MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Praktikum Pemisahan Kimia
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah
yang berjudul “Pemisahan Ion Logam dengan Teknik Kromatografi Kertas” ini dapat
diselesaikan guna memenuhi tugas perkuliahan Praktikum Pemisahan Kimia. Makalah ini
disusun dengan harapan agar mahasiswa memisahkan dan mengidentifikasi campuran ion
dengan kromatografi kertas
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, dalam rangka
melengkapi kesempurnaan penyusunan makalah ini diharapkan adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun.
Pada kesempatan yang baik ini, tak lupa penyusun makalah mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan
pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Memahami prinsip pemisahan menggunakan kromatografi kertas
2. Mengetahui cara mengidentifikasi campuran ion logam dengan metode
kromatografi kertas
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Percobaan
5 tetes Cu(II) 0,5 M ditambahkan 5 tetes Ni(II) 0,5 M dan Fe(II) 0,5 M
Cu(II) 0,5 M ditotolkan pada titik pertama. Ni(II) 0,5 M ditotolkan pada titik
kedua. Fe(II) 0,5 M ditotolkan pada titik ketiga. Campuran Cu(II) dan Ni(II)
(sampel B) ditotolkan pada titik keempat. Campuran Cu(II), Ni(II), dan Fe(II)
ditotolkan pada titik kelima. Penotolan masing-masing dilakukan 10 kali.
Sisi kanan kiri kertas ditautkan dengan staples (tidak sampai menempel)
Kertas dikeringkan
Kertas saring halus dan kasar yang telah ditotoli dimasukkan ke gelas kimia
berisi larutan yang berbeda. Ditutup dengan plastic.
Cawan porselen diisi dengan 100 mL larutan amonia pekat, dipanaskan dengan
pemanas spiritus di dalam lemari asam
Kertas kromatografi yang kering dikenai uap amonia hingga terasa lembab
Jika diamati, pada jalur pergerakan ion Ni2+ terdapat noda coklat yang
menandakan terdapatnya ion Cu2+. Hal ini dimungkinkan karena ion Cu2+tidak
sengaja tercampur ketika penotolan.
Setelah kertas saring kering, noda yang terbentuk diukur dari batas garis
bawah kertas saring sebagaimana pada tabel berikut ini :
NO. SAMPEL KERTAS KASAR (cm) KERTAS HALUS
(cm)
2. Cu2+ 5,5 5
3. Ni2+ 1,55 -
Pada percobaan dengan kertas saring halus, noda Ni2+ tidak muncul. Hal ini
dimungkinkan karena ion Ni2+ tidak terserap oleh serat-serta yang lebih rapat pada
kertas saring halus. Dari data di atas maka dapat dihitung faktor reterdasi-nya.
Diketahui jarak pelarut pada kertas kasar = 9 cm ; dan jarak pelarut pada kertas
halus = 8,9 cm. Perhitungan faktor reterdasi dipaparkan pada tabel berikut ini :
NO. SAMPEL KERTAS KASAR KERTAS HALUS
2. Cu2+ 5,5 5
Rf = = 0,61 Rf = 8,9 = 0,56
9
3. Ni2+ 1,55 -
Rf = = 0,17
9
Dari hasil percobaan tersebut dapat kita lihat nilai Rf sampel 𝐹𝑒 2+ pada kertas
saring halus lebih besar daripada kertas saring kasar yang tidak sesuai dengan
teori, hal ini disebabkan karena proses penjenuhan dari eluen tidak dilakukan
secara bersamaan. Selain itu juga, sampel 𝑁𝑖 2+ tidak teridentifikasi pada kertas
saring halus kemungkinan eluen yang digunakan tidak murni, penotolan tak
sempurna, dan penjenuhan belum terjadi secara baik (optimum).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kertas saring halus lebih selektif
daripada kertas saring kasar dalam menyerap sampel karena susunan serat pada
kertas saring halus lebih rapat daripada kertas saring kasar.
BAB III
PENUTUP
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip dasar pemisahan ion Fe(II) ; Cu(II) ; dan Ni(II) dengan
kromatogreafi kertas adalah partisi masing-maisng ion antara 2 medium
yaitu fase diam dan fase gerak.
2. Identifikasi ion logam Fe(II) ; Cu(II) ; dan Ni(II) dapat dilakukan dengan
kromatografi kertas dengan penyemprotan DMG untuk identifikasi Ni(II)
dan K4Fe(CN)6 untuk ion logam Fe(II) dan Cu(II).
3. Pemisahan kromatografi kertas dipengaruhi oleh ukuran pori kertas saring,
konsentrasi, dan kemurnian eluen.
DAFTAR PUSTAKA