Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

APLIKASI TURUNAN, FUNGSI MARGINAL, DAN FUNGSI RATA-RATA

C. FUNGSI PRODUKSI, PRODUKSI MARGINAL TENAGA KERJA, DAN


PRODUKSI RATA-RATA TENAGA KERJA
1. FUNGSI PRODUKSI
a. Definisi dan Rumus Fungsi Produksi
Produksi adalah proses penggabungan atau pengkombinasian faktor produksi
(input) yang mengubahnya menjadi barang atau jasa (output). Hubungan antara
jumlah output yang dihasilkan dan kombinasi jumlah input yang digunakan disebut
sebagai fungsi produksi atau fungsi produk total. Produk total atau total product
(TP), adalah keseluruhan hasil/produk yang didapatkan selama proses
produksi. Menurut Epp dan Malone (1981) definisi fungsi produksi adalah suatu
fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-
faktor yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu,
tanpa memperhatikan harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk.
Menurut Sadono Sukirno (2000), fungsi produksi secara matematis dapat
digambarkan sebagai berikut:
𝑄 = 𝑓 ( 𝐾, 𝐿, 𝑅, 𝑇 )
Keterangan :
K = Jumlah stok modal atau persediaan modal
L = Jumlah tenaga kerja ( yang meliputi jenis tenaga kerja ) (Labour)
T = Tingkat teknologi yang digunakan
R = Biaya sewa lahan
Q = Jumlah produksi yang dihasilkan

Dari persamaan di atas dijelaskan bahwa jumlah output tergantung dari


kombinasi penggunaan modal, tenaga kerja, teknologi, dan biaya sewa lahan.
Keempat hal di atas disebut sebagai faktor produksi. Faktor produksi sebenarnya
tidak hanya berasal dari keempat hal diatas, namun dapat dimungkinkan muncul
faktor-faktor yang lain.
Fungsi produksi dalam beberapa pembahasan ekonomi produksi banyak diminati
dan dianggap penting karena (Soekartawi, 1990) :
1. Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi dengan
produksi itu sendiri secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti.
2. Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (Q),
dengan variabel yang menjelaskan (X) serta sekaligus mampu mengetahui
hubungan antar variabel penjelasnya (antara X dengan X yang lain).
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
𝑄 = 𝑓 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3 . . . 𝑋𝑛)
Keterangan :
Q = tingkat produksi
X1... Xn = faktor-faktor produksi
Penggunaan dari berbagai macam faktor-faktor tersebut diusahakan untuk
menghasilkan atau memberikan hasil maksimal dalam jumlah tertentu. Semakin tepat
kombinasi input, semakin besar kemungkinan output dapat diproduksi secara
maksimal.

b. Fungsi Produksi Satu Variabel (Tenaga Kerja)


Kali ini kita akan membahas fungsi produksi yang hanya menggunakan satu
variabel atau satu faktor produksi, dengan mengamsumsikan beberapa input
dianggap konstan dan hanya satu faktor produksi yaitu tenaga yang dapat berubah,
maka fungsi produksinya dapat ditulis sebagai berikut:
𝑄 = 𝑓(𝐿)
Keterangan :
Q = Jumlah produksi yang dihasilkan
L = Jumlah tenaga kerja ( yang meliputi jenis tenaga kerja ) (Labour)
Persamaan produksi ini menjadi sangat sederhana kerana hanya melibatkan
tenaga kerja untuk mendapatkan tingkat produksi suatu barang tertentu. Artinya,
faktor produksi yang dapat berubah dan mempengaruhi tingkat produksi adalah hanya
jumlah tenaga kerja.
Teori produksi sederhana yang menggambarkan tentang hubungan antara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan tingkat produksi barang adalah “hukum hasil lebih yang semakin
berkurang (The Law Of Diminshing Return)” yang dikemukakan oleh seorang ahli
ekonomi asal Inggris, David Ricardo. Menurutnya, jika kita menambah salah satu
input dengan jumlah yang sama sedangkan input yang lainnya dibiarkan tetap, maka
akan terjadi peningkatan pada output produksi hingga pada titik tertentu justru akan
mengalami penurunan.
Gambarannya adalah sebuah perusahaan pasti menginginkan hasil produksi
(output) yang selalu meningkat karena selain untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sebuah perusahaan pastinya ingin memperoleh keuntungan atau laba
yang lebih besar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
atau menambah jumlah faktor-faktor produksi (input). Jika ini dilakukan secara terus
menerus, maka hasil produksi akan meningkat sampai ke titik jenuh hingga akhirnya
jika penambahan input tetap dilakukan, maka outputnya justru akan menurun.
Disinilah hukum hasil lebih akan berlaku dalam kegiatan ekonomi.
Perusahaan akan menambah jumlah karyawan agar waktu proses produksi
menjadi lebih cepat sehingga hasil produksi (output) dapat meningkat. Namun jika
penambahan karyawan terus dilakukan, maka akan terjadi ketidakseimbangan dimana
pada suatu titik, hasil produksinya akan menurun. Bila diteruskan, perusahaan justru
akan merugi.
Dalam buku Menteri Keuangan, Sri Mulyani (2009 :58), dijelaskan bahwa
setelah diadakan penelitian oleh pakar-pakar ekonomi lainnya ternyata hukum ini
berlaku juga pada perusahaan yang kemampuan faktor produksinya terbatas.
Berlakunya The Law Of Diminishing Return diperlukan beberapa asumsi :
a. Salah satu faktor produksi (misalnya, tanah pada pertanian atau mesin pada
industri) harus tetap sehingga perbandingannya saja yang berubah.
b. Teknik produksi yang diterapkan dalam proses produksi tetap. Jika tingkat teknik
produksi yang diterapkan lebih canggih berarti dapat mempertinggi produktivitas
setiap tenaga kerja, hukum tersebut tidak berlaku.
c. Daya kerja (produktivitas) faktor produksi yang diubah harus sebanding (sama).
Seandainya faktor produksi yang diubah adalah jumlah tenaga kerja maka tingkat
pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja tersebut harus sama terhadap pekerjaan
yang dimaksud.

 The Law Of Diminishing Return memiliki tiga fase, yaitu:


1. Tahap pertama
Seiring pertambahan input, menyebabkan tingkat pertumbuhan produksi total
perusahaan mengalami peningkatan yang tinggi.
2. Tahap kedua
Seiring pertambahan input, menyebabkan tingkat pertumbuhan produksi total
perusahaan mengalami peningkatan yang rendah. Pada tahap kedua ini, dapat
dikatakan efisiensi produksi perusahaan telah mencapai titik maksimal.
3. Tahap ketiga
Seiring pertambahan input, menyebabkan tingkat pertumbuhan produksi total
perusahaan semakin berkurang. Pada tahap ketiga ini, dapat dikatakan efisiensi
produksi perusahaan sudah pada tingkat tidak efisien. Hal ini dikarenakan setiap
peningkatan penggunaan input tenaga kerja, akan menyebabkan jumlah output
yang diproduksi perusahaan akan semakin menurun.

2. Produk Marginal Tenaga Kerja (MPL)


Pengertian Produk marjinal (MP) adalah tambahan produksi karena
penambahan satu satuan faktor produksi. Kurva yang menunjukkan hubungan antara
faktor produksi dan produk marginal pada berbagai tingkat pemakaian faktor produksi
dinamakan kurva produk marginal (marginal product curve).
Persamaan dari produk marjinal tenaga kerja (MPL) adalah perbandingan antara
perubahan produk total dengan perubahan jumlah tenaga kerja yang digunakan, yang
dirumuskan sebagai berikut :
∆𝑻𝑷 𝒅(𝑸)
𝑴𝑷𝑳 = atau
∆𝑳 𝒅𝑳

Keterangan:
MPL : Produk marjinal tenaga kerja
∆TP / Q : Perubahan produk total atau fungsi produksi
∆L : Perubahan tenaga kerja
Perusahaaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MPL > 0. Jika MPL < 0,
penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai MP
merupakan indikasi telah terjadinya Hukum Penambahan Hasil Yang Semakin
Menurun atau The Law of Diminishing Return.

3. Produk Rata-Rata Tenaga Kerja


Average Product atau produk rata-rata menunjukan besarnya rata-rata produksi
yang dihasilkan oleh setiap penggunaan faktor produksi variabel. Sehingga, produk
rata-rata tenaga kerja atau Average Product of Labor (APL) menunjukan jumlah output
yang dihasilkan per tenaga kerja, rumusnya adalah sebagai berikut:
𝑻𝑷 𝑸
𝑨𝑷𝑳 = atau
𝑳 𝑳

Keterangan:
APL :Produk rata-rata tenaga kerja
TP / Q : Produk total atau fungsi produksi
L : Perubahan tenaga kerja
𝑨𝑷𝑳 akan maksimum bila turunan pertama fungsi 𝑨𝑷𝑳 adalah 0. Dengan
penjelasan matematis, 𝑨𝑷𝑳 akan maksimum tercapai pada saat 𝑴𝑷𝑳 = 0, dan kurva
𝑴𝑷𝑳 akan memotong kurva 𝑨𝑷𝑳 pada saat nilai 𝑨𝑷𝑳 maksimum

Contoh :
Diketahui:
1. 𝑄 = 22𝐿 + 10𝐿² – 𝐿³
2. Jumlah input tenaga kerja adalah 10 orang
Hitung:
4. Produk total
5. Produk marginal
6. Produksi rata-rata
Jawab :
1. 𝑄 = 22𝐿 + 10𝐿² – 𝐿³. Lalu substitusikan jumlah input tenaga kerja, yaitu 10.
𝑄 = 22(10) + 10(10)² – (10)³= 220
2. Untuk mencari fungsi produksi marginal, kita harus menurunkan persamaan
fungsi dari 𝑄 = 22𝐿 + 10𝐿² – 𝐿³. Turunan persamaan dari fungsi produksi
tersebut :
𝑀𝑃 = 22 + 20𝐿 – 3𝐿²
Lalu substitusikan jumlah input tenaga kerja, yaitu 10
𝑀𝑃 = 22 + 20𝐿 – 3𝐿² = 22 + 20(10) – 3(10)²= -78
3. Fungsi produks rata-ratanya adalah:
22𝐿 + 10𝐿² – 𝐿³
𝐴𝑃 = = 22 + 10𝐿 – 𝐿²
𝐿

Lalu substitusikan jumlah input tenaga kerja, yaitu 10


𝐴𝑃 = 22 + 10𝐿 – 𝐿² = 22 + 10(10) – (10)²= 22

 Hubungan Antara Kurva MP dan TP


Ilustrasi
Seorang petani mempunyai sebidang tanah di daerah cipanas di daerah Cipanas yang
ditanami wortel. Berikut datanya :

Dari tabel data-data diatas tentukanlah :


1. Berapa MPL nya?
2. Berapa APL nya?
3. Buatlah Kurva TP, MPL dan APL nya dalam satu sumbu !
4. Tentukan daerah I, II dan III ! Daerah manakah yang paling efisien dalam
melakukan produksi? Berapa tenaga kerja yang digunakan?

Kurva TP, MPL dan APL nya dalam Satu Sumbu


Penentuan Daerah Produksi
Dari tabel 1.2 kemudian diperoleh kurva dengan 3 daerah produksi seperti yang
tergambar di atas. Masing masing daerah tersebut menunjukkan keadaan ketika
APL naik hingga APL maksimum (daerah I), dari APL maksimum hingga TP
maksimum (daerah II), dan daerha TP yang menuruh (daerah III). Berikut ini adalah
penjelasan dari daerah-daerah produksi tersebut:
Tahap I
Produksi Total (TP) mengalami pertambahan semakin cepat. Tahap ini dimulai dari
titik origin semakin kesatu titik pada kurva total product dimana AP (Produksi Rata-
Rata) maksimum, dan pada titik ini AP = MP (Marginal Product).
Menunjukkan bahwa pada saat penggunaan input tenaga kerja (labor, L) masih
sedikit, bila dinaikkan penggunaannya, maka Produksi Rata-Rata (AP) naik dengan
ditambahkannya input variabel. Dengan asumsi harga input tenaga kerja (L) tetap,
maka dengan naiknya produksi rata-rata akan menurun dengan ditingkatkannya
produksi (output). Dalam pasar persaingan sempurna, produsen tidak akan pernah
beroperasi (berhenti produksi) pada tahap ini, karena dengan memperbesar volume
produksi, biaya produksinya perunit akan menurun, hal ini berarti akan memperbesar
keuntungan yang ia terima. Jasi pada tahap I ini, efisiensi produk belum maksimal.
Tahap II
Produksi Total (Total Product) semakin lama semakin menurun. Tahap III ini
meliputi daerah dimana MP Negatif. Maka berdasarkan pada keadaan Tahap I dan
Tahap III dapat disimpulkan bahwa Efisiensi Produk Maksimal terjadi pada tahap II.
Tahap III
Produksi Total (Total Product) pertambahannya semakin lama semakin kecil. Tahap
II ini dimulai dari titik AP Maksimum sampai titik dimana MP = 0, atau TP
Maksimum. Meliputi daerah dimana Produksi Marginal (MP) negarif. Pada tahap III
ini penggunaan input Labor (L) sudah terlalu banyak, sehingga TP justru akan
menurun, jika penggunaan input tenaga kerja (L) tersebut diperbesar, karena MP
negarif. (efisiensi produk telah melampaui kondisi maksimal)
Hubungan Antara Kurva MP dan TP
MP adalah kemiringan dari kurva TP. Sehingga dapat dirumuskan :
1. Jika MP > 0, TP akan meningkat seiring bertambahnya jumlah L
2. Jika MP = 0, TP menunjukkan tingkat produksi maksimum/ titik puncak
3. Jika MP < 0, TP akan menurun seiring bertambahnya jumlah L
Daftar rujukan

Nur Mulyani, Sri dkk.2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas X.Jakarta: Cakra Media.

Anda mungkin juga menyukai