Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan senyawa nitrogen dalam air laut selain secara alami, dapat juga berasal
dari beberapa sumber pembuangan yang mengalir ke dalam laut. Beberapa sumber nitrogen
tersebut di antaranya adalah industri-industri pertanian, kimia, tekstil, kulit, makanan dan
kehutanan. Masing-masing industri mengalirkan buangannya ke dalam perairan dengan
variasi bentuk dan konsentrasi senyawa nitrogen yang berbeda. Bentuk buangan senyawa
nitrogen dari masing-masing industri tersebut pada mulanya bukan merupakan senyawa kimia
berbahaya, karena bentuknya masing-masing spesifik untuk jenis buangan industri tertentu.
Namun setelah sampai di perairan akan bergabung dengan buangan senyawa kimia tetentu
yang berasal dari industri lainnya sehingga akan bereaksi membentuk senyawa kimia baru
yang berbahaya bagi kehidupan organisme di dalamnya. Keberadaan nitrogen dalam bentuk
persenyawaannya cukup berperan dalam proses memperburuk kualitas perairan, sebab dalam
batas-batas konsentrasi dan bentuk tertentu senyawa ini dapat bersifat racun bagi organisme
perairan. Sebagai contoh bertambahnya angka kematian ikan di muara Teluk Velsao (Goa)
disebabkan oleh berdirinya pabrik pupuk di sekitar Teluk tersebut yang menghasilkan
sejumlah besar bentuk nitrogen-ammonia (NH3-N).

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1.Tujuan Praktikum
1. Membuat larutan yang dibutuhkan dalam analisa fosfat
2. Menganalisis fosfat inorganic terlarut dalam sampel air dengan menggunakan
spektofotometer

1.2.2. Manfaat Praktikum


1. Mampu melakukan analisa Fosfat
2. Mampu membuat larutan Fosfat

1.2 Waktu dan Tempat Praktikum


Hari/Tanggal : Minggu, 1 Oktober 2016
Waktu : 13.00 – 16.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia (Gedung E) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Tembalang,
Semarang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nitrat


Unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) merupakan unsur hara (nutrisi) yang diperlukan oleh
flora (tumbuhan laut) untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Unsur-unsur tersebut
ada dalam bentuk nitrat (NO3) dan fosfat (PO4). Unsur-unsur kimia ini bersama-sama dengan
unsur-unsur lainnya seperti belerang (S), kalium (K) dan karbon (C) disebut juga unsur hara
(nutrien) (Rahardjo, 1982).
Menurut Effendi (2003), nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami
dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna
senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi
nitrit dan nitrat adalah proses yang pentingdalam siklus nitrogen dan berlangsung pada
kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas,
sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter.
Nitrat (NO3) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang
stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesis protein tumbuh-tumbuhan dan
hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakumulasi pertumbuhan
ganggang yang tak terbatas sehingga air kekurangan oksigen terlarut dan menyebabkan
kematian pada ikan. Kadar nitrat secara alamiah biasanya agak rendah, namun kadar nitrat
dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk dan
mengandung nitrat (Alaerts dan Santika, 1987).
Nitrat dan fosfat merupakan salah satu indikasi kesuburan perairan tetapi bila
kandungan nitrat dan fosfat berlebih akan berpengaruh pada kualitas perairan, yaitu terjadinya
blooming atau eutrofikasi perairan, dimana terjadi pertumbuhan fitoplankton yang tidak
terkendali. Eutrofikasi berdampak negatif terhadap lingkungan, karena berkurangnya oksigen
terlarut yang mengakibatkan kematian organisme akuatik lainnya, selain keracunan karena zat
toksin yang diproduksi oleh fitoplankton (Megawati, 2014).
Dibeberapa perairan laut, nitrat digambarkan sebagai senyawa mikronutrien pengontrol
produktifitas primer di lapisan permukaan daerah eufotik. Kadar nitrat di daerah eufotik
sangat dipengaruhi oleh transportasi nitrat ke daerah tersebut, oksidasi amoniak oleh
mikroorganisme dan pengambilan nitrat untuk proses produktifitas primer, bila intensitas
cahaya yang masuk ke kolom air cukup, maka kecepatan pengambilan nitrat (uptake) lebih
cepat daripada proses transportasi nitrat ke lapisan permukaan (Grasshoff, 1976).

2.2. Sumber Nitrat di Laut


Nitrogen masuk keperairan laut melalui aktivitas vulkanik, atmosfir dan sungai (Millero
& Sohn, 1991). Nitrat merupakan ion dari senyawa-senyawa Nitrogen anorganik utama
didalam perairan. Sumber utama nitrogen dalam bentuk gas dan molekul N2, ditemukan
dalam beberapa proses fisika (pencahayaan, kegiatan vulkanik, dll) dapat berupa molekul
nitrogen (Koesobiono, 1980).
Nitrat (NO3) biasanya di temukan dalam jumlah yang sangat sedikit dari pada nitrat,
karena nitrit tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Sumber nitrit dapat berupa limbah
industri dan limbah domestik. Diperairan, karena sifat nitrit yang tidak stabil, kadarnya lebih
kecil dari nitrat. Nitrat di alam didapat dari siklus Nitrogen, sehingga dalam pembicaraan
tentang Nitrat tidak dapat terlepas dari unsur Nitrogen (Wada, 1991).
Siklus nitrogen yang terjadi pada perairan meliputi pengaruh unsur fosfat, nitrti, dan
nitrat. Pada siklus ini yang berperan adalah bakteri, organisme nabati, organisme hewani.
Dimana bakteri akan mendominasi proses-proses yang bersifat penurunan atau
regenatif (Koesoebiono, 1980).

2.3 Persebaran Nitrat di Perairan


Nilai nitrat mempunyai nilai sebaran antara 0.108- 1.595mg/l. Hal ini disebabkan
karena terjadi akumulasi kandungan nitrat yang dibawa oleh sirkulasi arus permukaan.
Sirkulasi arus ini yang membawa akumulasi kandungan nitrat permukaan dari sekitar
perairan Karimunjawa. Eidman dan Koesoebiono (1998) menjelaskan, bahwa tingginya
kandungan nutrien di permukaan dapat terjadi akibat adanya pengadukan dasar perairan
yang kuat, sehingga nutrien yang berada di dasar perairan terangkat ke lapisan permukaan
(Handoko, 2013).
Distribusi vertikal nitrat di laut menunjukkan bahwa kadar nitrat semakin tinggi
bila kedalaman laut bertambah, sedangkan distribusi secara horisontal, kadar nitrat
semakin tinggi pada daerah pantai. Konsentrasi nitrat pada lapisan eufotik ditentukan oleh
transport advektif dari nitrat ke lapisan permukaan, oksidasi amonia oleh mikroba dan
pemanfaatan oleh produser primer. Jika penetrasi cahaya matahari ke dalam air cukup,
tingkat pemanfaatan nitrat oleh produsen primer biasanya lebih cepat daripada proses
transport nitrat ke lapisan permukaan. Oleh karena itu, konsentrasi nitrat di hampir semua
perairan pada lapisan pemukaan mendekati nol (Patty, 2013).
Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun 2004, disebutkan bahwa baku mutu
konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota laut adalah 0,015 mg P-
PO4/L (Risamasu, 2011).
2.4 Metode Reduksi
Nitrat reduktase adalah salah satu enzim tanaman yang paling intensif diteliti.
Perhatian besar terhadap regulasi nitrat reduktase tersebut disebabkan beberapa alasan.
Pertama, katalisis enzim menjadi pembatas proses asimilasi nitrat yang berperan penting
terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kedua, protein nitrat reduktase
dimodifikasi dari phosphorilisasi protein yang bertanggung jawab terhadap regulasi
aktivitas nitrat reduktase. Nitrat reduktase merupakan enzim modimer yang mengandung
FAD, Haem dan Mo (Molibdenum). Enzim tersebut menggunakan dua elektron dari
NADPH2/NADH2 untuk mereduksi nitrat menghasilkan nitrit (NO2-), NADP/NAD dan
H2O. Nitrit yang terbentuk di dalam sitosol tadi diangkut ke daun atau ke akar. Daun atau
akar merupakan tempat terjadinya reduksi nitrit menjadi amonium. Reaksi tersebut juga
memerlukan elektron yang berasal dari air (H2O) dan dikatalisis oleh enzim nitrit
reduktase (Anonim 2007). Aktivitas nitrat reduktase banyak digunakan sebagai kriteria
seleksi tanaman berdaya hasil tinggi pada program pemuliaan tanaman (Fitriana et al,
2012).
Beberapa bakteri menggunakan nitrat sebagai penerima elektron pada kondisi
anaerobik (respirasi nitrat) dan menghasilkan gas-gas nitrogen (N2 dan NOx), suatu
proses yang menyebabkan hilangnya nitrogen dari dalam tanah melalui denitrifikasi.
Reduksi nitrat menjadi amonia dimediasi oleh dua enzim yang berbeda: nitrat reduktase,
yang mereduksi nitrat menjadi nitrit; dan nitrit reduktase, yang mereduksi nitrit menjadi
amonia Mekanisme proses reduksi nitrat yang diakui akhir-akhir ini dalam tanaman
tingkat tinggi maupun rendah adalah sebagai berikut:
NO3 + 8H+ + 8e- è NH3 + 2H2O + OH-
(Fitriana et al, 2012).
Reduksi Nitrat digunakan untuk menentukan kemampuan beberapa organisme
dalam mereduksi nitrat menjadi nitrit atau di luar bentuk nitrit. Uji menunjukan hasil
positif apabila warna berubah menjadi merah, jika tidak terjadi perubahan warna maka
ditambahkan debu Zn. Jika warnanya tidak berubah maka uji menunjukkan positif dan
terjadi reduksi nitrat. Faktor yang memepengaruhi keberhasilan uji ini adalah pH, nutrisi,
jenis media, waktu fermentasi, suhu, dan jenis mikroba yang digunakan (Jobgen et al,
2007).
Metode reduksi kadmium merupakan prosedur yang sangat sensitif untuk analisis
nitrat. Sampel disaring dengan ditambah NH4Cl-EDT kemudian dilewatkan melalui
kolom khusus yang mengandung butiran kadmium. Selama proses, nitrat secara
kuantitatif dikurangi dengan kadmium menjadi nitrit. Nitrit yang dihasilkan ditentukan
dengan metode diazotization yang telah dijelaskan sebelumnya. Sejak awal nitrit yang
hadir dalam sampel juga diukur, prosedur ini berlaku untuk mengukur nitrat ditambah
jumlah nitrat nitrogen. Untuk menentukan konsentrasi nitrat, diperlukan analisis terpisah dari
nitrit saja, dan nilai ini dikurangi dari hasil prosedur reduksi kadmium. Karena sensitivitas
metode diazotization untuk nitrit, nitrat konsentrasi serendah 0.01mg /L dapat
dideteksi. Sampel dengan konsentrasi nitrogen nitrat lebih besar dari 1mg /L juga dapat diukur
jika sampel yang diencerkan sebelum perjalanan melalui kolom kadmium. Solusi nitrat standar
harus melewati kolom untuk menetapkan bahwa konversi kuantitatif dari nitrat menjadi nitrit
sedang diperoleh. Jika tidak, maka kolom harus diaktifkan dan laju aliran sampel harus
disesuaikan untuk mendapatkan konversi kuantitatif. Prosedur ini telah berhasil digunakan
dalam metode otomatis analisis (Rohmah et al, 2010).
III. MATERI DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan

No Nama alat dan bahan Gambar Fungsi


1 Spektrofotometer Untuk menghitung
absorbansi larutan

2 Labu Ukur Wadah melakukan


pengenceran larutan

3 Kuvet Sebagai wadah saat


larutan dimasukan ke
dalam
Spektrofotometer

4 Gelas Beker Wadah larutan setelah


dilakukan
pengenceran

5 Kolom Reduksi Mereduksi nitrat


menjadi nitrit
6 Botol Sampel Wadah larutan
sebelum dimasukan ke
dalam kuvet

7 Pipet Untuk mengambil


sekaligus mengukur
larutan dari wadah
penyimpanan sampel
ke wadah pengenceran
8 Larutan Sulfanilamide Sebagai indikator

9 Larutan N(-1-Napthyl) Sebagai indikator


etylenediamine

10 NH4Cl Larutan penyangga


dalam kolom reduksi

11 Aquadest Sebagai bahan


pengencer

2.4. Metode
2.4.1.Pmebuatana Larutan Sampel Nitrat 35 mikro mol
1. 20 mikro mol larutan KNO3 diambil sebanyak 17,5 ml dan dimasukkan kedalam labi
takar 100 ml
2. Ditambahkan aquadest sampai batas tera kemudian dihomogenkan
3. Pereduksian dilakukan dengan menggunakankolom reduksi dan diperoleh 5 ml larutan
standart nitrat
4. Kemudian larutan standar dipindahkan kedalam tabung reaksi
5. Ditambahkan 4 tetes sulfanilamid kedalam tabung reaksi dan ditunggu selama 5 menit
6. Ditambahkan lagi NED kedalam tabung reaksi dan ditunggu selama 20 menit
2.4.2.Persiapan Sampel
1. Larutan KNO3 dipindahkan kedalam cuvet sampai batas tera
2. Sapel dimasukkan kedalam spktrofotometer untuk diukur absorbansinya
2.4.3.Spektrofotometer
1. Dipanaskan spektrofotometer selama 20 menit
2. Dimasukkan ampel kedalam sel spektrofotometer
3. Ditutup spektrofotometer dan mengaktifkan selnya
4. Diatur panjang gelombangnya untuk posfat digunakan panjang gelombang 543 nm
5. Dipilih measure button dan kemudian akan tampil hasil absorbansi dari sampel
tersebut
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel data praktikum (2 kelas/ 4 shift)
4.1.2 Perhitungan konsentrasi larutan standar (2 kelas/ 4 shift)
Kelompok 4:
V1.N1 = V2.N2
V1. 20 = 100. 3,5
VI= 350/ 20
=17, 5 ML

4.1.3 Tabel absorbansi (2 kelas/ 4 shift)

4.1.4 Grafik absorbansi (2 kelas/ 4 shift)

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Nilai Konsentrasi Larutan standar

4.2.2 Perbandingan Nilai Aborbansi

4.2.3 Perbandingan Nilai Regresi


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan
1. Metode yang digunakan dalam praktikum adalah metode reduksi cadmium.
2. Nitrat pada perairan Semarang sebesar -11.571 ppm dibanding kadar baku mutu
sebesar 0.008 ppm. Sehingga perairan semarang termasuk perairan dengan kadar
nitrat yang rendah. Dengan menggunakan metode reduksi, maka dalam prosesnya
Cu2SO4, cadmium, dan larutan buffer pada kolom reduksi berfungsi untuk mereduksi
atau mengurangi nilai O dari proses reaksi nitrit menjadi nitrat
3. Untuk pengukuran nilai absorbansi menggunakan spektrofotometer, yaitu dengan
menyalakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 543 nm. Diketahui kadar
nitrat pada stasiun 6 adalah -1.2914 dengan nilai regresi adalah 0.996.

5.2Saran
1. Waktu untuk praktikum kurang, sebaiknya satu modul satu hari praktikum.
2. Setiap asisten harusnya mempunyai kriteria yang sama dalam asistensi.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan S.S. Santika., 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Indonesia.
APHA. 1998. Standar Methods for The Examination of Water and Wastewater 20th Edition.
American Public Health Association : USA
Carpenter, E.J. dan Capone, D. G.1983.Nitrogen in the Marine Environment. Academic Press:
New York.
Djoel Simata. 2011.Nitrit (NO2).http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/ 2011/02/nitrit-
no2.html. Diakses Pada 5 Juni 2014.
Eidman, M. dan Koesoebiono. 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia.
Jakarta.
Grasshoff, K. 1976. Determination of Nitrate. Methods of Seawater Analysis (Grasshoffedt.).
Verlag chemic-Weinheim-New York : 137-145.
Hutagalung, H. P. dan A, Rozak. 1998. Metode analisis air laut, sedimen dan biota. Jakarta:
Buku 2. P3O – LIPI.
Koesoebiono. 1979. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Bag. IV Ekologi Perairan. PSL Sekolah
Pasacasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Baku Mutu Air Laut
Millero FJ, Sohn ML. 1992. Chemical Oceanography. Florida: CRC Press, Inc.
Montani, S. Pithakpol, S dan Tada, K.1998.Nutrient regeneration in coastal sea by Noctiluca
scintillans a red tide causing dinoflagellate. J. Mar. Biotechnol
Raymont. 1980. Dampak Pencemaran Lingkungan. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi
Negeri. Indonesia Bagian Timur.
Sawyer, Clair N dan Perry L. Mc Carty. 2003. Chemistry for Environmental Engineering 5th
Edition. Mc Graw-Hill Book Company : New York
Sidjabat, M. 1973. Pengantar Oseanografi. IPB. Bogor.
S. Rahardjo, S.H. Sanusi. 1982. Oseanografi Perikanan. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan-Depdikbud, CV.Petrajaya: Jakarta
Ulqodry et al. 2010. Karakterisitik dan Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di
Perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 1(D)
13109
Wada, K. 2002. Removal of Hardness and COD from Retaining Treated Effluent by
Membrane Process. Desalination 149, hal 145-149.

Anda mungkin juga menyukai