Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI KASUS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Nama : Intan Nararia Primaditya

NIM : 1713020028

Baagian : THT-KL

A. Deskripsi
Anamnesis
1) Identitas
Nama : An. A
Usia : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan :-
Alamat : Adiwerna, Kabupaten Tegal
2) Keluhan Utama :
Keluar cairan dari kedua telinga kurang lebih sudah satu bulan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik THT, RSUD dr. Soeselo Slawi dengan
keluhan keluar cairan dari kedua telinga kurang lebih sudah satu bulan.
Cairan kental berwarna putih dan berbau. Keluhan dirasa timbul setelah
demam dan diperberat saat pasien batuk pilek, dan membaik saat batuk
pilek hilang. Pasien juga sering mengorek-orek telinga dengan cotton bud.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien pernah keluar cairan dari kedua telinga saat berusia 2
tahun. Awal mulanya pasien demam disertai batuk pilek yang tidak
sembuh-sembuh, tiba-tiba keluar cairan dari kedua telinga.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat dengan keluhan yang sama disangkal, riwayat otitis
eksterna/media disangkal, riwayat hipertensi disangkal, dan riwayat
diabetes disangkal.
6) Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi makanan, obat, dll.
7) Riwayat Pengobatan
Sebelemunya pasien sudah berobat ke Puskesmas namun saat demam dan
batuk pilek keluhan akan muncul kembali.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Sakit : Tampak sehat
2) Tanda Vital
Tekanan Darah : -
Suhu : 38,5 ℃
Nadi : 88 ×/ menit
Respirasi : 20 ×/ menit
3) Pemeriksaan Lokalis

Inspeksi telinga luar tampak :


daerah pre dan retroaurikuler
edema -/-, hiperemis -/-,
hematoma -/-, sikatriks -/-,
mikrotia -/-, makrotia -/-, cairan
keluar dari MAE +/+
mukopurulent.

Palpasi telinga luar : nyeri tekan


tragus -/-, nyeri tekan antitragus -
/-, nyeri ketok mastoid -/-.

Inspeksi MAE : liang telinga


lapang +/+, serumen -/-, edema -/-
, secret mukopurulent +/+,
laserasi +/-, hiperemis -/-.

Inspeksi membrane timpani :


perforasi subtotal +/+, hiperemis -
/-, reflek cahaya -/-.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosis
Otitis Media Supuratif Kronik Duplek
B. Evaluasi
Saat mendapati pasien dengan keluhan serupa saya merasa sedih dan kasihan.
Disini saya memposisikan diri saya bahwa saya adalah seorang dokoter yang
harus menegakkan diagnosis secara tepat. Pasien adalah seorang anak-anak
yang mana pasien sudah tidak memiliki ibu, dan bapaknya kerja di luar kota.
Pasien tinggal dengan nenek dan tantenya. Melihat dari kasus ini paisen sudah
lama menderita keluhan serupa sejak usia 2 tahun. Berdasar etiologi dari
diagnosis pasien sekarang bawha berawal dari ototis media yang tidak
kunjung membaik dengan berbagai faktor, salah satunya adalah ketidak
disiplinan pasien dalam pengobatan. Melihat pasien yang dirawat oleh nenek
nya yang usianya sudah tidak muda lagi, serta tantenya yang jarang dirumah.
Mungkin hal ini yang mana saat pasien awalnya batuk pilek tidak diobati
dengan telaten, sehingga batuk pilek berulang yang menyebabkan gendang
telinga pasien perforasi. Selain itu faktor pengobatan dari dokter tidak adekuat
serta edukasi ke pasien dan keluarga pasien kurang. Maka dari itu langkah
yang pertama adalah mencegah pasien batuk pilek yang dapat menyebabkan
otitis media yang mana jika pengobatan tidak membaik dan edukasi kurang
maka dapat menyebabkan otitis media supuratif kronik.
C. Analisis
Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK)/ otitis media perforate (OMP)
atau dalam keseharian disebut congek adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening
atau berupa nanah (FKUI, 2016).
Etiologi
OMSK paling sering diawali dengan otitis media berulang pada anak,
dan jarang dimulai setelah dewasa. Biasanya faktor infeksi berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), sampai telinga tengah
melalui tuba Eustachius yang menyebabkan fungsi tuba Eustachius yang
abnormal sering dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s
syndrome (Nursiah, 2003). Selain itu yang berkaitan dengan insiden OMSK
yaitu faktor host yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik.
Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated
(seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai
sekresi telinga kronis (Nursiah, 2003). Faktor predisposisi OMSK (Nursiah,
2003) :
1) Lingkungan
2) Genetik
3) Riwayat otitis media sebelumnya
4) Infeksi
5) Infeksi saluran napas atas
6) Autoimun
7) Alergi
8) Gangguan fungsi tuba eustachius

Klasifikasi
1) Tipe Benigna/ Tubotimpani
Ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang
bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran
nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien
dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri
aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi
sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan
hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah (FKUI,
2016). Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas (Nursiah, 2003):
a. Penyakit aktif
Jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli.Didahului dengan
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau
setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar.
Sekret dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi juga dari
sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang
ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi
ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit
mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal
untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum
dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang
adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.
b. Penyakit tidak aktif
Dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah
yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala
lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam
telinga.
2) Tipe maligna/ antikoantral
Tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Lebih sering
mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi
yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.
Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega,
berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis dan
memiliki bau khas (Adams, 1997).

Patofisiologi
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit
kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan
keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran patologi.
Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap
atau kekambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan
dan pembentukan jaringan parut. Secara umum gambaran yang ditemukan
adalah (Soepardi, 2008) :

1) Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral. Ukurannya dapat


bervariasi mulai kurang dari 20% luas membrana timpani sampai seluruh
membrana dan terkenanya bagian-bagian dari anulus. Dalam proses
penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel skuamosa kedalam
ketelinga tengah. Pertumbuhan kedalam ini dapat menutupi tempat
perforasi saja atau dapat mengisi seluruh rongga telinga tengah. Kadang-
kadang perluasan lapisan tengah ini kedaerah atik mengakibatan
pembentukan kantong dan kolesteatom didapat sekunder. Kadang-kadang
terjadi pembentukan membrana timpani atrifik dua lapis tanpa unsur
jaringan ikat. Membrana ini cepat rusak pada periode infeksi aktif.
2) Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang, akan
tampak normal kecuali bila infeksi telah menyebabkan penebalan atau
metaplasia mukosa menjadi epitel transisional. Selama infeksi aktif,
mukosa menjadi tebal dan hiperemis serta menghasilkan sekret mukoid
atau mukopurulen. Setelah pengobatan, penebalan mukosa dan sekret
mukoid menetap akibat disfungsi kronik tuba Eustachius. Faktor alergi
dapat juga merupakan penyebab terjadinya perubahan mukosa menetap.
Dalam berjalannya waktu, kristal-kristal kolesterin terkumpul dalam
kantong mukus, membentuk granuloma kolesterol. Proses ini bersifat
iritatif, menghasilkan granulasi pada membran mukosa dan infiltrasi sel
datia pada cairan mukus kolesterin.
3) Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada
beratnya infeksi sebelumnya. Biasanya prosesus longus inkus telah
mengalami nekrosis karena penyakit trombotik pada pembuluh darah
mukosa yang mendarahi inkus ini. Nekrosis lebih jarang mengenai maleus
dan stapes, kecuali kalau terjadi pertumbuhan skuamosa secara sekunder
kearah ke dalam, sehingga arkus stapes dan lengan maleus dapat rusak.
Proses ini bukan disebabkan oleh osteomielitis tetapi disebabkan oleh
terbentuknnya enzim osteolitik atau kolagenase dalam jaringa ikat
subepitel.
4) Mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling
akhir terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau
mundur oleh otitis media yang terjadi paa usia tersebut atau lebih muda.
Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik,
sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil
dan pneumatisasi terbatas, hanya ada sedikit sel udara saja sekitar antrum.
Penegakan Diagnosis (Nursiah, 2003) :
1) Gejala klinis
a. Telinga berair (otorrhoe)
b. Gangguan pendengaran
c. Nyeri telinga (otalgia)
d. Vertigo
2) Tanda
a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom
Penatalaksanaan
Terapi OMSK memerlukan waktu yang lama dan harus berulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi, hal ini disebabkan
oleh (FKUI, 2016) :
1) Perforasi membrane timpani yang permanen sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
2) Ada sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
3) Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid.
4) Gizi dan higiena yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna yaitu konservatif atau dengan
medikamentosa.jika sekret keluar terus-menerus maka diberikan obat pencuci
telinga berupa larutan perhidrol 3 % selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang
maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Namus tetes telinga ini diberikan
< 2 minggu. Secara oral diberikan antibiotik dari golongan ampisilin atau
eritromisin (jika alergi penisilin). Jika sudah resisten terhadap ampisilin dapat
diberikan ampisilin asam klavulanat. Bila sekret sudah kering tapi perforasi
masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka dilakukan miringoplasti/
timpanoplasti (menghindari infeksi permanen, memperbaiki membran timpani
yang perforasi, mencegah komplikasi, dan memperbaiki pendengaran).
Sumber infeksi harus diobati (FKUI, 2016).
Prinsip terapi OMSK tipe maligna yaitu pembedahan (mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti). Terapi konservatif dan medika mentosa
adalah terapi sementara sebelum dilakukan oprasi (FKUI, 2016)..
D. Kesimpulan

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga


tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus-menerus atau dapat juga hilang timbul. OMSK dapat dibagi atas
OMSK tipe benigna (tenang dan aktif) dan OMSK tipe maligna. Pada OMSK
tipe benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak
mengenai tulang. Pada OMSK tipe maligna, peradangan dapat mengenai
tulang. Penyebab tersering OMSK yaitu bakteri Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Prinsip penatalaksanaan OMSK tergantung
jenisnya. Pada OMSK benigna tenang tidak memerlukan pengobatan. Pada
OMSK benigna aktif prinsip pengobatannya adalah: pembersihan liang telinga
dan kavum timpan ( toilet telinga), pemberian antibiotik topikal, pemberian
antibiotik sistemik. Pada OMSK maligna memerlukan operasi, meliputi
mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal
dengan modifikasi (Operasi Bondy), miringoplasti, timpanoplasti dan
timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach
Tympanoplasty).

E. Tindak Lanjut
Apabila saya sebagai dokter mendapati kasus OMSK tipe benigna
maka saya akan mengobati dengan disiplin serta mengudaki pasien untuk
mencegah penyebab keluhan timbul, misal mencegah batuk pilek supaya
sekret tidak keluar dari telinga lagi. Selain itu mengedukasi keluarga pasien
dan pasien bahwa lebih memperhatikan gizi yang dikonsumsi supaya daya
tahan tubuh pasien kuat dan terhindar dari infeksi. Jika pada OMSK tipe
maligna maka saya sebagai dokter maka saya tetap memberikan pengobatan
medika mentosa untuk mengurangi keluhan pasien dan merujuk ke dokter
spesialis THT-KL untuk dilakukan pembedahan.
Daftar Pustaka
Adams, G. L., 1997. Boeis: Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.

Nursiah, S., 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika Di Bagian THT FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.
Medan: FK USU.

Soepardi, E.A., Iskandar, N., 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FKUI.

Tim Penulis., 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai