Anda di halaman 1dari 35

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit Hipertensi

2.1.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik

diatas 90 mmHg (Smeltzer, Bure, 2002).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi

medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas

normal (Puspitorini, Myra 2008:1).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum

didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer-Williams, 2007:10).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu

peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dikatakan tekanan darah

tinggi jika pada saat duduk terkena sistoliknya mencapai 140 mmHg

atau lebih, atau tekanan diastoliknya mencapai 90 mmHg atau lebih,

atau keduanya (Utaminingsih, 2009:21).

Tekanan darah tinggi adalah satu dari tiga faktor utama

serangan jantung dan stroke (Beevers, 2002 :27)

Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebihi

dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg.
Diagnostic ini dapat dibuktikan dengan mengukur rata-rata tekanan

dari pada 2/ waktu yang terpisah (FKUI, 2001 :453).

Dari definisi diatas maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas normal

yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti

stroke, jantung koroner, gagal ginjal dan kerusakan pada mata.

2.1.2 Penyebab Hipertensi

1) Hipertensi esensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat

pada lebih dari 90% penderita.

2) Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain (ginjal, kelainan hormonal, kehamilan) (Puspitorini,

Myra, 2008:24-23).

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa

faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor

tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi.


(2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat),

jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras

(ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)

(3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari

30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan

pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum

obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

1) Menurut WHO

Normal tensi bila tekanan darah sistolik ‹140 mmHg dan

tekanan diastolik ‹90 mmHg

a) Hipertensi ringan bila tekanan darah sistolik 140-180

mmHg dan tekanan diastolik 90-105 mmHg

b) Hipertensi perbatasan bila tekanan darah sistolok 140-160

mmHg dan tekanan diastolik 90-95mmHg

c) Hipertensi sedang dan berat tekanan darah sistolik ›180

mmHg dan tekanan diastolik ›105 mmHg (Puspitorini,

Myra, 2008:10).

2) Klasifikasi tekanan darah menurut The Join National Comite

VII(JNC VII)
Bagi dewasa usia 18 tahun ke atas yang tidak sedang

dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita

penyakit serius dalam jangka waktu tertentu (Puspitorini,

Myra, 2008:9).

Tabel 2.1 : Klasifikasi tekanan darah menurut The Join

National Comite VII(JNC VII)

KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK

Normal ‹120 ‹80

Prahipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi ≥140 ≥90

Stadium 1 140 - 159 90 - 99


Stadium 2 160 - ≥180 100 - ≥ 110

3) Klasifikasi tekanan darah rekomendasi dari The Sixth Report of

The Join National Committee, Prevention, Detection and

Treatment of High Blood Pressure (JNC – VI, 1997).

Tabel 2.2 : Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-VI

No Kategori Sistolik(m Diastolik(mmH


mHg) g)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

4) Klasifikasi tekanan darah menurut NM Kaplan (Bapak Ilmu

Penyakit Dalam) memberikan batasan dengan membedakan

usia dan jenis kelamin dintaranya :


a) Pria, usia ‹45 tahu, dikatakan hipertensi bila tekanan

darah pada waktu berbaring ≥ 130/90 mmHg

b) Pria, usia ›45 tahun, dikatakan hipertensi jika tekanan

darahnya ›145/95 mmHg

c) Wanita dikatakan hipertensi jika mempunyai tekanan darah

≥160/95 mmHg (Puspitorini, Myra, 2008:10-11)

5) Klasifikasi hipertensi menurut Gordon H. Williams :

(1). Tekanan Darah sistolik :

a) ‹140 : Normal

b) 140–159 : Normal Tinggi

c) ›159 : Hipertensi

(2). Tekanan Darah Diastolik :

a) ‹85 : Normal

b) 85-89 : Normal Tinggi

c) 90-104 : Hipertensi Ringan

d) 105-114 : Hipertensi Sedang

e) ›115 : Hipertensi Berat

(Puspitorini, Myra, 2008:11).

6) Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua

yaitu,

a) Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak

menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat

penderita dicek up.


b) Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang

membahayakan biasanya disertai dengan keadaan

kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ

seperti otak, jantung dan ginjal (Mahatul Azam, 2005 :17).

2.1.4 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

1) Faktor risiko tidak dapat di ubah


a) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah

yang meninggi merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi

seseorang untuk mengidap hipertensi dimasa yang akan

datang (Puspitorini, Myra, 2008:23).


b) Jenis Kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada

wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden

pada wanita akan meningkat, sehingga pada usia diatas 65

tahun insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000).


c) Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya

usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam

tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan

hormon. Hipertensi yang berusia kurang dari 35 tahun akan

menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian

prematur (Tambayong, 2000).


d) Suku bangsa
Orang kulit hitam berisiko tinggi terjadi hipertensi dari

pada orang kulit putih. Penjelasan untuk temuan ini

kemungkinan karena mereka banyak yang menderita


hipertensi (33% lebih tinggi dari pada kulit putih) (Gunawan,

2001 :17)
2) Faktor-faktor risiko yang masih dapat di ubah
a) Merokok

Merokok dapat mengakibatkan jantung berdetak lebih cepat

dan memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah dan

lapisan arteri menjadi tebal dan kasar, meningkatkan

tekanan darah (Lany, 2001:19).

b) Obesitas

Penderita obesitas berisiko dua sampai enam kali lebih besar

untuk terserang hipertensi dibanding orang dengan berat

badan yang normal karena daya typompa jantung dan

sirkulasi volume darah lebih tinggi (Pusitorini, Myra,

2008:24).

c) Alkohol

Memiliki pengaruh terhadap tekanan darah dan secara

keseluruhan semakin banyak alkohol yang diminum semakin

tinggi tekanan darah (Beevers, 2002:37-38).

d) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui

aktivitas saraf simpatis. Peningkatan saraf simpatis dapat

menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).

Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan


darah menetap tinggi. Jika stres telah berlalu, maka

tekanan darah biasanya akan kembali normal (Pusitorini,

Myra, 2008:25).

e) Konsumsi Garam Yang Tinggi

Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan

darah. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah

ketika semakin tua, yang terjadi pada semua masyarakat kota,

merupakan akibat dari banyaknya garam yang dimakan.

Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur

dalam jumlah normal dapat membantu tubuh

mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk

mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang

berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan

volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras

untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik (Lanny,

Sustrani, 2004:29).

f) Aktivitas Fisik (Olah Raga)

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olah raga isotonik dan teratur dapat

menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga

akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika

asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya

hipertensi (Beevers, 2002 :41).


2.1.5 Gejala Klinis Hipertensi

1) Sakit kepala

2) Epitaksis (mimisan)

3) Lekas marah

4) Telinga berdengung

5) Rasa berat ditekuk

6) Sukar tidur

7) Mata berkunang-kunang

8) Pusing

(Puspitorini, Myra, 2008:20-21).

2.1.6 Komplikasi Hipertensi

1) Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan kematian

jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan

oksigen ke otak. Biasanya terjadi secara mendadak dan

menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (Comlete

Stroke) (Utami, 2009:7).

2) Gagal Jantung

Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung

bekerja lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan

pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal


fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja

keras jantung untuk memompa darah (Utami, 2009:7).

3) Pada ginjal

Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam

ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah

rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun sehingga mengalami

gagal ginjal (Utami, 2009:8).

4) Pada mata (gangguan penglihatan)

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata (Utami, 2009:8).

2.1.7 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol relaksasi dan konstriksi

pembuluh darah terletak pada vasomotor, pada medulla di otak. Dari

pusat vasomotor, ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke

bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolucnna medulla spinalis

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik

ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dngan dilepaskannya noreeprineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan


dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

noreeprineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

meyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang dapat mengakibatkan aliran

darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudin diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokronstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan

gerontology, perubahan struktural dan fungsional pada sistem

pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah

yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

meurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya


dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan

peningklatan tekanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).


2.1.8 WOC

Faktor yang mempengaruhi : Disebabkan oleh penyakt lain :


Keturunan Ginjal
Ciri perseorangan Kelainan hormonal
Kebiasaan hidup Kehamilan

Terjadi jaras syaraf simpatis


Terjadi rangsangan pada pusat vasomotor

Merangsang PD sbg respon


rangsang emosi Neuron per ganglion melepaskan asetilkolin

Penurunan aliran darah


Kelenjar adrenal terangsang Merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh ke Ginjal
darah dan melepaskan nor epineprin
Menyebabkan
Meningkatkan aktifitas pelepasan renin
Vasokonstriksi Kontraksi pembuluh darah

Melepaskan
Penurunan Curah Jantung Hipertensi Angiotensin I

Penurunan pengisisan darah di Ventrikel kiri Menjadi Angiotensin II

CO menurun

Penurunan curah Vol & tek darah Metabolisme tubuh


jantung menurun terganggu

16
Volume dan tekanan darah
menurun

GI Track Paru
PD Kulit

HCL Penumpukan darah


meningkat Keluar
Peningkatan TD vasokonstriksi keringat
Peristaltic LAEDP meningkat
menurun Diaphoresis
Peningkatan vaskuler Metabolisme
cerebral menurun
Akumulasi gas Kongesti vena Risk kerusakan
meningkat, konstipasi, pulmonal, proses G3 perfusi jaringan integritas kulit
mual perpindahan karena Nyeri cerebral, ginjal,
perbedaan tekanan jantung
G3 pemenuhan nutrisi

Timbul Oedema G3 fx
Kelemahan Alveoli (ronchi, rales,
tachipnea, ICO2 menurun)

Intoleransi
aktivitas
Risk kelebihan Risk
vol. cairan kerusakan
pertukaran gas

(Brunner & Suddarth, 2002:898-899)

17
2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi

1) Penatalaksanaan Non Farmakologis

a) Penurunan BB pada Obesitas

Dengan menurunkan BB dapat menurunkan tekanan

darah terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi dibandingkan dengan orang dengan berat badan

normal (Puspitorini, Myra, 2008:24)

b) Mengurangi Konsumsi Garam

Pada hipertensi esensial ringan, pengurangan asupan

garam dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan

hipertensi dan telah dibuktikan dapat menurunkan tekanan

darah. Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan,

maksimal 2 gram per hari (Gunawan, 2001 :21).

c) Membatasi Konsumsi Lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar

kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol yang

tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol

dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan, jika

endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh

nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian,

akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung

memperparah hipertensi (Gunawan, 2001 :23).


d) Tidak/mengurangi rokok dan minum alkohol

Alkohol dan rokok diketahui dapat meningkatkan

tekanan darah sehingga menghindari alkohol dan rokok

berarti menghindari kemungkinan hipertensi (Gunawan,

2001:25).

e) Olah Raga

Olah raga yang teratur dapat menyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi.

Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan

semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik),

seperti gerak jalan, naik sepeda (Gunawan, 2001:24).

f) Hindari Stres

Kondisi emosional yang meningkat (stres) dapat

meningkatkan tekanan darah (Gunawan, 2001:25).

g) Pengobatan secara herbal

Dengan mengkonsumsi kelopak rosella ungu untuk

menurunkan tekanan darah (Widyanto, Suryaadmaja,

2008:13).

2) Penatalaksanaan Farmakologis

Terapi medis diberikan dengan jalan memberikan obat-obat

antihipertensi. Obat-obat antihipertensi dibagi menjadi beberapa

kelompok obat, yaitu:

(1) Diuretik
Merupakan terapi pengobatan pilihan pertama pada terapi

hipertensi, misal Diuretik Thiazid (Chlothlidone), Diuretical

Loop (furosemide)

(2) Beta Blokers

Obat yang diutamakan untuk hipertensi selain diuretik,

misal propanolol, metropolol.

(3) ACE-Inhibitor

Diberikan jika obat utama (diuretika dan Beta Blokers)

tidak efektif atau kontraindikasi.

(4) Antagonis Angiotensin II

Nanopeptida losartan, reseptor penghambat angiotensin II

yang sangat selektif telah terbukti sebagai obat

antihipertensi.

(5) Calcium Bloker

Diberikan ketika obat-obat dosis pertama(diuretika dan

Beta Blokers) kontraindikasi atau tidak efektif.

(6) Alpha Blokers

Mengurangi tahanan pembuluh darah perifer dan

menurunkan tekanan darah arteri melalui relaksasi arteri

dan otot polos vena, misal dozazonin, phentolamine

mesylate’

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh


2. Pemeriksaan retina

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ

seperti ginjal dan jantung

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7. Foto dada dan CT scan.

2.2. Konsep keluarga

2.2.3 Pengertian

Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang

lainnya, hal ini bergantung kepada orientasi dan cara pandang yang

digunakan seseorang dalam mendefinisikan. Ada beberapa

pengertian Keluarga, antara lain yaitu :

1) Bussard & Ball

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat

dekat hubunganya dengan seseorang. Dikeluarga itu seseorang

dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang

lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran dan kebiasaannya

dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi

hubungan anak dengan lingkungannya.

2) Duval
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan

oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial

dari tiap anggota keluarga.

3) Depkes RI ( 1988 )

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul

dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.

2.2.3 Fungsi pokok keluarga

Menurut Friedman (1988) secara umum fungsi keluarga adalah

sebagai berikut.

1) Fungsi afektif

Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah

untuk berhubungan dengan orang diluar rumah.

3) Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi

Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan

Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.

Menurut UU No. 10 tahun 1992 Jo PP No. 21 tahun 1994, secara

umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :

1) Fungsi keagamaan

(1) Membina norma ajaran ajaran agama sebagai dasar dan

tujuan hidup seluruh anggota keluarga.

(2)Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-

hari kepada seluruh anggota keluarga.

(3)Memberikan contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari

dalam pengamalan dari ajaran agama.

(4)Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar

mengajar anak tentang keagamaan yang kurang

diperolehnya disekolah atau masyarakat.


(5)Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga

beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia

dan sejahtera.

2) Fungsi budaya

(1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan

bangsa yang ingin dipertahankan.

(2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.

(3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang

anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai

pengaruh globalisasi dunia.

(4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang

anggotanya dapat berperilaku yang baik sesuai dengan

norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan

globalisasi.

(5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan

seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk

menjunjung terwujudnya norma keluarga bahagia sejahtera.

3) Fungsi cinta kasih

(1) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah

ada antar anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata

secara optimal dan terus menerus.


(2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar

anggota keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.

(3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi

dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan

seimbang.

(4) Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang

mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai

pola ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

4) Fungsi perlindungan

(1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari

rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar

keluarga.

(2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari

berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari

luar.

(3) Membina dan menjadikan stabilitas keamanan keluarga

sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

5) Fungsi reproduksi

(1)Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi

keluarga sekitarnya.

(2)Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah

pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik

maupun mental.
(3)Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang

berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan

jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

(4)Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal

yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

6) Fungsi sosialisasi

(1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lengkungan

keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak

pertama dan utama.

(2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan

keluarga sebagai pusat tempat anak mencari pemecahan

dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya

baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat.

(3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang

hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan

dan kedewasaan (fisik maupun mental), yang tidak atau

kurang diberikan oleh lingkungan sekolah atau masyarakat.

(4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi

dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif

bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka

perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera.


7) Fungsi ekonomi

(1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam

lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan

dan perkembangan kehidupan keluarga.

(2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran keluarga.

(3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah

dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara

serasi, selaras dan seimbang.

(4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai

modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan

sejahtera.

8) Fungsi pelestarian lingkungan

(1) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian

lingkungan intern keluarga.

(2) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian

lingkungan ekstern keluarga.

(3) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian

lingkungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara

lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat

sekitarnya.
(4) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian

lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera.

2.2.3 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan. Menurut Freeman(1991) membagi 5 tugas keluarga

dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab

keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu

segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan

seberapa besar perubahannya.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan

keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta

bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.


3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh

tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarganya.

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang

ada.

2.2 MODEL KEPERAWATAN VIRGINIA HENDERSON

2.3.1 Definisi

Model konsep keperawatan yang dijelaskan oleh Virginia

Handerson adalah model konsep aktivitas sehari hari dengan

memberikan gambaran tentang Fungsi utama perawat yaitu

menolong seseorang yang sehat/sakit dalam usaha menjaga

kesehatan atau penyembuhan atau untuk menghadapi kematiannya

dengan tenang. Usaha tersebut dapat dilakukan sendiri oleh klien

bila ia sadar, berkemauan dan cukup kuat, oleh karena itu perawat
berperan untuk memandirikan klien sebagai kemampuan yang

harus dimiliki (Fundamental of Nursing, 2005).

2.3.2 Manusia atau Klien

Teori Handerson berfokus pada individu yang berdasarkan

pandangannya, yaitu bahwa jasmani (body) dan rohani (mind) tidak

dapat dipisahkan. Menurut Handerson, manusia adalah unik dan

tidak ada dua manusia yang sama. Kebutuhan dasar individu

tercermin dalam 14 komponen dari asuhan keperawatan dasar.

Manusia akan mengalami perkembangan mulai dari prtumbuhan

dan perkembangandalam rentang kehidupan. Dalam melaksanakan

aktifitas sehari-hari individu akan mengalami ketergantungan sejak

lahir hingga menjadi mandiri pada dewasa yang dapat dipengaruhi

oleh pola asuh, lingkungan dan kesehatan.

Dalam melaksanakan aktifitas sehari hari individu dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok diantaranya terhambat

dalam melakukan aktifitas, belum dapat melaksanakan aktifitas dan

tidak dapat melakukan aktifitas.

2.3.3 Perawat

Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central

figure) dan menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah

membantu tokoh utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila

klien tidak mengerti, tidak menerima atau menolak atas asuhan


keperawatan, karenanya jangan sampai muncul klien tergantung

pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya tanggung jawab

seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu klien

dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan

tanpa bantuan. Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat

membantu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan klien,

diantaranya:

1. Menciptakan rasa kekeluargaan dengan klien.

2. Berusaha mengerti maksud klien

3. Berusaha untuk selalu peka terhadap ekspresi non verbal

4. Berusaha mendorong klien untuk mengekspresikan

perasaannya.

5. Berusaha mengenal dan menghargai orang lain.

2.3.4 Keperawatan

Keperawatan menurut Handerson dapat di definisikan

membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan

aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan

penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan mampu

mengerjakannya tanpa bantuan bila pasien memiliki kekuatan,

kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini

dilaksanakan dengan cara membantu mendapatkan kembali

kemandiriannya secepat mungkin. (fundamental of nursing, perry

& potter). Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia handerson


adalah makanan, perumahan, pakaian, kasih sayang, dan pujian,

perasaan dibutuhkan, dan perasaan saling membantu sesamanya.

Semua orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, tetapi perlu

disadari bahwa kebutuhannya itu dipenuhi dengan berbagai macam

cara, yang berbeda satu dengan yang lainnya.

2.3.5 Tujuan Keperawatan

Dari penjelasan tersebut tujuan keperawatan yang

dikemukakan oleh Handerson adalah untuk bekerja secara mandiri

dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan dan membantu klien

untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.

Dimana pasien merupakan mahluk sempurna yang dipandang

sebagai komponen bio, psiko, cultural, dan spiritual yang

mempunyai empat belas kebutuhan dasar (Aplikasi model

konseptual keperawatan, Meidiana D). Menurut Handerson peran

perawat adalah menyempurnakan dan membantu mencapai

kemampuan untuk mempertahankan atau memperoleh kemandirian

dalam memenuhi empat belas kebutuhan dasar pasien. Faktor

menurunnya kekuatan, kemauan dan pengetahuan adalah penyebab

kesulitan pasien dalam memperoleh kemandiriannya. Untuk itu

diperlukan fokus intervensi yaitu mengurangi penyebab dimana

pola intervensinya adalah mengembalikan, menyempurnakan,

melengkapi, menambah, menguatkan kekuatan, kemauan dan

pengetahuan.
2.3.6 Kerangka Kerja (Pengkajian)

Kerangka kerja praktek dari model konsep dan teori

keperawatan Virginia Handerson adalah praktek keperawatan yang

membentuk klien untuk melaksanakan 14 kebutuhan dasar dari

Handerson. Dimana Virginia Handerson mengidentifikasikan 14

komponen tersebut dalam asuhan keperawatan dasar pada tingkat

asuhan individual, mengacu kepada aktivitas dalam kehidupan

sehari-hari dari seseorang, perawat membantunya dengan fungsi-

fungsi ini, atau membuat kondisi sehingga memungkinkan klien

melakukan hal-hal berikut ini:

1. Bernafas secara normal

Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah

membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta

menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat pembantu

agar klien dapat bernafas secara normal dan kekmampuan

mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien.

2. Kebutuhan akan nutrisi

Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi

dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang

diperlukan. Pemilihan dan penyediaan makanan, dengan tidak

lupa memperhatikan latar belakang dan social klien.


3. Kebutuhan eliminasi

Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan

keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi

pengeluaran.

4. Gerak dan keseimbangan tubuh

Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan

tubuh, miring, dan bersandar.

5. Kebutuhan isthirahat dan tidur

Perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik,

dan juga mengajarkan bagaimana cara mengontrol emosi yang

baik.

6. Kebutuhan berpakaian

Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian

yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk

memakainya.

7. Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi.

Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong

kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan

mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara, atau

dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi

aktifitasnya.

8. Kebutuhan akan personal hygiene.

Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep

konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk


menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap

bersih baik fisik maupun jiwanya.

9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang

timbul yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak

merasa nyaman dan aman.

10. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi,

keinginan, rasa takut dan pendapat

Perawat menjadi penterjemah dalam hubungan klien dengan tim

kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya, dan membuat

klien mengerti akan dirinya sendiri, juga mampu menciptakan

lingkungan yang teraupeutik.

11. Kebutuhan spiritual

Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi

kebutuhan spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa

kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap

upaya penyembuhan.

12. Kebutuhan bekerja

Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi

terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa

menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja.


13. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur,

kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan

penyakitnya.

14. Kebutuhan belajar

Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha

penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat

dan mengikuti rencana terapi yang diberikan.

2.3.7 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa dirumuskan berdasarkan dari analisis data dari ke-

14 komponen kebutuhan dasar manusia/pasien.

2.3.8 Intervensi Keperawatan

Perencanaan melibatkan pembuatan rencana agar sesuai

dengan kebutuhan individu, memperbaharui jika diperlukan, dan

menjamin bahwa ini sesuai dengan yang ditentukan dokter. Sebuah

rencana yang baik mengintregasikan pekerjaan dari semua yang

ada dalam tim kesehatan.

2.3.9 Implementasi

Perawat membantu pasien melaksanakan aktifitas untuk

memelihara kesehatan, untuk menyembuhkan dari sakit, atau

untuk membantu dalam kematian yang tenang, bersifat


individu, tergantung pada prinsip fisiologis, umum, latar

belakang budaya, keseimbangan fisik dan intelektual.

2.3.10 Evaluasi

Menurut Henderson, perawat akan melakukan evaluasi

berdasar pada tingkatan dimana pasien dapat mandiri.

2.4 Konsep Kurang Pengetahuan

2.4.1 Definisi

Suatu kondisi dimana individu atau kelompok memiliki

kekurangan pengetahuan kognitif atau keterampilan psikomotor

menegnai suatu keadaan dan rencana tindakan pengobatan.

2.4.2 Batasan Karakteristik :

1) Mayor (Harus Terdapat)

(1) Menyatakan kurangnya pengetahuan atau keterampilan/meminta

informasi.

(2) Mengekspresikan persepsi yang ”tidak akurat” terhadap kondisi

kesehatannya.

(3) Menampilkan secara tidak tepat perilaku sehat yang diinginkan

atau yang sudah ditentukan.

2) Minor (Mungkin Terdapat)

(1) Kurang integrasi rencana tindakan ke dalam kegiatan sehari-

hari.
(2) Menunjukkan atau mengekspresikan gangguan psikologis, misal

: cemas, depresi yang diakibatkan oleh salahnya informasi atau

kurangnya informasi.

Anda mungkin juga menyukai