upaya dalam mencegah dan mengatasi
sehingga kurang dipahami dan dikenali oleh lansia dengan depresi berat dapat dilakukan
keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan dengan upaya perawatan dan pengobatan.
Tamher S; Noorkasiani (2009)6) bahwa Upaya perawatan ditujukan untuk mengatasi
gangguan depresi pada lansia kurang dipahami gangguan alam perasaan yang akan membawa
dan dikenali (underdiagnosis) dan under dampak negatif. Upaya tersebut misalnya
threated, yaitu tidak diberikan pengobatan dengan membentuk karang werdha dan
sehingga bisa berakibat fatal (kematian). memberikan therapy psikologik seperti latihan
kognitif yang dapat dilaksanakan secara rutin
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan pada Posyandu lansia dilakukan secara
Kejadian Depresi Lansia terjadwal. Pengobatan perlu dilakukan pada
Hasil penelitian memperlihatkan ada lansia yang depresi karena gangguan fisik
hubungan yang bermakna antara dukungan adalah pengobatan yang bersifat simptomatik,
keluarga dengan kejadian depresi pada lansia supportif sesuai dengan keluhan dan
yang tinggal bersama keluarga di wilayah kerja permasalahan yang dihadapi, sedangkan untuk
puskesmas Kotabumi II Lampung Utara (p = lansia yang memang sudah menderita depresi
0,020). berat dengan gangguan tidak bisa makan,
Sari (2012)13) menyatakan bahwa minum dan timbul niat bunuh diri adalah
tingkat depresi dipengaruhi oleh perhatian dari dilakukan upaya rujukan untuk mendapat
pengasuhnya, yaitu anggota keluarganya. therapy Electro Convulsi Therapy (ECT) di
Keluarga sebagai orang terdekat dengan lansia Rumah Sakit (RS tipe A) atau Rumah Sakit
selayaknya memberikan dukungan yang Jiwa (RSJ).
memadai dalam perawatan lansia disisa
usianya. Kemunduran yang dialami lansia Kesimpulan
dapat menimbulkan rasa kesepian,
Hasil penelitian menyimpulkan
ketidakberdayaan dan depresi.
diperoleh gambaran kejadian depresi dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
kategori ringan berjumlah 93,5% dan kategori
penelitian Meriscalia (2012)17), bahwa ada
berat terdapat 6,5%. Ada hubungan yang
hubungan antara tingkat depresi dengan
bermakna antara dukungan keluarga dengan
tingkat kemandirian lansia dalam aktivitas
kejadian depresi pada lansia (p=0,020).
kehidupan sehari-hari dengan kejadian depresi
lansia (p=0,000). Depresi pada lanjut usia
Fepi Susilowati; Helmi Yenie, Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kejadian Depresi pada Lansia..... 35
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No 2 Edisi Desember 2015 ISSN: 19779-469X

Saran 9. Fitri, Ayu, 2011, Kejadian dan Tingkat


Bagi Puskesmas Kotabumi II untuk Depresi pada Lansia, Suatu Perbandingan di
meningkatkan pembinaan pada lansia di Panti Wredha dan Puskesmas, Tidak
dipublikasikan
posyandu lansia atau poli lansia dari
10. Saputra Andika, 2011, Hubungan Dukungan
pengobatan dasar secara elektif dan holistik, Keluarga dengan Tingkat Depresi pada
memberikan terapi psikologis, mengaktifkan Lansia di Dusun Jatayu Kelurahan Semuli
senam lansia serta melakukan pembinaan Jaya Kabupaten Lampung Utara, KTI, Tidak
dengan kerjasama spiritual secara berkala Dipublikasikan
(dengan Kementrian Agama). Perlunya 11. Amirin, Tatang M, 2011, Populasi dan sampel
penelitian lanjutan dengan menganalisis secara penelitian 4: Ukuran sampel rumus Slovin,
luas faktor-faktor terjadinya depresi pada Tersedia Online:
lansia. [Tatangmanguny.wordpress.com]
12. Friedman, 2002, Buku Ajar Keperawatan
Daftar Pustaka Keluarga Riset, Teori dan Praktek, Edisi
Kelima, Fakultas Kedokteran Indonesia,
1. Nugroho, Wahyudi, 2008, Keperawatan Jakarta
Gerontik, Edisi 2, EGC, Jakarta 13. Sari, Nelda Nilam (2012). Pengaruh
2. Darmojo, Boedhi R & Martono, Hadi H, 2004, Dukungan Sosial terhadap Depresi pada
Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi 3, FKUI, Lansia. Uns: Medan
Jakarta 14. Maryam, Siti, dkk., 2012, Mengenal Usia
3. Watson, Roger, 2003. Perawatan Pada Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika,
Lansia, EGC, Jakarta Jakarta
4. Stanley, Mickey; Beare, Gauntlett Patricia, 15. Marsetio, Mardiono & Tjokronegoro, 1991,
2007, Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi Kelanggengan Usia Lanjut, Edisi 1, FKUI,
2, EGC, Jakarta Jakarta
5. Soejono, Heriawan Crezna, dkk., 2000, 16. Maramis, 2009, Catatan Ilmu Kedokteran
Pedoman Pengelolaan Pasien Geriatri Untuk Jiwa, Ed 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Dokter Dan Perawat, Bagian Penyakit Dalam, 17. Meriscalia, 2012, Hubungan Tingkat Depresi
FKUI, Jakarta dengan Tingkat kemandirian Lansia dalam
6. Tamher S & Noorkasiani, 2009, Kesehatan melakukan Aktifitas Sehari-hari di Wilayah
Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Kerja Puskesmas Ge’Tengan Kecamatan
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta Mengkendek Kabupaten Tanah Toraja,
7. Doengoes E Marilynn, dkk, 2007, Rencana Tersedia Online: [Library.Stikesnh.ac.id]
Asuhan Keperawatan Psikiatric, Edisi 3, [Februari, 2013]
EGC, Jakarta.
8. Winoto, Susanti Inna, 2011, Depresi Bisa
Menimpa Siapa Saja. Tersedia Online:
[http://www.Ksh.co.id/Newsdetail.] [Februari
2013]

Fepi Susilowati; Helmi Yenie, Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kejadian Depresi pada Lansia..... 36

Anda mungkin juga menyukai