Anda di halaman 1dari 13

Iodimetri

 Merupakan metode titrasi langsung


 Metode kuantitatif karena berdasarkan jumlah I2 yang dihasilkan antara sampel dengan
ion iodida
 Perbedaan dengan iodometri
o Iodometri titrasi tidak langsung
o Iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia

Cont`d

 Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi


oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri).
 Ada beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara
langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi
banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan
ada banyak penggunaan proses iodometrik.

Aplikasi Iodimetri

 Penetapan kadar vitamin C cara Iodimetri


 Dasar: Kadar vitamin C yang ditetapkan secara iodimetri menggunakan iod sebagai
penitar. Vitamin C bersifat reduktor kuat akan dioksidasikan oleh I2 dalam suasana asam
dan I2 tereduksi menjadi ion iodide. Indikator yang digunakan adalah kanji dengan titik
akhir biru.

 Reaksi :

 Alat : Bahan :

a. Erlenmeyer Asah 250 ml a. Contoh Iberet Folic-500

b. Gelas Ukur 100 ml b. H2SO4 10 %

c. Buret Scelbach 50 ml c. Larutan I2 0.05 M

d. Pipet Tetes d. Indikator Kanji

e. Statip e. Air Suling

f. Neraca Analitik

 Cara Kerja :

1) Ditimbang contoh sejumlah Y gram kedalam Erlenmeyer asah.


2) Dilarutkan dengan air dan ditambahkan 25 ml H2SO4 10 %.

3) Dititrasi dengan I2 0,05 M dengan indikator kanji hingga titik akhir berwarna biru.

 Perhitungan :

Kadar Vit. C = Vp x Mp x BE Vit. C x 100 x Bobot rata –rata x 100%

staff.ui.ac.id/internal/.../Kel-03-ANALISISANTIOKSIDAN.ppt (fileny yang ppt, teh)


ANALISIS VITAMIN C METODE IODIMETRI (LANGSUNG)

A. ACARA
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dengan metode iodimetri (secara langsung).

B. PRINSIP
Oksidasi analat oleh I2 sehingga I- tereduksi menjadi ion iodida.

C. TUJUAN
Mengetahui kadar vitamin C dalam sample yang dianalisa.

D. DASAR TEORI
Vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan
karbohidrat, protein, maupun lemak, dan terdapat dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan
tetapi sangat penting peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan
hidup serta pertumbuhan. Vitamin tidak memberikan kalori dan tidak ikut menyusun jaringan tubuh
tetapi memberikan fungsi yang spesifik dalam tubuh.
Vitamin tersebut umumnya dapat dikelompokan ke dalam 2 golongan utama yaitu vitamin yang larut
dalam lemak yang meliputi A, D, E, K dan vitamin yang larut dalam air yang terdiri dari vitamin C dan B.
• Vitamin larut lemak
o Vitamin A
Vitamin A (retinol) terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega dan krim. Sayuran
berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung karoten (misalnya beta karoten), yang secara
perlahan akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A.

o Vitamin D
Vitamin D dapat disintesis dalam tubuh manusia dan hewan, diaktifkan oleh sinar matahari dan diangkut
ke berbagai bagian tubuh untuk dimanfaatkan dan atau disimpan dalam hati.

o Vitamin E
Vitamin E (α-tokoferol) adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh terhadap kerusakan oleh
senyawa kimia reaktif yang dikenal sebagai radikal bebas.

o Vitamin K
Vitamin K adalah nama generik untuk beberapa bahan yang diperlukan dalam pembekuan darah yang
normal.

• Vitamin larut air


o Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 diperlukan dalam sejumlah reaksi yang melibatkan enzim, termasuk pelepasan energi dari
gula. Sumber dari vitamin B1 adalah ragi, daging babi, tanaman polong, dan gandum.
o Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin B2 sangat penting dalam berbagai proses yang terjadi di dalam sel, terutama yang menghasilkan
energi dan metabolisme asam amino, sumber makanan yang mengandung vitamin B2 adalah produk-
produk olahan susu, daging, ikan, dan unggas.

o Vitamin B3 (Niasin)
Niasin penting untuk metabolisme berbagai bahan dalam tubuh, bersifat tahan panas, asam, alkali,
oksidasi, vitamin ini banyak ditemukan dalam banyak bahan makanan.

o Vitamin B5 (Asam pantotenat atau Vilantae)


Vitamin ini merupakan blok pembangun koenzim A yang sangat diperlukan untuk metabolisme, banyak
terdapat dalam tumbuhan hijau dan mikroorganisme kecuali hewan tingkat tinggi.

o Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin ini diperlukan sebagai katalisator pada reaksi yang melibatkan asam amino dalam sel darah, sel
otak, dan sel kulit. Vitamin ini stabil terhadap panas dan asam. Akan tetapi rusak dalam larutan alkali.

o Vitamin B7 (Biotin)
Adalah vitamin B yang diperlukan unutk metabolisme lemak dan karbohidrat, biotin banyak ditemukan
dalam berbagai makanan dan sumber yang mengandung banyak biotin adalah hati, ginjal, pankreas,
telur, susu, ikan, dan kacang-kacangan.

o Vitamin B9 (vitamin M atau vitamin N atau Asam folat atau folasin)


Fungsi asam folat (folasin) berkaitan dalam pembentukan salah satu komponen DNA yang penting
(timidin), asam folat sedikit larut dalam air, mudah dioksidasi dalam larutan asam, peka terhadap sinar
matahari.

o Vitamin B12 (Sinokobalalamin)


Vitamin B12 saling berkaitan dalam pembentukan sel darah merah dan dalam pembentukan salah satu
komponen DNA yang penting (timidin), vitamin ini tahan terhadap panas, inaktif oleh cahaya, asam
keras, dan larutan alkali.

o Vitamin C
Vitamin C banyak membantu dalam proses metabolisme energi, vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh,
tetapi dikeluarkan dalam tubuh melalui urin dalam jumlah kecil. Karena itulah, vitamin perlu dikonsumsi
setiap hari umtuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal.

Vitamin yang larut dalam lemak banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan dan biji-bijian sumber
minyak seperti kacang tanah, kacang kedelai, dan sebagainya. Dan vitamin yang larut dalam air bergerak
bebas dalam tubuh, darah, limpa. Karena sifatnya yang larut dalam air, vitamin mudah rusak dalam
pengolahan dan mudah hilang karena tercuci atau terlarut oleh air sehingga keluar dari bahan.
Vitamin mempunyai sifat fisis maupun kimiawi yang spesifik, maka cara analisanya juga spesifik. Ada
beberapa cara analisa vitamin yaitu cara kimiawi, cara biologis maupun cara mikrobiologis.

E. ALAT DAN BAHAN


• Alat
o Spatula
o Beaker glass 250 mL
o Neraca analitik
o Labu ukur 100 mL
o Corong gelas
o Batang pengaduk
o Pipet tetes
o Botol semprot
o Pipet ukur 10 mL
o Erlenmeyer 250 mL
o Gelas ukur 25 mL
o Buret coklat 25 mL
• Bahan
o Sampel (ale-ale)
o Aquadest
o Amilum 1%
o Larutan I2 0,01 N

F. PROSEDUR
• Menimbang 10 g sampel
• Memasukkan ke dalam labu ukur dan mengencerkannya dengan aquadest sampai tanda batas.
• Memipet 10 mL filtrat kemudian memasukkannya ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
• Menambahkan 2 mL larutan amilum 1% dan bila perlu menambahkan 20 mL aquadest.
• Menitrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai larutan berwarna biru.
G. DATA PENGAMATAN
• Standardisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3
No g KIO3 mL Na2S2O3 N Na2S2O3
1 0,1008 28,8 0,0981
Perhitungan :
• Konsentrasi Na2S2O3
=
=
=
= 0,0981 N Na2S2O3
• Standardisasi larutan I2
V1N1 = V2N2
2,5 x 0,0981 = 25 x N2
N = 0,0098 N
• mL iod 0,01 N = 0,86 mg Vitamin C
mg asam askorbat =
= 0,98 x 0,88
= 0,8624 mg
• Titrasi vitamin C (volume 100 mL)
No g Sampel mL I2 N I2 Fp % vit. C
1 10,0327 0,15 0,0098 10 12,9%
2 10,0327 0,1 0,0098 10 8,6%
• Titrasi 1
% Vitamin C =
= 12,9 %

• Titrasi 2
% Vitamin C =
= 8,6%

• Titrasi vitamin C (volume 50 mL)


No g Sampel mL I2 N I2 Fp % vit. C
1 10,1243 0,2 0,0098 5 0,52
2 10,1243 0,2 0,0098 5 0,52
• Titrasi 1
% Vitamin C =
= 0,52 %

H. PEMBAHASAN
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
iodimetri (titrasi langsung) Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2 0,01 N yang telah
distandardisasi sebagai titrant.
Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah minuman kemasan yang banyak dijual di pasaran
dengan merk dagang Ale-ale. Dalam kemasan minuman disebutkan bahwa dalam minuman tersebut
mengandung vitamin C.
Vitamin C atau asam askorabat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam
bentuk Kristal tidak berwarna, Vitamin C memiliki titik cair 190-192oC, bersifat larut dalam air dan
sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C
sukar larut dalam pelarut organic yang pada umumnya dapat melarutkan lemak.
Hal yang pertama kali dilakukan dalam analisa kuantitatif vitamin C adalah standardisasi larutan I2 0,01
N proses ini dilakukan dengan menggunakan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3), larutan natrium
tiosulfat juga sebelumnya telah distandardisasi dengan menggunakan KIO3 sebagai baku primer.
Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan diketahui bahwa konsentrasi larutan I2 adalah 0,0098 N.
Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator. Seperti yang sudah diketahui
bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-.
penentuan kadar vitamin C dengan metode titarsi iodimetri ini didasarkan pada prinsip tereduksinya
analat oleh I2 menjadi ion I-.
ARed + I2 Aoks + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang
cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi
dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.

Proses pengujian untuk sample ale-ale dilakukan dengan 2 kali pengenceran yaitu 100 mL dan 50 mL,
dan masing-masing pengenceran dilakukan 2 kali pengujian (duplo) sehingga saat praktikum dilakukan 4
kali titrasi, masing-masing 2 untuk setiap pengenceran.
Hal tersebut dilakukan karena pada pengujian pertama dengan pengenceran 100 mL volume I2 yang
diperlukan sangat kecil, sehingga diperkirakan dengan jumlah pengenceran yang tidak terlalu banyak,
maka volume titrasi juga akan sedilit bertambah.
Untuk sample dengan pengenceran 100 mL berat sample yang berhasil ditimbang adalah 10,0327 g,
sample ditimbang langsung dalam labu ukur dan diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai
tanda batas.
Setelah sample ditimbang, selanjutnya sample dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukan dalam
erlenmeyer, kemudian ditmabahkan amilum 1% sebagai indikator, dan 20 mL aquadest, setelah itu
dititrasi dengan menggunakan I2 0,01 N.
Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi biru, warna biru yang
dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir,
indikator yang dipergunakan dalam analisa vitamin C dengan metode iodimetri adalah larutan amilum.
Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan kadar vitamin C pada pengenceran 100 mL adalah 8,6%
dan 12,9%. Hasil tersebut tidak dapat dirata-ratakan karena selisih dari kedua nilai tersebut cukup jauh.
Sedangkan pada proses titrasi pada pengenceran 50 mL, juga dilakukan 2 kali (duplo) dan titik akhir juga
ditandai dengan warna biru, berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan maka dapat diketahui bahwa
kadar vitamin C dalam sample pada pengenceran 50 mL adalah 8,52%.
Proses titrasi pada pengenceran 50 mL hasilnya sangat presisi dan akurasi, hal ini dikarenakan volume
titrant pada percobaan pertama dan yang kedua sama-sama menghabiskan titrant sebanyak 2 mL.
Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil titrasi dari pengenceran 100 mL yaitu 8,6% dan
dari pengenceran 50 mL yaitu 8,52%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan kadar
vitamin C 12,9% terjadi kesalahan, hal tersebut dapat disebabkan karena terlewatnya titik akhir sehingga
volume titrasi meningkat, dapat pula disebabkan karena iod merupakan oksidator lemah sehingga tidak
dapat bereaksi terlalu sempurna.
Untuk menghindari hal tersebut, maka sering dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan ke arah
hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH dan menambahkan bahan pengkompleksan. Akan tetapi hal
tersebut tidak dilakukan saat praktikum.

I. KESIMPULAN
Pengujian kadar vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan metode iodimetri, yaitu
oksidasi analat oleh I2 sehingga I- tereduksi menjadi ion iodida. Pengujian dilakukan 2 kali dengan
volume pengenceran 100 dan 50 mL, dan masing-masing pengenceran dilakukan 2 kali pengujian
(duplo).
Berdasarkan praktikum dan hasil perhitungan, maka dapat diketahui bahwa pada pengenceran 100 mL
kadar dari vitamin C dalam sample adalah 8,6% dan 12,9%. Sedangkan pada pengenceran 50 mL adalah
8,52%.
Dan untuk hasil akhir, nilai kadar vitamin C dalam minuman kemasan adalah pada pengenceran 100 mL
yaitu 8,6% dan pada pengenceran 50 mL yaitu 8,52%, hal ini dikarenakan selisih dari ke 2 nilai tersebut
tidak terlalu besar.
J. DAFTAR PUSTAKA
• Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Penerbit
Liberty.
• Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty.
• Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

http://pengujiankadarpengendalian.blogspot.com/2010/11/prosedur-analisis-kadar-vitamin-c-
asam.html

Diposkan oleh ahmadi muslim (Sabtu, 27 November 2010)


ANALISA VITAMIN C METODE IODIMETRI
ANALISA KADAR VITAMIN C DALAM SARI BUAH DENGAN METODE IODIMETRI
A. PRINSIP
Oksidasi analat oleh I2 sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide.

B. TUJUAN
Mengetahui kadar vitamin C dalam sari buah.

C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sari Buah Mangga (Mangifera indica)
Sari buah atau jus (juice), namun lebih tepatnya fruit juice adalah cairan yang terdapat secara alami
dalam buah-buahan. Sari buah populer dikonsumsi manusia sebagai minuman.
Sari buah merupakan minuman siap saji, yang kaya akan gizi. Produk minuman sari buah mangga dibuat
melalui proses penghancuran buah mangga. Jenis mangga yang paling baik digunakan adalah buah yang
banyak mengandung sari buah, rasa manis asam, warna dan aromanya menarik.
Buah mangga selain dapat diproduksi menjadi sari bauh juga dapat dikembangkan menjadi beragam
produk olahan lain diantaranya konsentrat buah, squash, fruit bar, jam, nectar (madu), pikel mangga
muda, cereal flake, dan makanan bayi.
Daging buah mangga dapat berfungsi sebagai antioksidan, sehingga bermanfaat untuk mencegah kanker
serta mengandung asam galat yang baik bagi kesehatan saluran pencernaan.
Sebagai bahan pangan, mangga mengandung beberapa jenis zat gizi esensial seperti pada tabel berikut :
Tabel komposisi beberapa jenis mangga segar per 100 g BDD.
Komponen Gedong Golek Arumanis Indramayu Satuan
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vit. A
Vit. C
Vit. B1
Air 44
0.7
0.2
11.2
13
10
0.2
16400
41
0.08
87.4 63
0.5
0.2
16.7
14
10
0.7
3715
30
0.08
82.2 46
0.4
0.2
11.9
15
9
0.2
1200
41
0.08
86.6 72
0.8
0.2
18.7
13
10
1.9
2900
36
0.06
80.2 Kal
g
g
g
mg
mg
mg
SI
mg
mg
g
2. Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin adalah senyawa organic kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang
lain bagi mahluk hidup. Berhubung vitamin tidak disintesa dalam tubuh maka vitamin harus ada dalam
makanan yang dikonsumsi.
Vitamin C telah banyak dikenal berkaitan dengan perlindungan terhadap skurvi dan flu. Buah yang kaya
akan vitamin C merupakan antioksidan kuat yang dapat melindungi DNA selular dari kerusakan akibat
oksidasi.
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam
bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192oC. bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton
atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah.
Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil
daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim
askorbat oksidase, sinar, temperatur yang tinggi.

D. Alat dan Bahan


Alat Bahan
• Neraca analitik
• Sendok plastik
• Labu ukur 100 mL
• Botol semprot
• Pipet tetes
• Pipet ukur 25 mL
• Erlenmeyer 250 mL
• Buret 25 mL
• Bulp
• Beaker glass
• Batang pengaduk • Sample sari buah
• Aquadest
• Larutan I2 0,01 N
• Indicator amilum 1 %

E. Prosedur
1. Sample ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukan kedalam labu ukur 100 mL.
2. Sample diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai tanda batas, kemudian dikocok sampai
homogen.
3. Larutan sample dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukan kedalam Erlenmeyer 250 mL, kemudian
ditambahkan indicator amilum 1% sebanyak 1 mL.
4. Titrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.

F. DATA HASIL PENGAMATAN


Sampel : Sari Buah ABC mango juice
No Berat Sample (g) Vol Titrasi (mL) N I2 % Vit C Rata-rata
1. 5,038 1,3 0,01 0,091 0,0943%
2. 1,4 0,098

Rumus :
Perhitungan :
1. Sample I
% Vitamin C = (4 x 1,3 x 0,01 x 88 x 100%) / 5038
= 0,091%
2. Sample II
% Vitamin C = (4 x 1,4 x 0,01 x 88 x 100%) / 5038
= 0,098%
Rata-rata = (0,091 + 0,098) / 2
= 0,0943%

G. PEMBAHASAN
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
iodimetri (titrasi langsung) hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C dapat bereaksi dengan iodin
Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2 0,01 N sebagai titrant.
Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah minuman sari buah dalam kemasan yang banyak
dijual di pasaran dengan merk dagang ABC mango juice. Dalam kemasan minuman disebutkan bahwa
dalam minuman tersebut kaya akan vitamin C.

Vitamin C atau asam bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang
mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam pelarut organic yang pada
umumnya dapat melarutkan lemak.
Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator. Seperti yang sudah diketahui
bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-.
ARed + I2 Aoks + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang
cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi
dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.
Proses pengujian untuk sample sari buah dilakukan dengan 1 kali pengenceran dan dilakukan 2 kali
pengujian (duplo).

Sample yang ditimbang saat praktikum adalah 5,038 g, sample ditimbang langsung dalam labu ukur dan
diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai tanda batas. Setelah sample dikocok sampai
homogen, selanjutnya sample dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukan dalam erlenmeyer, kemudian
ditambahkan amilum 1% sebagai indikator sebanyak 1 mL setelah itu dititrasi dengan menggunakan I2
0,01 N.
Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi biru, warna biru yang
dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir,
indikator yang dipergunakan dalam analisa vitamin C dengan metode iodimetri adalah larutan amilum.
Reaksi yang terjadi adalah :

Berdasarkan hasil praktikum volume titrasi pada sample minuman sari buah ABC adalah 1,3 dan 1,4 mL.
Sehingga berdasarkan perhitungan menggunakan rumus maka kadar vitamin C dalam sample ABC
mango juice adalah 0,091% dan 0,098% dan nilai rata-ratanya adalah 0,0943%.
Hasil tersebut tidak dapat dibandingkan dengan standar dari SNI 01-3719-1995 tentang sari buah, hal ini
dikarenakan pada standar SNI tersebut tidak ada parameter tentang kadar vitamin C dalam sari buah.

H. KESIMPULAN
Pengujian kadar vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan metode iodimetri, yaitu
oksidasi analat oleh I2 sehingga I- tereduksi menjadi ion iodida. Pengujian dilakukan 2 kali (duplo).
Berdasarkan praktikum dan hasil perhitungan, maka dapat diketahui bahwa pada pengenceran 100 mL
kadar dari vitamin C dalam sample ABC juice mango adalah 0,091% dan 0,098%. Dan rata-rata kadar
vitamin C dalam sample adalah 0,0943%. Dan hasil analisa tersebut tidak dapat dibandingkan dengan
SNI 01-3719-1995 tentang sari buah, hal ini dikarenakan pada standar SNI tersebut tidak ada parameter
tentang kadar vitamin C dalam sari buah.

I. DAFTAR PUSTAKA
• Harjadi, W. 1996. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
• Sudarmadji, Slamet. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Gadjah Mada
• Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
• www.wikipedia.org
• www.iptek.net.id

http://btagallery.blogspot.com/2010/03/analisa-kadar-vitamin-c-dalam-sari-buah.html

Posting By Bertha Julisti (Selasa, 02 Maret 2010)

Anda mungkin juga menyukai