Sumber-Sumber Energi
Sumber-Sumber Energi
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber energi dari alam dapat diklasifikasikan sebagian berikut yakni energi fosil,
fisil, dan energi terbarukan. Energi fosil adalah energi yang diambil dari sumber yang hanya
tersedia dalam jumlah terbatas di bumi dan tidak dapat diregenerasi. Sumber-sumber energi
ini akan berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi lingkungan, dan energi terbarukan
adalah energi yang dihasilkan dari sumber alami seperti matahari, angin, dan air dan dapat
dihasilkan berulang kali karena dapat diperbaharui (Permana, A.D. 2011).
Bahan bakar fosil terbentuk dari sisa-sisa organik tanaman dan hewan, yang mati ribuan
tahun lalu dan tetap terkubur dalam pasir dan lumpur. Beberapa tahun kemudian, lapisan
pasir dan lumpur semakin menumpuk di atasnya dan berubah bentuk menjadi batuan karena
panas dan tekanan. Sisa tumbuhan dan hewan yang terkubur di dalamnya berubah menjadi
bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil harus diekstraksi dari kedalaman bumi di mana mereka
terbentuk. Bahan bakar fosil adalah sumber daya yang terbatas, bahan bakar fosil juga
menyebabkan polusi udara, air dan tanah, dan menghasilkan gas rumah kaca yang
berkontribusi terhadap pemanasan global atau global warming (Purnomo, N.A. 2011)
Energi terbarukan adalah sumber-sumber energi yang berasal dari alam yang
didapatkan melalui proses alamiah. Sumber daya energi terbarukan, seperti angin, matahari
dan tenaga air, dan bioenergi sebagai energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil
menghasilkan sedikit atau mengurangi pencemaran udara atau efek pemanasan global, namun
demikian energi terbarukan mempunyai kelebihan dan kekurangan seperti energi fosil.
2.2. Biodiesel
Biodiesel merupakan jenis bahan bakar yang termasuk ke dalam bahan bakar nabati
(BBN), bahan bakunya bisa berasal dari berbagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui
dan sering disebut dengan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang di gunakan untuk
menggerakan mesin-mesin diesel sebagai pengganti solar. Bahan bakar nabati ini berasal dari
minyak nabati yang di konversi melalui reaksi kimia, sehingga secara kimia sifatnya sudah
berubah dari sifat aslinya. Biodesel merupakan salah satu jenis bahan bakar cair yang berasal
dari pengolahan tumbuhan yang diproses melalui proses tranesterifikasi (Musanif, J. 2006).
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa minyak kelapa
dapat dibuat untuk biodiesel, baik sebagai campuran dengan minyak solar atau 100% minyak
kelapa. Sementara penggunaan bahan baku ini untuk industri akan makin besar, sehingga
terjadi distorsi kebutuhan beberapa bahan baku industri dan pengembangan energi alternatif
yang pada akhirnya memicu kenaikan harga komoditas tersebut. oleh karenanya dibutuhkan
upaya terpadu dalam mencari dan mengembangkan bahan baku minyak nabati sebagai bahan
bakar alternatif yang tidak berfungsi sebagai bahan baku konsumsi industri dan makanan.
Beberapa tumbuhan penghasil lemak yang dapat digunakan sebagai bahan baku
biodiesel sangat beragam, namun dalam perkembangannya kebutuhan tersebut berbenturan
dengan kebutuhan produksi dan pangan masyarakat. Oleh karenanya pemilihan bahan baku
biodiesel sangat penting untuk mencegah timbulnya distorsi kebutuhan antara kebutuhan
pangan dengan kebutuhan produksi. Beberapa tumbuhan penghasil lemak yang banyak
tumbuh di Indonesia diantaranya kelapa sawit, kelapa, dan jarak. Penggunaan minyak kelapa
dan minyak kelapa sawit sangat besar kebutuhannya untuk industri dan pangan, sementara itu
Kandungan energi biodiesel diketahui 11% lebih kecil dari bahan bakar diesel yang
berbasis minyak bumi, ini berarti kapasitas mesin yang gunakan akan menurun jauh
ketika menggunakan biodiesel.
Nilai Kalori dari biodiesel masih lebih rendah dibandingakan dengan minyak bumi
dan biodiesel memiliki viskositas yang tinggi di bandingakan energi fosil.
Biodiesel memiliki kualitas oksidasi yang kurang baik sehingga biodiesel dapat
menyebabkan beberapa masalah serius ketika disimpan. Bila disimpan untuk waktu
yang lebih lama, biodiesel cenderung berubah menjadi gel yang dapat menyebabkan
penyumbatan berbagai komponen mesin. biodiesel ini juga dapat mengakibatkan
pertumbuhan mikroba, sehingga menyebabkan beberapa kerusakan pada mesin.
Dampak paling serius yang dihadapi dengan penggunaan biodiesel adalah kelangkaan
pangan akibat dialihkannya tanaman yang biasa dikonsumsi untuk dijadikan bahan
bakar. Tanaman seperti tebu, jagung, kelapa sawit dan beberapa jenis komoditas
lainnya cenderung mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan akibat dijadikan
biodiesel. (Sumiarso, L. 2006).
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan
dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan
yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi
aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya reaksi. Suatu zat yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa zat tersebut
terkonsumsi dalam proses reaksi. Konsep dasar ini berasal dari pendekatan secara kimiawi
terhadap katalis, yaitu bahwa reaksiter katalisis adalah proses siklis dimana katalis
membentuk kompleks dengan reaktan, kemudian katalis terdesorpsi dari produk akhirnya
kembali ke bentuk semula. (Panjoto ,U dan Endang W.L. 2007).
Salah satu solusi penghematan bahan bakar minyak lainnya adalah penggunaan bahan
aditif yaitu suatu bahan yang ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak (BBM) yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja pembakaran atau menyempurnakan pembakaran dalam
ruang bakar mesin. Beberapa contoh aditif yang sudah pernah dibuat diantaranya metil ester
turunan minyak kacang, asam dekanoat, dan etanol, bahan ini telah menurunkan partikulat
mencapai 10-15% namun mash terdapat peningkatan terhadap emisi nitrogen oksida (NO x)
sebesar 3 % ( Mc Cormick, R.L. 1997).
Untuk itu harus ada upaya lain untuk membuat aditif baru salah satunya adalah aditif
asam oleat. Asam oleat merupakan surfaktan anionik yang mempunyai gugus karboksilat
sebagai gugus polar (hidrofilik) yang larut dalan air dan alkil rantai panjang gugus yang tak
larut dalam air (hidrofobik). Asam lemak tak jenuh asam oleat menjadi dimetil ester
bercabang. Pembentukan dimetil ester bercabang ini dapat dibuat melalui reaksi karbonilasi
metil oleat dengan katalis PdCl2, kokatalis CuCl2 dan adanya CO membentuk senyawa 3-
oktil–undekana-dikarboksilat anhidrid , seperti pada reaksi berikut ini, (Bangun, N dan
Siahaan, D. 2007).
CO O=C O
H CH3OH/H2SO4 H
O=C O COOCH3
Anhidrid melingkar 3-oktil- undekana- dikarbosilat anhidrid Dimetil ester rantai bercabang (DMEB)
Pemisahan gum (degumming) merupakan salah satu tahap pemurnian minyak nabati
yang menentukan mutu produk dan efisiensi proses lanjutan. Dalam penggunaan langsung
sebagai bahan bakar, adanya gum dalam minyak dapat menyebabkan penyumbatan aliran
minyak. Gum dalam minyak juga dapat mengganggu jalannya proses
Proses pemisahan kandungan asam lemak bebas (ALB) bisa dilakukan dengan
beberapa pilihan proses, yaitu :
1. Memisahkan ALB sebelum proses dan menggunakan transesterifikasi katalis basa
konvensional.
2. Menggunakan katalis asam untuk mengkonversi minyak dan ALB menjadi metil ester.
3. Mengkonversi seluruh minyak menjadi asam lemak dan menggunakan jalur esterifikasi
katalis asam untuk mengkonversi asam lemak menjadi metil ester atau kedalam bentuk
metil ester asam lemak (FAME = Fatty Acid Methyl Ester) .(Nasikin, M. dan Nurhayti,
W. 2010).
Minyak dari biji jarak dapat diekstrak dengan cara mekanik ataupun ekstraksi dengan
pelarut seperti heksan. Minyak jarak memiliki komposisi trigliserida yang mengandung asam
lemak oleat dan linoleat. Kandungan asam lemak pada minyak. jarak pagar dilihat pada Tabel
2.1 berikut :
1. Suhu proses transesterifikasi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan
mendekati titik didih alkohol yang digunakan semakin tinggi.
2. Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan akan menaikkan pergerakkan molekul dan menyebabkan
terjadinya difusi antara minyak atau lemak sampai terbentuk metil ester.
3. Lama Reaksi
Semakin lama waktu reaksi semakin banyak produk yang dihasilkan karena keadaan
ini akan memberikan kesempatan terhadap molekel-molekul reaktan untuk
bertumbukan satu sama lain.
Untuk mengetahui dan mengenal biodiesel ini akan menganalisa beberapa sifat-sifat
fisisnya yang dapat dipergunakan sebagai tolak ukur kualitas bahan bakar biodiesel. Bahan
bakar motor diesel mempunyai sifat yang sama dengan biodesel sehingga dapat
mempengaruhi prestasi kerja dari mesin diesel diantaranya: Penguapan (Volatilitas), residu
karbon., viskositas ukuran yang menunjukkan kemampuan minyak untuk untuk dapat
bertahan atau mempertahankan kekentalan terhadap perubahan temperatur selama proses
kerja minyak dalam mesin atau suatu ukuran dari tahanan didalam minyak itu sendiri untuk
mengalir, kandungan belerang, abu dan endapan, titik nyala (flash point), titik kabut (cloud
point), sifat korosif, mutu penyalaan dan kadar air. (Darmanto, S. 2006).
Bahan bakar nabati (Biofuel) jenis biodiesel sebagai bahan bakar alternatif yang
digunakan sebagai campuran bahan bakar solar harus memenuhi standar dan mutu, maka
dalam pembuatan biodesel harus memiliki standar dan mutu biodiesel. Dibawah ini adalah
Tabel 2.2 standar mutu atau kualitas biodiesel berdasarkan SNI-04-7182-2006.
Tabel 2.2. Persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006.
1 Massa jenis pada 400C, kg/m3 850-890 ASTM D 1298 ISO 3675
2 Viscositas kinematika pada 400C, 2,3 – 6,0 ASTM D 445 ISO 3104
mm2/s (cst)
3 Angka Setana Min.51 ASTM D 613 ISO 5165
4 Titik nyala (mangkok tertutup) 0C Min.100 ASTM D 93 ISO 2710
5 Titik Kabut 0C Maks.18 ASTM D 2500 -
6 Korosi bilah tembaga (3 jam500C) Maks. 3 ASTM D 130 ISO 2160
7 Residu karbon, % berat
Dalam contoh asli Maks. 0,05 ASTM D 4530 ISO 10370
Dalam 10% ampas Maks. 0,03
distilasi
8 Air dan Sendimen, % vol Maks. 0,05 ASTM D 2709 -
Secara umum kualitas bahan bakar solar dalam kaitannya dengan kinerja dan umur
pakai mesin dapat dilihat pada parameter bilangan cetana, kandungan sulfur, kandungan
partikulat, kandungan air dan sifat kelumasannya. Bahan bakar solar dengan kandungan
sulfur, partikulat dan air yang rendah hanya mungkin dihasilkan dari proses kilang yang
panjang, rumit dan memerlukan biaya proses yang tidak mudah . Sifat kelumasan bahan
bakar Solar yang rendah sulfurnya hanya bisa dicapai jika ditambahi aditif, untuk itu solar
yang yang diproduksi harus memiliki persyaratan mutu solar seperti pada Tabel 2.3 berikut
ini:
Tabel 2.3. Persyaratan mutu solar
Indonesia memproduksi 2 (dua) jenis bahan bakar mesin diesel, yaitu solar yang
digunakan untuk motor dengan putaran mesin tinggi (lebih dari 1200 rpm) dan minyak diesel
untuk motor dengan putaran rendah (kurang dari 500 rpm). sifat fisis bahan bakar perlu
Keunggulan lain dari bahan bakar Biodiesel adalah dapat melakukan kendali kontrol
polusi, dimana biodisel lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar diesel fosil karena
tidak mengandung sulfur bebas dan memiliki gas buangan dengan kadar pengotor yang
rendah dan dapat didegredasi. Bahan bakar biodiesel memiliki sifat fisika dan kimia yang
hampir sama dengan bahan bakar diesel konvensional dan juga memiliki nilai energi yang
hampir setara seperti pada Tabel 2.5. berikut ini.
No Parameter Nilai
1 Specpic gravity (gr/ml) 0,87 – 0,89
2 Kinematik Viscositas@400C cSt 3,7 - 5,8
3 Cetana Number 46 - 70
4 Higher heating value (btu/1b) 16,98 - 17,996
5 Sulfur,wt% 0,0 - 0,0024
0
6 Cloud Point C -11 - 16
7 Iodine Number (g-I2/100g) 60 - 135
8 Lower heating Value (btu/Ib) 15,700 - 16,735
(Sumiarso, L. 2006).
Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas.
Besanya panas yang ditimbulkan jika suatu bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor
bahan bakar. Berdasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung
sebagai bagian dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat
dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai kalor bawah. Nilai kalor atas merupakan nilai
kalor yang diperoleh secara eksprimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil
pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air
yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Nilai
kalor bawah merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari
pengembunan uap air dan umumnya hidrogen uap air. kandungan hidrogen dalam bahan
bakar cair berkisar 15% yang berarti setiap satu satuan bahan bakar 0,15 bagian merupakan
hidrogen. (Naibaho, K. 2009).
2.12. Uji kinerja mesin diesel dengan menggunakan minyak jarak pagar.
Mengingat begitu pentingnya penggunaan bahan bakar altenatif biodiesel sebagai
pengganti bahan bakar minyak maka perlu adanya studi lanjutan mengenai perporma mesin
diesel menggunakan bahan bakar biodiesel. Biodiesel yang dihasilkan dari minyak jarak
pagar diperkirakan tidak banyak mempengaruhi performa mesin diesel jika dibandingkan
dengan minyak bahan bakar fosil. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian mengenai
performansi mesin diesel dan emisi gas buang yang menggunakan biodiesel minyak jarak
Torsi dalam fisika, juga disebut momen (gaya), adalah vektor semu yang mengukur
kecenderungan suatu gaya untuk memutar objek tentang beberapa sumbu (pusat). Besarnya
torsi didefinisikan sebagai produk gaya dan panjang lengan tuas (radius). Sama seperti gaya
adalah mendorong atau menarik, torsi dapat dianggap sebagai twist. Satuan untuk torsi adalah
newton meter (Nm). Torsi dapat dihitung dengan menggunakan alat Torquemeter . (Riansah,
M. dan Suardjaja, I.M. 2004) .
Torsi merupakan mesin untuk menggerakkan kendaraan dari kondisi diam. sedangkan
tenaga dengan satuan daya kuda lebih kepada kemampuan tertinggi yang dapat diraih mesin
tersebut. Dalam praktiknya, torsi lebih berperan bila dibandingkan dengan tenaga mesin,
karena semakin besar torsi yang dimiliki maka kenderaan akan terasa ringan dan lebih hemat
bahan bakar. Untuk itu, mobil yang memiliki torsi lebih besar akan lebih mudah digunakan
ketika jalan tanjakan atau diisi beban penuh. bila torsi maksimum diraih pada putaran mesin
yang cukup rendah. Sedangkan tenaga mesin lebih terasa ketika melaju dijalan bebas
hambatan hingga batas rpm maksimum. sehingga tenaga mesin akan meningkat seiring
tingginya putaran mesin.
Keterangan :
= Torsi (Nm)
Specific Fuel Consumption (SFC) sebagai parameter yang biasa digunakan sebagai
ukuran nilai ekonomis pemakai bahan bakar perjam untuk setiap daya yang dihasilkan, harga
yang paling rendah dari SFC dikatakan sebagai efesiensi yang paling tinggi demikian
sebaliknya harga yang paling tinggi dari SFC merupakan efesiensi yang paling rendah dari
kenderaan tersebut. banyaknya jumlah bahan bakar yang dikonsumsi dapat dihitung dengan
persamaan dibawh ini. (Pulkrabek, W. 1997).
.
mf
bsfc .
x 3619080 ..............................................................(2.2)
Wb
dimana :
Wb = Daya Efektif.
.
Wb
t .
..............................................................................(2.3)
m f x QHV x c
Asap dari kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber utama terbentuknya
karbon monoksida (CO). Pencemaran udara dan lingkungan disebabkan karena emisi dari
kenderaan atau transportasi umum yang berbahan bakar solar. Terdapat hubungan antara
emisi karbon monoksida dengan perbandingan bahan bakar udara, peningkatan perbandingan
bahan bakar berpengaruh terhadap penurunan emisi karbon monoksida (Riansah. M,
dkk.2004).
Karbon Monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan. Oleh sebab itu perlu adanya solusi dan cara untuk penurunan kadar
karbon monoksida salah satunya upaya untuk pengendalian emisi gas buang melalui bahan
bakar yang ramah lingkungan minsalnya bahan bakar yang berasal dari tumbuhan (biofuel).
HC (Hidrokarbon) warna kehitam-hitaman dan beraroma cukup tajam , gas ini terjadi
apabila proses pembakaran pada ruang bakar tidak berlangsung dengan baik atau suplai
bahan bakar berlebihan. Pada mesin, Hidrokarbon (HC) terbentuk dari berbagai sumber.
Salah satunya bahan bakar yang tidak terbakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak
pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya hidrokarbon. Hidrokarbon terdapat
pada proses penguapan bahan bakar pada tangki, karburator, serta kebocoran gas yang
melalui celah antara silinder dan torak yang masuk ke dalam poros engkol yang biasa disebut
blow by gases atau Gas lalu. ( Wijaya.K dan Bagus.G. 2002)