Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT JAKARTA
Jl. Balai Rakyat No.2 Cakung Timur Jakarta Timur 13910 Telp.: (021) 46824247, Fax.: (021) 46824258
email: bbtklppjakarta@kemkes.go.id website: bbtklppjkarta.org
12 Agustus 2016
Nomor : PM.05.04/VIII.1.4/ 2105.1 /2016
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Laporan hasil Implementasi RPAM

Yth ,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
Di -
Sumber

Mewujudkan kualitas air minum yang layak dan aman bagi kesehatan dapat ditempuh dengan
berbagai upaya mulai dari pengimplementasian STBM, perbaikan atau penyediaan sarana air minum,
pengawasan kualitas air minum, hingga penerapan rencana pengamanan air minum (RPAM) yang
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan pengelola air minum untuk mengurangi risiko
kesehatan dari air minum yang mereka konsumsi.
Implementasi terhadap Rencana Pengamanan Air Minum telah dilakukan di wilayah Saudara
salah satunya di Desa Sidawangi, Sumber (UPS Tirta Wangi). Setelah melalui 4 tahapan yaitu asesmen
permasalahan dan sosialisasi, pelatihan, monitoring dan evaluasi, dan desiminasi hasil RPAM, maka
perlu kami sampaikan sebagai berikut (ringkasan laporan terlampir):
1) Perlu pengawasan pelaksanaan dokumen RPAM yang telah disusun
2) Diperlukan fasilitasi Dinas Kesehatan ataupun Kecamatan Sumber dalam koordinasi pengadaan
tanah untuk akses ke sumber air dengan desa dan masyarakat terkait, dan dalam penyediaan
sumber air baru bila dibutuhkan.
3) Dalam rangka mengurangi risiko kesehatan akibat air minum yang terkontaminasi tinja, didorong
agar dilakukan upaya yang maksimal agar wilayah Desa Sidawangi, Kecamatan Sumber, serta
wilayah lainnya di Kabupaten Cirebon untuk ODF.
4) Perlu ‘dikawal’ agar setiap stakeholder melaksanakan komitmen RTL Sektor yang telah dibuat.
5) Perlu dilakuan pengawasan kualitas air minum terhadap sarana air minum di wilayah Desa
Sidawangi, Kecamatan Sumber atau di wilayah lainnya di Kabupaten Cirebon.
Demikian hasil pelaksanaan implementasi Rencana Pengamanan Air Minum yang telah
dilaksanakan menggunakan anggaran dan fasilitasi BBTKLPP Jakarta T.A. 2016. Atas perhatian dan
kerjasama yang baik, diucapkan terima kasih

Kepala,

DR. P.A. Kodrat Pramudho, SKM, M.Kes


NIP 195703061980031002

Tembusan :
1. Direktur Jenderal P2P
2. Direktur Kesehatan Lingkungan, Ditjen Kesmas
3. Sekretaris Direktorat Jenderal P2P
4. Camat Sumber, Kabupaten Cirebon
Implementasi Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada
Unit Pengelola Sarana (UPS) Tirta Sidawangi, Desa Sidawangi, Kec. Sumber,
Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Tahun 2016

1. Pendahuluan
Untuk mewujudkan akses air minum yang aman (memenuhi syarat) upaya yang
dilakukan cukup panjang. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memicu agar
terjadi perubahan perilaku masyarakat menjadi sehat dengan menghentikan praktek
buang air besar sembarangan (SBS). Perilaku yang telah berubah diharapkan dapat
diikuti oleh peningkatan sarana sanitasi dasar masyarakat. Perilaku yang telah berubah
serta peningkatan sarana sanitasi dasar masyarakat perlu didukung dengan
ketersediaan supply sarana sanitasi serta adanya suatu ‘lingkungan’ yang kondusif baik
dari adanya tim dan natural leader, maupun adanya regulasi (mis. Peraturan Kepala
Daerah), sehingga risiko kontaminasi sumber air minum menjadi semakin rendah. Tidak
cukup dengan perubahan perilaku dan peningkatan sanitasi dasar, mewujudkan akses
air minum yang aman perlu di dukung dengan pengawasan kualitas air minum,
perbaikan sarana air minum, hingga penerapan rencana pengamanan air minum mulai
dari level ‘bawah’ (kelompok masyarakat pengguna air).
BBTKLPP Jakarta sesuai dengan Kepmenkes No. 2349 tahun 2011, memiliki tugas
pokok antara lain melaksanakan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dan
melaksanakan analisis dampak kesehatan lingkungan. Mengingat pentingnya
ketersedian data yang akurat berbasis wilayah geografis, BBTKLPP Jakarta perlu
melakukan kegiatan pemetaan kualitas air bersih, air minum, air badan air, dan faktor
risiko kesehatan lingkungan di wilayah layanan.
2. Metodologi
Kegiatan ini merupakan fasilitasi dan penguatan daerah dalam implementasi
rencana pengamanan air minum yang bersifat ‘pilot’ atau percontohan yang replikabel di
daerah lain. Stakeholder yang terlibat adalah Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya,
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), PDAM, Kecamatan, Puskesmas,
Desa, Tim Penggerak PKK, dan Pengurus Unit Pengelola Sarana (UPS). Kegiatan
dilaksanakan dengan tahapan koordinasi, asesmen dan sosialisasi RPAM, pelatihan,
monitoring dan vealuasi, dan desiminasi hasil RPAM. Dalam 4 kali pertemuan yang
dilaksanakan UPS dan stakeholder terkait dapat memahami filosofis, tujuan, dan
langkah-langkah RPAM, serta dapat menyusun dokumen RPAM dan
mengimplementasikannya pada sarana air minum komunal yang dikelola. Populasi
dalam kegiatan ini adalah seluruh sarana air minum komunal yang ada pengurus atau
pengelola aktifnya, dan salah satu lokasi yang menjadi ‘pilot’ adalah UPS Tirta Wangi,
Desa Sidawangi, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil asesmen diketahui bahwa UPS Tirta Wangi memiliki sistem penyediaan air
minum dengan sumur bor sebagai sumbernya yang ditampung dalam 2 reservoir
bermaterial beton cor dengan kapasitas total 30 m3. Air dari reservoir yang ditinggikan ini
dialirkan dengan pipa berbahan PVC berdiameter 2,5 inci (primer), 1,5 inci (sekunder),
dan 1 inci (tersier) dan ditanam dengan kedalaman 82 cm di bawah tanah guna
mencegah pecah. UPS melayani konsumen 540 Sambungan Rumah (SR) dengan aliran
24 jam non stop. Tiap konsumen wajib membayar iuran sebesar Rp. 1.500/m 3 dan
dibebankan sebesar Rp. 600.000 saat pemasangan pertama. Sarana air minum ini
merupakan hasil dari proyek Water and Sanitation for Low Income Community (WSLIC-
2) sejak tahun 2011. Pembentukan sarana diawali dengan permohonan proposal dan
pembentukan tim kerja masyarakat (TKM) yang saat ini berkembang menjadi UPS.
Struktur UPS eksisting tidak ada seksi atau petugas yang menangani masalah
kesehatan secara khusus. Skor asesmen untuk UPS ini adalah 62. Hasil asesmen ini
disampaikan saat sosialisasi RPAM bersamaan dengan penyampaian maksud dan
tujuan kegiatan, manfaat, konsep dan tahapan kegiatan RPAM. Selain itu juga
disampaikan hasil pengujian laboratorium terhadap 3 sampel yang diambil di wilayah
layanan UPS Tirta Wangi seluruhnya tidak memenuhi syarat untuk parameter
bakteriologis.
Setelah sosialisasi, dilakukan pelatihan RPAM di hotel grage cirebon yang
mengundang peserta pengurus UPS serta stakeholder terkait (Kecamatan, Desa,
Puskesmas, Bappeda, BPMPD, Dinas Ciptakarya, dan DInas Kesehatan) dengan total
30 peserta. Adapun peserta yang berasal dari wilayah layanan UPS Tirta Wangi adalah
sebanyak 7 orang yaitu perwakilan kecamatan, desa, sanitarian puskesmas, tim
penggerak PKK dan 3 orang pengurus UPS. Materi yang dilatihkan pada peserta adalah
1) konsep RPAM; 2)pelibatan masyarakat dan pembentukan tim RPAM; 3) pemetaan
sistem penyediaan air minum komunal; 4) Identifikasi bahaya dan asesmen risiko pada
sistem penyediaan air minum komunal; 5) pengembangan rencana perbaikan; 6)
monitoring pelaksanaan rencana perbaikan dan verifikasi hasil monitoring; 7)
dokumentasi dan review efektvitas RPAM, 8) praktek kerja lapangan; dan 9) pembuatan
rencana tindak lanjut (RTL). Pelatihan selama 4 hari tersebut difaslitasi oleh pengajar
dari BBTKLPP Jakarta dan DInas Kesehatan Kabupaten Cirebon.
Hasil pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi UPS telah membuat draft tim RPAM,
peta penyediaan air minum dan faktor risikonya, matriks identifikasi bahaya dan
asesmen risiko, rencana perbaikan, matriks monitoring, SOP dan prosedur review
dengan difasilitasi oleh BBTKLPP Jakarta. Hasil yang telah final ini akan disajikan saat
tahapan terakhir yaitu desiminasi hasil RPAM. Berdasarkan hasil evaluasi, dokumen
RPAM Tirta Wangi belum sempurna peta penyediaan air minum dan faktor risikonya
sehingga perlu lebih detail lagi, dan yang menjadi bahaya dan berisiko terhadap air
minum hasil identifikasi UPS adalah tidak adanya akses yang aman ke sumber air,
masih belum mencukupinya kuantitas air untuk seluruh masyarakat, endapan lumpur
saat pengurasan, tidak adanya pipa pembuangan hasil pengurasan, belum rutinnya
pemeriksaan laboratorium, dan tangga reservoir yang berkarat dan patah. Hasil
identifikasi dan asesmen pada matriks ini dilanjutkan pada matriks selanjutnya yaitu
rencana perbaikan dan monitoring. Selain hal ini diketahui pada desa sidawangi belum
ODF dan ini dapat menjadi risiko bagi air minum masyarakat.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi


Dokumen RPAM Tirta Wangi sudah tersusun dan akan dilaksanakan sesuai yang
ada dalam dokumen.
Dinas Kesehatan dan jajarannya perlu melakukan pengawasan kualitas air minum di
sarana air minum komunal, mendorong Desa Sidawangi agar ODF, serta memfasilitasi
kebutuhan UPS dalam implementasi RPAM terutama dengan mengordinasikannya
dengan dinas teknis dan pihak lain yang terkait. Fasilitasi yang dibutuhkan di antaranya
adalah koordinasi dalam pengadaan tanah untuk akses ke sumber air dengan desa dan
masyarakat terkait, dan dalam penyediaan sumber air baru bila dibutuhkan. Selain itu,
Dinas Kesehatan dan jajarannya agar menjalankan komitmen pada RTL dan
memfasilitasi agar dinas terkait (stakeholder) juga melaksanakan RTL yang dibuat.

Mengetahui Melaporkan,
Kepala, Kepala Bidang ADKL

Ir. Deni Mulyana, M.Kes


DR. P.A. Kodrat Pramudho, SKM, M.Kes
NIP 196012311982111003
NIP 195703061980031002

Anda mungkin juga menyukai