Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI II


PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

OLEH :
KELOMPOK 1

Anggota : WINDI ASTUTI F201501006


MUH.FARID F201501038
MUH.ZAYARMAN F201501040
ANDRIANI F201401011

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS FARMASI II


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang


Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering
dilakukan analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif seperti identifikasi organoleptik, sedangkan analisa
kuantitatif digunakan untuk menentukankadar suatu senyawa (Sulistia G.
1995).
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis senyawa turunan xanthin
yakni teofilin yang selanjutnya akan ditentukan kadarnya dengan
menggunakan metode argentometri (scribd,2013).
Argentometri merupakan suatu metode penentuan kadar dimana

theobromin akan membentuk endapan dengan larutan perak nitrat dalam

suasana basa karena mempunyai atom hidrogen yang dapat dilepaskan

(Ganiswara,1995).

Xanthin adalah turuna purin alamiah, senyawa xanthin yang benyak

digunakan dalam bidabg farmasi adalah kafein , teobromin, dan teofilin.

Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,6 dan 9,9.

Kafein tidak bersifat asm karena mempunyai atom hydrogen yang dapat

dilepaskan, sehingga kafein merupakan basa yang sangat lemah dan

garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kafein dapat disari dari larutan

asam atau basa dengan kloroform. Tetapi kafein mudah terurai oleh basa kuat,

maka larutan dalam basa harus segera di sari (Sudjadi. 2008).


Semakin berkembangnya zaman, perkembangan obat xanthin pun

semakin berkembang. Hingga tahun 1939, telah ditemukan beberapa turunan

dari golongan xanthin yang pemakaiannya aman. Misalnya kofein, teofilin

dan teobromin, dan turunan-turunan lainnya yang lebih aman lagi. Setelah

diintroduksi derivat-derivat yang sukar resorpsinya dari usus akhirnya

disintesa xanthin dengan efek panjang (Anonim,2008).

Begitu pentingnya peranan xanthin dalam dunia farmasi khususnya

dalam khemoterapi maka kita perlu mengetahui lebih lanjut tentang cara

mengidentifikasi xanthin. Untuk lebih memahami tentang xanthin serta dapat

mengidentifikasi senyawa golongan xanthin, baik itu secara kualitatif maupun

kuantitatif, maka dilakukanlah percobaan ini dengan menggunakan beberapa

metode analisa kualitatif dan kuantitatif (Anonim,2008).

I.2. Maksud Dan Tujuan Percobaan

I.2.1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara menganalisis senyawa xanthin


yang terdapat dalam sediaan farmasi.

I.2.2. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui jenis dan kadar senyawa xanthin yang terkandung dalam


sediaan farmasi.

2. Menentukan jenis senyawa xanthin yang terdapat dalam sediaan


farmasi

3. Menentukan jumlah kadar senyawa xanthin dalam sediaan farmasi


I.3. Prinsip Percobaan

Penentuan kadar secara iodometri berdasarkan prinsip oksidasi


reduksi dimana sampel sebagai reduktor, larutan I2 sebagai oksidator dengan
menggunakan larutan kanji sebagai indikator dan larutan baku Na2S2O3 0,1
N sebagai titran yang ditandai dengan adanya perubahan warna biru menjadi
bening.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori umum

Derivat xantin terdiri dari kofein, theofilin dan teobromin ialah

alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan. Sejak dahulu ekstrak tumbuh-

tumbuhan ini digunakan sebagai minuman. Kofein terdapat dalam kopi yang

didapat dari biji Coffea arabica. Teh dari daun Thea sinensismengandung

kofein dan teofilin. Cocoa yang didapat dari biji Theobroma

cacao mengandung kofein dan teobromin. Penelitian membuktikan bahwa

kofein berefek stimulasi. Inilah daya tarik minuman yang mengandung

kofein. Kemudian ternyata belum ada senyawa sintetik yang mempunyai

keunggulan terapi seperti senyawa alam. Ketiganya merupakan derivat

xantin yang mengandung gugus metil. Xantin sendiri ialah dioksipurin yang

mempunyai struktur mirip dengan asam urat. Kofein ialah 1,3,7-

trimetilxantin; teofilin ialah 1,3-dimetilxantin dan teobromin ialah 3,7-

dimetilxantin (Sudjadi. 2008).

Xanthin merupakan turunan alamiah purin. Senyawa xanthin yang

banyak digunakan adalah kofein, teobromin dan teofilin. Senyawa xanthin

merupakan basa lemah dengan pKb antara 13 – 14. Teofilin dan teobromin

merupakan asam lemah dengan pKa 8,6 dan 9,9. Kofein tidak bersifat asam

karena tidak mempunyai atom hydrogen yang dapat dilepaskan sehingga

kofein merupakan basa sangat lemah dan garamnya mudah terurai oleh air,

karenanya kofein dapat disari dari larutan asam atau basa ( lebih mudah dari
larutan basa ) dengan kloroform. Tetapi kofein mudah terurai oleh basa

kuat, maka ;arutan dalam basa harus segera di sari. (Tim Asisten. Penuntun

Praktikum Kimia Analisis Farmasi,2009).

Teofilin, kofein dan teobromin mempunyai efek farmakologi yang

sama yang bermanfaat secara klinis. Obat-obat ini menyebabkan relaksasi

otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot jantung, dan

meningkatkan dieresis, teobromin tidak bermanfaat secara klinis karena efek

farmakologinya rendah (Ganiswara,1995).

Xantin merangsang SSP, menimbulkan dieresis, merangsang otot

jantung, dan merelaksasi otot polos terutama bronkus (Ganiswara,1995).

Xantin merupakan alkaloid yang bersifat basa lemah, biasanya

diberikan dalam bentuk garam rangkap. Untuk pemberian oral dapat

diberikan dalam bentuk basa bebas atau bentuk garam, sedangkan untuk

pemberian parenteral perlu sediaan dalam bentuk garam (Ganiswara,1995).

Kofein, disebut juga tein, merupakan Kristal putih yang larut dalam

air dengan perbandingan 1:46. Teofilin berbentuk Kristal putih, pahit dan

sedikit larut dalam air (scribd,2013).

Senyawa xantin merupakan basa lemah dengan pKb antara 13

sampai 14. Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,6

dan 9,9. Kofein tidak bersifat asam karena tidak mempunyai atom hidrogen

yang dapat dilepaskan sehingga kofein merupakan basa yang sangat lemah

dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kofein dapat disari dari

larutan asam atau basa (lebih mudah dari larutan basa) dengan kloroform.
Tetapi kofein mudah terurai oleh basa kuat, sehingga larutan dalam basa

harus segera disari (scribd,2013).

Analisis kimia farmasi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai

aplikasi prosedur kimia analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan yang

dipakai dalam bidang farmasi terutama dalam menentukan kadar dan mutu

dari obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia yang tercantum dalam

Farmakope-Farmakope serta buku-buku resmi lainnya seperti formularium-

formularium (Anonim,2008).

Analisis kimia farmasi kuantitatif biasanya dibagi menjadi beberapa

analisis berdasarkan metode dan teknik kerjanya (Wunas, J,1986):

1. Analisis gravimetri.

2. Analisis volumetri yang biasa desebut juga analisis titrimetri.

3. Analisis gasometri.

4. Analisis dengan metode fisika dan kimia.

Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu (4):

1. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri

2. Reaksi pembentukan kompleks

3. Reaksi pengendapan

4. Reaksi oksidasi-reduksi.

Teobromin dan teofilin dengan perak nitrat membentuk endapan

dalam suasana basa. Sementara itu, kofein tidak bereaksi dengan perak

karena tidak mempunyai atom hidrogen yang dapat dilepas (Tim

penyusun,2013).
Titrasi pengendapan didasarkan atas terjadinya penendapan

kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang

diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang hendak ditentukan, titik

akhir titrasi tercapai bila semua bagian titran sudah membentuk endapan

(Surjadi,2007).

Senyawa-senyawa yang dapat dititrasi sebagai asam misalnya asam-

asam halida, anhidrida asam asetat, asam karboksilat, asam-asam amino

enol, imida, fenol, pirol dan sulfonamida. Dan senyawa-senyawa yang

dititrasi sebagai basa ialah amina-amina, senyawa nitrogen yang

mengandung inti heterosiklis, oksazolina, senyawa-senyawa amina

kuarterner, garam-garam alkali dari asam-asam organik dan garam-garam

dari amina. Garam-garam asam halida dapat ditirasi dalam asam cuka atau

anhidrida asam cuka setelah penambahan raksa (II) asetat yang dapat

mengubah ion halida menjadi raksa (II) halida yang tidak terdisosiasi.

(Wunas. Dkk, 2001).

Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi

dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung

(iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam

reaksi kimia (Anonim,2009).

Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri

adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat

Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan


secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan

natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Anonim,2009).

Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat

sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika

larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-

mula akan terbentuk endapan putih yang pada pengadukan akan larut

membentuk larutan kompleks yang stabil . (Anonim,2009).

AgNO3 + 2 KCN → K(Ag(CN)2) +KNO3

Ag+ + 2 nn- → Ag(CN)2

Jika reaksi telah sempurna maka reaksi akan berlangsung lebih lanjut

membentuk senyawa kompleks yang tak larut . (Anonim,2009).

Ag+ + (Ag(CN)2)- → Ag(Ag(CN)2)

Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang

permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak

pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion

perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali

dan titrasi ini makan waktu yang lama. Dalam menentukan titik akhir titrasi

ada beberapa metode yang digunakan diantaranya: (Anonim,2008).

Metode morh/langsung : Pada prinsipnya adalah pembentukan

endapan berwarna dari kalium kromat yang ditambahkan sebagai indikator.

Pada titik akhir titrasi ion kromat akan terikat oleh ion perak membentuk

senyawa yang sukar larut berwarna merah. Titrasi ini harus dilangsungkan

dalam suasana netral atau sedikit alkali lemah, dengan PH 6,5-9, karena
pada suasana asam akan terjadi reaksi pembentukan senyawa dikromat

(Anonim,2008).

Metode volhard / tidak langsung : Pada prinsipnya adalah penentuan

titik akhir dengan ditandai oleh pembentukan senyawa berwarna yang larut.

Metode ini dilakukan titrasi secara tidak langsung dimana dilakukan

penambahan AgNO3berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan

baku KCNS 0,1 N atau ammonium tiosianat 0,1 N. Indikator yang

digunakan adalah besi (III) nitrat atau besi (III) ammonium sulfat.

Metode k.Fajans : Pada metode ini digunakan indikator absorbsi.

senyawa yang biasa digunakan adalah fluoresein dan eosin (Anonim,2008).

Metode kekeruhan : Pada metode ini digunakan larutan baku natrium

klorida dimana larutan tersebut dititrasi dengan larutan perak dengan adanya

asam nitrat bebas atau sebaliknya dengan persyaratan tertentu penambahan

indikator tak diperlukan karena adanya kekeruhan yang di sebabkan

penimbunan beberapa tetes suatu larutan pada larutan yang lain yang

menandakan titik akhir belum tercapai. Titrasi dilanjutkan hingga tidak ada

kekeruhan lagi.(Anonim,2008).
II.2. Uraian Bahan (Dirjen Pom,1979)

1. Aquadest
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18.02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2. AgNO3
Nama Resmi : ARGENTI NITRAS
Nama Lain : Perak nitrat, Nitrat argenticus,Cytallae bulnae.
RM/BM : AgNO3/168,87.
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur
berwarna putih, tidak berbau dan menjadi gelap
jika kena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan ethanol (95%).
Kegunaan : Sebagai larutan baku.
3. Fenol Merah
Nama Resmi : FENOL SULFAKTALEN
Nama Lain : Fenol merah
RM/BM : C6H14O3/318,32
Pemerian : Serbuk hablur; bermacam-macam merah
tuah sampai merah.
Kelarutan. : Larut dalam air; mudah larut dalam kloroform;
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai indikator.
4. Natrium Hidroksida
Nama Resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
RM/BM : NaOH/40
Pemerian : Bentuk batang massa hablur air keeping-
keping, keras dan rapuh dan menunjukkan susunan
hablur putih mudah meleleh basah sangat katalis
dan korosi segera menyerap karbon dioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.
Kegunaan : Sebagai Zat tambahan.
5. Teofilin
Nama Resmi : THEOPHYLLINUM
Nama Lain : Teofilin
RM/BM : C7H8N4O2/198,18
Pemerian : Serbuk hablur; putih, tidak berbau; pahit;
mantap diudara.
Kelarutan : Larut dalam kurang 180 bagian air; lebih
mudah larut dalam air panas; larut dalam lebih
kurang 120 bagian etanol (95%) P., mudah larut
dalam laruta alkali hidroksida dan dalam
ammonium encer P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel.
6. Asma Soho
Komposisi : Tiap tablet mengandung teophylline 130 mg
dan efedrin HCl 12,5 mg.
Aturan Pemakain : Dewasa; 3 x sehari 1 tablet
Anak-anak: 6-12 thn: 3 x sehari ½ atau
menurut petunjuk dokter.
Farmakologi : Asma soho mengandung kombinasi
theophylline dan efedrin HCl. Theophylline
merupakan turunan metil xanthin yang mempunyai
efek antara lain, merangsang SSP dan melemaskan
otot polos, terutama bronkus. Efedrin HCl
bekerja mempengaruhi system saraf Adrenergik
secara langsung dan tidak langsung. Efedrin HCl
dan Theophylline keduanya merupakan
bronkodilator yang bekerja meringankan sesak
nafas.
Indikasi : Untuk meringankan dan mengatasi penyakit
asma bronkial.
Efek samping : - Sakit kepala, maag, pusing, mual, diare,
jantung berdebar dan sukar tidur.
- Kelebihan dosis pada anak dapat
mengakibatkan hematemesis simulasi SSP,
dieresis dan demam.
Kontra Indikasi : - Penderita hipersensitif terhadap theopylline
dan efedrin HCl.
- Penderita hipertensi, penyakit jantung,
kencing manis atau diabetes militus, tukak
lambung dan hiper tiroid.
BAB III

METODE KERJA

III.1. ALAT DAN BAHAN

III.1.1. Alat yang digunakan :


1. Batang pengaduk
2. Beaker glass
3. Buret
4. Corong
5. Erlenmeyer
6. Gelas ukur
7. Neraca analitik
8. Statif
III.1.2. Bahan yang digunakan :
1. AgNO3
2. Aquadest
3. Indikator merah fenol
4. NaOH
5. Tablet Asma soho (mengandung teofilin)

III.2. PROSEDUR PERCOBAAN


Penetapan kadar teofilin dalam sediaan :
1. Digerus 10 tablet asma soho kemudian di timbang dan dihitung berat
rata-rata tablet.
2. Dimbang serbuk asma soho sebanyak 0,25gram kemudian di larutkan
dalam 100 ml aquadest.
3. Dimasukkan di dalam Erlenmeyer lalu ditambahkan larutan AgNO3 20
ml.
4. Ditambahkan dengan indikator merah fenol 1 ml.
5. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi
keunguan.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1. Tabel hasil pengamatan

No Perlakuan Hasil
1. Asma soho,diambil sebanyak 10 Volume titran Volume titran
tab, digerus higga awal akhir
homogen,ditimbang bobot rata-rata 50 ml 3 ml
diperoleh sebanyak 250 mg,
dilarutkan menggunakan Aquadest
100 ml + AgNo3 0,1 N sebanyak 20
Menghasilkan warna biru
ml,+ Indikator merah fenol 1
keunguan
ml,setelah itu dititrasi dengan NaoH
0,1 N.

IV.2. Perhitungan
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝐵𝑆
% Kadar = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 0,1 𝑁

3 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 18,02 𝑚𝑔
% Kadar = 𝑥 100%
250 𝑚𝑔 𝑥 0,1 𝑁

= 21,62 %.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai


Argentometri, dimana titrasi ini merupakan metode umum untuk menetapkan
kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNo3) pada susana tertentu. Ada beberapa metode yang digunakan
pada titrasi Argentometri, namun pada percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan metode mohr, metode ini untuk mendapatkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat sebagai indikator
(Gandjar,2012).
Pada percobaan ini kami melakukan penetapaan kadar senyawa golongan
xhantin, yang dimana xhantin adalah turunan purin alamiah,senyawa xhantin yang
banyak digunakan dalam bidang farmasi adalah kafein,teobromin,dan teofilin.
Yang salah satunya yang terdapat pada obat asma soho yang kami gunakan,
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu karna asma soho (teofilin)
merupakan salah satu obat golongan xhantin yang penggunaanya dalam bidang
farmasi, yaitu digunakan untuk meringankan dan mengatasi serangan asma
bronkial,dimana theophlline ini sendiri mempunyai efek antara lain meransang
susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos terutama pada bronkus. Jika
kadarnya kurang, maka obat tersebut tidak akan mencapai efek terapi atau dengan
kata lain tidak mempan, dan jika berlebih maka akan bersifat toksik atau racun
bagi tubuh, sehingga perlu dilakukannya penetapan kadar dari golongan xhantin
ini khususnya teofilin.
Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu diambil 10 tablet
Asma soho kemudian digerus hingga homogen, lalu dihitung rata-ratanya,
selanjutnya ditimbang sebanyak 250 mg, setelah itu dimasukkan dalam
erlenmeyer, dan ditambahkan Aquadest sebanyak 100 ml, untuk melarutkan tablet
Asma soho tadi yang telah digerus, diaduk hingga homogen. Alasan penggunaan
Aquadest pada percobaan ini, yaitu karna kelarutan dari theophylline itu sendiri
larut dalam lebih kurang 180 bagian air (Dirjen Pom,1979). Setelah
homogen,larutan tersebut kemudian ditambahkan AgNo3 0,1 N sebanyak 20 ml,
lalu dikocok dan dititrasi dengan menggunakan Natrium Hidroksida (NaoH 0,1
N), sebagai titran, tapi terlebih dahulu sebelum dititrasi ditambahkan 1 ml
indikator merah fenol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna yang
terjadi dan untuk memperoleh larutan warna biru keunguan, yang terjadi pada saat
titrasi karna perubahannya yang jelas. Selanjutnya dititrasi menggunakan NaoH
0,1 N sebagai larutan baku/diburet sebanyak 50 ml, dengan larutan Asma soho
(teofilin), sebanyak 100 ml di erlenmeyer sebagia titer, yang sebelumnya telah
ditambahkan AgNo3 0,1 N 20 ml, dan indikator merah fenol 1 ml, dititrasi sedikit
demi sedikit sambil digoyang-goyangkan hal ini bertujuan untuk melihat
perubahan yang terjadi.
Dan setelah Volume titran mencapai 3 ml, didapatkan perubahan warna
yang terjadi dimana yang sebelumnya larutan teofilin berwarna kekuningan ,
seketika menjadi endapan biru keunguan. Hal ini dikarnakan kedua larutan tepat
habis bereaksi yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna, perubahan
warna tersebut yang menandakan titik akhit titrasi . Adapun reaksi yang terjadi
yaitu :
AgNo3 + NaoH NaNo3 + AgoH (Reaksi merah fenol)
(Underwood,2002).
Dari hasil titrasi dengan menggunkan metode Argentometri yang telah
dilakukan didapatkan volume titran yaitu 3 ml, dari data diketahui normalitas
NaoH 0,1 N dan AgNo3 0,1 N yang berat setara dengan teofilin 18,02, dengan
berat sampel 250 mg, maka didapatkan nilai % kadar untuk teofilin sebesar 21,62
%.Hal ini tidak sesuai dengan syarat yang tertera dalam farmakope indonesia
yaitu kadar rata-rata teofilin tidak kurang dari 98,5 %, dan tidak lebih dari 101,0
%. (Dirjen Pom,1979).
Adapun faktor kesalahan dalam percobaan ini yaitu pada saat melakukan
titrasi,praktikan kurang teliti, akibatnya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
yang kita inginkan, dan kurang telitinya dalam mengambil sebuah larutan, serta
sampel yang digunakan selain teofilin 125mg juga mengandung beberapa
komponen diantaranya Efedrin Hcl 130 mg, sehingga hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan standar yang tertera dalam farmakope Indonesia edisi III yakni
tidak kurang dari 98,5%.
BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum kali ini yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa:
1. Penetapan kadar senyawa golongan xhantin, yakni salah satunya ada pada
obat Asma soho (Teofilin), dengan menggunakan titrasi metode
Argentometri,dimana titrasi ini menggunkan AgNo3 sebagai titernya dan
peniternya yang digunakan berupa larutan basa yakni NaoH, serta
indikator yang digunakan adalah merah fenol 1 ml, yang menghasilkan
warna biru keunguan.
2. % kadar dari teofilin ini sebesar 21,62 %.
VI.2. Saran

Semoga dengan adanya laporan ini dapat membantu


mahasiswa/mahasiswi untuk menyusun laporan tentang penetapan kadar
senyawa golongan xantin. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pom. 1979. Farmakope indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta
Ganiswara, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Universitas
Indonesia: Jakarta.
Gandjar,ibnu Ghalib,dkk. 2012. Kimia Analisis Farmasi II.Pelajar Pustaka :
Yogyakarta.
Http://www.scribd.com/ analisis- senyawa- turunan- xanthin/06/04 /2013.
Sudjadi,2008. Analisis Kuantitatif Obat. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

Surjadi,2007. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Tim penyusun,2013. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi. STIFA: Makassar.


Tim Asisten,2009. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Farmasi. Makassar:
Akademi Farmasi Kebangsaan Makassar..P:6

Underwood,A,LR,R,A,DAY,2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI


Wunas, J. Said,S,1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. UNHAS : Makassar.

Wunas, Yeanny dan Susanti S,2001.Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif .


Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin .P : 61,62

Anda mungkin juga menyukai