PENDAHULUAN
1
sebagai dasar pembuatan perencanaan pertambangan setelah dilakukannya kegiatan Studi
kelayakan dan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Penambangan yang diikuti dengan
kegiatan Pengolahan serta Penjualan dan ditutup dengan kegiatan Pascatambang.
1.3 Metodelogi
Metode yang digunakan dalam penaksiran sumberdaya pasir batu di wilayah IUP
(Izin Usaha Pertambangan) Eksplorasi Ali Fathikin yang bertempat di Desa Sambeng
Kecamatan Bantar bolang Kabupaten Pemalang yaitu dengan cara membagi endapan
mineral menjadi blok-blok dengan interval tertentu. Blok penambangan dibatasi oleh dua
buah penampang atau sayatan serta membagi endapan mineral menjadi blok-blok
mendatar dengan interval tertentu yang dibatasi oleh dua buah penampang yang mewakili
elevasi yang telah ditentukan
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
3
Gambar 2.1
Peta Adminsitrasi Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah
Menurut Van Bemmelen (1949), secara umum fisiografi Jawa Tengah mulai
dari Utara ke Selatan dapat dibagi ke dalam lima zona fisiografi, yaitu :
- Dataran pantai Utara.
- Pegunungan Serayu Utara.
4
- Zona Depresi Sentral.
- Pegunungan Serayu Selatan dan
- Dataran Pantai Jawa Tengah Selatan.
Gambar 2.2
Peta Fisiografi Jawa (Van Bemmellen, 1949)
5
lempung, lanau, pasir dan kerikil. Pola aliran sungai pada daerah ini adalah
dendritic. Sungai-sungai utama yang bermuara di Laut Jawa (pantai Utara)
diantaranya adalah Sungai Pedis, Sungai Cacaban, Sungai Rambut dan Sungai
Comal, sedangkan yang bermuara di Samudera Indonesia diantaranya Sungai
Klawung, Sungai Serayu dan Sungai Tajum.
2) Satuan Bentang Alam Perbukutan
Satuan bentang alam ini dicirikan dengan bentuk perbukitan dengan
lereng sedang sampai terjal. Satuan ini terdiri dari material volkanik yaitu
breksi volkanik, aglomerat, tufa pasiran, tufa dan batuan sedimen Kuarter.
3) Satuan Bentang Alam Gunung
Satuan bentang alam ini dicirikan oleh bentuk bukit-bukit yang tinggi
dan lembah antara kedua bukit yang curam. Berelief sangat kasar, kemiringan
lereng dapat mencapai 75°, pola aliran sentral, lembah sungai berbentuk
hurufV. Puncak Gunungnya terletak pada ketinggian 3.428 m pal.
Di Kabupaten Pemalang sebagaian merupakan Cekungan Air Tanah
Subah, terdapat di Kecamatan Bodeh, Kecamatan Ampel gading, Kecamatan
Watu kumpul dan Kecamatan Bantar bolang.
Penentuan pola aliran sungai di daerah penelitian didasarkan pada
bentuk dan arah aliran yang saling berhubungan, secara individu atau
berkelompok dari kenampakan Peta Topografi.
Pola aliran di Kabupaten Pemalang, termasuk pola dendritic yang
dibentuk oleh cabang-cabang sungai yang alirannya menyudut. Pola aliran
sungai-sungai tersebut di atas bentuknya dipengaruhi oleh kemiringan lereng,
jenis litologi dan konrol struktur. Pada lembah-lembah sungai berbentuk huruf
“V” menandakan erosi vertikal relatif lebih besar dibandingkan dengan erosi
horizontal. Gradien sungai miring sehingga termasuk siklus erosi stadia muda.
6
Gambar 2.3
Peta Geologi Wilayah IUP Eksplorasi
7
bolang dan Randu dongkal. Selain itu terdapat pula sesar naik pada Kecamatan
Waktu kumpul dan sesar geser di Kecamatan Waktu kumpul dan Randu
dongkal.
2.2.3 Stratigrafi
Beradasarkan Peta Geologi Lembar Purwokerto – Tegal yang disusun
olehM.Juri, H. Samodra, T.C. Amin & S. Gafoer (1996) Stratigrafi pada
daerah penelitian yang terletak pada Kecamatan Bantar bolang memiliki 4
(empat) formasi yang membentuk wilayahnya dengan susunan stratigrafi dari
tua ke muda
a. Formasi Rambatan (Tmr)
Formasi ini tersusun dari serpih napal dan batu pasir
gampingan. Napal berselang-seling dengan batu pasir gampingan
berwarna abu-abu muda serta banyak dijumpai lapisan tipis kalsit yang
tegak lurus bidang perlapisan. Banyak mengandung foraminifera kecil.
Menunjukan umur Miosen Tengah. Tebal sekitar 300 m.
b. Lempung Pasiran (Tmph)
Umumnya satuan batuan ini tersusun dari perselingan antara
lempung pasiran dan breksi terutama di bagian bawah meliputi daerah
terluar atau bagian terendah dari Kabupaten Pemalang. Satuan ini
menempati luasan sekitar 45% luas Kabupaten Pemalang. Dalam
kaitannya dengan stratigrafi regional, maka satuan lempung pasiran ini
dapat disebandingkan dengan anggota Formasi Halang bagian atas
yang berumur Miosen Tengah – Miosen Atas (M. Djuri,1996). Tebal
satuan Lempung pasiran mencapai 300 meter.
c. Endapan Undak (Qps)
Satuan ini tersusun atas lapisan-lapisan batupasir tufan, pasir,
tufan, konglomerat dan lapisan breksi tufaan.
d. Lava Gunung api Slamet-Tak Terurai (Qvs)
Batuan terdiri dari aliran lava andesit berongga dari gunung api
slamet terutama lereng sebelah timur. Satuan lava flow ini mempunyai
pelamparan yang relatif sempit, mencapai sekitar 5% luas Kabupaten
Pemalang, membentang disepanjang dasar sungai. Ukuran lava flow
dengan ketebalan dan lebar berkisar antara 5 – 15 meter.
8
Gambar 2.4
Susunan Stratigrafi Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah
9
BAB III
PERTAMBANGAN BATUAN SIRTU DI INDONESIA/ACEH
10
3.3 Penambangan Batuan Sirtu
Bahan galian pasir dan batu ini keterdapatannya namapak dipermukaan oleh sebab itu
sistem penambangan yang dilakukan adalah sistem tambang terbuka yang sangat mudah
dilakukan denhgan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Perusahaan tambang sirtu
biasanya melakukan pemisahan antara batu dan pasir tersebut, karena biaanya menyesuaikan
permintaan dari konsumen tersebut. Tahapan penambangannya yaitu, pertama dalam
penambangan sirtu adalah mengambil atau memisahkan bsirtu dari tanah penutup, biasanya
menggunakan alat berat seperti backhoe. Setelah itu akan diangkut oleh dump truk untuk
dibawa ke tempat crrassing untuk membuat batu yang berukuran besar menjadi ukuran sama
seperti yang lain.
11
Tabel 3.1 Lokasi keterdapatan Batuan Sirtu di Indonesia
Provinsi Lokasi
12
Balaraja, Sepatan, Legok, Serpong, Ciputat,
S. Ciujung, S. Cisadane, G.Karang, G. Gede,
Cimarga, Rajeg, Benda,Curug, Cipodoh
13
Cibarusah, Toklet, Cisereh, Sekitar kawasan
sayap Gn. Galunggung, Cipatujah, Cianjur,
Sukabumi, Bogor, Purwakarta, Karawang,
Subang, Tasikmalaya
Jawa Tengah Bantar Kawung, Kaligung, Sendang, Bantir,
K. Pemali, K. Serayu, K. Patebon, K. Progo,
Tegarejo, K. Pabean, Mojosari, K. Jebol,
Sungai Tajum, Logawa, Krukut, Banjaran
Jawa Timur K. Perang, K. Bangkok, K. Lesti, Pronojiwo,
Petajun, Penanggal, Jaglo, K. Mujur, Padang
Sari, K. Porong, K. Bengawan Solo, K.
Musir, K. Brantas, K. Gumbalo, K. Porong,
K. Baru
Kalimantan Tengah S. Kahayang, Tewah
Kalimantan Selatan Beroyong, Pagar, Padang Batung, S. Kentep,
Binuang, S. Batang Alai
Kalimantan Barat Sungai Kelewai, Sungai Pinoh bagian hulu,
Desa Ambayo Selatan, Desa Keranji
Panjang, Desa Anik, Desa Muara Behe,
Sungai Tayan, Sei Ilai
Bali Gumaksa
Nusa Tenggara Timur Sungai Kadengar, Desa Kananggar, Desa
Hambautang
Sulawesi Tenggara Ranomuto, S. Koneweha, Unaaha
Sulawesi Selatan S. Minahasa, Babru, Mangassa, Tompobulu,
Logora, Bikeru, Labettang, Lembang Lohe
Biroro, Bonto, Kanrung, Bongki
Batumimbalo, Biringere, Sungai Bone-Bone,
Sungai Kanjiro, Sungai Uraso, Mata air
panas Pincara, Sungai Baliase, Sungai
Radda, Sungai Rongkong, Sungai Tomoni,
Sungai Kalaena, Sungai Singgeni, Sungai
Bambalu,
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar 4.1
Metode Cross Section
15
4.2 Pembuatan Penompang Metode Countour
Pada metode ini pemembuatan penampang dilakukan dengan cara membuat garis
sayatan yang memotong topografi sesuai dengan elevasinya. Pembuatan garis sayatan
dimulai dari batas ketinggian terendah sampai dengan batas elevasi tertinggi yang telah
ditentukan, lalu diplotkan pada peta topografi dan kemudian didapatkan gambar
penampang dari sayatan tersebut berupa model endapan pasir batu. Kemudian dihitung
luas model endapan pasir batu dari tiap penampang dan akhirnya dapat didapatkan luas
dan volume dengan mengalikan jarak antar sayatan. Jarak antara penampang adalah 2 m
dan dilakukan perhitungan besarnya luas penampang untuk mengetahui besarnya volume
dan tonnage pasir batu dengan menggunakan software Autocad.
Gambar 4.2
Metode Countour
4.3 Penaksiran Cadangan dengan Metode Cross Section
Penaksiran cadangan pasir batu dengan metode cross section berdasarkan Rule of
Gradual Change digunakan perhitungan luas setiap penampang yang dibuat memotong
tegak lurus memotong bukit, sehingga perhitungan ini tergantung pada ketebalan,
panjang, massa jenis pasir batu di setiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
Hasil penaksiran cadangan pasir batu dengan menggunakan Metode Cross Section
dengan pedoman Rule of Gradual Change dapat dilihat pada tabel berikut ini.
16
Tabel 4.1
Hasil Penaksiran Cadangan Metode Cross Section
17
Hasil penaksiran cadangan pasir batu dengan menggunakan Metode Contour dengan
pedoman Rule of Gradual Change dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Penaksiran Cadangan Metode Contour
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Endapan pasir batu pada daerah penelitian cukup merata dikarenakan media pembawa
material (sungai) memiliki debit yang relatif rendah.
2. Perbedaan metode Cross Section dengan contour terletak pada penempatan sayatan.
Penampang pada metode cross section pembuatan sayatannya dilakukan dengan cara
membuat sayatan dengan menyayat dari Barat – Timur tegak lurus memotong bukit,
sedangkan penampang pada metode contour pembuatan gambarnya dilakukan dengan
cara membuat sayatan dengan mengikuti lekukan kontur interval tertentu pada daerah
penelitian.
3. Dari hasil perhitungan volume cadangan dengan menggunakan metode cross section
dan metode contour dapat diketahui selisih penaksiran cadangan pasir batu, yang
diperoleh dengan dilakukan pengurangan Hasil perhitungan cadangan terbesar – Hasil
perhitungan cadangan terkecil, maka didapat selisih volume sebesar 7.673 m3.
6.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan perhitungan cadangan pasir batu di
Desa sambeng, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengahadalah
sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dalam penaksiran cadangan dengan metode
cross section dan metode contour sebaiknya dibuat jarak antar sayatan yang lebih
rapat sehingga penaksiran dapat menjadi lebih teliti.
2. Sayatan hendaknya dapat mewakili daerah topografinya yaitu adanya puncak bukit
dan lembah sehingga penaksiran volume cadangan dapat mendekati kebenaran dan
ketelitian yang maksimal
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN A
CURAH HUJAN BULANAN
Tabel A.1
Curah Hujan Bulanan Kecamatan Bantarbolang Tahun 2010-2014
21
LAMPIRAN B
PENAMPANG SAYATAN
MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION
Gambar B.1
Penampang Sayatan A-E
22
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN METODE CROSS SECTION DENGAN PEDOMAN RULE Of
GRADUAL CHANGE
Pada daerah penelitian metode yang digunakan adalah metode cross section dengan
pedoman pada perubahan bertahap (rule of gradual change) digunakan interval sebesar 25m
dengan menggunakan rumus:
a. Jika luas sayatan L1 berbanding L2 ≥ 0,5 maka perhitungan dilakukan dengan
menggunakan rumus mean:
𝐕 =(𝑳𝟏 + 𝑳𝟐)/ 𝟐 × 𝒕
b. Jika luas sayatan L1 berbanding L2 ≤ 0,5 maka perhitungan dilakukan dengan
menggunakan rumus frustum:
𝐕 =𝒕/𝟑 × (𝑳𝟏 + 𝑳𝟐 + √𝑳𝟏 × 𝑳𝟐)
Keterangan:
V = Volume Sumberdaya
L1, L2 = Luas sayatan
t = Interval sayatan
23
3. Blok 3 Sayatan C – C’ dengan sayatan D – D’
𝐕 = (𝑳𝟏 + 𝑳𝟐) /𝟐× 𝒕
Luas sayatan C – C’ = 484,66 m3.
Luas sayatan D – D’ = 908,20 m3.
𝐕 = (484,66+908,20) 𝟐 × 𝟐𝟎 = 13.928,60 m3.
24