Anda di halaman 1dari 9

askep sindrom cushing

Januari 5, 2012

2 Votes

1. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Pengertian

Sindrom Cushing terjadi akibat aktivitas kortek adrenal yang berlebihan. Sindrom tersebut
dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid atau ACTH yang berlebihan

atau akibat hyperplasia korteks adrenal.

Syndrome Chusing mempunyai gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukotirod
plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (Latrogen), (William. F. Ganang,Fisiologis
Kedokteran,Hal 364). Syndrome Chusing di sebabkan oleh skresi berlebihan steroid
adrenokortial,terutama kortisol. (IPD.Edisi III jilid I,hal 826)

Syndrome Chusing merupakan akibat dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal
karena hiperfungsi korteks adrenal.(ilmu Kesehatan anak,Edisi 15 hal 1979).

Cushing’s syndrome merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan gangguan


hormonal yang disebabkan paparan hormon kortisol untuk waktu yang lama dan dalam kadar
yang tinggi pada jaringan-jaringan tubuh. Keadaan ini juga dikenal dengan istilah
“hypercortisolism.” Hormon cortisol diproduksi oleh adrenal glands dan sebenarnya
berfungsi menolong tubuh dalam merespon stress, seperti pada pembedahan dan penyakit,
juga dalam pemulihan dari infeksi. Selain itu hormon ini juga berfungsi menjaga tekanan
darah, fungsi cardiovascular, dan regulasi metabolisme dari protein, karbohidrat, dan lemak.

2. Penyebab/faktor predisposisi

Sindrom Chusing dapat disebabkan oelh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologis (iatrogenik) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan
aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan).
Sindrom Chusing Iatrogenik dijumpai pada penderita artritis rematoid, asma, limfoma, dan
gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen antiinflamasi.
Pada sindrom mChusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi atau sebagai akibat
rangsangan berlebihan oleh ACTH atau akibat patologi adrenal yang mengakibatkan produksi
kortisol abnormal.

Sindrom Cushing terjadi ketika jaringan tubuh yang terpapar tingkat kortisol tinggi terlalu
lama. Banyak orang berpendapat sindrom Cushing disebabkan karena produksi
Glukokortikoid-steroid hormon yang secara kimiawi serupa dengan kortisol diproduksi
secara alami-seperti prednison untuk asma, rematik, lupus, dan penyakit peradangan lain.
Glukokortikoid juga digunakan untuk menekan sistem imun setelah transplantasi untuk
menjaga tubuh dari menolak

Organ atau jaringan baru.


Sindrom Cushing juga dapat disebabkan karena tubuh mereka memproduksi terlalu banyak
kortisol. Biasanya, produksi kortisol mengikuti rantai peristiwa yang tepat. Pertama,
hipotalamus, bagian dari otak tentang ukuran kecil gula kubus, mengirim kortikotropin-
releasing hormone (CRH) ke kelenjar pituitari. CRH menyebabkan adrenocorticotropin
hipofisis untuk mengeluarkan hormon (ACTH), yang merangsang kelenjar adrenal. Ketika
adrenal, yang terletak tepat di atas ginjal, menerima ACTH, mereka merespons dengan
melepaskan kortisol ke dalam aliran darah.

3. Patofisiologi

Tumor kelenjar hipofisis akan meningkatkan produksi ACTH yang menstimuli korteks
adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonnya walaupun hormon tersebut telah diproduksi
dalam jumlah yang cukup.Begitu juga dengan pemberian kortikosteroid dan adanya tumor
korteks adrenal meningkatkan sekresi korteks adrenal yaitu kortisol dan hormon seks
(androgen). Peningkatan kortisol ini akan meningkatkan metabolisme protein, karbohidrat,
dan lemak. Metabolisme protein yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya sistem
imun,menurunnya protein tulang sehingga dapat menyebabkan osteoporosis, terjadinya
kelemahan otot, dan penipisan kulit. Peningkatan metabolisme karbohidrat akan
menyebabkan meningkatnya kadar glukosa darah akibat glukoneogenesis. Sedangkan
peningkatan metabolisme lemak akan meningkatkan mobilisasi lemak sehingga berkurangnya
penggunaaan lemak untuk metabolisme tubuh dan dapat menyebabkan penimbunan
lemak.Sedangkan meningkatnya androgen akan menyebabkan terjadinya virilisasi pada
wanita yang ditandainya dengan timbulnya ciri-ciri maskulin dan hilangnya ciri-ciri feminim.
4. Gejala Klinis

Penderita sindom cushing biasanya mengalami :

1. kelemahan otot
2. mudah lelah
3. obesitas
4. kulit menjadi mudah luka
5. timbul jerawat
6. mudah terserang infeksi akibat menurunnya sistem imun.

5. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi : moon face, adanya jerawat


2. Palpasi : kulit tipis, adanya edema

6. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa darah, natrium,
kadar kalium, dan jumlah sel eosinofil. Selain itu, dilakukan juga pengambilan sampel urin
untuk mengetahui kadar kortisol plasma.
2. Pemeriksaan CT Scan, USG, atau MRI

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal atau mendeteksi tumor
pada kelenjar adrenal.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengumpalan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari hormone
korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks adrenal untuk
berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron. Riwayat kesehatan mencakup
informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan
perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan untuk klien dengan sindrom cushing
mencakup:

1. Kaji kulit klien terhadap trauma, infeksi, lecet-lecet, memar dan edema.
2. Amati adanya perubahan fisik dan dapatkan respon klien tentang perubahan dini yang
meliputi neurologis , muskuluskeletal, kardivaskular, gastrointestinal, ginjal,
metabolisme, integumen, dan seksual/reproduksi.
3. Lakukan pengkajian fungsi mental klien, termasuk suasana hati, respon terhadap
pertanyaan, kewaspadaan terhadap lingkungan, dan tingkat depresi. Keluarga klien
merupakan sumber terbaik untuk mendapatkan informasi tentang perubahan ini.

1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Risiko cedera dan infeksi berhubungan dengan kelemahan dan menurunnya

sistem imun.

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan kulit yang tipis

serta rapuh.

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik dan

gangguan fungsi seksual


1. Rencana Tindakan

DIAGNOSIS TUJUAN IMPLEMENTASI RASIONAL


Risiko cedera dan Menurunkan risiko – Menciptakan – Lingkungan
infeksi berhubungan cedera dan infeksi lingkungan yang aman yang aman mencegah
dengan kelemahan risikocedera
dan menurunnya – Melakukan
sistem imun penilaian kondisi pasien – Efek anti-
lebih sering inflamasi dari
kortikosteroid
menyamarkan tanda-
tanda infeksi

Intoleransi aktifitas Meningkatkan – Menganjurkan – Mencegah


berhubungan kemampuan untuk pasien melakukan komplikasi imobilitas
dengan kelemahan melaksanakan aktivitas ringan dan meningkatkan
otot aktivitas perawatan- rasa percaya diri
mandiri – Menciptakan
lingkungan yang tenang – Lingkungan
yang tenang dan
membantu pasien
untuk beristirahat
sehingga dapat
mengurangi
kelemahan
Gangguan integritas Meminimalkan – Melakukan – Perawatan kulit
kulit berhubungan gangguan pada kulit perawatan kulit secara yang cermat
dengan edema dan pasien cermat menghindari trauma
kulit yang tipis serta pada kulit pasien
rapuh – Menganjurkan dan yang rapuh
membantu pasien untuk
mengubah posisi – Mengubah posisi
dapat mencegah
kerusakan kulit
pasien
Gangguan citra Meningkatkan rasa – Memberikan HE – Pemberian HE
tubuh berhubungan percaya diri pada tentang dampak yang dapat meningkatkan
dengan perubahan pasien ditimbulkan oleh pengetahuan sehingga
penampilan fisik perubahan pada diri pasien dapat
dan gangguan fungsi pasien menerima perubahan
seksual pada dirinya
– Berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk –
memilih makanan yang Menyeimbangkan
rendah natrium dan kalori kadar natrium dan
kalori dalam tubuh
pasien

1. Evaluasi
1. Risiko cedera dan infeksi berhubungan dengan kelemahan dan menurunnya
sistem imun.

S : Pasien mengatakan tidak mengalami cedera

O: Pasien tidak mengalami cedera

A: Tujuan tercapai

P: Pertahankan keadaan pasien

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot

S : Pasien mengatakan mampu melakukan aktifitas ringan


O : Pasien terlihat lebih segar

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan keadaan pasien

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan kulit yang tipis serta
rapuh.

S : Pasien mengatakan tidak mudah terluka

O : Pasien tidak mengalami gangguan kulit

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan keadaan pasien

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik dan


gangguan fungsi seksual

S : Pasien mengatakan bisa menerima perubahan pada dirinya

O : Pasien tampak lebih percaya diri

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan keadaan pasien


DAFTAR PUSTAKA
R. Syamsuhidayat Buku Ajar Ilmu Bedah; 1997 EGC; Jakarta
Sylvia A. Price; Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit ; 1994 EGC; Jakarta

Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; 1999. EGC; Jakarta;

https://chandrarandy.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai